The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Kemunafikan Yang Menyengsarakan (1)


Kemunafikan Yang Menyengsarakan (1)
Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya

Salam Sejahtera!

Saudara-saudaraku semuanya,

Kelihatannya, Maluku sedang dicoba untuk digiring ke dalam perangkap Darurat Militer, dimana konflik massa diubah menjadi "pemberontakan bersenjata"! Perhatikan kasus Sambas, Sampit, Poso, dll! Semuanya bisa diselesaikan tanpa Darurat Militer (misalkan Poso memang sudah damai). Tetapi Maluku, …Maluku yang baru menemukan dirinya di dalam kehancuran dan kesengsaraan yang dihadiahkan Jakarta, harus digiring ke dalam perangkap Darurat Militer untuk dihabisi. Maluku yang menemukan dirinya adalah duri di dalam daging Indonesia. Maluku yang SADAR akan kebenaran sejarahnya, Maluku yang tidak lagi bisa diintimidasi, Maluku yang tidak lagi bisa dikuras, Maluku yang tidak lagi bisa dijadikan orang asing di atas tanahnya dan di dalam rumahnya, adalah Maluku yang TIDAK DISUKAI JAKARTA.

Oleh sebab itu, Pemerintah NKRI dan kroni-kroninya harus berupaya exptra keras agar Maluku masuk ke dalam perangkap Darurat Militer untuk dihabisi dan dibungkam lagi! Pemerintah NKRI hendak memberikan kesan ‘jungkir-balik’ bahwa FKM adalah biang RMS yang melakukan pemberontakan bersenjata di Maluku atas NKRI yang berdaulat. Padalah kedaulatan NKRI sendiri tidak cukup untuk menggalang hubungan dilpomasi internasional dalam rangka mematikan gerak FKM di luar negeri sana. Dari luar, justeru lebih jelas terlihat bahwa Kedaulatan yang dibanggakan NKRI itu, bukan dirongrong oleh FKM, tetapi sudah hampir habis keropos dimakan "ngengat Laskar Jihad" dengan memanipulasi Islam. Apakah suatu negara bisa dikatakan beradulat jika jangankan militernya tidak bisa dikontrol, tetapi bahkan ‘milisi sipil’ juga yak bisa disentuh? Negara ini sudah keropos di dalam, keriput dan berjamur di luar, sehigga tidak perlu digoyang dari luar karena nanti juga runtuh sendiri! Mari kita lihat tanda-tandanya!

Menilai situasi Maluku, Panglima TNI, Laksamana Widodo AS mengatakan "langkah-langkah yang dilakukan Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD) Maluku Saleh Latuconsina dalam mengamankan Ambon sudah sesuai dengan Undang-undang (UU) dan penerapan status darurat militer di Ambon tergantung kondisi di lapangan" (Indonesiamu, 29/04/02). Panglima TNI tidak berwewenang untuk memberikan jaminan tentang kebenaran tindakan PDSD-Maluku berdasarkan hukum (UU). Pernyataan ini hanyalah semacam akal bulus untuk memuluskan jalan bagi Darurat Militer (DM) ke Maluku. Sasarannya begini, "Karena PDSD-Maluku sudah bertindak menurut hukum, tetapi Maluku belum aman juga, maka Darurat Sipil (DS) harus diganti dengan DM. Selain tidak layak memberikan penilaian beradasarkan hukum, Widodo AS juga jangan mengalihkan perhatian orang dari "apa yang belum/tidak dilakukan PDSD-Maluku, sesuai tuntutan hukum (UU)", sebab inilah salah satu masalah intinya! PDSD-Maluku merupakan bawahan dari PDSP (Pusat), sehingga mau tidak mau, keberhasilan dan kegagalan PDSD-Maluku, mencerminkan keberhasilan dan kegagalan PDSP juga. Yang menunda sweeping senjata dan pembentukan Tim Investigasi Independen malah PDSP dengan memanggil PDSD secara mendadak ke Jakarta.

Di dalam media yang sama, KSAD, Endriartono "minta pemerintah memberi payung politik dan payung hukum kepada aparat TNI jika masyarakat menginginkan TNI mengambil langkah tegas, seperti tembak di tempat. Apakah saya harus menafsirkan bahwa selama ini TNI bertindak tidak tegas, dan tidak berdasarkan hukum? Endriantono kemudian mengatakan, (Kompas, 29/04/02) "Mengenai tembak di tembak, kalau itu kehendak masyarakat dan boleh dilakukan, kenapa tidak. "Hal itu tergantung masyarakat, sejauh mana dapat menerima tindakan itu. Jangan nanti prajurit-prajurit saya setelah langkah itu diambil, mereka harus menghadapi pengadilan HAM". Jika "tembak di tempat" itu tergantung masyarakat, untuk apa Endriantono meminta "payung hukum" dari Pemerintah NKRI? Sampai seberapa jauh payung hukum Pemerintah NKRI diterima rakyat dan apakah kehendak rakyat bisa merupakan cikal-bakal bagi payung hukum? Kelihatannya, TNI sendiri simpang-siur dengan mana yang benar dan mana yang salah, dan kemana TNI harus mengarahkan langkah!

