EPIGRAM

Penerbit

Gramedia Pustaka Utama

1989
Demonstrasi di kampus mereka di Bandung menyeret Kris dan Nara ke dalam nasib yang tidak pernah mereka bayangkan: dipecat rektor, diculik aparat, dipenjara lalu dibebaskan, tapi untuk dibuang ke negeri lain: Kris ke Jerman, Nara ke Amerika Serikat.

2003
Dibuang ke bagian lain dunia membuat Nara harus menerima kenyataan yang membalikkan nasib dan idealismenya. Sementara Kris terlunta di antara rasa bersalah dan prestasi gemilang. Ia pun dihadapkan pada pilihan pelik: terus mengusung idealisme atau melupakan masa lalu dan kembali ke tanah air....

Di luar masalah idealisme, muncul konflik lain yang memusingkan keduanya... cinta.

 

sebuah tangisan panjang, cerita romantik luka anak-anak manusia dengan latar perjuangan mahasiswa di tengah situasi politik yang absurd, melahirkan tokoh-tokoh individu yang kesepian, gundah, ragu…

Tisna Sanjaya, seniman

Suatu novel yang ambisius. Pembaca diajak ke ruang yang melintas globe dibantu inovasi teknologi terkini. Ilmu pengetahuan sciencenya memberi latar belakang yang mendetail dan memberi basis yang kukuh sehingga depiksinya meyakinkan dan memikat. Novel ini strategis pula karena kejadian-kejadian terjadi di pertemuan dua aksisi, yaitu aksis yang horizontal dan vertikal. Yang horizontal adalah setting geografis yang merentang di atas bumi ini: laut Eropa utara, Jerman, Spanyol, Belanda, Indonesia dan Amerika. Yang vertikal adalah rentang waktu dari kini ke 1989 dan kini kembali dengan metode kilas balik. Si protagonis Kris, mantan aktivis, bergerak di pertemuan dua aksis tersebut. Karya Jamal yang ke-4 ini akan membuat kita berpikir hakekat romantis laki-laki dan perempuan sebagaimana arti kata 'roman'.

Dr Mikihiro Moriyama, Professor of Indonesian Studies, Nanzan University, Nagoya

Jamal penulis berbahaya! Menyihir pembacanya menerobos fiksi dan nonfiksi. Realitas di tangan Jamal menjelma dongeng dan sebaliknya dongeng menjelma realitas. Bahkan dunia aktifis politik mahasiswa yang keras, kaku, dingin kadang paranoid di tangan Jamal jadi lentur, manusiawi bahkan konyol. Bukankah aktivis juga jatuh cinta, patah hati dan bisa menghianati teman dan cita-citanya?

M. Fadjroel Rachman, Kolumnis, presenter TV, mantan aktivis Demonstrasi 5 Agustus 1989 ITB.

home
inside
RESENSI