SWASTI! SWARA PURBAKALA NUSANTARA Media Publikasi Berita, Gagasan, Ide, dan Wacana Dalam Khazanah Kepurbakalaan Nusantara

Tour Organizer,
Suatu Bentuk Usaha Jasa Pariwisata yang Adaptif,
Fleksibel, dan Profitable


tanggal upload naskah : 15 Oktober 2003
Kontributor : Gatut Eko Nurcahyo



---sedikit berfilosofi---

manusia, mahakarya-Nya yang dinamis yang tidak akan pernah berhenti mencipta dan mencari mencipta dan mencari untuk segala sesuatu yang ia dambakan manusia itu dinamis karena ia terus berubah dan karena ia berbudaya mulai dari batu-batu megalithic, puing candi-candi tua, masjid dan gereja kuno, tugu Monas, hingga jembatan layang ... dan manusia tidak akan pernah berhenti mencipta dan mencari

Siapa pun akan sepakat bahwa Nusantara kita ini tengah menderita krisis multi-dimensi. Apa pun istilah yang diberikan oleh para winasis, mulai dari para ekonom, politisi, sastrawan, hingga para pandemen warung angkring, semua sepakat akan hal itu.

Manusia itu makhluk yang rumit, kompleks. Ia memiliki sisi jasmani dan sisi rohani -yang semestinya- selalu dalam keadaan sselaras dan seimbang. Manusia, dalam segala hal yang dituntut oleh sisi jasmaninya, selalu pula mencipta dan berkreasi untuk kenyamanan sisi rohaninya. Bolehlah orang berkata bahwa dalam krisis multi-dimensi yang tengah melanda, tuntutan jasmani lebih banyak berperan bahkan dalam arti yang sangat ekstrim, yaitu yang penting bisa hidup, perut kenyang, carpe diem .... Tetapi itu bukanlah suatu dalil mutlak, lebih baiklah jika ditanggapi sebagai ekspresi spontan, sebagaimana wajarnya manusia dengan budi dan dayanya merespon lingkungan hayati maupun non-hayati di sekitarnya.

Jauh dalam diri seorang manusia, karsa dan karyanya akan selalu mengupayakan keseimbangan antara tuntutan jasmani dan rohani, bahkan di alam bawah sadarnya sekali pun. Sebagaimana tidak ada seorang dalang yang tidak akan merasa nyaman mendalang di atas tilam yang bertebar duri maupun seorang ibu tani yang menanam benih padi dengan mata tertutup.

---realitas---

Bicara soal realitas, dalam keadaan yang sulit sekarang ini, marilah kita tengok suatu fenomena yang sangat menarik di tempat-tempat pemacingan, pantai-pantai, kebun binatang, rental-rental playstation, hingga panti-panti pijat. Bukankah sangat kontras bahwa di satu sisi, kedatangan orang-orang ke tempat-tempat tersebut tidak, atau tidak secara langsung, membuat perut mereka kenyang dan isi dompet bertambah banyak. Ada pun manfaatnya dapat dikatakan bersifat abstrak : kesenangan dan kepuasan.

Satu kebenaran mutlak yang dapat kita tahu dari fenomena itu bahwa hasrat untuk memenuhi tuntutan rohani dalam diri manusia akan selalu ada. Beberapa istilah yang berkenaan dengan fenomena di atas adalah refreshing, rekreasi. Penyegaran (pikiran) kembali dan hiburan, akan banyak hal yang sama yang kita temukan di balik makna refreshing maupun rekreasi, tetapi marilah kita sepakat untuk merangkumnya dalam satu istilah : wisata.

Selain lebih bernuansa Nusantara, dalam pengertian wisata seseorang tidak hanya akan diarahkan pada pencapaian kesenangan maupun kepuasan semata tetapi lebih dari itu : hikmah. Wisata menawarkan banyak hal yang tidak harus diketahui atau dikenal sebelumnya oleh seseorang. Meskipun demikian, wisata akan selalu menjanjikan pengalaman baru yang akan selalu dikenang dan bahkan selalu dirindukan untuk dialami kembali, pengalaman seorang manusia dari apa yang pernah ia lakukan, ia lihat, ia dengar, ia rasakan, bahkan ia beli. Itulah hikmah yang dimaksud. Lebih dari itu, dalam wisata akan banyak pilihan tetapi akan ada satu konsep yang sifatnya tetap : keterlibatan sisi jasmani dan rohani si peminat atau pelaku wisata.