Yang perlu dipertanyakan juga adalah apa yang dimaksudkan dengan istilah "Masyarakat – Masyarakat Maluku" dan "siapa yang harus ditembak di tempat"! Jika TNI jujur, maka Endriantono harus bisa melihat bahwa pelanggaran HAM yang dilakukan TNI tidak selamanya dikarenakan oleh "tembak di tempat yang tidak memiliki payung hukum", tetapi juga "tembak di tempat yang berpayung hukum yang salah sasaran"! Saya kuatir, saya akan ditembak mati karena memakai lencana bendera RMS di dada saya, tetapi si Jafar Umra Tahlib yang menganjurkan permusuhan dan pembunuhan dari Mesjid, hanya akan dipandangi sebagai pembela integrasi NKRI" Jangan-jangan Jafar Umar Thalib malah disuruh berpidato pada upacara pemakaman dr. Alex Manuputty, yang ditembak mati.

Sekarang coba perhatikan ungkapan dari judul berita dari Media Indonesia (30/04/02), "Instruksi PDS tidak Digubris-Darurat Militer di Ambon Tergantung Hasil Evaluasi". Secara kasar, pihak yang tidak menggubris PDSD-Maluku dapat digolongkan ke dalam dua bagian besar, yakni "warga sipil yang bertengkar" dan "aparat keamanan (TNI/Polri)". Jika warga sipil melawan sedangkan dan aparat TNI/Polri patuh, sudah sejak lama masalah Maluku selesai. Kemungkinan kedua adalah bahwa kedua-duanya melawan PDSD-Maluku. PDSD-Maluku, Dr. Mohammad Saleh Latuconsina mengeluh bahwa "Pangdam Pattimura dan Kapolda Maluku susah diatur!" Sementara itu, Pangdam dan Kapolda berhadapan dengan pasukan yang sering hanya mau tunduk kepada perintah atasan pada satuan asal mereka, selain dari "pasukan TNI yang tidak bertanggung jawab kepada PDSD-Maluku, dan dikomando dari Jakarta, seperti KOPASUS. Padahal, Maluku sekarang berada di bawah kontrol atau supremasi pemerintahan sipil (Darurat Sipil). Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa "militer memenentang perintah otoritas sipil dan bertindak sendiri-sendiri terhadap masyarakat sipil". Artinya, pemerintahan sipil harus diperkuat, sementara aparat militer/polisi harus didisiplinkan. Sebaliknya, Pemerintah NKRI (yang jenderal atau mantan jenderal) berusaha untuk memberikan "keluasan bagi kesewenang-wenangan" kepada para pembangkang TNI/Polri, di dalam suatu wadah DM yang merupakan daerah otorita Militer/Polisi!" Tujuan utamanya tidak sukar ditebak, MENYALIBKAN SEPARATIS KRISTEN!" Anda pikir saya hanya sekedar menuduh karena sentimentalisme sektarian yang picik? Lihat ini!

Setelah dikunjungi oleh baegitu banyak "tim dokter yang membawa suntikan sendiri-sendiri, ternyata Maluku bukannya sembuh, tetapi semakinparah penyakitnya. Setelah warga Kristen Soya dibantai secara brutal di pagi buta, Maluku kedatangan satu "tim dokter" lagi, yang katanya (Indonesia, 30/04/02), "untuk mengkaji berbagai peristiwa yang terjadi di Ambon belakangan ini, termasuk pengibaran bendera RMS, dan penyerangan berdarah terhadap Desa Kristen Soya pada Minggu (28/4) pukul 04.00 WIT." Apakah tim ini semacam tim forensic? Apa mereka datang untuk "mencium bau bendera RMS dan sisa arang/abu rumah Gereja di Soya, supaya bisa memberikan ramalan tentang "apakah RMS itu kelompok separatis atau bukan" dan "siapa pelaku perbuatan biadab di desa Soya tersebut"? Jika ingin tahu tujuan utama dari kunjungan para ‘dokter palsu’ ini, lihat saja siapa-siapa saja mereka!

