PMKRI Cabang Denpasar Online Kririk dan Saran
 
PMKRI Cabang Denpasar
 
Tentang Kami
Buku Tamu
Foum Diskusi
Margasiswa
Struktur DPC
Alumni
Buletin Genta
Daftar Anggota Baru
  
   
 

Perbedaan Agama hanya pada Tataran Dogmatis

Perbedaan agama sesungguhnya hanya berada pada tataran dogmatis, tetapi pada esensial dapat diangkat berbagai persamaan yang mendasar. Pada hakikatnya semua agama mengandung muatan ajaran tentang ketuhanan, kemanusiaan, kasih sayang, persaudaraan sejati dan penghargaan terhadap hak-hak kemanusiaan.

Hal itu dikatakan Haji Kasno Sudaryanto, saat seminar sehari ''Kebersamaan dalam pluralitas agama menuju terciptanya masyarakat sipil'' di Denpasar, Rabu (11/9) kemarin.

Seminar yang diprakarsai Wanita Katolik RI (WKRI) cabang Denpasar bekerja sama dengan Perhimpunan Mahasiswa Katolik RI (PMKRI) cabang Denpasar itu dipandu Benito Lopulalan.

Seminar itu menghadirkan narasumber dari berbagai tokoh dan pengamat agama yaitu Agus Indra Udayana (Hindu), Bambang Noorsena (Kristen), Rm Fadjar Tedjo Soekarno (Katolik), Kayan (Buddha), dan Haji Kasno Sudaryanto (Islam). Dikatakan, potensi keanekaragaman budaya, adat istiadat, suku dan agama dapat menjadi potensi dasar bagi kemajuan bangsa jika dikelola dengan manajemen yang tepat dan bijaksana. Ibarat alat musik, dapat menghasilkan sebuah irama lagu yang merdu bila dibunyikan dengan tangga nada yang sesuai dan aransemen yang tepat. Namun sebaliknya alat musik yang beranekaragam tersebut dapat mengganggu kenyamanan jika dibunyikan tanpa aturan sehingga menimbulkan kegaduhan.

Lalu, bagaimana upaya menjaga keajegan Bali? Agus Indra Udayana mengatakan, untuk menjaga Bali tetap ajeg, semua pihak harus bergandengan tangan. Menjaga perdamaian merupakan tanggung jawab bersama. Dengan bergandengan tangan, semua tokoh agama di Bali dapat menyebarkan nilai-nilai perdamaian ke tingkat grass root. Menjaga perdamaian Bali merupakan usaha terus-menerus.

Sependapat dengan Agus Indra Udayana, pengamat agama Bambang Noorsena mengatakan, menjaga perdamaian Bali itu tanggung jawab bersama. Yang terpenting dari itu adalah motivasi. Dorongan itu datangnya dari dalam diri umat. Bambang Noorsena melihat perdamaian di Bali selama ini sudah baik, hubungan antarpemeluk agama sudah terjalin bagus. Sekarang hal itu tinggal dipertahankan dan ditingkatkan. Tugas bersama untuk menjaganya dari faktor eksternal yang ingin merusak hubungan yang sudah terbina dengan baik selama ini.

Haji Kasno Sudaryanto mengatakan, konsep-konsep kebersamaan yang telah terbina dengan baik di Bali tetap harus dijaga. Konsep menyamabraya dalam konteks pluralitas agama di Bali sangat perlu dipertahankan dan dibudayakan, sehingga toleransi tetap terbina. Romo Fadjar Tedjo Soekarno Pr. mengatakan, dalam tingkat tumpulnya hati nurani perlu ada gerakan moral.

 
 
© Copyright 2000-2003 PMKRI Denpasar. All Rights Reserved.