HARRY POTTER
and the Order of the Phoenix
-- BAB SEMBILAN BELAS --
Singa dan Ular
Harry merasa seolah-olah dia sedang membawa semacam
jimat di dalam dadanya selama dua minggu berikutnya, suatu rahasia membara yang
mendukungnya melalui kelas-kelas Umbridge dan bahkan memungkinkannya tersenyum
lembut selagi dia melihat ke dalam matanya yang menonjol mengerikan. Dia dan DA
sedang melawannya tepat di bawah hidungnya, melakukan hal yang paling dibencinya
dan Kementerian, dan kapanpun dia seharusnya membaca buku Wilbert Slinkhard
selama pelajaran Umbrige dia malah bertahan pada ingatan memuaskan tentang
pertemuan mereka yang baru berlangsung, mengingat bagaimana Neville telah
berhasil melucuti Hermione, bagaimana Colin Creevey telah menguasai Mantera
Perintang setelah usaha keras selama tiga kali pertemuan, bagaimana Parvati
Patil telah menghasilkan Kutukan Reduktor yang begitu bagus sehingga dia
mengecilkan meja tempat semua Teropong Curiga menjadi debu.
Dia mendapati hampir tidak mungkin menetapkan satu malam
dalam seminggu untuk pertemuan DA yang teratur, karena mereka harus menyesuaikan
dengan latihan tiga tim Quidditch berbeda, yang sering diatur ulang karena
kondisi cuaca yang buruk; tetapi Harry tidak menyesali ini; dia punya perasaan
mungkin lebih baik membuat waktu pertemuan mereka tidak terduga. Kalau seseorang
sedang mengawasi mereka, akan lebih sulit membuat polanya.
Hermione segera menciptakan sebuah metode pintar untuk
mengkomunikasikan waktu dan tanggal pertemuan berikutnya kepada semua anggota
kalau-kalau mereka perlu mengubahnya dalam waktu singkat, karena akan terlihat
mencurigakan kalau orang-orang dari Asrama yang berbeda-beda terlalu sering
terlihat menyeberangi Aula Besar untuk berbicara kepada satu sama lain. Dia
memberikan kepada setiap anggota DA sebuah Galleon palsu (Ron menjadi sangat
bersemangat ketika dia pertama melihat keranjang itu dan yakin dia benar-benar
akan membagikan emas).
'Kalian lihat angka di sekitar tepi koin?' Hermione
berkata, sambil mengangkat sebuah untuk diperiksa pada akhir pertemuan keempat
mereka. Koin itu berkilauan besar dan kuning dalam cahaya obor. 'Pada
Galleon-Galleon asli itu hanya nomor seri yang mengacu kepada goblin yang
mencetak koin. Namun, pada koin-koin palsu ini, angka-angka akan berubah untuk
memantulkan waktu dan tanggal pertemuan berikutnya. Koin akan menjadi panas
ketika tanggalnya berubah, jadi kalau kalian sedang membawanya di kantong kalian
akan bisa merasakannya. Kita masing-masing ambil sebuah, dan sewaktu Harry
menetapkan tanggal pertemuan berikutnya dia akan mengganti angka-angka di
koinnya, dan karena aku telah meletakkan Mantera Protean pada koin-koin itu,
mereka semua akan berubah meniru koinnya.'
Keheningan hampa menyambut kata-kata Hermione. Dia
memandang berkeliling kepada semua wajah yang menatapnya, agak bingung.
'Well -- kukira itu ide yang bagus,' katanya tidak
yakin, 'maksudku, walaupun jika Umbridge meminta kita mengosongkan kantong kita,
tidak ada yang mencurigakan dari membawa sebuah Galleon, bukan? Tapi ... well,
kalau kalian tidak mau menggunakannya --'
'Kau bisa melakukan Mantera Protean?' kata Terry Boot.
'Ya,' kata Hermione.
'Tapi itu ... itu standar NEWT, begitulah,' katanya dengan
lemah.
'Oh,' kata Hermione, mencoba terlihat rendah hati. 'Oh ...
well ... ya, kurasa begitu.'
'Kenapa kau tidak masuk Ravenclaw?' tuntutnya, sambil
menatap Hermione dengan sesuatu yang mendekati keheranan. 'Dengan otak seperti
punyamu?' 'Well, Topi Seleksi memang
mempertimbangkan dengan serius untuk memasukkanku ke Ravenclaw selama
Penyeleksianku,' kata Hermione dengan cerah, 'tapi akhirnya dia memutuskan
Gryffindor. Jadi, apakah itu berarti kita akan menggunakan Galleon-Galleon
tersebut?' Ada gumaman persetujuan dan semua orang maju
untuk mengambil satu dari keranjang. Harry memandang ke samping kepada Hermione.
'Kau tahu ini mengingatkanku pada apa?' 'Tidak, apa itu?'
'Bekas luka para Pelahap Maut. Voldemort menyentuh salah satu dari mereka, dan
semua bekas luka mereka terbakar, dan mereka tahu mereka harus bergabung
dengannya.' 'Well ... ya,' kata Hermione pelan, '
dari sanalah aku dapat ide, tapi kau akan memperhatikan bahwa aku memutuskan
untuk mengukirkan tanggal ke potongan logam bukannya pada kulit anggota-anggota
kita.' 'Yeah ... aku lebih suka caramu,' kata Harry sambil
menyeringai selagi dia menyelipkan Galleonnya ke dalam kantongnya. 'Kurasa
satu-satunya bahaya dengan ini adalah kita mungkin membelanjakannya secara tidak
sengaja.' 'Peluangnya kecil,' kata Ron, yang sedang
memeriksa Galleon palsunya sendiri dengan suasana sedikit murung. 'Aku tidak
punya Galleon asli yang bisa tertukar.' Sementara
pertandingan Quidditch pertama pada musim ini, Gryffindor lawan Slytherin,
semakin mendekat, pertemuan DA mereka ditunda karena Angelina memaksakan latihan
yang hampir setiap hari. Kenyataan bahwa Piala Quidditch belum diadakan lagi
begitu lama menambah minat dan gairah yang cukup besar di sekitar pertandingan
yang akan datang; anak-anak Ravenclaw dan Hufflepuff sangat tertarik pada
hasilnya, karena mereka, tentu saja, akan bermain melawan kedua tim pada tahun
mendatang; dan para Kepala Asrama tim-tim yang bersaing, walaupun mereka
berusaha menyamarkan dengan semangat olahraga pura-pura, bertekad untuk melihat
pihak mereka sendiri menang. Harry sadar seberapa Profesor McGonagall peduli
untuk mengalahkan Slytherin ketika dia tidak memberikan mereka pekerjaan rumah
pada minggu sebelum pertandingan. 'Kukira kalian sudah
punya cukup untuk dikerjakan,' katanya dengan angkuh. Tak seorangpun benar-benar
mempercayai telinga mereka sampai dia memandang langsung kepada Harry dan Ron
dan berkata dengan muram, 'Aku sudah menjadi terbiasa melihat Piala Quidditch di
ruang kerjaku, anak-anak, dan aku tidak mau harus menyerahkannya kepada Profesor
Snape, jadi gunakan waktu tambahan ini untuk berlatih, bisakah?' Snape
tidak kurang jelasnya ikut mendukung; dia telah memesan lapangan Quidditch untuk
Slytherin begitu seringnya sehingga anak-anak Gryffindor kesulitan memasukinya
untuk bermain. Dia juga menulikan telinganya pada banyak laporan mengenai
usaha-usaha anak-anak Slyhterin untuk mengguna-gunai para pemain Gryffindor di
koridor. Ketika Alicia Spinnet muncul di sayap rumah sakit dengan alis yang
tumbuh begitu tebal dan cepat sehingga menghalangi pandangannya dan merintangi
mulutnya, Snape bersikeras bahwa dia pasti mencoba Mantera Pelebat-Rambut pada
dirinya sendiri dan menolak mendengarkan empat belas saksi mata yang bersikeras
bahwa mereka telah melihat Keeper Slytherin, Miles Bletchley, menghantamnya dari
belakang dengan kutukan sewaktu dia bekerja di perpustakaan.
