Munafik?
Sebenarnya,
apa sih definisi konseptual dari kemunafikan? Kalau soal ini,
para akhi muhajirin tentu sudah mampu merumuskannya sendiri;
Meskipun berbeda-beda, namun tentu ada garis besarnya: Apa yang
di hati dan perilaku luarnya berbeda. Rasulullah saw. bahkan
memberikan definisi operasionalnya: Jika bicara berbohong, jika
berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berkhianat (riwayat
lain ada tambahan: Jika berdebat melampaui batas). Perlu digarisbawahi
bahwa, kata munafik dalam bahasa Indonesia diserap dari kata
munafiq bahasa Arab; jadi logis toh kalau definisinya juga sama,
yaitu pengingkaran atas komitmen yang telah disepakati oleh
orang ybs secara tidak terang-2an. Baik di luarnya, jelek di
dalamnya. (Definisi ini opini saja, jadi boleh disanggah kalau
saya salah).
Nah,
kenapa perlu membicarakan kemunafikan? Jika kita mendengarkan
atau membaca opini para gay di sekitar kita, entah secara langsung
atau dari buletinnya, tentu kata-kata 'munafik' terlontar untuk
segolongan orang. Salah satu contoh adalah seksolog terkenal
dr. B, yang diklaim sebagai gay oleh komunitas gay, dalam pernyataannya
tidak pernah memihak kelompok gay. Hal ini menimbulkan ketidaksukaan
di komunitas gay, "dr. B itu munafik. Dirinya sendiri sebenarnya
juga gay, tapi kenapa nggak mau mengakui, bahkan statemennya
cenderung memojokkan kaum gay." Ini pernyataan langsung
dari salah satu gay yang saya temui di lapangan. Kali ini saya
tidak bermaksud untuk menggosipkan dr. B, toh kebenarannya hanya
ybs dan Allah swt yang tahu. Yang bisa kita lihat jelas cuma
statemennya sebagai seorang ahli. Itu saja yang kita pegang.
Yang perlu kita cermati adalah, bahwa label itu pun juga bisa
dikenakan pada kita, pria yang memiliki ketertarikan homoseksual,
namun memilih untuk tidak mewujudkannya dalam perilaku nampak
dengan alasan agama. Benarkah kita adalah munafik? Wallahu'alam.
Hendaknya kita kembali kepada Quran dan Hadis sebagai kriteria
untuk menilai diri kita masing-masing, benarkah pilihan kita
saat ini hanyalah kepura-puraan, cari enaknya saja, sok suci,
tidak jujur pada diri sendiri, dll?
Sebenarnya
ada satu sisi yang juga berkaitan dengan masalah kejujuran pada
diri sendiri, peran masyarakat dan agama dalam pengambilan keputusan
kita, serta kebebasan kita dalam berpikir dan menentukan jalan
hidup sendiri, yang juga berkaitan dengan kemunafikan. Tapi
rasanya sangatlah congkak kalau saya membahas semuanya dalam
satu pesan sekaligus, tanpa memberi kesempatan pada para muhajirin
lainnya. Jadi, silakan, jangan sungkan menyatakan pendapat sebelum
saya kembali berkirim pesan di kesempatan yang akan datang.
(Semperfy)
|