HARRY POTTER
and the Order of the Phoenix
-- BAB DELAPAN --
Dengar Pendapat
Harry terkesiap, dia tidak bisa menahan diri. Ruang
bawah tanah besar yang dimasukinya tampak sudah dikenalnya. Dia bukan hanya
pernah melihatnya, dia sudah perbah berada di sini sebelumnya. Ini adalah
tempat di mana dia telah menyaksikan keluarga Lestrange divonis hukuman seumur
hidup di Azkaban.
Dinding-dindingnya terbuat dari batu
gelap yang diterangi oleh obor-obor. Bangku-bangku kosong berada di kedua
sisinya, tetapi di depan, di bangku-bangku tertinggi, ada banyak figur-figur
berbayang. Mereka berbicara dengan suara rendah, tetapi ketika pintu berat itu
mengayun tertutup di belakang Harry timbul keheningan yang tidak menyenangkan.
Sebuah suara pria yang dingin
berdering menyeberangi ruang sidang.
'Kamu terlambat.'
'Sori,' kata Harry dengan gugup.
'Aku -- aku tidak tahu waktunya sudah diganti.'
'Itu bukan kesalahan Wizwngamot,'
kata suara itu. 'Seekor burung hantu telah dikirim ke tempatmu pagi ini.
Duduklah.'
Harry melayangkan pandangan ke kursi
di tengah ruangan, yang lengan-lengannya ditutupi rantai-rantai. Dia sudah
pernah melihat mereka menjadi hidup dan mengikat siapapun yang duduk di antara
mereka. Langkah-langkah kakinya menggema keras selagi dia berjalan menyeberangi
lantai batu. Ketika dia duduk dengan hati-hati di ujung kursi itu
rantai-rantainya berdenting mengancam tetapi tidak mengikatnya. Merasa agak
sakit, dia melihat ke atas ke orang-orang yang duduk di bangku-bangku di atas.
Adasekitar lima puluh dari mereka,
semuanya, sejauh yang bisa dilihatnya, mengenakan jubah-jubah berwarna plum
dengan huruf perak 'W' yang penuh hiasan di sisi kirii dada dan semuanya menatap
ke bawah hidung mereka kepadanya, bebrapa dengan ekspresi yang amat keras, yang
lainnya tampang-tampang keingintahuan yang jelas.
Di bagian paling tengah dari baris
depan duduk Cornelius Fudge, Menteri Sihir. Fudge adalah seorang pria yang gemuk
yang sering memakai sebuah topi bowler hijau-limau, walaupun hari ini dia tidak
memakainya; dia juga tidak memakai senyum ramah yang pernah digunakannya ketika
berbicara kepada Harry. Seorang penyihir wanita dengan rahang lebar dan persegi
yang berambut kelabu sangat pendek duduk di sebelah kiri Fudge; dia mengenakan
kacamata berlensa satu dan terlihat menakutkan. Di sisi kanan Fudge ada seorang
penyihir wanita lagi, tetapi dia duduk demikian jauh ke belakang sehingga
wajahnya berada dalam bayang-bayang.
'Baiklah,' kata Fudge. 'Tertuduh
telah hadir -- akhirnya -- mari kita mulai. Apakah kamu sudah siap?' dia
memanggil ke ujung barisan.
'Ya, sir,' kata sebuah suara bersemangat
yang dikenal Harry. Kakak Ron Percy sedang duduk di bagian terujung bangku
depan. Harry melihat kepada Percy, mengharapkan beberapa tanda pengenalan
darinya, tetapi tidak ada yang datang. Mata Percy, di balik kacamata tanduknya,
terpaku pada perkamennya, dengan sebuah pena bulu berada di tangannya.
'Sidang dengar pendapat kedisiplinan
pada tanggal dua belas Agustus,' kata Fudge dengan suara berdering, dan
Percy mulai mencatat seketika, 'pada pelanggaran yang dilakukan terhadap Dekrit
Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur dan Undang-Undang
KErahasiaan Internasional oleh Harry James Potter, penduduk di nomor empat,
Privet Drive, Little Whinging, Surrey.
'Para penginterogasi: Cornelius
Oswald Fudge, Menteri Sihir; Amelia Susan Bones, Kepala Departemen Penegakan
Hukum Sihir; Dolores Jane Umbridge, Menteri Muda Senior terhadap Menteri.