Harry merasa optimis mengenai peluang Gryffindor; mereka, lagipula, belum pernah
kalah dari tim Malfoy. Memang, Ron masih belum berpenampilan seperti standar
Wood, tapi dia bekerja demikian keras untuk memperbaikinya. Kelemahannya yang
terbesar adalah kecenderungan untuk kehilangan kepercayaan diri setelah dia
membuat satu kesalahan; kalau dia membiarkan satu gol masuk dia menjadi bingung
dan karena itu cenderung kemasukan lebih banyak lagi. Di sisi lain, Harry sudah
melihat Ron membuat penyelamatan yang benar-benar spektakuler ketika dia sedang
bagus; sewaktu suatu latihan yang patut diingat dia telah bergantung dengan satu
lengan dari sapunya dan menendang Quaffle begitu kerasnya menjauh dari cincin
gawang sehingga membumbung sepanjang lapangan dan melalui cincin tengah di ujung
lainnya; para anggota tim yang lain merasa penyelamatan ini sebanding dengan
salah satu yang baru-baru ini dibuat oleh Barry Ryan, Keeper Internasional
Irlandia, melawan Chaser terkenal Polandia, Ladislaw Zamojski. Bahkan Fred
berkata bahwa Ron masih mungkin membuatnya dan George bangga, dan bahwa mereka
mempertimbangkan dengan serius untuk mengakui dia sekeluarga dengan mereka,
sesuatu yang mereka yakinkan kepadanya telah mereka coba sangkal selama empat
tahun. Satu-satunya hal yang benar-benar membuat
Harry khawatir adalah seberapa banyak Ron membiarkan taktik tim Slytherin untuk
membuatnya gelisah sebelum mereka bahkan sampai ke lapangan. Harry, tentu saja,
telah menahan komentar-komentar sinis mereka selama lebih dari empat tahun, jadi
bisikan-bisikan, 'Hei, Potty, kudengar Warrington bersumpah akan menjatuhkanmu
dari sapumu pada hari Sabtu,' jauh dari membekukan darahnya, membuatnya tertawa.
'Bidikan Warrington begitu menyedihkan aku akan lebih kuatir kalau dia sedang
membidik orang di sampingku,' jawabnya, yang membuat Ron dan Hermione tertawa
dan menghapus senyum menyeringai di wajah Pansy Parkinson.
Tetapi Ron belum pernah tahan kampanye hinaan, ejekan dan intimidasi
terus-menerus. Ketika anak-anak Slytherin, beberapa di antaranya kelas tujuh dan
lebih besar darinya, bergumam selagi mereka berpapasan di koridor, 'Sudah pesan
tempat tidurmu di sayap rumah sakit, Weasley?' dia tidak tertawa, tetapi berubah
menjadi warna hijau pucat. Ketika Draco Malfoy meniru Ron menjatuhkan Quaffle
(yang dilakukannya setiap kali mereka berada dalam jarak pandang masing-masing),
telinga Ron berpijar merah dan tangannya bergetar hebat sehingga dia juga
cenderung menjatuhkan apapun yang sedang dipegangnya saat itu.
Oktober berakhir dalam deru angin yang melolong dan hujan yang melanda dan
November tiba, dingin seperti besi beku, dengan embun beku keras setiap pagi dan
angin dingin seperti es yang menggigit tangan dan wajah yang terbuka. Langit dan
langit-langit Aula Besar berubah kelabu pucat seperti mutiara, gunung-gunung di
sekitar Hogwarts berpuncak salju, dan suhu di dalam kastil turun demikian rendah
sehingga banyak murid mengenakan sarung tangan pelindung kulit naga tebal mereka
di koridor di antara pelajaran. Pagi pertandingan tiba
dengan cerah dan dingin. Ketika Harry terbangun dia memandang berkeliling ke
tempat tidur Ron dan melihatnya duduk tegak kaku, lengannya melingkari lututnya,
sambil menatap terus ke ruang kosong. 'Kau baik-baik saja?'
kata Harry. Ron mengangguk tetapi tidak berbicara.. Harry
terpaksa teringat ke saat Ron secara tidak sengaja menempatkan Mantera
Pemuntah-Siput kepada dirinya sendiri; dia tampak sama pucat dan berkeringatnya
seperti saat itu, belum lagi enggan membuka mulutnya. 'Kau
hanya perlu sedikit sarapan,' Harry berkata menguatkan. 'Ayo.'
Aula Besar cepat terisi penuh ketika mereka tiba, perbincangan lebih keras dan
suasana lebih gembira daripada biasa. Ketika mereka melewati meja Slytherin ada
peningkatan kebisingan. Harry memandang sekeliling dan melihat bahwa, sebagai
tambahan pada scarf dan topi hijau yang biasa, setiap orang dari mereka memakai
sebuah lencana perak yang bentuknya tampak seperti mahkota. Karena alasan-alasan
tertentu banyak dari mereka yang melambai kepada Ron, sambil tertawa
keras-keras. Harry mencoba melihat apa yang tertulis pada lencana-lencana itu
selagi dia lewat, tetapi dia terlalu kuatir agar Ron lewat meja mereka
cepat-cepat untuk bertahan cukup lama untuk membacanya.
