Informasi Beasiswa S2 & S3
Di Luar Negeri
Berikut ini adalah beberapa teknik-teknik
mendapatkan sekolah untuk jenjang S2 dan S3 'gratis' di
luar negeri.
Pengantar
Penulis sering ditanya bagaimana caranya
bisa bersekolah 'gratis' di luar negeri. Saya memberikan
tanda kutip pada 'gratis' karena sebenarnya tidak 100%
modal dengkul. Dalam beberapa kasus, at least kita harus
bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan uang untuk
tiket pesawat + biaya hidup bulan pertama, dan situasi
mungkin tidak memungkinkan kita untuk berkeluarga terlebih
dahulu.
Jenis beasiswa yang akan saya utarakan pertama
adalah jenis beasiswa yang kansnya tinggi untuk mendapatkannya.
Biasanya beasiswa jenis ini adalah beasiswa jenis riset,
dan untungnya, hampir semuanya tanpa ikatan dinas. Untuk
beberapa jenis beasiswa, mereka lebih senang kalau sang
pelamar bekerja untuk institusi pendidikan, lembaga penelitian,
atau LSM.
Satu rule of thumb yang patut dihayati adalah:
'kita harus berkelat-kelit untuk mendapatkan beasiswa
S2, tapi relatif jauh lebih mudah untuk mendapatkan beasiswa
S3'. Makanya jika Anda mengejar waktu, sebaiknya ambil
dulu S2 di Indonesia, sambil juga melamar S2/S3 di tempat
lain. Kalau dapat S2 gratis di luar negeri, ya yang di
Indonesia ditinggal saja.
Daftar Beasiswa Berdasarkan Negara
Secara umum, beasiswa ini memiliki karakteristik:
- tidak memiliki ikatan dinas sama sekali
- mahasiswa harus mengerjakan penelitian sesuai minatnya,
dan sekaligus sebagai thesisnya
1. Amerika Serikat
Biasanya sekolah sekolah bagus di Amerika
Serikat, (katakanlah top 50 pada bidangnya) sering memberikan
beasiswa yang disebut stipend, meskipun baru mahasiswa
S2. Besarnya stipend sekitar US$1000-1400, tergantung
lokasi. Yang jelas cukup sekali untuk hidup. Mahasiswa
yang menerima stipend itu, juga tidak perlu membayar uang
sekolah (tuition fee). Lamanya stipend adalah per semester,
tapi saat summer biasanya diberikan pekerjaan lain di
universitas (mostly guaranteed). Kalau sedang sial (jarang
sekali), tidak dapat assistantship untuk semester itu,
ya pulang saja ke Indonesia dahulu.
Syarat penting mendapat beasiswa adalah
harus mau menjadi teaching assistant atau research assistant.
Teaching assistant bertugas membantu proses belajar-mengajar
di kelas, seperti fotokopi, setup komputer di lab untuk
kelas itu, memeriksa tugas-tugas, dan memberikan tutorial
di luar jam kelas. Sedangkan research assistant bertugas
membantu professor di lab, seperti membuatkan program
untuknya, mengatur laboratioriumnya, membuat dokumentasi
riset dan sebagainya. Mahasiswa selain melakukan penelitian,
juga masih diwajibkan untuk mengambil coursework (kelas).
Memang harus diakui bahwa ada beberapa sekolah
terkenal yang hanya memberikan jaminan beasiswa kepada
mahasiswa S3. Untungnya, di AS, mahasiswa S1 bisa langsung
masuk program S3, dimana di tengah-tengah perjalanan menumpuh
S3 itu ada sertifikat bahwa ybs sudah melampaui jenjang
S2. Jadi bisa ngerti sendirilah ... :-p
Untuk mendaftar ke pendidikan pascasarjana
ke AS, biasanya mereka mengharuskan pelamar memberikan
hasil nilai TOEFL dan GRE General Test resmi dari ETS
(www.ets.org). Beberapa
universitas terkemuka juga mengharuskan mengambil GRE
Subject Test, misalnya GRE Computer Science, GRE Biology,
GRE Economics, dan sebagainya. Di Jakarta, cabang ETS
terletak di Menara Emporium, Jl.Rasuna Said, Kuningan.
