Jangan Pernah Memulai

(Kisah Mr LSP, Bagian II)

9 tahun kami lewati dengan relatif tanpa problem rumah tangga yang berarti. Termasuk ketika selama 10 bulan sejak Oktober 2000 saya tinggal di luar negeri tanpa didampingi keluarga. Sayangnya kesempatan browing internet di kampus di sana yang begitu leluasa memperkenalkan saya kepada situs-situs gay yang begitu menggairahkan. Saya betul-betul ketagihan melihat picture dan membaca erotic stories di sana dan seringkali masturbasi di ruang kerja di kampus. Untunglah saat itu saya belum akrab dengan dunia chatting.

Sepulangnya saya ke Indonesia, saya kecewa dengan fasilitas komputer di kampus saya di Jakarta. Karena itu saya sengaja memasang fasilitas internet di rumah. Itulah mungkin awal malapetaka yang besar. Saya rindu dengan teman-teman Indonesia yang menjadi sahabat saya di LN. Jadi saya butuh bercakap-cakap dengan murah. Alternatifnya ya dengan chatting.

Mula-mula ok karena mereka adalah teman-teman yang straight. Lama-lama saya jadi teratarik untuk chatting atau berkenalan via e-mail dengan para gay Indonesia yang menjadi member di beberapa yahoogroups bercontent gay Indonesia. Ini terjadi mulai sekitar 4 bulan yang lalu. Saya sangat liar. Bahkan saya datang ke luar kota, walaupun memang disertai keperluan dinas. Untung yang saya datangi ternyata bukan gay, jadi nggak keterusan.

Saya masih penasaran dan mulai asal tembak saja. Kencan dengan seorang yang berlatarbelakang pendidikan sama tapi lebih pengalaman soal hubungan ml gay. Ternyata walaupun dia pintar dalam hubungan seks tapi dia bukan pasangan yang saya cari. Saya makin liar dan dalam waktu bersamaan menjalin chatting serius dengan sekitar 4 atau 5 orang. Ada yang tidak suka chatting saya layani telepon jarak jauh ke seberang pulau. Rekening telepon membengkak. Dan saat saya memutuskan tidak cocok dengan dia, dia sangat marah dan butuh waktu lama untuk membuat dia tenang. Ada yang pernah memaki-maki saya setelah kencan karena saya bilang bahwa ternyata dia bukan orang yang saya inginkan sebagai pasangan. Ada yang sambil bercumbu dengan saya pikirannya melayang ke orang lain.

Sampai akhirnya saya pada seleksi akhir dan punya 2 orang yang sangat dekat secara hati maupun fisik. Saat memutuskan yang akhirnya saya pilih untuk tetap dekat sampai sekarang adalah saat yang sangat sulit karena harus memutuskan hubungan dengan 1 orang yang lain. Sekarang saya berkencan teratur dengan satu orang saja. Dia Katolik yang sangat taat. Saya sempat takut juga kalau dia punya niatan khusus untuk menyesatkan saya ............. tapi toh ini memang sudah sesat .......... tidak ada pembenaran sedikit pun yang dapat saya berikan untuk perilaku liar yang saya lakukan sekarang ini.

Saya jadi harus kerap berbohong. Kencan dilakukan setelah jam kantor. Saya harus membuat berbagai alasan palsu kepada istri saya. Dia sempat memperoleh sejumlah telepon janggal dan terkadang tidak sepatutnya didengarkannya. Saya jadi sering menjama' sholat saya tanpa alasan yang syar'i. Saya merasa kotor untuk menyentuh Al Qur'an dan malu menyuruh anak saya membacanya .......... ayah dan suami macam apa saya ini.

Ikhwan fillah. Memang tidak mudah memiliki kecenderungan gay. Mula-mula yang saya harapkan ya sekedar punya teman sharing. Tapi sesudah itu ya tentu punya keinginan untuk melampiaskan hasrat lebih jauh. Memang aktivitas yang paling saya sukai adalah berpelukan dan berciuman. Aktivitas lebih lanjut biasanya sekedar supaya bisa ejakulasi. Tapi tetap saja ini adalah aktivitas yang tidak bisa dibenarkan.

Oleh sebab itu ........ please, yang belum terlanjur melakukan kebodohan seperti saya, JANGAN PERNAH MEMULAI. Ini seperti narkoba yang membuat anda kecanduan. Sebentar lagi insya Allah saya akan membawa keluarga ke LN untuk meyelesaikan tahun terakhir studi saya di sana (sekitar setahun lagi). Semoga ini awal yang baik untuk memutuskan saya dari kecanduan kencan sejenis ini.

Ya Allah berikanlah petunjuk dan kekuatan untuk berhijrah kepadaku dan kepada teman-temanku yang mengalami kecenderungan gay ini. Aamiin.

Mr. LSP

 

 

 

<< Sebelumnya | Indeks Kisah | Selanjutnya >>