Mereka menerima sambutan meriah di meja Gryffindor, di mana semua orang
mengenakan warna merah dan emas, tetapi jauh dari menaikkan semangat Ron sorak
sorai itu sepertinya melemahkan semangat juangnya yang tersisa; dia merosot ke
bangku terdekat terlihat seolah-olah dia sedang menghadapi makanan terakhirnya.
'Aku pasti sinting mau melakukan ini,' katanya dengan bisikan parau. 'Sinting.'
'Jangan tolol,' kata Harry tegas, sambil memberikan kepadanya pilihan sereal,
'kau akan baik-baik saja. Gugup itu normal.' 'Aku sampah,' kata
Ron parau. 'Aku payah. Aku tidak bisa bermain untuk menyelamatkan hidupku. Apa
yang kupikirkan?' 'Sadarlah,' kata Harry dengan
tegang. 'Lihat penyelamatan yang kau buat dengan kakimu hari itu, bahkan Fred
dan George bilang itu brilian.' Ron memalingkan wajah
tersiksa kepada Harry. 'Itu kecelakaan,' bisiknya dengan
sengsara. 'Aku tidak bermaksud melakukannya -- aku tergelincir dari sapuku
sewaktu tak seorangpun dari kalian melihat dan ketika aku sedang mencoba naik
kembali aku tak sengaja menendang Quaffle itu.' 'Well,'
kata Harry, pulih cepat dari kejutan tak menyenangkan ini, 'beberapa kecelakaan
seperti itu dan pertandingan sudah jadi milik kita, bukan?'
Hermione dan Ginny duduk di seberang mereka sambil mengenakan scarf, sarung
tangan dan bunga mawar kecil berwarna merah dan emas.
'Bagaimana perasaanmu?' Ginny bertanya kepada Ron, yang sekarang sedang menatap
ampas susu di dasar mangkuk serealnya seolah-olah mempertimbangkan dengan serius
untuk mencoba menenggelamkan dirinya ke dalam. 'Dia cuma
gugup,' kata Harry. 'Well, itu tanda yang bagus, aku
belum pernah merasa kau mengerjakan ujian dengan baik kalau kau tidak sedikit
gugup,' kata Hermione sepenuh hati. 'Halo,' kata sebuah
suara samar dan seperti melamun dari belakang mereka. Harry melihat ke atas:
Luna Lovegood telah datang dari meja Ravenclaw. Banyak orang yang sedang
menatapinya dan beberapa tertawa dan menunjuk-nunjuk terang-terangan; dia sudah
berhasil mendapatkan sebuah topi yang berbentuk seperti kepala singa berukuran
sebenarnya, yang bertenggar genting di kepalanya. 'Aku
mendukung Gryffindor,' kata Luna, sambil menunjuk tanpa perlu ke topinya. 'Lihat
apa yang dilakukannya ...' Dia meraih ke atas dan mengetuk
topi itu dengan tongkatnya. Topi itu membuka mulutnya lebar dan
mengeluarkan raungan yang sangat realistis yang membuat semua orang di
sekitar sana melompat. 'Bagus, bukan?' kata Luna dengan
senang. 'Aku mau dia mengunyah seekor ular untuk mewakili Slytherin, kalian
tahu, tapi tidak ada waktu. Ngomong-ngomong ... semoga berhasil, Ronald!'
Dia berjalan pergi. Mereka belum sepenuhnya pulih dari guncangan topi Luna
sewaktu Angelina bergegas datang menuju mereka, ditemani oleh Katie dan Alicia,
yang alisnya syukurlah telah dikembalikan ke normal oleh Madam Pomfrey.
'Sewaktu kalian siap,' katanya, 'kita akan langsung turun ke lapangan, memeriksa
kondisi dan berganti pakaian.' 'Kami akan ke sana sebentar
lagi,' Harry meyakinkan dia. 'Ron cuma harus sarapan sedikit.'
Namun, setelah sepuluh menit menjadi jelas bahwa Ron tidak mampu makan apapun
lagi dan Harry merasa sebaiknya membawa dia turun ke ruang ganti. Ketika mereka
bangkit dari meja, Hermione juga bangkit, dan sambil memegang lengan Harry dia
menariknya ke samping. 'Jangan biarkan Ron melihat apa yang
ada di lencana-lencana Slytherin itu,' dia berbisik penting.
Harry memandangnya bertanya, tapi dia menggelengkan kepalanya memperingatkan;
Ron baru saja berjalan lunglai ke arah mereka, terlihat gelisah dan putus asa.
'Semoga berhasil, Ron,' kata Hermione, berdiri berjingkat dan menciumnya di
pipi. 'Dan kamu, Harry --' Ron terlihat agak sadarkan diri
selagi mereka berjalan kembali menyeberangi Aula Besar. Dia menyentuh tempat di
wajahnya yang dicium Hermione, tampak bingung, seolah-olah dia tidak yakin apa
yang baru saja terjadi. Dia tampak terlalu kacau untuk terlalu memperhatikan
sekitarnya, tetapi Harry memandang sekilas ke lencana-lencana berbentuk mahkota
itu ketika mereka melewati meja Slytherin, dan kali ini dia bisa membaca
kata-kata yang terukir di atasnya: Weasley adalah Raja kami Dengan
perasaan tidak menyenangkan bahwa ini tidak mungkin sesuatu yang baik, dia
bergegas membawa Ron menyeberangi Aula Depan, menuruni undakan-undakan batu dan
keluar ke udara sedingin es. Rumput beku berderak di bawah
kaki mereka selagi mereka bergegas menuruni lapangan yang landai menuju stadium.
Tidak ada angin sama sekali dan langit seputih mutiara, yang berarti jarak
pandang akan bagus tanpa kerugian sinar matahari langsung ke mata. Harry
menunjukkan faktor-faktor mendukung ini kepada Ron selagi mereka berjalan,
tetapi dia tidak yakin Ron mendengarkan. Angelina
sudah berganti pakaian dan sedang berbicara dengan anggota tim yang lainnya
ketika mereka masuk. Harry dan Ron memakai jubah mereka (Ron berusaha memakai
kepunyaannya terbalik selama beberapa menit sebelum Alicia jatuh kasihan
kepadanya dan pergi membantu), lalu duduk untuk mendengarkan perbincangan
sebelum pertandingan sementara celotehan suara-suara di luar semakin keras
ketika kerumunan orang-orang berdatangan keluar dari kastil menuju lapangan.
