- Nama: Samik Ibrahim Gelar Rajo Garak Bumi
(8 Agustus 1908 - 24 November 1978)
- Negeri Asal: Nyiurgading,
Koto Baru Kambang,
Kecamatan Lengajang,
Kabupaten Pesisir Selatan
- Suku: Kampai
- Keluarga:
- Silsilah: Buyung Hitam gelar Imam Ibrahim (m. 1923)
berasal dari suku Panai di hulu negeri Kambang, dan
Gending berasal dari suku Kampai.
Mereka beranak
Yung Adung (H. Jamar, Hindun, Hafsah),
H. Sanafiah (m. 14 Juni 1967)
(H. Basir Ibrahim, H. Samik Ibrahim, H. Ramalan Ibrahim),
Maryam (A. Juhir, Zubaidah, Yakub, Nurbaiti),
N.A. Malik (Zainudin, Sjamsudin, M. Ali Malik),
Kuti (Alis Kacat),
Yung Gadang (Darusi, Mansyur, Zainudin, Nurbaiti),
Bawi.
Kaling gelar Chatib Ibrahim
(m. 14 Juni 1936) kawin dengan
H. Sanafiah (m. 14 Juni 1967).
- Istri:
Hj. Rangkayo Syamsiar
binti Tasir (m. 4 Maret 1987)
Silsilah: Saluato -->
Saniani/Geni -->
Maryam.
- Anak:
- Dr. R.A.K. Samik-Ibrahim,
Rahmah Thamrin,
Umar Samik-Ibrahim (m. 10 Oktober 1991),
Usman (m. 1936?),
Asma S.H.,
Abdullah (m. 1939?),
Dra. Aisyah,
Dra. Syahidah,
Ir. M. Ali Samik-Ibrahim,
Hanifah (m. 1951?),
Ir. M. Abd. Razak Samik Ibrahim, MPd.,
Siti Hajir.
- 1915 - 1921:
Sekolah Rakyat Medan Baik Kambang (Ijazah).
- 1918 - 1924:
Mengaji Agama dan Bahasa Arab di Kambang, Padang, dan Bayang.
- 1921 - 1928:
Menggerakkan beberapa kegiatan masyarakat seperti:
- Aktivis Serikat Seia Sekata - Serikat Teling (Kambang)
- Memimpin Perkumpulan Pengajian Jamiatul Islamiyah di
Amping Parak dan Kambang: mengajak masyarakat agar
menyekolahkan anak-anaknya ke luar kampung.
- Memimpin Serikat Tolong Bertolong Perdagangan Padi
untuk bersaing dengan tengkulak non-pribumi.
- 1922 - April 1223:
Kursus Guru - C.V.O. (Volk-onderwijs) di Padang.
- 1924 - 1925:
Guru Bantu pada Sekolah Desa Koto Pulai (Kambang).
- 1926:
Menikah dengan Sjamsiar suku Melayu dari Amping Parak, Kecamatan
Batang Kapas (sekarang: Kecamatan Sutera --
Surantih-Teratak-Amping Parak), Kabupaten Pesisir Selatan.
- 1926 - 1928:
Guru Kepala pada Sekolah Desa di Amping Parak.
Dalam sekolah berusaha untuk memasukkan didikan agama dan cara
membaca Quran, lalu mengubah pelajaran menyanyi menjadi
mengaji.
Hal ini ditegur oleh Opziner Sekolah, lalu diterangkan kepada
Opzimer itu guna diajarkan mata pelajaran mengaji supaya anak-anak
pandai membaca Arab dan fasih membaca Quran.
Opzimer memaksa memilih satu, antara Muhamadiyah atau tetap
menjadi guru. Terpaksa dipilih Muhammadiyah.
Sejak itu mendapat halangan dari Opziner berserta Kepala
Negeri dan Demang.
Akhirnya, terpaksa meninggalkan sekolah yang sampai kini tidak
pernah mendapat tanda berhenti.