Bersama-sama dengan istilah global lainnya, turisme, tourism, maupun traveling, wisata merupakan "dunia yang selalu baru" yang sangat menarik dan menantang untuk dikenali, diekspos, dan bahkan dieksplor. Dieksplor ? Kenapa tidak ? Manusia dan kebudayaannya bersifat dinamis, keduanya menginginkan dan melatarbelakangi munculnya hal-hal baru, perbaikan dan pengembangan dari yang sudah ada maupun sesuatu yang baru sama sekali. Tergantunglah pada keinginan kita untuk menempatkan diri sebagai penikmat wisata atau pelaku wisata.

Apa bedanya penikmat dengan pelaku ? Jika wisata diasumsikan sebagai objek yang tersedia untuk diolah, seorang pelaku wisata akan terus berkreasi atau dalam istilah globalnya adalah berinovasi dalam kedudukannya sebagai subjek. Sang subjek akan menuangkan kreasi dan mewujudkan inovasinya pada objek yang telah ada maupun yang masih tersembunyi agar objek tersebut tetap, terus, dan bertambah menarik sehingga mendatangkan objek kedua, yaitu penikmat. Itulah pelaku wisata, ia adalah kreator, inovator, penemu, the explorer. Eksplorasi yang berwawasan moral, etika, humanisme, dan hakikat naturalisme, itu prinsip-prinsip yang dianut oleh pelaku wisata dan itu pula yang membedakannya dengan dari bidang lainnya.

---sedikit mem"bumi"---

Bukankah wisata itu sangat menarik untuk ditekuni ? Terlebih sebagai pelaku wisata, ia akan selalu berkembang dalam usahanya mencari, berkreasi, berinovasi, dan mengolah objek yang ditekuninya. Pelaku wisata, dalam bingkai yang lebih realistis dan mem"bumi" adalah pekerja, pengusaha, dan pengelola objek wisata. Ia dapat berperan sebagai employee, employer, manager, maupun director.

Wisata adalah suatu disiplin, di dalamnya terdapat objek, metode, dan tujuan. Objek dalam wisata kiranya cukup jelas, yaitu hal-hal riil berupa alam atau tradisi/living culture. Metode ? Seorang pelaku wisata, dalam menemukan, mengembangkan, dan mengelola objeknya akan selalu memerlukan langkah-langkah yang terencana dan terukur. Tujuan ? Semakin jelas kiranya bahwa seorang pelaku wisata selalu menginginkan objek yang dikelolanya dapat mendatangkan profit bagi dirinya dan bagi orang lain. Menyinggung soal profit, wisata sebagai objek yang dapat dieksplor sangat menjanjikan profit bagi para pengelolanya, yaitu pelaku wisata. Pelaku wisata, dengan objek, metode, dan dorongan untuk mewujudkan inovasinya, akan mendapatkan profit yang besar-kecilnya sungguh dapat ditentukan dan dikembangkan sendiri. Tergantung pada kualitas dan kreatifitas sang pelaku wisata. Tentunya semua itu tidak melulu harus dimengerti dalam kerangka materiil saja, tetapi kenyataannya, seorang pelaku wisata akan mendapatkan hikmah tak terhingga besarnya, yaitu pendewasaan dan pengembangan diri yang berwawasan luas.

---jatidiri---

Pelaku wisata dapat tampil dengan bermacam peran, suatu saat dan di suatu tempat ia adalah seorang pemandu wisata, sedangkan pada saat dan di tempat lain ia dapat berperan sebagai seorang tour leader, pegawai ticketing, pemilik travel agent, atau sebagai manager pada suatu tempat wisata. Beberapa lembaga juga cukup menunjukkan jenis aktifitas para pelaku wisata beserta sub-sub bidang yang mereka tekuni : travel agent, tour 'n travel, car rental, dan lainnya.

Lalu bagaimana dengan Tour Organizer ? Cukup sulit untuk menjawab pertanyaan yang sesungguhnya sangat luas pula lingkupnya itu, sehingga ada baiknya terlebih dulu disajikan beberapa fenomena sebagai ilustrasi sebagai berikut.