'OK, aku baru saja tahu barisan akhir Slytherin,' kata Angelina, sambil
memeriksa sepotong perkamen. 'Para Beater tahun lalu, Derrick dan Bole, sudah
pergi, tetapi tampaknya Montague menggantikan mereka dan gorila-gorila biasa,
bukannya siapa saja yang bisa terbang cukup baik. Mereka adalah dua cowok yang
bernama Crabbe dan Goyle, aku tidak tahu banyak tentang mereka --'
'Kami tahu,' kata Harry dan Ron bersama-sama. 'Well,
mereka tampaknya tidak cukup pintar untuk membedakan ujung sapu yang satu dari
yang lain,' kata Angeline, sambil mengantongi perkamennya, 'tapi walau begitu
aku selalu heran Derrick dan Bole berhasil menemukan jalan ke lapangan tanpa
papan penunjuk arah.' 'Crabbe dan Goyle sama saja,' Harry
meyakinkan dia. Mereka bisa mendengar ratusan langkah kaki
menaiki bangku-bangku yang ditumpuk di tribun penonton. Beberapa orang sedang
bernyanyi, walaupun Harry tidak bisa mendengar kata-katanya. Dia mulai merasa
gugup, tetapi dia tahu kegugupannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
Ron, yang sedang mencengkeram perutnya dan menatap lurus ke depan lagi,
rahangnya terkatup rapat dan warna kulitnya kelabu pucat.
'Sudah waktunya,' kata Angelina dengan suara berbisik, sambil memandang jam
tangannya. 'Ayo semuanya ... semoga berhasil.' Tim itu
bangkit, memanggul sapu mereka dan berbaris dalam satu barisan keluar dari ruang
ganti ke sinar matahari yang menyilaukan. Raungan suara menyambut mereka di mana
Harry masih bisa mendengar nyanyian, walaupun teredam oleh sorak-sorai dan
tiupan peluit. Tim Slytherin sedang berdiri menanti mereka.
Mereka juga mengenakan lencana-lencana berbentuk mahkota. Kapten yang baru,
Montague, bentuk badannya serupa dengan Dudley Dursley, dengan lengan besar
seperti daging berbulu. Di belakangnya mengintai Crabbe dan Goyle, hampir sama
besarnya, berkedip-kedip dengan bodoh dalam sinar matahari, sambil mengayunkan
tongkat-tongkat pemukul Beater baru mereka. Malfoy berdiri di satu sisi, sinar
matahari berkilauan pada kepalanya yang putih pirang. Dia memandang mata Harry
dan tersenyum menyeringai, sambil mengetuk lencana berbentuk mahkota di dadanya.
'Para Kapten, jabat tangan,' perintah wasit Madam Hooch, sementara Angelina dan
Montague saling meraih satu sama lain. Harry bisa tahu bahwa Montague sedang
berusaha melumatkan jari-jari Angelina, walaupun dia tidak berkerenyit.
'Naiki sapu kalian ...' Madam Hooch menempatkan peluitnya
ke mulut dan meniup. Bola-bola dilepaskan dan keempat belas
pemain meluncur ke atas. Dari sudut matanya Harry melihat Ron melintas menuju
tiang-tiang gawang. Harry meluncur lebih tinggi, mengelakkan sebuah Bludger, dan
mulai melakukan kitaran lebar di lapangan itu, sambil memandang sekeliling
mencari kilatan emas, Draco Malfoy sedang melakukan hal yang persis sama.
'Dan itu Johnson -- Johnson dengan Quaffle, gadis itu benar-benar pemain yang
bagus, aku sudah bilang begitu selama bertahun-tahun tapi dia masih tidak mau
kencan denganku --' 'JORDAN!' teriak Profesor
McGonagall. '-- cuma fakta iseng, Profesor,
menambahkan sedikit minat -- dan dia menghindari Warrington, dia melewati
Montague, dia -- aduh -- dihantam dari belakang oleh sebuah Bludger dari Crabbe
... Montague menangkap Quaffle, Montague menuju ke ujung lapangan dan -- Bludger
yang bagus di sana dari George Weasley, itu sebuah Bludger ke kepala bagi
Montague, dia menjatuhkan Quaffle, ditangkap oleh Katie Bell, Katie Bell untuk
Gryffindor memberikan bola secara terbalik ke Alicia Spinnet dan Spinnet pergi
--' Komentar Lee Jorddan bergaung ke seluruh stadium dan
Harry mendengarkan sekeras mungkin melalui angin yang bersiul di telinganya dan
hiruk-pikuk kerumunan, semuanya berteriak dan mengejek dan bernyanyi.
'-- mengelakkan Warrington, menghindari sebuah Bludger -- hampir saja, Alicia --
dan kerumunan suka ini, dengar saja mereka, apa yang sedang mereka nyanyikan?'
Dan selagi Lee berhenti untuk mendengarkan, lagu itu terdengar kuat dan jelas
dari lautan hijau dan perak di tribun bagian Slytherin: 'Weasley tak bisa menyelamatkan apapun, Dia tak bisa memblokir sebuah gawang, Itulah sebabnya
anak-anak Slytherin semua bernyanyi: Weasley adalah Raja kami.'
'Weasley lahir di tong sampah, Dia selalu membiarkan Quaffle masuk, Weasley akan pastikan kami menang, Weasley adalah Raja kami.'
'-- dan Alicia memberikan bola kembali ke Angelina!'
Lee berteriak, dan selagi Harry berbelok, isi tubuhnya mendidih karena apa yang
baru dia dengar, dia tahu Lee sedang mencoba menenggelamkan kata-kata dari
nyanyian itu. 'Ayolah sekarang, Angelina -- tampaknya dia cuma harus mengalahkan
si Keeper! -- DIA MENEMBAK -- DIA -- aaah ...'
Bletchey, Keeper Slytherin, menyelamatkan gol itu; dia
melemparkan Quaffle ke Warrington yang bergegas membawanya, berzig-zag antara
Alicia dan Katie; nyanyian dari bawah semakin kuat dan semakin kuat sementara
dia semakin mendekati Ron. 'Weasley adalah Raja kami,
Weasley adalah Raja kami, Dia selalu membiarkan Quaffle masuk, Weasley adalah
Raja kami.' Harry tidak bisa menahan diri: meninggalkan
pencariannya akan Snitch, dia berputar untuk mengamati Ron, sebuah figur tunggal
di sisi jauh lapangan, melayang di depan ketiga tiang gawang sementara
Warrington yang besar meluncur menujunya. '-- dan
Warrington dengan Quaffle, Warrington menuju gol, dia keluar dari jangkauan
Bludger dengan hanya Keeper di depan --' Gelombang besar
nyanyian timbul dari tribun Slytherin di bawah: 'Weasley tak bisa menyelamatkan apapun, Dia tak bisa memblokir sebuah
gawang ...' '-- jadi itulah ujian pertama bagi Keeper
Gryffindor Weasley, adik dari para Beater Fred dan George, dan bakat baru yang
menjanjikan dalam tim -- ayo, Ron!' Tetapi teriakan senang
datang dari ujung Slytherin: Ron telah menukik dengan liar, lengannya terentang
lebar, dan Quaffle telah membumbung di antaranya langsung melalui lubang gawang
tengah Ron. 'Slytherin mencetak gol!' datang suara Lee di
tengah-tengah sorakan dan ejekan dari kerumunan di bawah, 'jadi sepuluh-nol
untuk Slytherin -- kurang beruntung, Ron.' Anak-anak
Slytherin bernyanyi semakin keras. 'WEASLEY
LAHIR DI TONG SAMPAH DIA
SELALU MEMBIARKAN QUAFFLE MASUK ...' '--
dan Gryffindor kembali menguasai bola dan Katie Bell sedang mengitari lapangan
--' teriak Lee dengan berani, walaupun nyaanyian itu sekarang begitu memekakkan
sehingga dia hampir tidak bisa membuat dirinya terdengar menimpalinya.