- 1928 - 1935:
Aktif menggerakkan Muhammadiyah Bandar Sepuluh
(Air Haji, Sungai Talang, Amping Parak, Pelangai Kambang,
Lumpo Balai Selasa, Inderapura, Tapan),
yang berpusat di Pasar Baru Lakitan.
-
1929:
Lahir anak pertama Rahmat Ahmat (Ahmad) Chusjasji (Qusjasi, Kusyasi),
artinya mangharapkan lekas merdeka dari penjajah.
- 1929:
Dalam suatu rapat di Padang Cupak dikepung oleh Kepala Negeri
serta kaki tangan Belanda lainnya beramai-ramai mereka
membubarkan tabligh tersebut.
- 1930:
Mengadakan arak-arakan pandu dari murid sekolah merayakan
konperensi Muhammadiyah, dibubarkan oleh kepala Polisi dari
Painan serta diproses verbal.
- 1931:
Menggerakan sembahyang Hari Raya di tanah lapang di negeri Sungai
Talang, Lumpo, Amping Parak, Kambang, Pasar Baru, Air Haji,
dan Inderapura. Semuanya itu dapat halangan dari kaki tangan
Belanda tapi sembahyang diteruskan, hanyalah arak-arakan
yang bubar. Dikenakan vergader verbod (tidak boleh
bicara dimuka umum). Karena itu, menegakkan koperasi KITA
(Koperasi Ini Tujuannya Amal), yang diplesetkan oleh kaki tangan
Belanda dengan nama Kongsi Ini Tandingan Asing.
Kongsi ini bergerak dalam membuat makanan dan obat-obatan
yang resepnya dari Jepang.
- 1933:
Mengadakan Muhammadiyah bagian Taman Pendidikan dengan
menerbitkan buku-buku dan selebaran-selebaran, seperti:
- Kitab pembawa Khusyuk, obat orang mabuk.
- Akidah Imam dan Tasauf Islam.
Berisi antara lain perihal keganasan orang Itali
terhadap kaum Muslimin di Tripoli, sehingga buku ini
di beslag. Akibatnya, dihukum 4 bulan 10 hari di bui
Painan, serta larangan tinggal di Bandar Sepuluh.
H.A. Manan (wakil ketua) dan H.M. Djamil (sekretaris)
masing-masing dihukum 3 bulan.
- 1935:
Ketua Muhammadiyah Cabang Kerinci.
Mengadakan Schakelschol.
- 1936:
Pindah ke Sungai Penuh untuk menjadi ketua Muhammadiyah cabang
Sungai Penuh. Diusir dalam tempo 24 jam oleh Mandapaorad yang
dipimpin oleh kontroleur Belanda.
- 1937:
Pindah ke Padang memimpin sekolah HIS, Normalschol, MULO,
dan Sekolah Guru Muhammadiyah.
- 1938:
Memimpin Majelis Pengajaran Muhammadiyah Sumatera Tengah
(Mingkabau dan Jambi), dengan menerbitkan majalah TJUATJA
(Tjuraian dan Tjatetan) gerakan amal pendidikan dan pengajaran
Muhammadiyah .
Mengadakan koperasi KOPAN (Koperasi Oentoek Pemajukan Anak Negeri)
serta menjadi ketua PERBAS (Persatuan Bandar Sepuluh).
- 1942:
Bung Karno dipindahkan dari Bengkulu ke Padang.
Ketua Komite Rakyat (pimpinan bung Karno)
dari Padang sampai Kerinci, menjaga keamanan
Rakyat sewaktu Jepang akan masuk. Ditahan 15 hari di bui Painan
oleh Jepang dengan tuduhan menghasut rakyat dengan kegiatan tersebut.
- 1943:
Bentrok fisik dengan KempeTai (Jepang) karena
membongkar/mempermasalahkan Juugun Ianfu.
Menerbitkan Majalah Suluh (Suara Bandar Sepuluh).
Anggota Sidang Kerukunan Minangkabau (Gui Gan)
bersama-sama M. Sjafei di Padang.
