[Foto Tragedi] [Clipping] [Data Survey] [Terbaru] [Guest Book]
Selasa 23 Mei 2000
SERANGAN ITU DATANG SAAT WARGA TERPULAS DALAM LELAP
Dalam embun yang dingin itu, dari balik bukit yang melingkari sebagian kota Poso, ayam-ayam hutan mulai berkokok merdu dan lantang membangunkan warga muslim disekitarnya untuk berwudhu dan menyembah Tuhan diwaktu subuh.
Bersamaan dengan itu terdengar dentingan-dentingan hingar bingar suara tiang-tiang listrik yang sengaja diketuk bertubi-tubi sebagai isyarat bahwa barisan sang angkara murka telah memasuki pintu gerbang kota Poso.
Warga muslim yang masih gelagapan dari lelap dikala itu merasa sangat bingung dan sedikit panik, dikarenakan ibadah tempur dan ibadah sholat datang pada waktu yang bersamaan. Beberapa saat muslim-muslim itu masih dalam kebimbangan untuk memilih apa yang harus didahulukan antara berjihad atau sholat subuh, disebabkan kedua masalah itu merupakan ibadah wajib. Momentum tersebutlah yang dimanfaatkan pasukan ninja yang dipimpin oleh seorang residivis bernama Kornelis Tibo melancarkan aksi biadab mereka.
SERANGAN MEMBABIBUTA
Hanya beberapa menit saja dalam aksi tersebut pasukan ninja telah berhasil mencincang seorang prajurit bayangkara yang saat itu berusaha meredam aksi para ninja. Malang tak dapat dielakkan menyelubung nasib Serma (Pol) Kamaruddin Ali (Nrp.53050066), pendekar itu tergeletak dalam rengkuhan ibu pertiwi dan gugur sebagai kesuma bangsa. Kematian yang sangat mengenaskan memang, leher dan lengannya terputus dari tubuh. Namun demikian korban ini tetap nampak sebagai ksatria meskipun uniform kepolisian yang dikenakkannya telah berlumuran darah sebagai noda2 kemurkaan ummat kristiani terhadap warga muslim di Poso.
Selang beberapa menit, manakala seorang muslim yang saat itu melintasi jalan raya yang masih sepi untuk melaksanakan sholat subuh, dan secara tidak sengaja berpapasan dengan pasukan ninja yang menamakan dirinya kelompok kelelawar merah, ketika itu juga pembantaian kedua dialami oleh Baba (asal Gorontalo) warga muslim kayamanya berusia kira-kira 70 tahun, kakek ini tidak sempat melaksanakan niatnya untuk berjama'ah di masjid, karena kepalanya telah terpisah dari badan, dan jasad itu dilemparkan ke dalam parit yang berada ditepian jalan raya disekitar tempat kejadian.
Melihat kejadian yang keji itu, Sampara daeng Buang mencoba melakukan perlawanan dengan menerobos dan menghajar ketengah-tengah barisan ninja, namun perlawanan Sampara tidak membuahkan hasil yang dia harapkan, sebab ternyata pasukan ninja telah dilengkapi pakaian besi, dan Sampara mengundurkan diri setelah mengalami luka yang cukup parah.
Dalam azan yang mendayu-dayu ditengah keheningan ambang fajar yang mulai menyentuh ufuk langit, Abdul Syukur (mantan lurah Maengko) sedang mengayuh langkahnya menuju masjid untuk sholat berjama'ah, namun langkah-langkah itu terhenti sebelum ia tiba diserambi masjid Maengko, lehernya ditebas pasukan ninja dengan cara yang sangat biadab. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Abdul Syukur telah pergi menuju matahari lain.
SEUSAI SHOLAT SUBUH
Seusai sholat subuh, warga muslim bersatupadu mengejar sang perusuh yang berseragam ninja. Alhasil pasukan ninja lari pontang-panting, mereka berlomba-lomba mencari perlindungan dan persembunyian kedalam kompleks yayasan Sankta Theresa, mereka memasuki gereja, pastoral dan sekolah SMU katolik yang berada didalam komplek tersebut. Nampaknya aksi pasukan ninja sangat strategis dengan design penyerangan yang sangat terencana.
TERTANGKAP SETELAH LARI TERBIRIT-BIRIT
Pengejaran terhadap kelompok ninja terus dilakukan dan saat itu jumlah warga muslim telah mencapai sekitar 200 orang. Kelompok ninja kini telah terkepung, namun aparat keamanan berusaha sekuat tenaga untuk melerai dan mencegah timbulnya peradilan massa terhadap kelompok ninja.
KEBIJAKAN APARAT DISALAHGUNAKAN KELOMPOK NINJA UNTUK LARI MELOLOSKAN DIRI
Aparat keamanan yang didampingi beberapa orang warga muslim telah berhasil menangkap pemimpin kelelawar merah (Kornelius Tibo). Negosiasi dilakukan seketika itu juga antara pengacau dengan aparat. Bertindak sebagai jurubicara Kornelius Tibo sebagai pimpinan penjahat dari kelompok kelelawar merah, mengatakan dalam janjinya; Siap untuk menyerahkan diri dan seluruh anggota pasukannya kepada pihak yang berwajib dengan syarat mendapat jaminan keamanan sepenuhnya terhadap peradilan massa atas dirinya dan seluruh anggota kelompoknya.
Dengan penuh kebijakan aparatpun menerima permintaan tersebut tanpa menunggu permufakatan dari pihak warga muslim yang melakukan pengejaran ketika itu. Setelah musyawarah singkat dilakukan, Kornelius Tibo beranjak dari tempat itu, yang konon akan memanggil seluruh pasukannya guna menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib. Dan momentum yang kritis inilah yang dimanfaatkan para ninja untuk lari dan menghilang ditengah-tengah semak belukar dan hutan yang rimbun di belakang Gereja sankta-theresa Kelurahan Maengko. Dan kemarahan massa atas lolosnya Komandan kelompok perusuh beserta pasukannya, mengakibatkan sebuah gereja dan perumahan pastoral musnah dilalap si Jago-merah.
Astaghfirullah al 'adziem.
[Foto Tragedi] [Clipping] [Data Survey] [Terbaru] [Guest Book]
[Home]