Notulen sidang, Percy Ignatius Weasley --'
'Saksi untuk pembelaan, Albus
Percival Wulfric Brian Dumbledore,' kata sebuah suara tenang dari belakang
Harry, yang memalingkan kepalanya begitu cepat sehingga lehernya jadi
kaku.
Dumbledore sedang melangkah dengan tenang menyeberangi
ruangan mengenakan jubah biru-tengah malam yang panjang dan ekspresi benar-benar
tenang. Janggut dan rambut peraknya yang panjang berkilau dalam cahaya obor
ketika dia berada sejajar dengan Harry dan melihat kepada Fudge melalui kacamata
setengah-bulan yang terjepit di tengah hidungnya yang sangat bengkok.
Para anggota Wizengamot saling bergumam. Semua mata
sekarang tertuju pada Dumbledore. Beberapa terlihat jengkel, yang lain sedikit
ketakutan; namun dua penyihir wanita tua di baris belakang mengangkat tangan
mereka dan melambai menyambut.
Sebuah emosi yang kuat telah timbul di dada Harry saat
melihat Dumbledore, sebuah perasaan terlindung dan penuh harapan yang mirip
dengan yang diberikan nyanyian phoenix kepadanya. Dia ingin melihat ke mata
Dumbledore, tetapi Dumbledore tidak melihat ke arahnya; dia terus melihat ke
atas pada Fudge yang jelas terganggu.
'Ah,' kata Fudge, yang terlihat sangat bingung.
'Dumbledore. Ya. Kalau begitu, Anda -- mendapat -- er -- pesan kami bahwa
waktu dan -- er -- tempat sidang telah diubah?'
'Aku pasti ketinggalan pesan itu,' kata Dumbledore dengan
ceria. 'Namun karena kesalahan yang menguntungkan aku tiba di Kementerian tiga
jam lebih cepat, jadi tidak ada yang rugi.'
'Ya -- well -- kurasa kita akan butuh satu kursi
lagi -- aku -- Weasley, bisakah kamu --?
'Tidak usah khawatir, tidak usah khawatir,' kata
Dumbledore dengan menyenangkan; dia mengeluarkan tongkatnya, melambaikannya
sedikit, dan sebuah kursi berlengan empuk dari kain muncul entah darimana di
samping Harry. Dumbledore duduk, menggabungkan ujung-ujung jarinya yang panjang
dan mengamati Fudge melewati jarin-jarinya dengan ekspresi tertarik yang sopan.
Wizengamot masih bergumam dan bertingkah gelisah; hanya ketika Fudge berbicara
lagi barulah mereka tenang.
'Ya,' kata Fudge lagi, sambil mengocok catatan-catatannya.
'Well, kalau begitu. Jadi. Tuntutannya. Ya.'
Dia mengeluarkan sepotong perkamen dari tumpukan di
hadapannya, mengambil napad dalam-dalam, membacakan, 'Tuntutan melawan tertuduh
adalah sebagai berikut:
'Bahwa dia dengan sengaja dan sadar dan sepenuhnya
menyadari tindakannya bertentangan dengan hukum, setelah menerima peringatan
tertulis sebelumnya dari Kementerian Sihir atas tuduhan serupa, menghasilkan
Mantera Patronus di daerah tempat tinggal Muggle, dengan kehadiran seorang
Muggle, pada tanggal dua Agustus pukul sembilan lewat dua puluh tiga, yang
melanggar Paragraf C dari Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di
Bawah Umur, 1875, dan juga Seksi 13 dari Undang-Undang Kerahasiaan Konfederasi
Penyihir Internasional.
'Kamu adalah Harry James Potter, dari nomor empat, Privet
Drive, Little Whinging, Surrey?' Fudge berkata sambil melotot pada Harry dari
puncak perkamennya.
'Ya,' kata Harry.
'Kamu menerima sebuah peringatan resmi dari Kementerian
karena menggunakan sihir ilegal tiga tahun yang lalu, bukankah begitu?'
'Ya, tapi --'
'Dan kamu masih menghasilkan sebuah Patronus pada malam
dua Agustus?' kata Fudge.
'Ya,' kata Harry, 'tapi --'
'Tahu bahwa kamu tidak dibolehkan menggunakan sihir di
luar sekolah selagi kamu di bawah umur tujuh belas?'
'Ya, tapi --'
'Tahu bahwa kamu berada di daerah penuh Muggle?'