Biaya TOEFL sekitar US$60, GRE sekitar US$120. Kalau punya
TOEFL > 580 (standar nilai lama) dan GRE General Test
> 1750 saya sarankan pergi ke AS.
Bahkan, saya sarankan untuk mendaftar di
top 20 jika memiliki GRE > 1900. Go for it!
Pelamar dapat mendownload formulir pendaftaran
langsung dari website universitas tersebut. Dalam formulir
pendaftaran itu, biasanya ada pertanyaan dari mana sumber
pendanaan untuk kuliah nanti. Pilihlah option untuk 'menggantungkan
sepenuhnya pada universitas dengan stipend assistantship'.
Biaya pendaftaran biasa antar US$30-$60.
Kemudian mereka biasanya menyuruh kita untuk
membuat statement of purpose. Tujuan dari statement of
purpose adalah untuk meyakinkan bahwa Anda layak dapat
beasiswa. Anda harus menunjukkan 'kemampuan' Anda, jangan
malah merendahkan diri! Statement of purpose isinya:
- mengapa kita ingin melakukan pendidikan tinggi
- bidang peminatan kita apa, kalau bisa tunjukkan
sedikit pengetahuan Anda mengenai 'trend' di bidang
riset itu.
- mengapa kita ingin melakukan riset di bidang itu
- kalau sudah selesai mau jadi apa dan mau bekerja
di mana (akademisi, industri, profesional, etc.) sebagai
apa
Selain itu Anda sebaiknya juga menceritakan:
- kalau mungkin, tunjukkan bahwa Anda memiliki kompetensi
di bidang itu (jadi memang ada baiknya dari sekarang
Anda sudah memiliki bidang yang fokus).
- tunjukkan bahwa Anda bisa menjadi asisten pada mata
kuliah S1 apa saja (jika jadi teaching assistant).
Tapi jelaskan pula bahwa Anda bisa 'fleksibel'.
Karena biasanya statement of purpose itu
harus singkat dan lugas (sekitar 1/2 halaman, max 1 halaman),
kalau perlu Anda menceritakan 2 point di atas di luar
statement of purpose. Tapi kalau masih muat, ya masukkan
saja dalam statement of purpose.
Sebelum mendaftar, ada baiknya jika Anda
memastikan terlebih dahulu bahwa bidang Anda minati, ada
profesor yang memiliki minat yang kurang lebih sama di
universitas itu. Sebaiknya, bercakap-cakap dahululah dengan
profesor tersebut, katakan bahwa saya tertarik untuk melakukan
riset. Tanyakan pula apakah dia berminat mengambil Anda
menjadi mahasiswanya. Jangan lupa cari muka sedikit :-).
Hal ini akan sedikit memperlicin jalan saat seleksi mahasiswa
baru. Sekedar info, biasanya universitas di AS tidak meminta
research plan yang kongkrit, karena baru saat di sana
nanti merencanakan riset.
By the way, sebelum pergi ke AS, kita juga
harus memiliki persediaan uang selama satu bulan ($1500+),
plus tiket pesawat ke Amerika Serikat.(sekitar $700).
2. Kanada
Sama seperti Amerika Serikat, dan banyak
diantara mereka tidak memerlukan GRE Subject Test. Meskipun
ada Canadian Education Centre (CEC) di World Trade Center,
Jl.Jendral Sudirman, tapi saya pikir cukup ke website
universitasnya saja.
3. Jerman
Di negara-negara Eropa daratan (excluding
British), biasanya tidak mengenal program bachelor (S1),
karena bachelor adalah pola pendidikan Anglo-Saxon. Yang
bisa dibilang dekat dengan S1-nya adalah program-program
politeknik. Nah, oleh karena itu lulusan S1 Indonesia
harus diupgrade agar sama dengan lulusan uni Eropa daratan,
yakni Doktorandus (Drs), Diplom (Dipl) atau Licente (Lc).
