Cobaan
Terlepas
dari segala perdebatan, apakah keberadaan kita ini adalah suatu
cacat bawaan akibat adanya penyimpangan gen, ataukah ini adalah
penyakit mental yang menetap, ataukah ini karena pengaruh lingkungan,
kita pasti sering bertanya "Mengapa saya diberi cobaan
sedemikian berat? Apa maksud dari cobaan ini?"
Jika kita
percaya dan yakin akan adanya Allah, maka kita juga harus yakin
bahwa Allah-lah yang menguasai segalanya, tidak bisa dipertanyakan
lagi. Kekuasaan dan Keadilan Allah adalah mutlak. Dan bukan-lah
Allah yang "bersalah" jika kita mendapat takdir yang,
bagi kita terasa, buruk. Cara pandang kita atas sesuatu tidak
selalu sama dengan cara Dia memandang. Sekali lagi itu semua
adalah karena keterbatasan kita sebagai mahluk, yang berilmu
sedikit dan yang sering tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan.
Kita melihat bahwa cobaan adalah hal yang buruk bagi kita. Tapi
dari cara pandang Allah, bisa jadi itu adalah pelajaran buat
kita. Jika yang kita lihat hanyalah hal-hal yang buruk, itu
karena kita memilih untuk membiarkan hal itu tetap sebagai nasib
buruk di mata kita. Jika kita menghadirkan Allah SWT, mengimani
keagungan-Nya, ke-Maha Suci-an-Nya, maka kita bisa merubahnya
menjadi kebaikan, bahwa Allah mempunyai tujuan mulia atas semua
kehendak-Nya.
Maka sebaiknya
kita tidak menganggap takdir kita ini sebagai suatu yang buruk,
suatu nasib sial. Hal itu hanya akan menghancurkan kita sendiri,
membawa kita ke dalam kehidupan yang murung, penuh penyesalan,
penuh kekecewaan, penuh keluh kesah. Kemudian kita akan mempertanyakan
keberadaan Tuhan, memberontak, bahkan menghujat-Nya. Karena
Allah tidak menjawabnya, pada akhirnya hanyutlah kita ke dalam
keputus-asaan. Dalam keputus-asaan tanpa arah dan tanpa petunjuk
yang dapat diyakini, kita lebih mudah terjerumus ke jurang yang
lebih dalam. Padahal sebenarnya kita tahu cahaya itu ada disana,
dan tetap ada disana. Tapi kita mengabaikannya, dan menganggap
cahaya itu bukan untuk kita.
Kita kadang
terlalu egois, menginginkan kehidupan di dunia yang penuh kenikmatan,
tapi tidak mau memaksa diri untuk berjuang, bermujahadah demi
mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik. Seharusnya kita ingat
Allah tidak pernah menjanjikan bahwa kehidupan di dunia akan
penuh dengan kebahagiaan dan kenikmatan. Tidak pernah. Allah
menjanjikan kehidupan bahagia yang kekal di akhirat nanti. Jadi
bersiaplah menghadapi kehidupan dunia yang sulit.
Meskipun
mungkin anda akan berdalih, bahwa orang dengan kecenderungan
terhadap sejenis lebih berat cobaannya dibanding orang normal.
Sebenarnya kita tidak bisa membandingkan satu cobaan dengan
cobaan yang lain. Masing-masing cobaan mempunyai karakter masing-masing.
Mungkin kita melihat seseorang yang hidupnya sangat mulus tanpa
hambatan, di mata kita orang itu mendapat ujian yang sangat
ringan dari Allah. Padahal di mata Allah orang tersebut mendapat
cobaan yang berat, karena Allah sedang menguji sejauh mana orang
tersebut mampu bersyukur dan menggunakan segala kemudahannya
untuk lebih rajin beribadah. Dan hal itu sesungguhnya lebih
berat, karena cobaan tersebut tidak nampak di depan mata, sehingga
orang lebih sering melalaikannya.
Karena
itu terimalah cobaan ini dengan hati yang lapang. Berjuanglah
mengatasi dorongan hati yang buruk. Dan jangan mempertanyakan
Allah. Cobaan ini diberikan untuk menjadikan kita sebagai manusia
yang berderajat tinggi, yang tidak tunduk kepada nafsunya, yang
memuliakan Allah Sang Penciptanya. (mqzf) |