ROMANTISME VIKING

Judul: Lousiana Lousiana
Pengarang Jamal
Penerbit Grasindo, 2003
Isi 329 hlm.

Diresensikan: Donny Anggoro

Nilai-nilai moral dan budaya di negeri orang yang berbenturan dengan negeri asal adalah tema sentral novel yang ditulis oleh Jamal. Lengkapnya Jamaludin Wiartakusumah, adalah novelis kelahiran Ciamis dan dosen fakultas desain Itenas, Bandung.

Dikisahkan Randi, seorang mahasiswa desain di Kopenhagen anak sulung produsen mebel rotan dari Cirebon. Palle Sorensen, rekan bisnis ayah Randi mengurus Randi agar masuk Akademi Seni Rupa Denmark, Fakultas Arsitektur. Setibanya di Denmark Randi terheran-heran dengan gaya hidup serba permisif, termasuk free sex yang dijalani Hanne, kekasih Palle. Hanne yang selalu kesepian karena ditinggalkan Palle menggoda Randi. Randi sendiri sebenarnya sudah punya kekasih, yaitu Malene, seorang gadis Denmark.

Cerita lalu berputar pada kebimbangan Randi antara memilih Malene atau Hanne. Untuk mencintai Hanne bagi Randi tidak mungkin karena ia sangat menghormati Palle, sahabat ayahnya. Apa daya, Hanne terus menggoda Randi yang masih melihat hubungan cinta dari sudut moral Timur. Randi kemudian berhasil menghindari Hanne dengan hidup samen leven bersama Malene. Cerita tak berhenti sampai di sini. Ada tokoh lain Gabby, mahasiswa tamu dari Italia yang belajar di kampus Randi. Karena sama-sama mahasiswa asing Randi dan Gabby jadi akrab.

Selanjutnya dapat ditebak, Randi kemudian terlibat cinta dengan Gabby. Masih ada tokoh lain, seperti Fifay, gadis Indonesia yang ditemui Randi di internet. Ada Lia, juga gadis Indonesia. Humor di sana-sini juga diselipkan Jamal dengan lincah. Misalnya ketika Randi bertemu dengan Dedi, staf KBRI dimana ia bak "dikuliahi" tentang nilai-nilai moral di Denmark. Atau Jensen, sobat dekat Randi yang selalu memanggilnya "Hey, Java!"

Dengan lancar Jamal melukiskan perjalanan batin Randi, tanpa melepaskan karakternya yang dipenuhi kebimbangan dalam bercinta. Uniknya, novel ini tak berkembang menjadi kisah cinta biasa. Kisahnya begitu mengalir diselingi dialog seni rupa, arsitektur dan sejarah plus humor di sana-sini yang memancing senyum. Humor yang ditampilkan Jamal, seperti joke yang dikirim adiknya, Hendra berhasil menghadirkan suasana rileks sekaligus menggelitik kepada pembaca. Dialog-dialog ini tak berkesan tempelan semata (sesuatu yang kadang menjebak umumnya penulis novel kita, sehingga terkesan si penulis "pamer pengetahuan" atau menggurui pembaca) melainkan berhasil menguatkan identitas Randi sebagai mahasiswa seni rupa di negeri Viking.

h o m e