Gelar kesarjanaan ini sama dengan S2.
Seperti banyak kita ketahui, universitas-universitas
di Jerman sama sekali tidak memungut biaya. Tapi tentu
saja kita harus memiliki sumber pendanaan untuk biaya
hidup.
DAAD (www.daad.de)
adalah lembaga Jerman yang menyediakan informasi pendidikan
dan juga informasi beasiswa di Jerman. Kantornya di Jakarta
berlokasi di Gedung Sumitmas II, Jl.Jendral Sudirman,
di depan Depdikbud. Mereka memiliki program beasiswa setiap
tahun. Skim beasiswa yang disediakan DAAD mencakup S2,
S3, sandwich program, riset 3-6 bulan, dan juga postdocotoral
research. Tiket pesawat disediakan. Kalau dapat beasiswa
dari DAAD, bisa modal dengkul.
Ada pula beasiswa dari industri seperti
dari Siemens besarnya 1200 DM. Tidak harus pegawai negeri.
Untuk belajar di Jerman tidak harus melalui
DAAD. Kalau untuk S3, setiap mahasiswa S3 pasti mendapatkan
beasiswa. Jadi bisa saja setelah Anda lulus S2, Anda langsung
mencari universitas di Jerman yang kebetulan ada profesor
yang bidangnya sama dengan bidang peminatan Anda, dan
melamar. Tapi tentu Anda akan butuh mencukupi sendiri
biaya hidup 1 bulan dan tiket pesawat ke Jerman.
Untungnya, berbeda seperti di AS dan Kanada,
biasanya di Jerman, Belanda, Austria, Belgia dan Switzerland,
tidak memiliki kewajiban jadi teaching assistant atau
research assistant. Kalaupun ada biasanya cuma 1 session
tutorial per minggu. Tidak berat sama sekali. Kalaupun
kita disuruh menulis paper, itu juga biasanya untuk kepentingan
kita juga. Gaji (atau katakanlah beasiswa) kita cukup
sekali untuk hidup.
Jangan lupa kontak profesornya dahulu (sama
dengan cara yang di AS). Kirimkan pula statement of purpose
dan research plannya. Kalau perlu diskusikan dahulu research
plannya (biar cocok dengan pembimbingnya) sebelum mendaftar
ke universitasnya.
Isi research plan itu standar-standar saja:
latar belakang masalah, problem, metodologi penelitan,
bagaimana kamu kira-kira akan memecahkan masalah tersebut,
dll. Garis besarnya saja, asal bisa memberikan gambaran
apa yang akan Anda teliti.
Saya sarankan untuk mengambil kursus bahasa
Jerman di Goethe Institute, karena paling sedikit ada
3 negara yang menyediakan beasiswa, menggunakan bahasa
Jerman, yakni Jerman, Switzerland dan Austria. Peluang
beasiswa menjadi meningkat. Sudah begitu, kalau sudah
bisa Jerman, belajar bahasa Belanda jadi gampang sekali.
Sebenarnya kalau Anda menempuh S3, dalam
realitanya tidak harus menggunakan bahasa Jerman saat
berdiskusi dengan peer atau profesor. Hal ini karena tidak
banyak orang yang mau mengikuti program S3, dan biasanya
universitas itu yang 'membutuhkan' mahasiswa S3. Cuma,
untuk meningkatkan probabilitas mendapatkan beasiswa,
kenapa tidak belajar bahasa Jerman?
4. Belanda
Sama persis dengan Jerman, hanya saja nama
lembaga penyalur informasi pendidikannya adalah Netherlands
Education Center (NEC). Di Jakarta lokasinya di Gedung
Patra Jl.Gatot Subroto, Kuningan. Kantornya bersebelahan
dengan kantor kamar dagang Belanda di Indonesia.