'Ya, tapi --'
'Sadar sepenuhnya bahwa kamu berada sangat dekat dengan
seorang Muggle pada saat itu?'
'Ya,' kata Harry dengan marah, 'tapi aku hanya
menggunakannya karena kami --'
Panyihir wanita berkacamata lensa satu menyelanya dengan
suara menggelegar.
'Kamu menghasilkan Patronus terlatih?'
'Ya,' kata Harry, 'karena --'
'Sebuah Patronus korporeal?'
'Sebuah -- apa?' kata Harry.
'Patronusmu punya bentuk yang tampak jelas? Maksudku,
lebih dari sekedar uap atau asap?'
'Ya,' kata Harry, merasa tidak sabar sekaligus sedikit
putus asa, 'bentuknya kijang jantan, selalu kijang jantan.'
'Selalu?' gelegar Madam Bones. 'Kamu sudah pernah
menghasilkan Patronus sebelum sekarang?'
'Ya,' kata Harry, 'aku sudah melakukannya selama lebih
dari setahun.'
'Dan kamu berumur lima belas tahun?'
'Ya, dan --'
'Kamu mempelajari hal ini di sekolah?'
'Ya, Profesor Lupin mengajari saya di tahun ketiga saya,
karena --'
'Mengesankan,' kata Madam Bones, sambil menatapnya,
'Patronus sejati pada usianya ... sangat mengesankan.'
Beberapa penyihir di sekitarnya bergumam lagi; sedikit
mengangguk, tetapi yang lain merengut dan menggelengkan kepala-kepala mereka.
'Bukan soal seberapa mengesankannya sihir itu,' kata Fudge
dengan suara tidak sabar. 'Bahkan menurutku semakin mengesankan semakin buruk
jadinya, mengingat bocah itu melakukannya dalam pandangan jelas seorang Muggle.'
'Aku melakukannya karena Dementor!' dia berkata dengan
keras, sebelum orang lain bisa menyelanya lagi.
Dia telah mengharapkan gumaman lagi, tetapi keheningan
yang timbul kelihatan jauh lebih pekat dari sebelumnya.
'Dementor?' kata Madam Bones setelah beberapa saat,
alisnya yang tebal menaik hingga kacamata berlensa satunya terlihat akan jatuh.
'Apa maksudmu, nak?'
'Maksudku ada dua Dementor di gang dan mereka menyerang
aku dan sepupuku!'
'Aha!' kata Fudge lagi, sambil menyeringai tidak
menyenangkan ketika dia memandang berkeliling pada Wizengamot, seakan-akan
mengajak mereka berbagi lelucon. 'Ya. Ya. Sudah kukira kita akan mendengar
sesuatu seperti ini.'
'Dementor di Little Whinging?' Madam Bones berkata, dengan
nada terkejut sekali. 'Aku tidak mengerti --'
'Tidakkah kau, Amelia?' kata Fudge, masih menyeringai.
'Mari kujelaskan. Dia telah memikirkannya terus dan memutuskan Dumbledore akan
membuat cerita pengantar yang sangat bagus, memang sangat bagus. Para Muggle
tidak bisa melihat Dementor, benar kan, nak? Sangat sesuai, sangat sesuai ...
jadi itu cuma perkataanmu dan tidak ada saksi ...'
'Aku tidak bohong!' kata Harry dengan keras, melawan
pecahnya gumaman lagi dari sidang. 'Ada dua, datangnya dari ujung-ujung gang
yang berlawanan, semua jadi gelap dan dingin dan sepupuku merasakan mereka dan
lari --'
'Cukup, cukup!' kata Fudge dengan tampang sangat congkak
di wajahnya. 'Aku menyesal harus menyela apa yang kuyakin pasti sebuah cerita
yang terlatih dengan baik --'
Dumbledore mengencerkan tenggorokannya. Wizengamot terdiam
lagi.
'Kenyataannya, kami memang punya seorang saksi akan
kehadiran Dementor di gang itu,' dia berkata, 'selain Dudley Dursley, maksudku.'