Tim asistensi itu dipimpin Asisten Menko Polkam "Sudi Silalahi"! Juru bicara dari Tim Asistensi Gabungan PDSD Maluku dari pusat, Brigjen TNI (Purn) Syamsiar Wangsamiharja (Kompas, 01/05/02), dan beranggotakan lima orang yaitu Asisten Operasi KSAD Mayjen TNI Harry Kosasih, Staf Ahli Mabes Polri Brigjen Edi Darnadi, Jaksa Agung Muda Intelijen Kejagung Basrief Arief. Selaku Ketua Tim adalah Staf Ahli dari Depdagri Arbin. Walaupun menentang Presiden RI, KH. Abdurahman Wahid, dan melindungi serta membantu infiltrasi Laskar Jihad ke Maluku, Sudi Silalahi dianggap berjada dan layak untuk menjadi Asisten Menkopolkam, Susilo Bambang Yudhoyono! Dari sini, kita bisa menebak "siapa Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya – Pelindung Laskar Jihad"! Pelindung dan pembantu infiltrasi Laskar Jihad yang lain adalah Kapolda Jatim, "Da’i Bachtiar", melalui kerja keras asisten setianya, "Edi Darnadi", yang menyilaturahmi Jafar Umar Thalib di tahanan Mabes Polri, sebelum melaksanakan "tugas Jihad terselubungnya" sebagai Kapolda Maluku! Melihat sepak terjang Mendagri, "Hari Sabarno" di dalam usaha mempopulerkan "separatisme Kristen", kita sudah bisa tahu, apa misi yang diemban oleh utusan Depdagri! Jika anda masih ingat, Hari Sabarno yang TIDAK pernah berkesempatan untuk memimpin Batayon Gabungan setara Pasukan Elit, YonGab, mencoba mengandalkan pengalaman memimpin pasukan kacang untuk mendiskreditkan YonGab dengan tuduhan "tekanan mental/psikologis", supaya ‘kenetralan dan ketegasan’ YonGab bisa disalahkan demi membenarkan kebiadaban Laskar Jihad di Maluku! Secara keseluruhan, Tim ini ke Maluku bukan untuk mencari kebenaran, tetapi "melihat peluang pembenaran Laskar Jihad", sambil "merancang tiang gantungan untuk FKM", dengan "menyetir PDSD-Maluku, sesuai keinginan jahad Jakarta"!!

Contoh lain yang memperlihatkan kemunafikan Hari Sabarno adalah, ketika memberikan ceramah pada Pengurus Cabang Muhammadiyah seindonesia, di Jogjakarta. Di sana, Hari Sabarno mengatakan (Republika, 04/05/02), "…masyarakat Ambon khususnya yang harus berpegang teguh pada perjanjian Malino dan jangan mau terus menerus diadu domba oleh pihak lain,'' katanya, Sabtu (04/05/02)." Yang berbicara ini Menteri Dalam Negeri kan? Apa otaknya atau hatinya yang sudah buntu, sehingga walaupun menjadi Mendagri, dia tidak bisa membedakan "mana warga Ambon/Maluku" dan "mana warga pendatang haram jadah" yang mengaku sebagai Muslim Maluku bertampang Jawa (dan malah Arab)? Lalu, untuk melindungi kajahadan ALIANSI Pemerintah NKRI-TNI/Polri-Laskar Jihad, di Maluku, Mendagri munafik ini mengatakan ''Tetapi saya tegaskan lagi selama masyarakat Ambon masih mengutamakan balas dendam dan kurang bersikap rasional…" Ketika sosialisasi Malino II diikuti oleh "pelukan dan air mata kedua basudara Salam-Sarani dan Pawai Baku Bae", banyak kunyuk berjenggot dan berseragam hijau atau berbaju batik lalu buru-buru buka mulut busuk mereka untuk mengatakan bahwa "baku bae itu tidak realistis", "terlalu cepat", "tidak mungkin", "tidak substansial", dll. Karena itu, mereka membela para laskar biadab dan preman berseragam SMU Islam yang menyerang pawai baku bae dan konvoi ojek, dengan alasan mengganggu "sholat jumat"! Sekarang, warga Ambon/Maluku, Salam-Sarani yang dianiaya ketika sedang berpelukan, dituduh si munafik bekas tentara ini sebagai "pendendam dan tidak realistis." Pernyataan-pernyataan seperti ini bukan saja kotor dan munafik, tetapi TIDAK BERADAB dan tak punya malu! Itulah cirri-ciri Mendagri, Hari Sabarno!

Coba kita lanjutkan pengamatan kita dengan mengambil "tukang obral-obrol selepas sholat", si Wapres, Hamzah Haz. Bencong bertahi-lalat ini mencoba membela si Panglima rusuh-jarah, Jafar Umar Thalib, dengan mengatakan (Mandiri, 04/05/02), "Sekarang bukan zaman waktu UU subversi. Jadi, kalau mau melakukan (penangkapan) harus ada data konkret. Kita sangat menghormati HAM. Kalau belum ada bukti hukumnya, para aparat harus berhati-hati," Padahal, saksi berjubel di Ambon, dan kaset dakwah iblis itu beredar dari tangan ke tangan di Ambon. Jika Doktor yang tak pernah berbuah ilmiah ini berkata benar, mengapa dr. Alex Manuputty dan Semmy Waeleruni, SH, diciduk-paksa oleh ratusan tentara, karena "sebuah rencana", dan menggunakan "tiang bendera selaku bukti rencana tersebut" (he Tangkudung bodo, keapa ngana tra ambil saja tiang jumuran kapolda sebagai bukti)? Mengapa tidak ciduk saja semua pemilik rimah yang ada tiang benderanya? HAM mana yang dihormati si Hamzah Haz? Mungin HAM yang artinya irisan daging babi!