'WEASLEY AKAN PASTIKAN KAMI MENANG
WEASLEY ADALAH RAJA KAMI ...' 'Harry,
APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?' teriak Angelina,
membumbung melewatinya untuk mengejar Katie. 'BERGERAKLAH!'
Harry sadar dia sudah diam di tempat di tengah udara selama lebih dari semenit,
menyaksikan kelanjutan pertandingan tanpa menyisakan perhatian pada keberadaan
Snitch; terkejut, dia menukik dan mulai mengitari lapangan lagi, sambil menatap
sekeliling, mencoba mengabaikan nyanyian bersama yang sekarang menggelegar ke
seluruh stadium: 'WEASLEY ADALAH RAJA
KAMI, WEASLEY ADALAH RAJA KAMI ...'
Tidak ada tanda-tanda Snitch di manapun dia memandang; Malfoy masih mengitari
stadium seperti dirinya. Mereka melewati satu sama lain di tengah jalan
mengelilingi lapangan, menuju ke arah yang berbeda, dan Harry mendengar Malfoy
bernyanyi keras-keras: 'WEASLEY LAHIR DI
TONG SAMPAH ...' '-- dan Warrington lagi,' teriak
Lee, 'yang memberikan bola kepada Pucey, Pucey melewati Spinnet, ayolah
sekarang, Angelina, kau bisa mengalahkannya -- ternyata kau tidak bisa -- tapi
Bludger yang bagus dari Fred Weasley, maksudku, George Weasley, oh, siapa
peduli, bagaimanapun, salah satu dari mereka, dan Warrington menjatuhkan Quaffle
dan Katie Bell -- er - menjatuhkannya juga -- sehingga sekarang Montague
memegang Quaffle, Kapten Slytherin Montague membawa Quaffle dan dia menaiki
lapangan, ayolah sekarang, Gryffindor, hadang dia!' Harry
meluncur mengitari ujung stadium di belakang tiang-tiang gawang Slytherin,
memaksa dirinya sendiri tidak melihat apa yang sedang terjadi di ujung Ron.
Selagi dia ngebut melewati Keeper Slytherin, dia mendengar Bletchey bernyanyi
bersama kerumunan di bawah: 'WEASLEY TIDAK
BISA MENYELAMATKAN APAPUN ...' '-- dan Pucey
mengelak dari Alicia lagi dan dia menuju langsung ke gawang, hentikan, Ron!'
Harry tidak harus melihat untuk mengetahui apa yang terjadi: ada erangan
mengerikan dari ujung Gryffindor, dirangkai dengan jeritan dan tepuk tangan baru
dari anak-anak Slytherin. Sambil memandang ke bawah, Harry melihat si wajah
buldog Pansy Parkinson tepat di bagian depan tribun, punggungnya menghadap
lapangan selagi dia memimpin para suporter Slytherin yang sedang meraung:
'ITULAH SEBABNYA ANAK-ANAK SLYTHERIN SEMUA
BERNYANYI WEASLEY ADALAH RAJA KAMI.'
Tetapi dua puluh-nol bukan apa-apa, masih ada waktu bagi Gryffindor untuk
mengejar atau menangkap Snitch. Beberapa gol dan mereka akan memimpin seperti
biasanya, Harry meyakinkan dirinya sendiri, sambil meliuk-liuk di antara
pemain-pemain lain untuk mengejar sesuatu yang berkilauan yang ternyata adalah
tali jam tangan Montague. Tapi Ron membiarkan dua gol lagi
masuk. Ada rasa panik dalam hasrat Harry untuk menemukan Snitch sekarang. Kalau
saja dia bisa mendapatkannya segera dan menyelesaikan pertandingan itu
secepatnya. '-- dan Katie Bell dari Gryffindor mengelak
dari Pucey, menghindari Montague, belokan yang bagus, Katie, dan dia melemparkan
ke Johnson, Angelina Johnson mambawa Quaffle, dia melewati Warrington, dia
menuju gawang, ayolah sekarang, Angelina -- GRYFFINDOR MENCETAK GOL!
Empat puluh- sepuluh, empat puluh untuk Slytherin dan Pucey membawa Quaffle --'
Harry bisa mendengar topi singa menggelikan Luna meraung di tengah-tengah
sorakan Gryffindor dan merasa berbesar hati; hanya tiga puluh poin selisihnya,
itu bukan apa-apa, mereka bisa mengejar dengan mudah. Harry mengelakkan sebuah
Bludger yang telah dikirim Crabbe meluncur ke arahnya dan meneruskan
penjelajahan kalutnya di lapangan untuk mencari Snitch, sambil terus mengamati
Malfoy kalau-kalau dia menunjukkan tanda-tanda sudah melihatnya, tetapi Malfoy,
seperti dirinya, terus membumbung mengitari stadium, mencari tanpa hasil ...
'-- Pucey melempar ke Warrington, Warrington ke Montague, Montague kembali
kepada Pucey -- Johnson menghalangi, Johnson mengambil Quaffle, Johnson ke Bell,
ini tampak bagus -- maksudku buruk, Bell terkena Bludger dari Goyle dari
Slytherin dan Pucey yang memegang bola --'
'WEASLEY LAHIR DI TONG SAMPAH
DIA SELALU MEMBIARKAN QUAFFLE
MASUK
WEASLEY AKAN PASTIKAN KAMI MENANG
...'
Tapi akhirnya Harry sudah melihatnya: Golden Snitch kecil
yang berkibaran yang sedang melayang-layang beberapa kaki dari tanah di ujung
lapangan Slytherin.
Dia menukik ...
Dalam beberapa detik, Malfoy sudah melintas di langit di
sebelah kiri Harry, sesosok hijau dan perak yang kabur membungkuk rendah di
sapunya ...