Wajah gemuk Fludge terlihat mengendur, seakan-akan
seseorang telah mengeluarkan udara darinya. Dia memandang ke Dumbledore sejenak
atau dua, dengan penampilan seorang lelaki yang menguatkan dirinya kembali,
berkata, 'Kutakutkan kita tidak punya waktu untuk mendengarkan kebohongan
lagi, Dumbledore, aku mau ini diatasi dengan cepat --'
'Aku mungkin salah,' kata Dumbledore dengan menyenangkan,
'tapi aku yakin bahwa di bawah Piagam Hak-Hak Wizengamot, tertuduh mempunyai hak
untuk menghadirkan saksi-saksi bagi kasusnya? Bukankah itu kebijakan Departemen
Penegakan Hukum Sihir, Madam Bones?' dia meneruskan sambil berbicara kepada
penyihir wanita yang memakai kacamata berlensa satu.
'Benar,' kata Madam Bones. 'Sangat benar.'
'Oh, baiklah, baiklah,' kata Fudge dengan tajam. 'Di mana
orang ini?'
'Aku membawanya bersamaku,' kata Dumbledore. 'Dia tepat di
luar pintu. Haruskah aku --'
'Tidak -- Weasley, kamu pergi,' Fudge menghardik Percy,
yang bangkit seketika, berlari menuruni tangga-tangga batu dari balkon hakim dan
bergegas melewati Dumbledore dan Harry tanpa melirik sekilaspun pada mereka.
Sejenak kemudian, Percy kembali, diikuti oleh Mrs Figg.
Dia tampak takut dan lebih sinting dari sebelumnya. Harry berharap dia berpikir
untuk mengganti selop karpetnya.
Dumbledore berdiri dan memberikan kursinya kepada Mrs
Figg, menyihir kursi kedua untuk dirinya sendiri.
'Nama lengkap?' kata Fudge dengan keras, ketika Mrs Figg
telah duduk dengan gugup di ujung kursi.
'Arabella Doreen Figg,' kata Mrs Figg dengan suara
bergetar.
'Dan siapa sebenarnya Anda?' kata Fudge dengan suara bosan
dan angkuh.
'Aku penduduk Little Whinging, dekat dengan tempat Harry
tinggal,' kata Mrs Figg.
'Kami tidak punya catatan adanya penyihir wanita ataupun
pria yang tinggal di Little Whinging, selain Harry Potter,' kata Madam Bones
seketika. 'Daerah itu selalu diawasi dengan ketat, mengingat ... mengingat
kejadian-kejadian di masa lalu.'
'Aku seorang Squib,' kata Mrs Figg. 'Jadi kalian tidak
akan mencatat aku, 'kan?'
'Seorang Squib, eh?' kata Fudge sambil mengamati dia
lekat-lekat. 'Kami akan mengecek hal itu. Anda harus meninggalkan detil-detil
keturunan Anda dengan asisten saya Weasley. Sehubungan dengan itu, bisakah Squib
melihat Dementor?' dia menambahkan sambil melihat ke kiri dan ke kanan sepanjang
bangku itu.
'Ya, kami bisa!' kata Mrs Figg marah.
Fudge melihat kembali kepadanya dengan alis terangkat.
'Baiklah,' dia berkata dengan dingin. 'Apa ceritamu?'
'Aku pergi keluar untuk membeli makanan kucing dari toko
di sudut jalan di ujung Wisteria Walk, sekitar pukul sembilan, pada malam dua
Agustus,' Mrs Figg berkata cepat-cepat dengan kurang jelas dan seketika,
seakan-akan dia telah mempelajari dalam hati apa yang akan dikatakannya, 'ketika
aku mendengar keributan di gang antara Magnolia Crescent dan Wisteria Walk.
Sewaktu menghampiri mulut gang aku melihat Dementor berlari --'
'Berlari?' kata Madam Bones dengan tajam. 'Dementor tidak
berlari, mereka melayang.'
'Itu yang kumaksudkan,' kata Mrs Figg dengan cepat,
semburat merah muda timbul di pipinya yang keriput. 'Melayang menyusuri gang
menuju apa yang tampak seperti dua anak lelaki.'
'Bagaimana tampang mereka?' kata Madam Bones, menyipitkan
matanya sehingga tepi kacamatanya menghilang ke dagingnya.