  • Suatu hari, ada seorang wisatawan datang ke sebuah agen tour 'n travel untuk menanyakan beberapa keperluan. Satu di antara yang sangat "fenomenal" adalah bahwa ia menginginkan suatu paket wisata yang di dalamnya mengintegrasikan beberapa tema sekaligus, yaitu tema panorama alam, petualangan, dan budaya. Dalam tema panorama, ia ingin mengunjungi suatu tempat yang indah, dan benar-benar masih natural dan diharapkan ia akan mendapatkan petualangan sebagai buah pengalaman yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya dan ia ingin pula mengamati unsur-unsur budaya atau tradisi setempat yang ia kira akan sangat menarik. Tuntutan-tuntutan semacam itu sangat tidak mudah untuk dipenuhi dan bisa jadi paket wisata semacam itu pun belum tersedia dalam sekali jalan. Sangat sulit mendapatkan suatu objek yang memenuhi tuntutan di atas, yaitu suatu tempat yang mengandung potensi wisata panorama, avonturir, dan kultural sekaligus karena objek semacam itu harus dicari terlebih dulu. Tidak itu saja, seandainya pun objek sudah ditemukan, perlu langkah-langkah pendahuluan untuk mempersiapkan hardware-software-brainware yang telah ada pada SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDA (Sumber Daya Alam) setempat.
  • Serombongan wisatawan yang terdiri dari orang-orang yang berlatar belakang pendidikan yang sama, yaitu seni rupa, datang ke Nusantara untuk mencari, mendatangi, menemukenali, mendokumentasi, dan menikmati unsur-unsur ragam hias yang terdapat pada candi-candi se-Jawa. Mereka tentunya tidak akan mendapatkan agensi perjalanan wisata yang dapat melayani keinginan mereka sepenuhnya. Soal candi, memang sih yang diketahui hanya Prambanan dan Borobudur, tetapi tahukah orang-orang travel agent itu bahwa masih banyak candi-candi di tempat-tempat yang sangat khusus -jika tidak dapat dikatakan terpencil- yang menyimpan potensi yang justru diharapkan oleh serombongan wisatawan tersebut ? Permasalahan di atas merupakan sebagian kecil yang dapat dijadikan contoh tentang suatu konsep baru (di Nusantara) dalam dunia wisata, yaitu wisata minat khusus dan ternyata memang belum banyak dikembangkan padahal potensinya cukup besar.
  • Beberapa orangtua murid SD menanyakan ada-tidaknya suatu paket liburan bagi anak-anaknya. Dalam paket wisata tersebut, mereka menginginkan adanya aktifitas-aktifitas positif yang tidak sekedar berekreasi ke tempat-tempat wisata dan sekedar berbelanja sebagaimana paket-paket reguler yang sudah ada. Secara ekstrim, mereka menginginkan paket tersebut menjadi sarana bagi anak-anak untuk berlatih mandiri dan mengenal alam, setidak-tidaknya menjadi mengerti bahwa sayur-sayuran itu tumbuh dan berasal dari ladang yang ditanami, bukannya tumbuh dan berasal dari supermarket. Tiga fenomena di atas merupakan sebagian kecil permasalahan yang cukup menarik untuk dicermati dan sebagai insan-insan yang selalu berinovasi, ingin maju dan berkembang, permasalahan tersebut akan lebih patut untuk dipandang sebagai peluang. Nampak sekali bahwa dunia wisata masih memerlukan suatu bentuk usaha yang lebih dituntut kreatif, inovatif, luwes, berwawasan luas, gesit, dan profesional untuk mengisi peluang-peluang yang masih sangat potensial.

    Bentuk usaha tersebut harus mampu "melihat segala sesuatu yang tidak terlihat", mampu memahami keinginan konsumen, mampu memberikan advis yang relevan, organisator dari segala sumber daya-sumber daya wisata, dan akhirnya bahkan mampu menyelenggarakan segala hal yang dituntut oleh konsumen sebatas prinsip-prinsip yang manusiawi. Suatu alternatif, dengan demikian sangat dibutuhkan dan alternatif yang sangat relevan dan potensial adalah keberadaan suatu Tour Organizer.

    Tour, sangat jelas bahwa kata tersebut sekaligus juga menunjukkan bidang, sektor, atau objek yang ditekuni, yaitu wisata, perjalanan wisata. Sedangkan Organizer lebih bermakna sebagai predikat sebagaimana makna dasarnya, to organize, mengatur atau menata sehingga pelaku wisata yang berpredikat Organizer mempunyai kualifikasi sebagai seorang pengatur, penata, penyelenggara. Jadi Tour Organizer merupakan suatu bentuk usaha yang bergerak di bidang atau sektor wisata dan berpredikat sebagai pengatur, penata, organisator sumber daya-sumber daya wisata. Ada pun output yang ditawarkan adalah penyelenggaraan produk-produk wisata yang benar-benar qualified dan berorientasi pada kebutuhan konsumen atau yang benar-benar dicari oleh konsumen.