Snitch itu menyerempet kaki salah satu tiang gawang dan
bergegas menuju sisi tribun yang lain; pergantian arahnya sesuai dengan Malfoy,
yang lebih dekat; Harry menarik Fireboltnya berputar, dia dan Malfoy sekarang
dekat sekali ...
Beberapa kaki dari tanah, Harry mengangkat tangan kanannya
dari sapunya, menjulurkannya pada Snitch itu ... di sebelah kanannya, lengan
Malfoy juga terulur, meraih, mencari-cari ...
Semuanya selesai dalam dua detik yang menyesakkan napas,
nekat, dan tersapu angin -- jari-jari Harry menutup di sekeliling bola kecil
yang memberontak itu -- kuku-kuku Malfoy mencakari punggung tangan Harry tanpa
harapan -- Harry menarik sapunya ke atas, sambil memegang bola yang memberontak
di tangannya dan para penonton Gryffindor meneriakkan persetujuan mereka ...
Mereka selamat, tidak peduli bahwa Ron sudah membiarkan
gol-gol itu masuk, tak seorangpun akan ingat selama Gryffindor sudah menang --
WHAM.
Sebuah Bludger menghantam Harry tepat di punggungnya dan
dia jatuh ke depan dari sapunya. Untung saja dia hanya lima atau enam kaki di
atas tanah, setelah menukik demikian rendah untuk menangkap Snitch, tapi dia
kehabisan napas juga ketika dia mendarat telentang di atas lapangan yang
membeku. Dia mendengar peluit nyaring Madam Hooch, kegemparan di tribun yang
terdiri dari teriakan-teriakan jengkel, jeritan-jeritan dan cemoohan marah,
sebuah bunyi debam, lalu suara Angelina yang kalut.
'Kau baik-baik saja?'
'Tentu saja,' kata Harry dengan muram, sambil meraih
tangannya dan membiarkannya menarik dia bangkit. Madam Hooch sedang meluncur ke
arah salah satu pemain Slytherin di atasnya, walaupun dia tidak bisa melihat
siapa dari sudut ini.
'Berandal Crabbe itu,' kata Angelina dengan marah, 'dia
memukul Bludger kepadamu saat dia melihat kau mendapatkan Snitch -- tapi kita
menang, Harry, kita menang!'
Harry mendengar dengusan dari belakangnya dan berpaling,
masih memegang Snitch kuat-kuat di tangannya: Draco Malfoy telah mendarat di
dekatnya. Pucat karena marah, dia masih bisa mengejek.
'Menyelamatkan batang leher Weasley, bukan?' dia berkata
kepada Harry. 'Aku belum pernah melihat Keeper yang lebih buruk ... tapi dia lahir
di tong sampah ... kau suka lirikku, Potter?'
Harry tidak menjawab. Dia berpaling untuk menemui sisa tim
itu yang sekarang sedang mendarat satu per satu, berteriak dan meninju ke udara
dengan kemenangan; semua kecuali Ron, yang telah turun dari sapunya di dekat
tiang gawang dan tampaknya sedang berjalan lambat-lambat ke ruang ganti
sendirian.
'Kami mau menulis beberapa syair lagi!' Malfoy berseru,
selagi Katie dan Alicia memeluk Harry. 'Tapi kami tidak bisa menemukan kata-kata
yang berima dengan gemuk dan jelek -- kami mau bernyanyi tentang ibumu, tahu --'
'Bicara tentang anggur masam,' kata Angelina sambil
memberi Malfoy pandangan jijik. '-- kami juga tidak bisa
mencocokkan pecundang tak berguna -- untuk ayahnya, kalian tahu --'
Fred dan George sudah menyadari apa yang sedang dibicarakan Malfoy. Sewaktu
masih berjabatan tangan dengan Harry, mereka menjadi kaku, memandang berkeliling
ke Malfoy.
'Biarkan!' kata Angelina seketika, sambil memegang lengan
Fred. 'Biarkan, Fred, biarkan dia berteriak, dia cuma jengkel karena dia kalah,
si kecil yang sok --'
'-- tapi kau suka keluarga Weasley, bukan, Potter?' kata
Malfoy sambil mengejek. 'Menghabiskan liburan di sana dan segalanya, bukan?
Tidak ngerti bagaimana kau bisa tahan bau busuknya, tapi kukira kalau kau
dibesarkan oleh para Muggle, bahkan gubuk Weasley berbau OK --'
Harry menarik George. Sementara itu, butuh usaha gabungan
Angelina, Alicia dan Katie untuk menghentikan Fred melompat pada Malfoy, yang
sedang tertawa terang-terangan. Harry memandang berkeliling mencari Madam Hooch,
tetapi dia masih memaki Crabbe karena serangan Sludger ilegalnya.
'Atau mungkin,' kata Malfoy, mengerling sementara dia
mundur, 'kau bisa ingat seperti apa rumah ibumu berbau busuk, Potter, dan
kandang babi Weasley mengingatkanmu padanya --'
Harry tidak sadar melepaskan George, yang dia tahu
hanyalah bahwa sedetik kemudian mereka berdua sedang berlari cepat menuju
Malfoy. Dia sudah sepenuhnya lupa bahwa semua guru sedang menonton: yang ingin
dia lakukan hanyalah menyebabkan sebanyak mungkin rasa sakit pada Malfoy; tak
ada waktu untuk menarik keluar tongkatnya, dia hanya mengeluarkan kepalan tangan
yang sedang menggenggam Sntich dan membenamkannya sekeras yang dia bisa ke perut
Malfoy --
'Harry! HARRY! GEORGE! JANGAN!'
Dia bisa mendengar suara-suara anak-anak perempuan
berteriak, Malfoy menjerit, George menyumpah, sebuah peluit ditiup dan pekik
kerumunan di sekitarnya, tapi dia tidak peduli. Tidak sampai seseorang di
sekitar sana berteriak 'Impedimenta!' dan dia terjatuh ke belakang akibat
tenaga mantera itu, barulah dia menghentikan usaha meninju setiap inci Malfoy
yang bisa dijangkaunya.
'Kalian kira apa yang sedang kalian lakukan?' jerit Madam
Hooch, selagi Harry melompat bangkit. Kelihatannya dia yang telah mengenainya
dengan Mantera Perintang; dia sedang memegang peluitnya di satu tangan dan
sebuah tongkat di tangan lainnya; sapunya tergeletak begitu saja beberapa kaki
jauhnya. Malfoy bergelung di atas tanah, merengek dan merintih, hidungnya
berdarah; George berbibir bengkak; Fred masih ditahan paksa oleh ketiga Chaser,
dan Crabbe sedang berkotek di latar belakang. 'Aku belum pernah melihat kelakuan
seperti itu -- kembali ke kastil, kalian berdua, dan langsung ke kantor Kepala
Asrama kalian! Pergi! Sekarang!'