'Well, yang satu sangat besar dan yang lain agak kurus --'
'Bukan, bukan,' kata Madam Bones tidak sabar. 'Para Dementor ... gambarkan
mereka.' 'Oh,' kata Mrs Figg, rona merah mudanya telah
menjalar ke lehernya sekarang. 'Mereka besar. Besar dan memakai jubah,'
Harry merasakan depresi yang mengerikan di dasar perutnya. Apapun yang mungkin
dikatakan Mrs Figg, baginya terdengar seolah-olah hal terjauh yang pernah
dilakukannya dilihatnya adalah gambar Dementor, dan sebuah gambar tidak akan
mengungkapkan kebenaran mengenai seperti apa makhluk-makhluk ini: cara mereka
bergerak yang menakutkan, melayang-layang beberapa inci di atas tanah; atau bau
busuk mereka; atau suara berderak mengerikan yang dibuat ketika mereka mengisap
udara sekitar ... Di baris kedua, seorang penyihir gemuk
pendek dengan kumis hitam besar bersandar mendekat untuk berbisik ke telinga
tetangganya, seorang penyihir wanita berambut ikal. Dia menyeringai dan
mengangguk. 'Besar dan mengenakan jubah,' ulang Madam Bones
dengan dingin, sementara Fudge mendengus mengejek. 'Aku mengerti. Ada lagi yang
lain?' 'Ya,' kata Mrs Figg. 'Aku merasakan mereka. Semua
jadi dingin, dan ini adalah malam musim panas yang sangat hangat, camkan itu.
Dan aku merasa ... seakan-akan semua kebahagiaan telah hilang dari dunia ini ...
dan aku ingat ... hal-hal yang mengerikan ...' Suaranya
bergetar dan diam. Mata Madam Bones melebar sedikit. Harry
bisa melihat tanda-tanda merah di bawah alisnya di mana kacamatanya tertancap
tadi. 'Apa yang dilakukan Dementor itu?' dia bertanya, dan
Harry merasakan serbuan harapan. 'Mereka mengejar anak-anak
itu,' kata Mrs Figg, suaranya lebih kuat dan lebih percaya diri sekarang, rona
merah muda mulai menghilang dari wajahnya. 'Salah satunya terjatuh. Yang lain
sedang mundur, mencoba untuk menghalau Dementor. Itu Harry. Dia mencoba dua kali
dan hanya menghasilkan uap perak. Pada percobaan ketiga, dia menghasilkan
Patronus, yang menyerang Dementor pertama dan kemudian, dengan dorongannya,
mengejar Dementor kedua menjauh dari sepupunya. Dan itulah ... itulah yang
terjadi,' Mrs Figg menyelesaikan dengan agak tertegun.
Madam Bones memandang Mrs Figg dalam keheningan. Fudge sedang tidak melihat
kepadanya sama sekali, tetapi sedang mengutak-atik kertas-kertasnya. Akhirnya,
dia menaikkan matanya dan berkata, dengan agak agresif, 'Itu yang Anda lihat,
bukan?' 'Itu yang terjadi,' Mrs Figg mengulangi.
'Baiklah,' kata Fudge. 'Anda boleh pergi.' Mrs Figg memberi
pandangan takut dari Fudge ke Dumbledore, lalu bangkit dan berjalan dengan kaki
terseret menuju pintu. Harry mendengarnya berdebuk menutup di belakangnya.
'Bukan saksi yang amat meyakinkan,' kata Fudge dengan angkuh.
'Oh, aku tidak tahu,' kata Madam Bones dengan suaranya yang menggelegar. 'Dia
benar-benar menggambarkan efek serangan Dementor dengan sangat akurat. Aku tidak
dapat membayangkan mengapa dia akan berkata mereka ada di sana kalau memang
tidak.' 'Tetapi Dementor berkeliaran ke kediaman Muggle dan
hanya kebetulan bertemu dengan seorang penyihir?' dengus Fudge.
'Kemungkinannya pastilah sangat, sangat kecil. Bahkan Bagman sekalipun tidak
akan bertaruh --' 'Oh, aku tidak mengira satupun dari kita
percaya bahwa Dementor itu ada di sana karena kebetulan,' kata Dumbledore dengan
ringan. Penyihir wanita yang duduk di sebelah kanan Fudge,
dengan wajah dalam bayang-bayang, bergerak sedikit tetapi semua orang lainnya
tetap diam dan tidak bersuara. 'Apa apa maksudmu itu?'