Sekolah di Belanda juga gratis, tapi yang
international programme biasanya tidak gratis. Pemerintah
Belanda juga menyediakan skim beasiswa yang saingannya
lumayan banyak, namanya beasiswa TALIS.
NEC juga menyediakan informasi beasiswa
tahunan yang disediakan langsung oleh universitas-universitas
di Belanda. Selain itu ada juga program-program internasional
yang berbahasa Inggris. Sayangnya untuk level S2 (Drs,
Ir.), beasiswa kelas-kelas berbahasa Inggris itu biasanya
cuma 1/2 uang tution fee dan sulit mendapatkannya.
Untuk S3, gratis dan digaji, sama seperti
Jerman.
Informasi lebih lanjut bisa hubungi:
Netherlands Education Centre
Citra Graha 7th floor, suite 703
Jl. Jend. Gatot Subroto kav. 35-36
Jakarta 12950
Indonesia
Phone (62 21) 5200453, 5201085
Fax (62 21) 5200457
E-mail: necjkt@ibm.net
5. Austria & Swiss
Secara umum sama seperti Jerman. Tiap tahun
kedutaan Austria dan Switzerland juga menyediakan beasiswa,
namun berbeda dengan Belanda dan Jerman, mereka tidak
menyediakan beasiswa S2 sama sekali. Yang mungkin adalah
gelar S2 dari Indonesia, tapi sandwich di sana (penelitian
6 bulan - 1 tahun). Tapi tentu masih mendapat sertifikat.
Selain itu tentunya beasiswa dari kedutaan Austria dan
Switzerland juga ada yang untuk S3. Semuanya lengkap dengan
tiket pesawat dan ongkos hidup. Practically bisa dengan
modal dengkul kalau dapat beasiswanya.
Saat interview di kedutaan biasanya akan
ditanya hal-hal yang sama seperti dalam statement of purpose
dan research plan. Di kedutaan Swiss juga ada test bahasa,
sekedar untuk menguji saja, toh nanti juga disekolahkan
di sekolah bahasa di Swiss sebelum masuk kuliah. Tergantung
Anda memilih sekolah di mana, ada universitas di Swiss
yang berbahasa Perancis, seperti misalnya di Geneva. Tapi
kalau di sebelah utara dan timur, umumnya berbahasa Jerman.
Anda juga bisa daftar langsung ke universitas
yang bersangkutan, terutama untuk program S3, dengan cara
sama seperti Jerman & Belanda. Gratis dan digaji juga.
E-mail kedutaan besar Swiss (di Jl.Rasuna
Said, dekat Erasmus Huis): swiemjak@rad.net.id
6. Jepang
Sebenarnya kalau sampai di Jepang sana,
cukup banyak beasiswa, namun sayangnya tidak banyak yang
full membiayai uang kuliah dan biaya hidup. Bahkan untuk
S3 saja juga harus bayar.
Pemerintah Jepang menyediakan juga beasiswa
Monbusho kepada orang-orang Indonesia. Ada dua jenis beasiswa
Mombusho. Yang pertama pelamar harus pegawai negeri atau
dosen. Melalui jalur ini, pelamar kalau lolos seleksi
akan dicarikan pembimbing/profesor yang cocok sesuai minat.
Sedangkan yang satu lagi sang pelamar harus aktif mencari
sang profesor, dan menanyakan apakah si profesor tersebut
bersedia menjadi pembimbing riset pelamar. Klik di sini
untuk informasi lengkap mengenai beasiswa
Monbusho.
Di kedutaan Jepang Jl.MH Thamrin, terdapat
perpustakaan yang berisi informasi pendidikan tinggi di
Jepang.
Informasi mengenai beasiswa di Jepang di
bawah ini saya dapatkan dari rekan saya Rahmat:
a. INPEX Foundation
Beasiswa ini untuk melanjutkan S2 di Universitas
Jepang. Beasiswa ini tidak mengikat (tidak ada ikatan
dinas). Test dan sistem seleksinya diadakan di Indonesia.