Ketika si Wapres Hamzah Haz "apakah pemerintah akan menarik Laskar Jihad dari Ambon?", dia bukannya menjawab, tetapi malah berputar dan "meminta semua pihak tidak reaktif. "Kita harus bertindak dengan konseptual. Jadi, jangan reaktif," ujar Wapres. Mungkin yang dia maksudkan dengan konseptual itu seperti pesannya untuk Jafar Umar Thalib dan gerombolannya, agar "laskar Jihad menjadi pembawa damai di Maluku"! Maksudnya, adalah konsep doctoral bahwa "iblis kalau diajak baik-baik, bisa berubah jadi malaikat!" Oleh sebab pesan konseptual si Hamzah Haz inilah, maka dia TIDAK akan mau Laskar Jihad-nya keluar dari Maluku, dan karena itu "jawabannya memutar"! Coba perhatikan ungkapan otak ontanya di bawah ini!

"Menurut Hamzah, konflik horizontal di Ambon pada awalnya memang dipicu oleh faktor SARA atau agama. Namun, sekarang konflik itu sudah bergeser, dan ada yang bersifat eksternal. "Ada konflik yang eksternal. Bentuk konkretnya, RMS (Republik Maluku Selatan). Jadi, kita harus bertindak hati-hati, agar tidak merugikan kekuatan kita sendiri," jelas Hamzah yang juga Ketua Umum DPP PPP."

Sudah lihat? Konflik horizontal itu sudah bergeser, dan ada yang bersifat eksternal, ada konflik eksternal, dan eksternal ….lalu mana yang lainnya??? Tanyakan si penjual obat lepas sholat ini, apa memang konfliknya melulu eksternal? Si bencong ini hanya menyebut RMS dan eksternal untuk "mengaitkan separatisme dengan pihak Internasional", "separatisme dengan Barat", lalu…"separatisme dengan Kristen"! Begitupun, saya bersyukur bahwa si muka culas ini akhirnya menguatkan pendapat saya tentang adanya ALIANSI jahad yang berkepantingan dengan kehancuran dan pengurasan kekayaan Maluku! Sesudah mbak Wapres, siapa?

Media Indonesia (30/04/02), juga memuat pernyataan Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjo-goeritno, yang "menilai Panglima TNI, Kapolri, dan PDS Maluku tidak tegas menangani gerakan kelompok separatis di Ambon. Sikap para pemimpin tersebut mengakibatkan konflik di Maluku berlarut-larut. Kita seharusnya menanyakan si "badut tawar yang suka mengunyah mulutnya sendiri" di ruang arisan DPR/MPR sana, "Apa kamu bisa buktikan bahwa RMS itu gerakan separatis?" Karena si pengunyah mulut ini tidak becus, makanya dia katakan "Kalau itu gerakan separatis, kenapa dikasih hati. Saya ingin tanya, negara mana yang memberikan hati kepada gerakan separatis dan pemberontak? Sekarang dia mulai dengan istilah "kalau", padahal tadi dia langsung menuduh "kelompok separatis"! Apa jadinya DPR/MPR dengan ketua seperti ini? Dia mengatakan "Kasihan rakyatnya", padahal dia "makan uang rakyat di dalam gedung sarang ular tersebut, tanpa mampu membuahkan sesuatu yang baik bagi rakyat!"

Di dalam Sinar Indonesia Baru (30/04/02) badut pengunyah mulut ini mengatakan bahwa, "Menurutnya, peledakan yang terjadi kembali di Ambon yang dikabarkan sebagai ulah TNI hanya merupakan isu. Dia mengaku tahu persis bahwa gangguan keamanan itu dilakukan oleh kelompok RMS." Sekarang terbaca akhlak busuk dari seorang Wakil Ketua DPR, yang mengaku "tahu persis", hanya untuk bisa menjilat bokongnya si Jafar Umar Thalib dan pemelihara mereka, TNI! Saya tidak tahu, otak udang mana yang memikirkan bahwa karena "Militer Diduga Terlibat", maka "Diusulkan Darurat Militer di Ambon"! Soetardjo Soerjoguritno serta-merta menuduh PDSD-Maluku sebagai banci, padahal "gerombolan berdasi yang dipimpinnya tidak punya kelaki-lakian untuk mem-Pansus-an Koruptor Akbar Tanjung"! Bagaimana PDSD-Maluku bisa bertindak tegas, jika Pangdam dan Kapolda tidak mau menurut perintah? Bagaimana PDSD-Maluku bisa bertindak tegas, jika Jakarta selalu sibuk memberikan "instruksi Jahad" dan memasukkan KOPASUS ‘sendiri’ ke Maluku? Badut ini mengatakan bahwa "mereka tidak punya keberanian sama sekali dalam menghadapi gerakan separatis" dan "seharusnya mereka bertindak tegas terhadap gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS)" Padahal, "DPR menghindar dari FKM yang ke Jakarta untuk memenui mereka"! Padahal, "Sekian surat pernyataan dan tantangan FKM kepada DPR", tidak pernah dibalas! Bagaimana kalau saya kirimkan pesan kepada badut munafik pemamah mulut ini sebagai berikut:

Kepada Pak Wakil Tetua DPR, SOETARJO SOERJOGURITNO: Daripada anda cuma bisa mengunyah mulut lalu bicara tak karu-karuan untuk menuduh ke sana-kemari, bagaimana kalau ANDA NYATAKAN KELAKI-LAKIAN ANDA DAN KELOMPOK ANDA UNTUK MENGHADAPI FKM DI DALAM DEBAT TERBUKA? Atau anda "tahu persis" bahwa KEJAHATAN DAN KERAKUSAN RI akan ditelanjangi, dan karena itu DPR terpaksa melipat ekor di antara kedua kaki belakang lalu pergi dengan telinga tergantung ketika melihat FKM? Kalaupun anda memang tidak punya kelaki-lakian, saya pikir memang ada lebih baik anda jangan bersuara, dan teruslah memamah biak!

Begitu wakil ketuanya, begitu pula ketuanya! Koruptor yang buru-buru ‘naik haji’ ketika akan diringkus ini mengatakan bahwa (Antara, 30.04.02), "Pemerintah memang sudah pantas untuk mempertimbangkan penerapan darurat militer. meskipun telah ada Kesepakatan Malino, namun situasi tetap belum pulih, karena itu, patas diberlakukan darurat militer." Ketika diwawancarai setelah Malino II, dengan semangat tinggi Menkokesra, Yusuf Kalla mengatakan bahwa "HAMPIR SEMUA KEPUTUSAN MALINO II ADALAH TUGAS PEMERINTAH NKRI!" Koruptor beriman, Akbar Tanjung mengatakan bahwa keamanan Maluku belum pulih, tetapi dia tidak mengatakan apakah pemikiran untuk DM itu sudah saatnya karena Pemerintah NKRI sudah melakukan seluruh tugasnya tetapi tidak berhasil! Saya berpikir bahwa DM diusulkan supaya Pemerintah NKRI LUPUT dari melaksanakan tugas mereka yang hanya basa-basi untuk mempercantik wajah buruk mereka. DM diusulkan supaya Koruptor besar ini tidak harus MENJAWAB TANTANGAN FKM, demi tersimpannya kebusukan RI dan politik jahad NKRI, selain dia ingin merambah jalan masuk ke pusat kekuasaan lagi, setelah agak terpinggir karena kasus korupsinya!

Masihkah anda mengingat pernyataan sombong dan takabur si Jafar Umar Thalib, bahwa dia "punya jalur ke Panglima TNI, Widodo AS, lewat seorang bapak tua"? Sekarang perhatikan bahwa Surabaya Post (01/05/02), mencatat sebuah "pertemuan tertutup di Mabes TNI Cilangkap Jakarta, yang dihadiri oleh Menko Polkam, Susilo Bambang Yudhoyono, Kapolri, Jenderal Da'i Bachtiar, Mendagri, Hari Sabarno, Panglima TNI, Laksamana Widodo AS, dan pihak Kejaksaan Agung, untuk membahas penegakan hukum dan keamanan di Maluku." Apa yang diam-diam sedang mereka rancangkan melalui jalur hukum? "Rancangan penegakan hukum dan keamanan secara menyeluruh, merata dan adil di Maluku? BUKAN! Mereka sedang merancang cara terbaik untuk "menyelamatkan kebiadaban Laskar Jihad yang mereka pelihara", dan untuk "menggantung FKM dengan tuduhan yang jika bisa, jauh dari isu separatisme yang tak mampu mereka buktikan!"

Sebagai seorang "kesayangan dan andalan Wiranto", yang kebetulan dua kali dipercayakan untuk menduduki posisi kunci terhadap masalah Maluku, Susilo Bambang Yudhoyono tentu harus bertindak secara halus sebagai SUTRADARA drama penghancuran Maluku bagi kepentingan golongannya! Pada kesempatan pertama, dia sudah mencoba "memanipulasi jumlah Mesjid yang hancur di Maluku, sehingga melebihi jumlah Mesjid yang ada di Maluku dan Maluku Utara!" Tetapi permainan ini rupanya terlalu kasar dan kotor sehingga mudah terlihat! Sekarang, tentu si Sutradara ini akan mencari cara yang lebih halus, lebih kotor dan lebih beracun bagi Maluku!

Susilo Bambang Yudhoyono lalu MENGALIHKAN perhatian orang tentang kemungkinan "keterlibatan TNI" atau "ulah Laskar Jihad", atau "Kedua-duanya" di dalam kasus pembantaian biadab terhadap warga Kristen Soya (Satunet, 30/04/02), dengan memasang wajah munafik dan menyatakan "kecewa tentang kemungkinan adanya pihak ketiga yang melakukan gangguan keamanan di Maluku meskipun sejauh ini masih sebatas rumor dan spekulasi. Yudhoyono mengungkapkan salah satu rumor yang beredar yakni gangguan tersebut disebabkan adanya orang yang berambisi berkaitan dengan pergantian gubernur yang akan dilakukan Oktober mendatang."