    Pelaku Tour Organizer merupakan katalisator antara sumber daya-sumber daya wisata dengan konsumen atau wisatawan sehingga tercipta suatu sinergi yang khas dan memuaskan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Bentuk usaha Tour Organizer memiliki bidang kerja yang sangat luas dan satu hal yang sangat spesifik yang membedakannya dari bentuk-bentuk usaha wisata lainnya adalah sifatnya yang fleksibel, inovatif, kreatif, dan adaptif karena adanya tuntutan untuk menata dan mengatur sumber daya-sumber daya wisata yang sangat kompleks namun belum semua tergarap dengan lebih baik. Kelebihan yang ditawarkan oleh Tour Organizer, ditinjau dari sudut pandang konsumen, adalah tersedianya produk-produk wisata yang berorientasi pada minat konsumen sehingga timbul keyakinan bahwa produk-produk yang ditawarkan benar-benar telah dikelola dengan profesional. Konsumen akan selalu merasa dijanjikan serangkaian pengalaman baru yang akan selalu dikenang dan bahkan diulangi. Kenapa demikian ? Jawabnya adalah karena Tour Organizer, dengan kemampuan dan kreatifitasnya dalam meramu-mengelola-mengatur- merangkai-menata sumber daya-sumber daya wisata, akan menghasilkan produk-produk wisata yang mencakup tiga kebutuhan dasar (three basic needs) : something to see, something to do, dan bahkan something to buy dalam kerangka tema wisata yang dikehendaki.

    Apabila ditinjau dari sudut pandang pelaku Tour Organizer, produk-produk yang ditawarkan memiliki segmen yang jelas. Dalam berwisata pun orang akan memilih produk, yaitu paket wisata, yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, dan untuk itulah Tour Organizer ada. Adanya segmentasi akan membuat penanganan setiap produk menjadi lebih fokus dan terarah, selain adanya efisiensi dalam pendayagunaan waktu, tenaga, dan biaya. Ada pun secara materi, dengan berpegang pada suatu postulat bahwa seseorang tidak akan segan mengeluarkan biaya banyak untuk mendapatkan sesuatu yang benar-benar diinginkan, produk-produk yang tersegmentasi dan berorientasi pada kebutuhan konsumen menjanjikan nilai profit yang tinggi.

    ---rincian produk ?---

    Sebagai bentuk usaha yang menawarkan jasa yang berorientasi pada minat dan kepentingan konsumen, secara garis besar produk-produk yang ditawarkan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  • Produk-produk insidentil, yaitu produk yang bentuk riilnya baru dapat dirinci setelah ada permintaan konsumen yang menghendaki paket wisata yang bentuk dan tujuannya sangat khusus. Tidak perlu dikhawatirkan akan adanya ketidaksiapan dalam mengantisipasi kehendak konsumen yang dapat saja sangat beraneka macam karena dengan bekal jaringan teknis dan wawasannya yang luas, para staf Tour Organizer akan dengan gesit, kreatif, dan cermat menata, mengkonsolidasi, meng-organize, sumber daya-sumber daya yang telah ada untuk diolah menjadi suatu paket yang dapat memenuhi minat dan tujuan khusus yang dikehendaki konsumen. Sebagai contoh, diasumsikan pada suatu saat ada wisatawan yang menginginkan suatu nilai tambah dalam kegiatan wisatanya. Ia ingin berwisata di lingkungan pedesaan yang masih asri, tetapi ia menuntut pula bahwa ia ingin mendapatkan pengalaman baru dengan jalan berpartisipasi langsung dalam kehidupan sehari-hari warga desa setempat. Wisatawan tersebut sangat tertarik terhadap kegiatan membajak sawah, makan siang di gubug di tengah sawah, sebagaimana yang sebelumnya baru dapat ia lihat melalui foto-foto tentang kehidupan tradisional. Tour Organizer sangat relevan dalam penanganan produk yang sedemikian rupa, dan dengan penuh kreatifitas dan kecermatan akan segera mempersiapkan dan menata segala perangkat dan sumber daya yang ada agar tuntutan sang wisatawan dapat terpenuhi. Para staf Tour Organizer akan segera melakukan konsolidasi dengan sumber daya setempat untuk mendukung terselenggaranya suatu paket wisata yang menguntungkan semua pihak, melakukan briefing seperlunya agar tidak terjadi culture shock sehubungan dengan adanya hal-hal asing yang akan masuk. Termasuk dalam produk ini antara lain adalah paket-paket wisata yang berobjek even-even tradisional yang unik dan menarik.
  • Produk-produk reguler, yaitu paket-paket wisata yang bertemakan hal-hal yang pada umumnya, sangat dibutuhkan atau dicari oleh konsumen. Ada pun tema-tema tersebut adalah tema alam (paket panorama alam darat dan laut, sightseeing/pengamatan lingkungan), tema avonturir/petualangan (caving, diving, climbing, camping, swimming), tema kultural/budaya, dan tema edukasi/pendidikan maupun pengembangan diri (misalnya desa wisata, summer camp, dan pelatihan managemen kelompok di alam bebas/outbound training).



    klik : Gambaran Operasional (versi .doc)

    klik : Perencanaan Produk (versi .doc)





    Komunitas Swasti! Swara Purbakala@2003
    Website Administrator : gatut.eko@plasa.com

  • Kembali ke Daftar Wacana Kembali ke Halaman Utama