Beasiswa ini mengcover juga tiket pp Indonesia - Jepang.
Pendaftaran dibuka dari tanggal 1 Agustus dan deadline
penyerahan dokumen tanggal 15 Nopember. Besarnya beasiswa
160.000 yen/bulan. Uang kuliah, uang
pendaftaran, uang ujian masuk ditanggung semua oleh sponsor.
Formulir applikasinya bisa di dapat di alamat berikut
:
14 F Ebisu Neorato 4-1-18 Ebisu, Shibuya-ku,
Tokyo 150-0013 JAPAN
b. The OKAZAKI Kaheita International
Scholarship Foundation
Beasiswa ini untuk melanjutkan S2 di Universitas
Jepang. Beasiswa ini tidak mengikat (tidak ada ikatan
dinas). Test dan sistem seleksinya diadakan di Indonesia.
Beasiswa ini mengcover juga tiket pp Indonesia - Jepang.
Formulir applikasinya bisa di dapat di alamat berikut
:
3-2-5 Kasumigaseki, Chiyoda-ku, Tokyo 100-0013
JAPAN
c. The Hitachi Scholarship
Beasiswa ini bisa untuk S2 ataupun S3. Syaratnya
harus alumni dari ITB, UI, UGM, IPB dan formulir bisa
diambil dan ditanyakan dari rektorat masing-masing universitas
tsb diatas. Beasiswa ini juga mengcover tiket pp Indonesia
- Jepang, uang kuliah, uang pendaftaran, uang ujian masuk,
perumahan ditanggung juga, dan uang beasiswa 180.000 yen/bulan.
Informasi lebih lanjut bisa di dapat di :
1-5-1 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-0005
JAPAN
d. Matsushita Electric Industrial Co.,
Ltd
Panasonic Scholarship Beasiswa ini untuk
melanjutkan S2 di Universitas Jepang. Tidak ada ikatan
dinas dalam beasiswa ini. Pendaftaran dibuka bulan February
- Maret. Beasiswa ini juga mengcover tiket pp Indonesia
- Jepang. Uang kuliah, uang
pendaftaran, uang ujian masuk ditanggung oleh sponsor,
uang beasiswa 200.000 yen/bulan.
Informasi lengkap lihat di http://www.panasonic.co.id/
atau kontak e-mail : PAN11311@pas.mei.co.jp
Panasonic Scholarship, Matsushita Electric Industrial
Co., Ltd
1006 Kadoma Osaka, 571-8501 JAPAN
e. Beasiswa dari Aichi Prefecture, Aichi
Scholarship
Beasiswa ini untuk melanjutkan S2 di Universitas
Jepang. Tidak ada ikatan dinas dalam beasiswa ini. Deadline
penyerahan application 20 Mei. Syarat yang harus dipenuhi,
Universitas yang dipilih harus berada di Aichi Prefecture.
Uang kuliah, uang pendaftaran, uang ujian masuk ditanggung
oleh sponsor, uang beasiswa 185.000 yen/bulan. Informasi
lebih lanjut bisa di dapat di : Aichi Prefectural Office,
3-1-2 Sannomaru, Naka-ku, Nagoya-shi, Aichi 460-01 JAPAN
f. The Japan Securities Scholarship Foundation
Beasiswa ini untuk melanjutkan S2 di Universitas
Jepang. Tidak ada ikatan dinas dalam beasiswa ini. Application
dari bulan Januari sampai Mei. Beasiswa mengcover tiket
pesawat, Uang kuliah, bantuan biaya perumahan (apartemen),
dan uang beasiswa bulanan sebesar 120.000 yen. Beasiswa
ini diberikan buat jurusan Social Science, Humanities.
Informasi lebih lanjut bisa di dapat di :
Tokyo Shoken Building
5-8 Kayabacho, 1-chome, Nihonbashi, Chuo-ku,
Tokyo 103-0025 JAPAN
7. Singapura
Singapura memiliki dua universitas 'negeri',
yakni National University of Singapore (NUS), dan yang
lebih baru yakni Nanyang Technological University (NTU).