Dengan pernyataan munafik dan berbisa ini, Susilo Bambang Yudhoyono berharap agar orang segera mencap "tokoh Kristen Maluku sebagai sumber kerusuhan", karena mati-matian berusaha agar Gubernur Maluku kali ini dari kalangan Kristen. Ambisi tokoh Kristen itu akan dihubungkan dengan usaha mendukung kegiatan FKM yang sudah ‘dibaptis’ terlebih dahulu! Dengan demikian, Laskar Jihad menjadi suci tak berdosa demi integrasi NKRI, sementara "separatis Kristen akan manjadi target utama DM (darurat militer). Manusia atau ibliskah ini?

Tidak sampai di situ, bekas parajurid yang munafik dan pengecut itu menuduh, "ada kelompok yang tidak senang atas prakarasa pemerintah untuk menyelesaikan konflik Maluku dengan kesepakatan Malino. Mereka itu dikabarkan berasal dari elemen di tingkat nasional. "Kalau itu terjadi saya kira sudah datang saatnya negara kita dikelola dengan baik dan bersih serta benar-benar mementingkan bangsa," Apa anda pikir bahwa "manipulator jumlah Mesjid rusak yang memalukan ini", mengerti apa artinya "baik dan bersih"? Bagaimana dia bisa menjadi sumber bagi yang baik dan bersih, sedangkan munafik pengecut berbadan besar ini berlindung di balik PDSD-Maluku melalui pernyataan, "tentang penarikan Laskar Jihad, hal itu lebih tepat ditanyakan kepada penguasa darurat sipil (PDS) Maluku." Padahal, sebagai Menkopolkam dan unsur PDS-Pusat, Susilo Bambang Yudhoyono-lah yang berwewenang untuk mengenyahkan Laskar Jihad dari Maluku atau menghalalkan keberadaan para perusuh ini di Maluku. Kenyataannya, PDSD-Maluku sudah memintanya untuk menarik Laskar Jihad dari Maluku, tetapi Susilo Bambang Yudhoyono MENOLAK, dengan alasan "menjaga keseimbangan kekuatan di Maluku"! Lalu apa gunanya pasokan batayon demi batalyon TNI/Polri ang terus mengalir ke Maluku? Untuk MEMBANTU Laskar Jihad dan MENGHABISI Kristen-separatis!?

Bagaimana mungkin "instruksi presiden Megawati Sukarnoputri untuk mempertegas penegakkan hukum" bisa dilaksanakan, sementara keberadaan Lskar Jihad di Maluku saja, sudah melanggar hukum (termasuk pembangkangan terhadap perintah Presiden NKRI), yang didukung oleh Ketua MPR, Amin Rais, dan Wakil Presiden NKRI, Hamzah Haz? Pemerintah Negara ini benar-benar sedang bermain dengan iblis, bapak segala dusta, walaupun setiap kali disorot kamera, mereka baru selesai sholat!? Megawati sendiri menyatakan bahwa (Liputan6.com, 01/05/02), "perubahan status baru diberlakukan bila situasi terus memburuk," tetapi tidak ingin mengetahui alasan "mengapa situasi tetap memburuk!" Mereka selalu mengaitkan pemberlakukan DM dengan situasi yang terus memburuk yang seakan-akan hanya disebabkan oleh meningkatnya perlawanan bersenjata dari gerakan separatis Kristen-FKM/RMS. Mengapa Pemerintah NKRI tidak segera berusaha mengembalikan nama baik RI/NKRI, dengan memperkarakan FKM/RMS secara langsung, di dalam sebuah sidang pengadilan yang disaksikan oleh pihak Internasional?

Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas, 01/05/02) kembali mengingatkan tentang konsekuensi diberlakukannya darurat militer. "Hal ini perlu diketahui karena jangan sampai di satu sisi pemerintah didorong terus untuk menangani kerusuhan Ambon dengan status darurat militer, tetapi publik dan rakyat Indonesia tidak paham adanya risiko tertentu yang pada akhirnya akan menyalahkan bahwa TNI/Polri telah melanggar HAM atau mengekang kebebasan." Munafik besar ini mencoba menjungkir-balikkan kenyataan bahwa "rakyat Maluku yang memaksa Pemerintah NKRI untuk memberlakukan DM", padahal ALIANSI Penjahat, Pemerintah NKRI-TNI/Polri-Laskar Jihad yang menciptakan keadaan sedemikain rupa untuk memuluskan jalan bagi pemberlakuan DM. Misteri ‘Pengeboman di depan Rumah Makan Nelayan dan Pembakaran Kantor Gubernur Maluku’ yang TAK TERPECAHKAN, memperlihatkan segalanya! Kedua tersangka (Ongen dan Zasa) yang akan dijadikan tumbal bagi ALIANSI, sekarang tidak sebut-sebut lagi!!!

