Republika, Jumat, 23 April 2004
Sipil Siap Hadang RMS
Laporan : kir
AMBON -- Penentangan terhadap gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS)
bukan hanya disuarakan aparat keamanan. Kalangan sipil di Ambon juga bertekad
menghadapi gerakan terlarang itu. Forum Pemuda Muslim Baguala (FPMB) bersama
dengan Pemuda Reformasi Maluku, mengancam akan melakukan tindakan fisik,
untuk melawan gerakan separatis Front Kedaulatan Maluku (FKM) atau RMS, pada
25 April mendatang. Peringatan itu dikemukakan Ketua FPMB Sulaiman Latupono,
dan Pimpinan Wilayah Pemuda Reformasi Maluku, Muhammad Saleh B Nurlete, di
Ambon, Rabu (21/4).
Kedua organisasi ini juga telah membentuk pasukan, namanya Milisi Penyelamat
Bangsa (MPB). "Jadi saya mau mengingatkan kepada seluruh warga Kota Ambon,
bahwa pada tahun kemarin (2003), jumlah bendera RMS yang dinaikkan, terbanyak di
daerah Kecamatan Baguala. Bila ada yang menaikkan bendera lagi, maka mereka
berhadapan secara fisik dengan kami," kata Latupono. Dia mengungkapkan bahwa di
dalam tindakan yang dilakukan Milisi Penyelamat Merah Putih bentukan FPMB dan
PRM, tetap akan mengacu di dalam koridor undang-undang yang berlaku di NKRI.
Bahkan pihaknya dalam mengambil tindakan tersebut, juga akan berkoordinasi
dengan pihak TNI dan Polri di Maluku.
Sementara itu pihak FKM/RMS mengklaim telah mendapat dukungan dari sembilan
negara, untuk mengembalikan kemerdekaan bangsa Maluku. Pengakuan pihak asing
itu, disampaikan sendiri oleh Sekjen FKM/RMS, Mozes Tuanakota. "Sembilan negara
telah mendukung perjuangan FKM/RMS untuk mendapatkan kemerdekaan bangsa
Maluku," kata Mozes Tuanakotta kepada wartawan, kemarin. Menurutnya,
negara-negara tersebut telah menandatangani persetujuan untuk mendukung
perjuangan FKM/RMS. Namun, Mozes masih merahasiakan negara-negara yang
telah mendukung perjuangan kemerdekaan Maluku.
"Menyangkut hubungan diplomatik dengan negara lain, kami telah melakukan
hubungan dengan baik, tetapi pada saatnya nanti hubungan diplomatik tersebut akan
terungkap ke permukaan, dan diketahui semua orang," ungkapnya. Baginya,
dukungan luar negeri merupakan persoalan politik, diplomasi dan hubungan
antarbangsa dan antarnegara, sehingga perlu dijalin secara khusus. Dan hal tersebut
sudah dijalankan Pimpinan Eksekutif FKM, Alexander Manuputty serta Pimpinan
Yudikatif FKM, Semy Waeleruny di luar Maluku. Terkait ancaman Panglima Daerah
Militer (Pangdam) XVI Pattimura yang akan melibas habis FKM/RMS dari bumi
Maluku ditanggapi serius Mozes.
"Boleh saja panglima mengatakan demikian, tetapi Undang-Undang Dasar 1945
mengatakan kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, sehingga penjajahan harus
dihapuskan," ungkapnya. Pihaknya mengaku siap menghadapi ancaman TNI, yang
tidak didukung polisi itu, di tingkat internasional. "Kita dalam keterbatasan, tetapi
tetap upacara resmi tetap dilakukan seadanya, tetapi komitmen kami untuk
melakukan upacara, menaikkan bendera seperti tahun kemarin," ungkapnya.
© 2003 Hak Cipta oleh Republika Online.
|