Harry dan George berbalik dan berjalan keluar dari
lapangan, keduanya terengah-engah, tak satupun berkata sepatah kata pun kepada
yang lain. Lolongan dan cemoohan dari kerumunan semakin samar dan semakin samar
sampai mereka mencapai Aula Depan, di mana mereka tidak bisa mendengar apa-apa
kecuali suara langkah kaki mereka sendiri. Harry menjadi sadar bahwa sesuatu
masih meronta-ronta di tangan kanannya, buku-buku jari yang dibuatnya memar
menghantam rahang Malfoy. Ketika memandang ke bawah, dia melihat sayap-sayap
perak Snitch menonjol keluar dari antara jari-jarinya, meronta-ronta ingin
bebas.
Mereka belum lagi mencapai pintu kantor Profesor
McGonagall ketika dia datang menyusuri koridor di belakang mereka. Dia
mengenakan sebuah scarf Gryffindor, tetapi melepaskannya dari lehernya dengan
tangan-tangan bergetar selagi dia berjalan menuju mereka, tampak pucat karena
marah.
'Masuk!' katanya marah besar, sambil menunjuk ke pintu.
Harry dan George masuk. Dia berputar ke belakang meja tulisnya dan menghadap
mereka, gemetaran karena marah selagi dia melemparkan scarf Gryffindor itu ke
samping ke atas lantai.
'Well?' katanya. 'Aku belum pernah melihat
pertunjukan yang memalukan begini. Dua lawan satu! Jelaskan!'
'Malfoy memancing kami,' kata Harry kaku.
'Memancing kalian?' teriak Profesor McGonagall sambil
menghantamkan tinjunya ke meja tulisnya
sehingga kaleng kotak-kotaknya tergelincir dari samping meja dan terbuka,
mengotori lantai dengan Kadal Jahe. 'Dia baru saja kalah, bukan? Tentu saja dia
mau memancing kalian! Tapi apa yang bisa dikatakannya yang membenarkan apa yang
kalian berdua --'
'Dia menghina orang tua saya,' geram George. 'Dan ibu
Harry.'
'Tapi bukannya membiarkan Madam Hooch menyelesaikan,
kalian berdua memutuskan memberi pertunjukan duel Muggle, bukan?' teriak
Profesor McGonagall. 'Apakah kalian punya gambaran apa yang telah kalian --?'
'Hem, hem.'
Harry dan George keduanya berputar. Dolores Umbridge
sedang berdiri di ambang pintu terbungkus dalam sebuah mantel wol hijau yang
sangat meningkatkan kemiripannya dengan seekor katak besar, dan sedang tersenyum
dengan cara mengerikan, memuakkan dan tidak menyenangkan yang telah Harry
hubungkan dengan kesengsaraan yang akan segera tiba.
'Bolehkah kubantu Anda, Profesor McGonagall?' tanya
Profesor Umbridge dengan suara manisnya yang paling beracun.
Darah menyerbu wajah Profesor McGonagall. 'Bantu?'
ulangnya, dengan suara tertahan. 'Apa maksud Anda, bantu?'
Profesor Umbridge bergerak maju ke dalam kantor itu, masih memamerkan senyumnya
yang memuakkan. 'Kenapa, kukira Anda mungkin bersyukur atas
sedikit kekuasaan tambahan.' Harry tidak akan terkejut
melihat bunga-bunga api beterbangan dari lubang hidung Profesor McGonagall.
'Yang Anda kira salah,' katanya, sambil memalingkan punggungnya kepada Umbridge.
'Sekarang, kalian berdua sebaiknya mendengarkan dengan seksama. Aku tidak peduli
provokasi apa yang dilakukan Malfoy kepada kalian, aku tidak peduli kalaupun dia
menghina setiap anggota keluarga yang kalian miliki, perilaku kalian menjijikkan
dan aku akan memberikan masing-masing dari kalian detensi seminggu! Jangan
memandangku seperti itu, Potter, kau pantas mendapatkannya! Dan kalau salah satu
dari kalian pernah --' 'Hem, hem.'
Profesor McGonagall menutup matanya seolah-olah berdoa
untuk kesabaran selagi dia memalingkan wajahnya menghadap Profesor Umbridge
lagi.
'Ya?'
'Kukira mereka pantas mendapatkan lebih dari
detensi,' kata Umbridge, sambil tersenyum lebih lebar lagi.
Mata Profesor McGonagall terbuka lebar.
'Tetapi sayang,' katanya, dengan usaha tersenyum balik
yang membuatnya terlihat seolah-olah rahangnya terkunci, 'yang kupikirkan adalah
yang berarti, karena mereka ada dalam Asramaku, Dolores.' 'Well,
sebenarnya, Minerva,' Profesor Umbridge tersenyum simpul, 'kukira Anda
akan mendapati bahwa yang kupikirkan memang berarti. Sekarang, di mana
itu? Cornelius baru saja mengirimnya ... maksudku,' dia memberikan tawa kecil
selagi dia menggeledah tas tangannya, 'Menteri baru saja mengirimnya ... ah ya
...' Dia menarik keluar sepotong perkamen yang sekarang
dibukanya, sambil berdehem rewel sebelum mulai membaca apa isinya.
'Hem, hem ... "Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Lima".'
'Tidak satu lagi!' seru Profesor McGonagall dengan keras. 'Well,
ya,' kata Umbridge, masih tersenyum. 'Nyatanya, Minerva, Andalah yang membuatku
melihat bahwa kita perlu amandemen lebih lanjut ... Anda ingat bagaimana
Anda melangkahiku, ketika aku tidak rela membiarkan tim Quidditch Gryffindor
dibentuk kembali? Bagaimana Anda membawa kasus itu kepada Dumbledore, yang
bersikeras bahwa tim itu diizinkan bermain? Well, sekarang, aku tidak
akan melakukan itu. Aku menghubungi Menteri seketika, dan beliau sangat setuju
denganku bahwa Penyelidik Tinggi punya kekuasaan untuk menghilangkan hak-hak
khusus para murid, atau dia -- maksudnya, aku -- akan punya lebih sedikit
kekuasaan daripada para guru biasa! Dan Anda lihat sekarang, bukan, Minerva,
betapa benarnya aku berusaha menghentikan tim Gryffindor dibentuk kembali?
Amarah yang mengerikan ... ngomong-ngomong, aku sedang membacakan
amandemen kita ... hem, hem ... "Penyelidik Tinggi mulai sekarang
memiliki kekuasaan tertinggi terhadap semua hukuman, sanksi dan penghilangan
hak-hak khusus yang berhubungan dengan murid-murid Hogwarts, dan kekuasaan untuk
mengubah hukuman-hukuman, sanksi dan penghilangan hak-hak khusus tersebut yang
mungkin telah diperintahkan oleh para anggota staf yang lain. Tertanda,
Cornelius Fudge, Menteri Sihir, Order of Merlin Kelas Pertama, etc.,
etc."'