Jangankan di dalam DM, di dalam DS saja kami dan seluruh rakyat Maluku sudah melihat dan merasakan kesewenangan dan kejahatan TNI/Polri sebagai bagian dari ALIANSI. Penyusupan dan pembantaian oleh NINJA HIJAU/LORENG ke berbagai daerah pemukiman Kristen di Ambon dan pengancuran desa Alang Asaude dan Waiselang, tidak akan pernah terungkap. Itu baru di dalam DS! Rakyat menyasikan apa yang terjadi di Aceh, dan tindakan biadab terhadap Ketua Presidium Papua, Theys H. Eluay. Rakyat tahu persis tentang beberapa JENDERAL MURTAD yang membusukkan TNI/Polri dan beberapa Tokoh/Ormas Islam yang ikut menikmati hasil JARAHAN Laskar Jihad, serta para Pejabat Korup dan bejad di dalam tubuh Pemerintah NKRI yang menajiskan NKRI! Mereka membentuk ALIANSI Penjahad atas Maluku, di bawah koordinasi Menkopolkam, Susilo Bambang Yudhoyono!

Sebagian orang yang memiliki kepentingan dengan TNI dan Laskar Jihad, Ketua DPA Achmad Tirtosudiro dan Ketua Fraksi TNI/Polri di DPR Letnan Jenderal TNI Budi Harsono, mengusulkan agar Darurat Militer segera diberlakukan di Maluku, karena payung politik dan hukum diperlukan bagi langkah tegas yang akan diambil dalam menyelesaikan konflik berkepanjangan di Maluku, sejak awal 1999" Padahal tindakan tegas itu bisa dilakukan, KALAU MAU, malalui DS (darurat sipil) yang juga memiliki payung politik dan hukum. Kita bisa mengerti mengapa mereka memberikan usulan munafik seperti ini, jika kita ingat bahwa AHMAD TIRTOSUDIRO adalah "bekas TNI" dan "mastermind-nya ICMI yang aktif bekerja di belakang layar", yang juga merupakan "pendukung Laskar Jihad!" Budi Harsono tentu saja akan mengutamakan kepentingan kelompok TNI (yang juga pendukung Laskar Jihad) daripada perdamaian Maluku.

Ahmad Tirtosudiro kemudian menyatakan, "pemerintah dapat lebih tegas menghadapi berbagai ancaman dan potensi perpecahan di Ambon, terutama dalam menghadapi pihak-pihak yang sulit diajak berunding." Bagaimana DPA bisa berfungsi sebagai "otak dan hati" bagi Presiden, jika ketuanya sendiri hanya memiliki "separuh otak dan separuh hati"? KETEGASAN DAN KESUNGGUHAN SESEORANG UNTUK BERKATA DAN BERTINDAK BENAR, TIDAK TERGANTUNG DARI LINGKUNGAN ATAU KONDISI YANG DICIPTAKAN/DIBERLAKUKAN!" DS tidak efektif karena "pembangkangan Militer/Polisi yang direstui Jakarta"! Karena itu, DM bukan kondisi dimana Pemerintah NKRI bida bertindak lebih tegas, tetapi situasi dimana "ALIANSI penjahad, Pemerintah NKRI-TNI/Polri-Laskar Jihad bisa lebih terjamin dan tersembunyi untuk meningkatkan kesewenangan dan penindasan"! Maluku akan bermandikan EKSEKUSI TANPA SIDANG demi kepentingan ALIANSI! Apa mungkin terjadi bahwa DPA bergabung dengan DPR/MPR dan ALIANSI untuk menghadapi FKM di dalam debat terbuka? TIDAK! Mereka terlalu jahad, pengecut dan munafik untuk berhadapan dengan kenyataan tentang kebenaran!

Walaupun Budi Harsono mengusulkan agar pemerintah menerapkan Darurat Militer dengan alasan "evaluasi lapangan menunjukkan bahwa situasi di lapangan sudah semakin tak terkendali", saya tidak cukup bodoh untuk tidak mengerti bahwa "hasil evaluasi sudah dirumuskan sebelum evaluasi dilakukan", dan catatan utamanya adalah "GANTUNG SEPARATIS KRISTEN DAN SELAMATKAN PEJUANG MUSLIM BAGI INTEGRASI NKRI, LASKAR JIHAD, dimana konflik Maluku yang horisontal diubah menjadi konflik vertikal

Sebaliknya, saya setuju dengan apa yang dikedepankan Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Asmara Nababan, bahwa "Darurat Militer hanya menciptakan ketenangan yang semu. Soalnya, ketidaksiapan mental aparat keamanan yang diterjunkan juga akan membuka peluang timbulnya kasus-kasus pelanggaran HAM. Asmara mengimbau pemerintah untuk mengedepankan pembentukan sikap netralitas dan profesionalisme anggota Polri/TNI yang bertugas di Maluku. Di samping itu, sejumlah hasil yang sudah dicapai dalam Pertemuan Malino II agar segera ditindaklanjuti melalui forum-forum serupa. Jelasnya, untuk mengakomodir dan menginventarisir masalah-masalah yang masih luput dalam Deklarasi Malino II [baca: Sebelas Kesepakatan Mengakhiri Pertemuan Malino]." Masalahnya adalah, apakah PUPUR DI WAJAH PEMERINTAH NKRI MASIH BISA DIJADIKAN SAGU BAGI RAKYAT MALUKU? Pemerintah NKRI dan kroni-kroni ALIANSI-nya harus dimasukkan ke dalam "Keadaan Darurat Moral-Intelektual untuk memadamkan sifat munafik, cinta dusta, jahad dan serakah, yang memberontak terhadap kebenaran!"