Mengadakan KOPAN (Kongsi Oenteok Pemadjukan Anak Negeri) dengan
menggerakkan: Kopan Pinjaman (anggota 12 orang),
Kopan Hasil Bumi (Perdagangan), Kopan Tani (Pertanian),
Kopan Pangangkutan (Truk dan Perahu),
Kopan Tukang (Industri), dan Kopan Toko (Padang).
- 1944:
Menyusun pelayaran pesisir barat Sumatera (Padang Kaiun Kumisi).
Menyusun pengurus Persatuan Saudagar Indonesia (P.S.) sampai
menjadi Bank Sumatra (kemudian dilebur ke BNI-46).
- 1945:
Ketua Roekoen Pelajaran Indonesia (Roepelin) sampai menjadi ALRI
(Angkatan Laut Republik Indonesia).
- pasca 17 Agustus 1945:
- Panitian Sosialisasi Proklamasi 17 Agustus 1945.
- Merintis Persatuan Saudagar Beras Indonesia (PESBI)
(Ketua pada tahun 1946).
- Anggota Komite Nasional Padang.
- 2 September 1945:
Hasil keputusan rapat kilat di rumah Samik Ibrahim (Jl. Palinggam 14)
ialah mengambil alih kantor/ gudang senjata Jepang--dengan
mengibarkan bendera Merah Putih, seperti
Kantor Maritim (Nipon Unko Kaysa) dan Gudang Senjata
di Teluk Bayur, Padang Selatan.
Juga, disusun staf inti TKR-LAUT yang terdiri atas:
- Komandan TKR-LAUT: Nizarwan
- Koordinator: Mas Syabirin
- Komandan Ketentaraan : Wagimin
- Komandan Markas: Zakir Hamzah
- Kepala Keuangan: Samik Ibrahim
- Kepala Tata Usaha: Wahab, dibantu Johan Rajo Intan
dan Khaidir.
Susunan inti TKR-LAUT ini disosialisasikan melalui
selebaran dan radio bawah tanah. Reaksi masyarakat
(terutama generasi muda) sangat antusias, dengan
berbondong-bondong ke Palinggam untuk mendaftar menjadi TKR-LAUT.
Dalam hitungan hari telah tersusun satu batalion TKR-LAUT yang
terdiri atas tiga kompi pasukan.
Dari pemuda-pemudi militan tersebut juga dibentuk
"tentara semut" yang terdiri dari bocah cilik berusia
6-15 tahun, dengan tugas sebagai pasukan pengintai dan
penyebar bom waktu dan molotov.
- 1 Oktober 1945:
Membentuk Barisan Hizbullah dari pemuda Muhammadiyah.
- 1946:
Sjamsiar dipilih menjadi anggota Perwakilan Rakyat I Negeri
Amping Parak.
- 1946
Membangung kembali perseroan KOPAN
(Kongsi Oentuk Pemadjukan Anak Negeri) dengan menambah modal lama
(OERIP Rp. 2911) dengan Rp 1000 per lembar saham (H. Samik Ibrahim
148 lembar, H. Manan 10 lembar, RAK Samik-Ibrahim 18 lembar,
kerabat lainnya 21 lembar).
- 1947:
Kepala Keuangan Muhammadiyah Sungai Tengah dengan menggerakkan
- 1948:
Mengurus Gapeka (Gabungan Perusahaan Kapur) Padang Panjang.
- 1 Mei 1948:
Datang ke Bukittinggi menjemput uang yang dipinjam oleh TNI Devisi IX
sebanyak Rp. 4.075.080.50. Karena kas tutup, hanya menerima angsuran
Rp. 5.000, serta sisanya dijanjikan akan dibayar tanggal
20 Desember 1948. Sampai sekarang belum diterima.
- 17 Desember 1948:
Kembali ke Bukittinggi bersama HAMKA menemui Sjafruddin Prawiranegara
di istana. Diputuskan supaya Samik Ibrahim masuk ke Padang
membangun usaha Perseroan dan meneggakkan Muhammadiyah.