Fudge bertanya dengan dingin. 'Maksudnya kukira mereka
diperintahkan ke sana,' kata Dumbledore. 'Aku kira kita
pasti akan punya catatan kalau seseorang menyuruh sepasang Dementor pergi
berjalan-jalan ke Little Whinging!' hardik Fudge. 'Tidak
kalau Dementor-Dementor itu menuruti perintah dari seseorang di luar Kementerian
Sihir akhir-akhir ini,' kata Dumbledore dengan tenang. 'Aku sudah memberimu
pandanganku mengenai hal ini, Cornelius.' 'Ya, memang,'
kata Fudge penuh tenaga, 'dan aku tidak punya alasan untuk percaya bahwa
pandangan-pandanganmu bukan omong kosong, Dumbledore. Para Dementor tetap berada
di Azkaban dan sedang melakukan segala hal yang kita minta kepada mereka.'
'Kalau begitu,' kata Dumbledore dengan pelan tetapi jelas, 'kita harus bertanya
kepada diri kita sendiri mengapa seseorang di dalam Kementerian menyuruh
sepasang Dementor ke gang itu pada tanggal dua Agustus.'
Dalam keheningan total yang menyambut kata-kata ini, penyihir wanita di sisi
kanan Fudge bersandar ke depan sehingga Harry melihatnya untuk pertama kalinya.
Dia berpikir wanita itu tampak seperti seekor katak besar yang pucat. Dia agak
gemuk-pendek dengan wajah lebar dan kendur, lehernya sama sedikitnya dengan
Paman Vernon dan mulut yang sangat lebar dan kendur. Matanya besar, bundar dan
agak menonjol. Bahkan pita beludru hitam kecil yang bertengger di bagian atas
rambutnya yang keriting pendek mengingatkan pada seekor lalat besar yang baru
akan ditangkapnya dengan lidah panjang yang lengket. 'Ketua
mengenali Dolores Jane Umbridge, Menteri Muda Senior terhadap Menteri,' kata
Fudge. Penyihir wanita itu berbicara dengan suara gugup
bernada tinggi seperti anak perempuan yang membuat Harry terkesima; dia telah
mengharapkan bunyi kuak. 'Aku yakin aku telah salah
mengerti Anda, Profesor Dumbledore,' katanya, dengan sebuah senyum simpul tapi
matanya yang besar dan bundar masih sedingin sebelumnya. 'Bodohnya aku. Tapi
sejenak kedengarannya seolah-olah Anda menuduh Kementerian Sihir telah
memerintahkan penyerangan terhadap anak ini!' Dia
mengeluarkan tawa merdu yang membuat bulu roma Harry bangkit. Beberapa anggota
Wizengamot lainnya ikut tertawa. Tidak bisa lebih jelas lagi bahwa tak
seorangpun dari mereka benar-benar merasa lucu. 'Kalau
benar bahwa Dementor hanya menuruti perintah dari Kementerian Sihir, dan juga
benar bahwa dua Dementor menyerang Harry dan sepupunya seminggu yang lalu, maka
secara logis seseorang di dalam Kementerian telah memerintahkan penyerangan
itu,' kata Dumbledore dengan sopan. 'Tentu saja, Dementor yang dimaksud bisa
saja berada di luar kendali Kementerian --' 'Tidak ada
Dementir di luar kendali Kementerian!' sambar Fudge, yang telah menjadi semerah
bata. Dumbledore mencondongkan kepalanya sedikit tertunduk.
'Maka tidak diragukan lagi Kementerian akan melakukan penyelidikan menyeluruh
mengapa dua Dementor berada sangat jauh dari Azkaban dan mengapa mereka
menyerang tanpa disuruh.' 'Bukan kamu yang harus menentukan
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan Kementerian, Dumbledore!' sambar Fudge,
sekarang berwarna magenta yang pasti membuat Paman Vernon bangga.
'Tentu saja bukan,' kata Dumbledore dengan enteng. 'Aku hanya menyatakan
keyakinanku bahwa masalah ini tidak akan berlanjut tanpa diselidiki.'
Dia melirik Madam Bones, yang menyesuaikan letak kacamatanya dan menatap balik
kepadanya sambil sedikit merengut. 'Aku akan mengingatkan
semua orang bahwa perilaku para Dementor ini, kalau bukan potongan imajinasi
anak ini, bukanlah subyek sidang dengar pendapat ini!' kata Fudge. 'Kita berada
di sini untuk memeriksa pelanggaran Harry Potter terhadap Dekrit Pembatasan
Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur!' 'Tentu
saja,' kata Dumbledore, 'tetapi kehadiran Dementor di gang itu sangat relevan.
