Apakah Saya Berdosa?

1
Belakangan ini saya mendengar interpretasi berbeda dari dalil-dalil ayat suci yang menyatakan bahwa homoseksualitas itu tidak sepenuhnya perbuatan berdosa...
2
Banyak pernyataan dan artikel yang ditulis oleh para aktivis, pakar, dan praktisi yang menyatakan bahwa homoseksualitas itu normal dan bukan dosa. Saya jadi bingung.
3
Hingga saat ini saya sukses mengendalikan dorongan homoseksual saya, sehingga tidak muncul dalam bentuk hubungan seksual. Cuma, saya masih suka berfantasi homoseksual. Apakah saya berdosa?
4
Bagaimanakah cara menghentikan perilaku homoseksual ditinjau dari segi agama?
5
Ketika mendengar ceramah agama yang mengutuk homoseksualitas, timbul perasaan tersinggung dan berdosa pada diri saya...
6
Saya tidak ingin ada lagi yang menasihati saya. Perilaku homoseksual yang saya lakukan adalah sepenuhnya urusan saya dan Tuhan.?
7
Jika semua agama mengharamkan homoseksualitas, padahal Tuhan sendiri menjadikan saya sebagai gay, maka lebih baik saya tidak beragama saja!

 

Jawaban Kami


Belakangan ini saya mendengar interpretasi berbeda dari dalil-dalil ayat suci yang menyatakan bahwa homoseksualitas itu tidak sepenuhnya perbuatan berdosa...

Ayat-ayat dalam Al-Quran secara eksplisit mengemukakan bahwa mendatangi laki-laki (maksudnya: sesama jenis) untuk memuaskan nafsu (birahi) adalah dosa. Ada indikasi bahwa saat ini penafsirannya dipersempit hingga pada sodomi saja, perampokan terhadap kafilah, atau usaha pemerkosaan terhadap malaikat Allah swt.
Kemungkinan bahwa kota Shadum dan Ghomorrah dipenuhi oleh pelaku liwath pun diabaikan. Alasannya? Dianggap tidak mungkin terjadi. Padahal di masa kini sudah ada contohnya. Kemungkinan lain, penduduk kota yang tidak ikut melakukan liwath, tidak berbuat apapun untuk mencegahnya. Lalu, apa bedanya dengan pelakunya?
Tanpa bermaksud untuk buruk sangka kepada yang bersusah payah dalam membuat tafsiran alternatif, hendaknya kita melakukan klarifikasi: Mengapa bisa sampai bisa muncul tafsiran sedemikian rupa? Apa dampaknya seandainya tafsiran ini salah?

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Banyak pernyataan dan artikel yang ditulis oleh para aktivis, pakar, dan praktisi yang menyatakan bahwa homoseksualitas itu normal dan bukan dosa. Saya jadi bingung.

Sayangnya, para aktivis, pakar, dan praktisi tersebut tidak mendasarkan pernyataannya pada agama, dan berbicara di luar konteks agama. Bagaimana bisa menentukan bahwa suatu perbuatan itu bukan dosa, jika tidak berbicara dalam konteks agama?

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Hingga saat ini saya sukses mengendalikan dorongan homoseksual saya, sehingga tidak muncul dalam bentuk hubungan seksual. Cuma, saya masih suka berfantasi homoseksual. Apakah saya berdosa?

Sesungguhnya, penglihatan, pendengaran, dan hati akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt. Hukum positif biasanya mengatur hal-hal yang nampak saja (perilaku nyata), sedangkan hati tidak bisa dibaca gerakannya, kecuali oleh Allah swt. Karena itu, meskipun Allah swt. telah menutupi aurat kita, hendaknya kita tidak merasa aman dari perhitungannya. Bahkan dalam 1 riwayat, Isa as. pernah berpesan untuk tidak membisikkan perzinahan dalam hati, karena itu bagaikan menyalakan api dalam rumah. Meskipun tidak terbakar, namun hiasannya dikotori oleh asap. Jika kita terus memainkannya dalam pikiran kita, siapa yang bisa menjamin bahwa hal itu tidak berkembang menjadi nyata?

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Bagaimanakah cara menghentikan perilaku homoseksual ditinjau dari segi agama?

Sebenarnya syaratnya mudah: Takut kepada Tuhan, ingat akan mati, tahu balas budi kepada orang tua, dan cinta kepada sesama manusia. Kita mesti takut akan menyebabkan murka Allah, ingat kepada kematian yang akan memutuskan nikmat dunia, malu mengecewakan orang tua, dan enggan menjerumuskan sesama ke dalam dosa.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Ketika mendengar ceramah agama yang mengutuk homoseksualitas, timbul perasaan tersinggung dan berdosa pada diri saya...

Ada dua hal yang bisa ditekankan di sini:

  1. Perasaan berdosa menunjukkan bahwa hati nurani kita masih berfungsi. Kita menyadari bahwa apa yang kita punyai berpotensi untuk mendorong kita melakukan hal-hal yang dilarang agama, dan ketika dipicu dengan kutukan terhadap homoseksualitas, maka saat itu kita dihadapkan pada cermin yang menunjukkan hal-hal yang tidak menyenangkan pada diri kita;
  2. Perasaan tersinggung menunjukkan pembelaan diri kita terhadap isi dan isyarat kotbah. Hujatan terhadap perilaku liwath, disertai dengan intonasi tinggi dan raut muka sangar sang penceramah nampak sebagai ancaman terhadap harga diri kita yang serta-merta berseru, "Hai, anda 'kan tidak kenal saya. Saya tidak sejelek itu, loh!"

Hukum amar ma'ruf nahi munkar adalah fardhu 'ain bersekutu dalam fardhu kifayah. Tugas ini dilakukan untuk menolong sesama, namun utamanya sebagai alasan pelepas tanggung jawab dari pertanyaan, "Sudahkah engkau mengingatkan hamba-Ku?"

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Saya tidak ingin ada lagi yang menasihati saya. Perilaku homoseksual yang saya lakukan adalah sepenuhnya urusan saya dan Tuhan.

Benar, pertanggungjawaban antara Allah dan mahluk-Nya berlangsung secara pribadi, namun Allah tidak selalu menegur hamba-Nya secara pribadi. Jika ada orang yang memperingatkan anda, anggaplah Allah sendiri yang memperingatkan.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Jika semua agama mengharamkan homoseksualitas, padahal Tuhan sendiri menjadikan saya sebagai gay, maka lebih baik saya tidak beragama saja!

Kami paham maksud anda. 'Untuk apa menyembah Tuhan yang melaknat hamba-Nya sendiri?' Kalau pikiran ini didasarkan pada anggapan bahwa semua agama adalah buatan manusia, maka hal itu tak jadi soal. Namun jika ada satu agama yang benar (Dan benar-benar ada Tuhan di belakangnya), maka lari sejauh apapun tidak akan menjadi masalah bagi-Nya. Bukankah Ia Maha Berkecukupan? Justru kita sebagai hamba-Nya yang selalu membutuhkan-Nya, sudah sewajarnya kita merendahkan diri di hadapan-Nya. Lagipula, jika menjadi gay adalah hak asasi manusia, berarti itu juga adalah pilihan pribadi manusia. Kenapa masih menyalahkan Tuhan?

Kembali ke Daftar Pertanyaan


 

<< Sebelumnya | Indeks FAQs | Selanjutnya >>