- 19 Desember 1948:
Bukittinggi dibumihanguskan sebelum Belanda masuk.
Bersama St. Mangkuto, Junus Anis, Udin, Dt. Sinaro Pandjang,
Zulkarnaini, SDM Iljas bermusyawarah di Pasir.
Diputuskan, HAMKA keliling, Samik Ibrahim dan Junis Anis
ke Bukittinggi.
- 24 Desember 1948:
Ke Bukittinggi mencari Republikein, bertemu Dr. Rahim, Ruslan
Muljo Hardjo, St. Kumala Pontas, Tjik Wan Enda Mara.
Membuka kedai di Pasar Kumango Bukittinggi sebagai pos
penghubung antara pejuang dalam dan luar kota.
- 1949:
Pada saat pendudukan Bukit Tinggi oleh Belanda, bekerja sama
dengan:
- Dr. A. Rahim Usman
- St. Kemala Pontas
- Ruslan Muljo Hardjo
- Tjik Wan Enda Mara
- dkk.
menanamkan rasa Republikein dengan:
- Membuat perhubungan ke pedalaman
- Menyediakan tempatan untuk perjuangan dalam kota
- Menolak anjuran mengadakan negara istimewa (bagian ?)
dengan mengadakan demonstrasi membubarkan sidang-sidangnya.
- Menolong kaum Republikein yang terlantar di wilayah
pendudukan (terutama anak-anak sekolah).
Mendapatkan intimidasi dari kaki tangan NICA sehingga terpaksa
pindah ke Padang:
- Menggagalkan rapat-rapat menegakkan negara istimewa
Minangkabau ciptaan Belanda (NICA).
- Menjadi ketua Panitia Keamanan bagian Perbekalan
(besluit Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam local
Joint Comite tertanggal 10-9-49 No. 3/LJC).
- Membuat tugu pejuang yang tak dikenal di Dipo.
- 1953:
NV Kopan Bangkrut (Iskak St. Sulaiman) berdasarkan
UU Perniagaan artikel 47 alenia 2.
Perubahan akte N.V. Kopan (18 Februari 1953 No. J.A5/19/18)
- 1954:
Pengambilalihan NV Kopan oleh H. Samik-Ibrahim.
- 1958:
NV Kopan disita tentara pendudukan.
- 23 Oktober 1958 - 16 Februari 1961:
Ditahan oleh tentara pendudukan di Painan dan Padang.
- 17 September 1961:
Direktur Utama NV Kopan/ NV Peribas.
- 1971:
Calon Anggota DPRD II Tingkat Padang dari Partai Muslimin Indonesia.
- 24 November 1978:
Meninggal di Makkah.
Rujukan
- Riwayat-riwayat Hidup tertanggal
17 April 1951,
6 Desember 1961, dan
1 November 1963.
- Surat untuk adinda Alis Kacat dan kemenakan,
tertanggal 26 Agustus 1978.
- Dokumen tertanggal 20 Juni 1968 dengan saksi H.A. Manan (61 tahun),
Pengurus Muhammadiyah cabang Lengayang, Pasar Kambang;
dan H. Abdul Malik, Guru Agama Islam, Kambang.
- Dokumen Surat Keterangan Persaksian Major A.L. Mardjohan (Komandan
Kosional ALRI, Teluk Bajur, Padang), dan Mas Sjabirin (Ketua
Legiun Veteran RI Cabang Padang, Jl Sungai Rakan 18, Padang).
- Sedjarah Perkembangan Angkatan laut,
Departemen Pertahanan Keamanan, Pusat Sejarah ABRI, 1971.
- Sejarah Angkatan Laut Pangkalan Besar Pariaman 1945-1950
--Berjuang Bersama Rakyat, Monasco Offset, 1996.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada semua pihak, diantaranya --
Ir. M. Abd. Razak Samik Ibrahim, MPd.,
-- yang telah memberikan tanggapan atas tulisan ini.
|