Pasal Tujuh dari Dekrit menyatakan bahwa sihir boleh digunakan di hadapan Muggle
pada keadaan-keadaan luar biasa, dan karena keadaaan-keadaan luar biasa itu
termasuk situasi yang mengancam nyama penyihir pria atau wanita itu sendiri,
atau penyihir atau Muggle manapun juga yang ada pada saat --'
'Kami tahu betul isi Pasal Tujuh, terima kasih banyak!' geram Fudge.
'Tentu saja,' kata Dumbledore penuh sopan santun. 'Kalau begitu kita sepakat
bahwa penggunaan Mantera Patronus oleh Harry dalam keadaan-keadaan ini jatuh
persis ke dalam kategori keadaan-keadaan luar biasa yang digambarkan pasal
tersebut?' 'Jika memang ada Dementor, yang kusangsikan.'
'Anda telah mendengarnya dari seorang saksi mata,' Dumbledore menyela. 'Kalau
Anda masih meragukan kejujurannya, panggil dia kembali, tanyai dia lagi, aku
yakin dia tidak akan keberatan.' 'Aku -- itu -- tidak --'
gertak Fudge, sambil memainkan kertas-kertas di hadapannya. 'Itu -- aku ingin
ini semua selesai hari ini, Dumbledore!' 'Tapi tentunya,
Anda tidak akan peduli berapa kali Anda mendengar dari saksi mata, kalau
alternatifnya adalah kegagalan menjalankan hukum yang serius,' kata Dumbledore.
'Kegagalan serius, topiku!' kata Fudge pada puncak suaranya. 'Pernahkah kamu
bersusah-payah menjumlahkan semua cerita omong kosong yang telah dikeluarkan
anak ini, Dumbledore, selagi mencoba menutup-nutupi penyalahgunaan sihir di luar
sekolah yang menyolok olehnya? Kukira kau telah lupa Mantera Melayang yang
digunakannya tiga tahun yang lalu --' 'Itu bukan aku,
pelakunya peri-rumah!' kata Harry. 'KAU LIHAT?' raung
Fudge, sambil memberi isyarat dengan semarak ke arah Harry. 'Peri-rumah! Dalam
rumah Muggle! Kutanya kau.' 'Peri-rumah yang dimaksud
sekarang dipekerjakan di Sekolah Hogwarts,' kata Dumbledore. 'Aku bisa
memanggilnya ke sini dalam sekejap untuk memberi kesaksian kalau Anda mau.'
'Aku -- bukan -- aku tidak punya waktu untuk mendengarkan para peri-rumah!
Lagipula, itu bukan satu-satunya -- dia menggelembungkan bibinya, demi Tuhan!'
Fudge berteriak, sambil menghantamkan kepalannya ke bangku hakin dan membalikkan
sebotol tinta. 'Dan Anda telah dengan sangat baik hati
tidak mengajukan tuntutan pada saat itu, kuanggap, sambil menerima bahwa bahkan
penyihir-penyihir terbaik sekalipun tidak dapat selalu mengendalikan emosi
mereka.' kata Dumbledore dengan tenang, sementara Fudge berusaha mengosok tinta
dari catatannya. 'Dan aku belum mulai lagi dengan apa yang
dilakukannya di sekolah.' 'Tetapi, karena Kementerian tidak
memiliki kuasa untuk menghukum murid-murid Hogwarts atas tingkah laku yang salah
di sekolah, perilaku Harry di sana tidaklah relevan dengan dengar pendapat ini,'
kata Dumbledore, masih sesopan tadi, tetapi sekarang ada rasa dingin di balik
kata-katanya. 'Oho!' kata Fudge. 'Bukan urusan kami apa
yang dia perbuat di sekolah, eh? Menurutmu begitu?'
'Kementerian tidak punya kekuasaan untuk mengeluarkan siswa-siswa Hogwarts,
Cornelius, seperti yang kuingatkan kepadamu pada malam dua Agustus,' kata
Dumbledore. 'Juga tidak mempunyai hak untuk menyita tongkat sihir hingga
tuntutan telah dibuktikan dengan suksees; sekali lagi, seperti yang kuingatkan
kepadamu pada malam dua Agustus. Dalam ketergesaanmu yang pantas dikagumi untuk
memastikan hukum dijunjung tinggi, tampaknya kamu, kuyakin akibat kurang
hati-hati, telah melupakan beberapa hukum itu sendiri.'
