Nilai-nilai
moral dan budaya di negeri orang yang berbenturan dengan negeri asal
adalah tema sentral novel yang ditulis oleh Jamal. Lengkapnya Jamaludin
Wiartakusumah, adalah novelis kelahiran Ciamis dan dosen fakultas desain
Itenas, Bandung.
Dikisahkan
Randi, seorang mahasiswa desain di Kopenhagen anak sulung produsen mebel
rotan dari Cirebon. Palle Sorensen, rekan bisnis ayah Randi mengurus
Randi agar masuk Akademi Seni Rupa Denmark, Fakultas Arsitektur. Setibanya
di Denmark Randi terheran-heran dengan gaya hidup serba permisif, termasuk
free sex yang dijalani Hanne, kekasih Palle. Hanne yang selalu kesepian
karena ditinggalkan Palle menggoda Randi. Randi sendiri sebenarnya sudah
punya kekasih, yaitu Malene, seorang gadis Denmark.
Cerita
lalu berputar pada kebimbangan Randi antara memilih Malene atau Hanne.
Untuk mencintai Hanne bagi Randi tidak mungkin karena ia sangat menghormati
Palle, sahabat ayahnya. Apa daya, Hanne terus menggoda Randi yang masih
melihat hubungan cinta dari sudut moral Timur. Randi kemudian berhasil
menghindari Hanne dengan hidup samen leven bersama Malene. Cerita tak
berhenti sampai di sini. Ada tokoh lain Gabby, mahasiswa tamu dari Italia
yang belajar di kampus Randi. Karena sama-sama mahasiswa asing Randi
dan Gabby jadi akrab.
Selanjutnya
dapat ditebak, Randi kemudian terlibat cinta dengan Gabby. Masih ada
tokoh lain, seperti Fifay, gadis Indonesia yang ditemui Randi di internet.
Ada Lia, juga gadis Indonesia. Humor di sana-sini juga diselipkan Jamal
dengan lincah. Misalnya ketika Randi bertemu dengan Dedi, staf KBRI
dimana ia bak "dikuliahi" tentang nilai-nilai moral di Denmark.
Atau Jensen, sobat dekat Randi yang selalu memanggilnya "Hey, Java!"
Dengan
lancar Jamal melukiskan perjalanan batin Randi, tanpa melepaskan karakternya
yang dipenuhi kebimbangan dalam bercinta. Uniknya, novel ini tak berkembang
menjadi kisah cinta biasa. Kisahnya begitu mengalir diselingi dialog
seni rupa, arsitektur dan sejarah plus humor di sana-sini yang memancing
senyum. Humor yang ditampilkan Jamal, seperti joke yang dikirim adiknya,
Hendra berhasil menghadirkan suasana rileks sekaligus menggelitik kepada
pembaca. Dialog-dialog ini tak berkesan tempelan semata (sesuatu yang
kadang menjebak umumnya penulis novel kita, sehingga terkesan si penulis
"pamer pengetahuan" atau menggurui pembaca) melainkan berhasil
menguatkan identitas Randi sebagai mahasiswa seni rupa di negeri Viking.