Memang harus diakui bahwa NUS bukan sekolah 'bule' (meskipun
banyak pengajarnya dari manca negara), tapi peringkat
NUS selalu berada di top 10 universitas di Asia, dan selalu
diatas seluruh universitas Australia. Meskipun untuk orang
awam seolah-olah tidak membanggakan (karena bukan sekolah
bule), namun reputasi internasional NUS memudahkan mahasiswanya
dan lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi lagi.
Beasiswa yang disediakan oleh pemerintah
Singapura melalui kedua universitas itu ada yang berbasis
coursework (sulit masuknya, saingannya ketat dari seluruh
ASEAN), dan ada lagi yang berbasis riset S2/S3 (lebih
mudah). Untuk mendapatkan beasiswa berbasis riset, dalam
formulir pendaftaran (download dari www.nus.edu.sg
atau www.ntu.edu.sg)
juga lampirkan proposal riset (research plan). Bahkan
kadang-kadang bisa tanpa proposal riset, dengan cara bercakap-cakap
dengan profesornya terlebih dahulu (via e-mail) dan meminta
sang profesor memberikan alternatif research plan. Pokoknya
asal menunjukkan minat melakukan penelitian.
Beasiswa (gaji) bulanan yang diterima adalah
SG$1400, tanpa tiket pesawat (kecuali yang ASEAN scholarship).
Biaya hidup bulanan (hidup enak) sekitar SG$1000, jadi
masih bisa menabung SG$400 per bulannya.
8. Australia & Inggris
Seperti kita ketahui Australia menyediakan
beasiswa tahunan AusAID yang saingannya berjibun. Pusat
informasi pendidikan Australia adalah IDP, berlokasi di
Jl.Rasuna Said.
Sedangkan Inggris juga menyediakan beasiswa
S2 dan S3 tahunan (British Chivening) yang pelamarnya
banyak sekali. Informasi tersebut bisa didapatkan di British
Council, Widjojo Centre. Beasiswa diberikan kepada 80%
pegawai negeri dan 20% swasta.
Perlu diberitahukan juga bahwa di British
Council tersebut juga sering ada pengumuman beasiswa untuk
S2/S3, hanya saja sayangnya hampir semua beasiswa tersebut
parsial (misalnya 1/2 uang tuition).
Australia dan Inggris adalah negara-negara
yang terkenal pelit dalam soal beasiswa, mentang-mentang
pakai bahasa Inggris. Kasarnya, mereka mengkomersilkan
pendidikan. Bahkan untuk S3, harus bayar. Kalaupun ada
program beasiswa, saingannya banyak sekali.
Tapi jangan putus asa. Kalau ada kemauan,
maka ada jalan. Beberapa universitas di Australia, menyalurkan
beasiswa riset dari pemerintah Australia untuk jenjang
S2/S3 terbatas kepada pelamar internasional (bukan AusAID),
termasuk biaya hidup (tanpa tiket pesawat dan settlement
cost). Hanya saja saingannya lumayan banyak, meskipun
tidak seketat AusAID. Dalam formulir pendaftaran yang
biasanya bisa didownload langsung dari website universitas,
jangan lupa cantumkan statement of purpose dan research
plan.
Tapi saya juga pernah ditawari untuk mengajar
program bachelor di Australia (mungkin saat itu mereka
sedang kekurangan dosen), sekaligus mengambil program
S3. Jadi ada kans untuk mengajar atau jadi tenaga peneliti,
sekaligus mengambil S3. Tinggal pintar-pintarnya kita
saja membujuk mereka agar mau mengambil kita. Manfaatkan
kunjungan-kunjungan lembaga pendidikan Australia ke Indonesia
untuk merekrut mahasiswa S1, untuk mencari kemungkinan
S3 sekaligus bekerja di universitas itu.
Kemudian University of Cambridge (www.cambridge.ac.uk)
juga menyediakan beasiswa lepasan tanpa ikatan dinas.