'Hukum bisa diganti,' kata Fudge dengan buas. 'Tentu bisa,'
kata Dumbledore sambil mencondongkan kepalanya.'Dan jelas kamu telah banyak
membuat perubahan, Cornelius. Mengapa, dalam beberapa minggu singkat sejak aku
diminta meninggalkan Wizengamot saja, sudah menjadi prakteknya untuk mengadakan
sidang kriminal penuh untuk mengatasi masalah simpel seperti sihir di bawah
umur!' Beberapa penyihir di atas mereka bergerak dengan
tidak nyaman di tempat duduk mereka. Fudge sedikit berubah ke warna ungu
kecoklatan yang lebih dalam. Namun penyihir wanita mirip katak di sebelah
kanannya hanya menatap Dumbledore, wajahnya tidak berekspresi.
'Sejauh yang kutahu,' Dumbledore melanjutkan, 'belum ada hukum yang mengatakan
menjadi pekerjaan sidang ini untuk menghukum Harry demi setiap sihir yang pernah
dilakukannya. Dia telah dituntut untuk pelanggaran tertentu dan dia telah
memberikan pembelaannya. Semua yang bisa dilakukannya dan aku hanyalah menanti
keputusan kalian.' Dumbledore menyatukan ujung-ujung
jarinya lagi dan tidak berkata apa-apa lagi. Flure melotot kepadanya, jelas
sangat marah. Harry melirik ke samping kepada Dumbledore, mencari penentraman;
dia sama sekali tidak yakin bahwa Dumbledore bertindak benar dalam memberitahu
Wizengamot bahwa sudah waktunya mereka mengambil keputusan. Namun, sekali lagi
Dumbledore tampak tidak menyadari usaha Harry melihat ke matanya. Dia terus
melihat ke bangku-bangku di mana keseluruhan Wizengamot telah mengadakan
percakapan penting sambil berbisik-bisik. Harry melihat ke
kakinya. Jantungnya, yang tampaknya telah membengkak ke ukuran tidak alami,
sedang berdebar dengan keras di balik tulang iganya. Dia telah mengharapkan
dengar pendapat berlangsung lebih lama dari ini. Dia sama sekali tidak yakin
dirinya telah memberi kesan yang baik. Dia sebenarnya belum banyak berbicara.
Dia seharusnya menjelaskan lebih lengkap mengenai para Dementor, mengenai
bagaimana dia jatuh, mengenai bagaimana dia dan Dudley hampir dicium ...
Dua kali dia melihat kepada Fudge dan membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi
jantungnya yang membengkak sekarang menekan jalan masuk udaranya dan dua kali
itu dia hanya mengambil napas dalam-dalam dan menatap kembali pada sepatunya.
Lalu bisik-bisik itu terhenti. Harry ingin melihat kepada para hakim, tetapi
menemukan bahwa jauh lebih mudah tetap memeriksa sepatunya.
'Yang setuju membebaskan tertuduh dari semua tuntutan?' kata suara menggelegar
Madam Bones. Kepala Harry tersentak naik. Ada banyak tangan
di udara, banyak ... lebih dari setengah! Sambil bernapas dengan sangat cepat,
dia mencoba menghitung, tetapi sebelum dia selesai, Madam Bones telah berkata,
'Dan yang ingin menghukum?' Fudge mengangkat tangannya;
demikian pula setengah lusin yang lainnya, termasuk penyihir wanita di samping
kanannya dan penyihir pria berkumis lebat dan penyihir wanita berambut ikal di
baris kedua. Fudge memandang mereka sekilas, terlihat
seolah-olah ada sesuatu yang besar tersangkut di kerongkongannya, lalu
menurunkan tangannya sendiri. Dia mengambil dua napas panjang dan berkata,
'Baiklah, baiklah ... dibebaskan dari semua tuntutan.'
'Bagus sekali,' kata Dumbledore dengan cepat, sambil melompat berdiri, menarik
keluar tongkatnya dan menyebabkan kedua kursi berlengan dari kain itu
menghilang. 'Well, aku harus pergi. Selamat siang kepada kalian semua.'
Dan tanpa melihat satu kalipun kepada Harry, dia berjalan ke luar dari ruang
bawah tanah itu.
Previous | Home | Next |