Kalaupun ada daerah yang ingin keluar dari NKRI, janganlah mereka disalahkan! NKRI sendiri yang harus disalahkan karena telah kehilangan Nasionalisme-nya, dan yang ada pada NKRI sekarang adalah "Nasionalisme sampalan yang betumpu pada kepentingan dan pemuasan nafsu golongan (sektarian)"! Hal ini tercermin di dalam Antara, (01/05/02), dimana Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) berpendapat, karena pemerintahan darurat sipil di Maluku tidak berjalan efektif maka pemerintah pusat harus sudah mulai mempertimbangkan berbagai cara lain, seperti darurat sipil plus atau darurat militer, lagi-lagi tanpa mampu mengemukakan dasar-dasar penilaian mereka. Bagaimana NKRI bisa memiliki ketahanan Nasional untuk menjaga keutuhannya, sementara LEMHANAS ternyata hanya mampu menampakkan diri sebagai "sekawanan kambing yang hanya mampu untuk ikut-ikutan mengembik"! Jika berbicara tentang sesuatu yang tidak efektif, orang akan berpikir untuk mencoba mengefektifkannya terlebih dahulu! Setelah tidak berhasil, barulah alternatif penggantian dipikirkan, dengan catatan bahwa "unsur penyebab ke-tidakefektifan-nya tidak akan muncul lagi. Lemhanas malah mengusulkan untuk mengantisipasi "pembangkangan segelintir anggota TNI/Polri yang didukung oleh Jakarta, dengan memberikan wewenang penuh pada TNI/Polri"! Kalau tidak bodoh, tentu munafik namanya!

Dari tadi, dan mungkin sampai akhir tulisan ini, kita hanya akan ketemu "satu orang, yang memiliki pandangan objektif yang dilandasi oleh kejujuran dan keberanian untuk mengatakan yang benar, seperti Asmara Nababan di atas! Coba perhatikan yang di bawah ini!

Ketua Fraksi PDI Perjuangan Roy BB Janis (Kompas, 01/05/02), mengatakan bahwa "Presiden meminta agar orang-orang yang menyulut kembali kerusuhan di Ambon, termasuk yang membangkitkan gerakan separatisme, agar ditindak tegas lewat jalur hukum", padahal Pemerintah NKRI sendiri tidak berani "membuat ketetapan politik melalui jalur hukum, bahwa RMS, dan karena itu FKM juga, adalah gerakan separatis!" Si tambun munafik dan pengecut ini hanya berani melafalkan "separatisme" yang berhubungan dengan kerusuhan Maluku, tanpa menyinggung "perusuh dan panjarah", Laskar Jihad, dan para desertir TNI/Polri yang SUDAH BERULANG-KALI DIBEKUK, tetapi tidak pernah digiring ke arah jalur hukum! Bilang ke Megawati, berhentilah menjual OMONG KOSONG!

Kebingungan menghadapi "Tekanan Jakarta" dan "Panggilan Maluku", Gubernur Maluku, Mohammad Saleh Latuconsina, menyatakan bahwa (Jakarta Post, 02/05/02) "Laskar Jihad yang didukung oleh segelintir Muslim Maluku, erat terkait dengan Penyerangan dan Pembantaian di Desa Kristen, Soya, berdasarkan Khotbah Iblis dari Jafar Umar Thalib di Mesjid Al Fatah, Ambon"! Selain akan mengundang bantahan bertubi-tubi dari Laskar Jihad dan berbagai Ormas Islam, pernyataan Mohammad Saleh Latuconsina amat bertendensi melindungi kejahatan TNI/Polri di dalam kerusuhan Maluku. Kejahatan TNI/Polri terlindungi dan suasana jadi ramai dengan kemelut lalu-lintas bantahan, lalu masalah intinya jadi terlupakan lagi! Hal ini sering membingungkan karena orang masih saja melihat Pemerintah NKRI, TNI/Polri dan Laskar Jihad sebagai pihak yang berdiri sendiri-sendiri. Berapa banyak penyusupan dan pembantaian seperti di Desa Soya, harus terjadi, sehingga orang melihat adanya ALIANSI ini? Barapa desa Kristen lagi yang harus musnah seperti Alang Asaude (Seram) dan Waiselang (Buru), baru orang percaya bahwa ALIANSI itu memang lagi berjahad di Maluku? Atau bangsa ini sudah terlalu rendah akhlaknya sehingga hanya mampu berputar-putar di dalam kemelut "Laskar Jihad atau TNI/Polri…TNI/Polri atau Laskar Jihad", untuk melupakan inti permasalahan bahwa tindakan biadab itu sudah sering terjadi dan akan terus terjadi, atas nama "pembelaan integrasi NKRI"?

(Bersambung ke bagian-2)

Salam Sejahtera!

JL.
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/kariu67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044