Penghapusan
Homoseksualitas dari Daftar Gangguan Jiwa
Pada Desember
1973, Dewan Pengawas Asosiasi Psikiater Amerika menghapuskan
homoseksualitas dari tatanama resmi gangguan kejiwaan, "Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders, Second Edition"
(DSM-II). Tindakan ini diambil setelah mereview literatur ilmiah
dan konsultasi dengan para ahli dalam bidang ini. Para ahli
menemukan bahwa homoseksualitas tidak memenuhi kriteria untuk
dianggap sebagai suatu penyakit jiwa.
Kondisi
mental yang dianggap sebagai suatu kelainan psikiatris, haruslah
menimbulkan disfungsi pada seseorang yang menyebabkan penderitaan
(mis. gejala kesakitan), ketidakmampuan (mis. melemahnya kemampuan
pada satu atau lebih area yang penting), atau secara signifikan
meningkatkan resiko kematian, kesakitan, ketidakmampuan, atau
kehilangan kebebasan. Seorang homoseksual atau biseksual mungkin
mengalami konflik dengan lingkungan yang homophobia, namun konflik
tersebut bukanlah suatu gejala atau disfungsi dalam individu
tersebut.
Dewan APA
mengetahui bahwa kaum homoseksual dan biseksual dalam jumlah
yang cukup signifikan dengan jelas menunjukkan kepuasan akan
orientasi seksual mereka dan tidak menunjukkan gejala psikopatologi.
Juga didapati bahwa mereka mampu untuk melaksanakan fungsinya
dalam masyarakat secara efektif, dan bahwa mereka yang berusaha
mencari pengobatan seringkali melakukannya untuk alasan yang
sama bukan untuk orientasi seksual.
Ketika
DSM-III diterbitkan pada 1980, homoseksualitas tidak lagi disebutkan
meski "ego dystonic homosexuality" tercantum sebagai
kategori bagi orang "yang ketertarikan seksualnya terutama
mengarah kepada sesama jenis dan mereka yang merasa terganggu,
mengalami konflik, atau ingin merubah orientasi seksual mereka".
Pada Revisi DSM-III terbitan 1987 (DSM-III-R), "ego dystonic
homosexuality" dihapuskan sebagai kategori diagnostik tersendiri
dengan pengakuan bahwa "Di Amerika Serikat, hampir semua
orang yang homoseksual pada awalnya mengalami suatu fase dimana
homoseksual mereka adalah ego dystonic".
"Reparative
Therapy"
Terapi
reparatif, yang juga dikenal sebagai terapi konversi, adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan usaha perawatan
untuk merubah orientasi seksual seseorang dari homoseksual atau
biseksual menjadi heteroseksual. Tidak ada bukti ilmiah yang
telah diterbitkan yang mendukung keefektifan terapi reparatif
sebagai suatu perawatan untuk merubah orientasi seksual seseorang.
Hal itu tidak dijelaskan dalam literatur ilmiah, ataupun disebutkan
dalam Laporan APA's Task Force, "Treatments of Psychiatric
Disorders" (1989).
Orientasi
seksual, sebagaimana identitas gender, nampaknya ditentukan
pada awal kehidupan. Tidak ada bukti bahwa merubah orientasi
seksual adalah tujuan yang tepat dalam perawatan psikiatris.
Ada laporan kasus tunggal mengenai perubahan atau peningkatan
fleksibilitas dalam kapasitas untuk merespon heteroseksualitas
- atau homoseksualitas - selama psikoterapi, tapi tidak ada
perawatan spesifik untuk menyadari perubahan tersebut secara
permanen yang telah didokumentasikan. Pengalaman klinis menyatakan
bahwa usaha untuk merubah orientasi seksual adakalanya bisa
menimbulkan perubahan perilaku pada beberapa individu yang termotivasi
untuk jangka waktu yang terbatas, tetapi perubahan tersebut
seringkali diikuti dengan depresi, kecemasan dan gejala lain.
Homoseksual
dan biseksual - sebagaimana yang lainnya - tumbuh dalam lingkungan
yang homophobia dan sering mengalami "internalized homophobia".
Beberapa orang mungkin mencoba perubahan ke heteroseksual dikarenakan
alasan itu. Pengalaman klinis menganjurkan bahwa pemulihan homophobia
memungkinkan fungsi psikologis yang lebih baik. Mereka yang
telah menyatu dengan orientasi seksual mereka pada perasaaan
diri yang positif dapat melakukan fungsi psikologis pada tingkat
yang lebih sehat daripada mereka yang belum bisa.
Pada Desember
1988, Dewan APA mengeluarkan pernyataan atas perawatan dan orientasi
seksual psikiatris yang menyebutkan:
"Resiko potensial dari terapi reparatif adalah sangat besar,
termasuk depresi, kecemasan, dan perilaku yang merusak diri
sendiri, dikarenakan sikap terapis yang mendukung prasangka
masyarakat untuk melawan homoseksualitas dapat memperkuat kebencian
pada diri sendiri yang sebelumnya telah dialami oleh pasien.
Beberapa pasien yang telah menjalani terapi reparatif mengungkapkan
bahwa mereka secara tidak akurat diberitahu bahwa homoseksual
adalah orang yang kesepian, individu yang tidak bahagia yang
tidak akan pernah memperoleh penerimaan atau kepuasan. Kemungkinan
bahwa seseorang akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan hubungan
interpersonal sebagai seorang pria gay atau lesbian belum dipresentasikan,
begitu juga pendekatan alternatif untuk menangani pengaruh-pengaruh
"pengutukan" (stigmatization) masyarakat belum didiskusikan.Oleh
karena itu Assosiasi Psikiater Amerika menentang segala bentuk
perawatan psikiatrik, seperti terapi reparatif dan konversi
yang berdasarkan asumsi bahwa homoseksualitas adalah kelainan
jiwa atau berdasar asumsi awal bahwa si pasien harus merubah
orientasi homoseksualnya".
Beberapa
organisasi profesional besar lainnya termasuk Assosiasi Psikologi
Amerika, Asosiasi Nasional Pekerja Sosial dan Akademi Pediatris
Amerika juga membuat pernyataan yang melawan "reparative
therapy" karena peduli dengan kerusakan yang ditimbulkan
terhadap pasien.
Terapi
Sensitif dan Affirmatif
Pria dan
wanita homoseksual dan biseksual telah mengalami pengakuan dan
penerimaan sosial yang semakin meningkat selama beberapa dekade
terakhir. Bias, prasangka dan "pengutukan" (stigmatization)
terhadap individu tersebut - dan terhadap homoseksualitas itu
sendiri - bagaimanapun terus berlangsung. Faktor ini dapat menimbulkan
rasa malu dan penghargaan diri yang rendah, dan menjadi suatu
komponen dalam penampilan kesehatan mental beberapa homoseksual
dan biseksual yang mencari psikoterapi atau psikofarmakologi.
Terapi
yang "gay sensitive" - yaitu, terapi yang dilakukan
seorang terapis yang cukup mendapatkan informasi mengenai homoseksualitas
dan masalah menghadapi orang homoseksual dan biseksual yang
ditimbulkan lingkungan yang homophobia - adalah yang sangat
menolong bagi mereka. Begitu juga terapi yang "gay affirmative"
- yaitu, terapi yang dilakukan oleh seorang terapis yang bersikap
positif dan supportif dalam menerima orientasi homoseksual dan
biseksual seseorang.
Diterjemahkan
oleh mqzf dari artikel
"Homosexual and Bisexual Issues"
Assosiasi Psikiater Amerika, Februari 2000

|