Dia menggulung perkamen itu dan meletakkannya kembali ke
dalam tas tangannya, masih tersenyum.
'Jadi ... kukira aku akan harus melarang yang dua ini dari
bermain Quidditch selamanya,' katanya sambil melihat dari Harry ke George dan
balik lagi.
Harry merasa Snitch berkibar-kibar dengan hebat dalam
tangannya.
'Melarang kami?' katanya, dan suaranya anehnya terdengar
jauh. 'Dari bermain ... selamanya?'
'Ya, Mr Potter, kukira larangan bermain seumur hidup akan
berhasil,' kata Umbridge, senyumnya melebar lagi selagi dia menyaksikannya
bersusah payah mengerti apa yang telah dikatakannya. 'Kamu dan Mr
Weasley. Dan kukira, agar amannya, kembaran pria muda ini harus dihentikan juga
-- kalau para anggota timnya tidak menahann dia, aku merasa yakin dia pasti telah
menyerang Mr Malfoy muda juga. Aku mau sapu-sapu mereka disita, tentu saja; aku
akan menyimpannya dengan aman di dalam kantorku, untuk menjamin tidak ada
pelanggaran dari laranganku. Tapi aku tidak bersikap tak masuk akal, Profesor
McGonagall,' lanjutnya, sambil berpaling kembali kepada Profesor McGonagall yang
sekarang sedang berdiri diam seolah-olah terpahat dari es, sambil menatapnya.
Sisa tim yang lain boleh terus bermain, aku tidak melihat tanda-tanda kekerasan
dari mereka. Well ... selamat sore kepada kalian.'
Dan dengan tampang kepuasan penuh, Umbridge meninggalkan
ruangan, menyisakan keheningan mengerikan di belakangnya.
* 'Dilarang bertanding,' kata Angelina dengan suara hampa, larut malam itu di
dalam ruang duduk. 'Dilarang bertanding. Tak ada Seeker dan tak ada
Beater ... apa yang akan kita lakukan?'
Rasanya sama sekali tidak seperti mereka telah memenangkan
pertandingan itu. Ke manapun Harry memandang ada wajah-wajah sedih dan marah;
tim itu sendiri merosot di sekitar api, semuanya kecuali Ron, yang belum
terlihat sejak akhir pertandingan.
'Begitu tidak adil,' kata Alicia dengan kaku. 'Maksudku,
bagaimana dengan Crabbe dan Bludger yang dipukulnya setelah peluit ditiup?
Sudahkan dia melarangnya bertanding?'
'Tidak,' kata Ginny dengan merana; dia dan Hermione duduk
di kedua sisi Harry. 'Dia cuma dihukum menulis, kudengar Montague
menertawakannya saat makan malam.'
'Dan melarang Fred bertanding saat dia bahkan tidak
melakukan apapun!' kata Alicia marah besar, sambil meninju lututnya dengan
kepalan tangannya.
'Bukan salahku aku tidak melakukan apa-apa,' kata Fred,
dengan tampang sangat jelek di wajahnya, 'aku sudah memukul kantong sampah kecil
itu kalau kalian bertiga tidak mencegahku.'
Harry memandang ke jendela yang gelap dengan sengsara.
Salju sedang turun. Snitch yang telah ditangkapnya tadi sekarang sedang meluncur
mengitari ruang duduk; orang-orang sedang mengawasi pergerakannya seolah-olah
dihipnotis dan Crookshanks sedang melompat dari kursi ke kursi, mencoba
menangkapnya.
'Aku akan pergi tidur,' kata Angelina, sambil bangkit
lambat-lambat. 'Mungkin ini semua akan berubah menjadi mimpi buruk ... mungkin
aku akan terbangun besok dan mendapati kita belum bermain ...'
Dia segera diikuti oleh Alicia dan Katie. Fred dan George
naik ke tempat tidur beberapa waktu kemudian, sambil menatap tajam kepada semua
orang yang mereka lewati, dan Ginny pergi tak lama setelah itu. Hanya Harry dan
Hermione yang tertinggal di sisi api.
'Apakah kau sudah melihat Ron?' Hermione bertanya dengan
suara rendah.
Harry menggelengkan kepalanya.
'Kukira dia sedang menghindari kita,' kata Hermione.
'Menurutmu di mana dia --?'
Tapi pada saat itu juga, ada suara keriut di belakang
mereka sementara Nyonya Gemuk berayun ke depan dan Ron memanjat masuk melalui
lubang potret. Dia sangat pucat dan ada salju di rambutnya. Ketika dia melihat
Harry dan Hermione, dia berhenti melangkah.
'Ke mana kau tadi?' kata Hermione dengan cemas, sambil
melompat bangkit.
'Berjalan,' Ron bergumam. Dia masih mengenakan baju
Quidditchnya.
'Kau tampak membeku,' kata Hermione. 'Kemari dan
duduklah!'
Ron berjalan ke sisi perapian dan merosot ke kursi terjauh
dari Harry, tanpa memandangnya. Snitch curian itu meluncur di atas kepala
mereka.
'Aku minta maaf,' Ron berkomat-kamit, sambil memandang
kakinya.
'Untuk apa?' kata Harry.
'Karena berpikir aku bisa bermain Quidditch,' kata Ron.
'Aku akan mengundurkan diri besok pagi-pagi sekali.'
'Kalau kau mengundurkan diri,' kata Harry dengan tidak
sabar, 'hanya akan ada tiga pemain yang tertinggal dalam tim.' Dan ketika Ron
terlihat bingung, dia berkata, 'Aku telah diberi larangan bermain seumur hidup.
Begitu juga Fred dan George.'
'Apa?' Ron berteriak.
Hermione memberitahunya cerita lengkapnya; Harry tidak
sanggup menceritakannya lagi. Ketika dia selesai, Ron terlihat lebih menderita
daripada sebelumnya.
'Ini semua salahku --'
'Kau tidak menyuruhku memukul Malfoy,' kata Harry
dengan marah.
'-- kalau aku tidak begitu buruk dalam Quidditch --'
'-- tak ada hubungannya dengan itu.'
'-- lagu itu yang memicuku --'
'-- pasti akan memicu siapapun.
Hermione bangkit dan berjalan ke jendela, menjauh dari
perseteruan itu, sambil mengamati salju yang beterbangan turun ke kaca.
'Lihat, hentikan, bisakah!' Harry meledak. 'Sudah cukup
buruk, tanpa kau yang menyalahkan dirimu untuk semuanya!'
Ron tidak berkata apa-apa melainkan duduk menatapi tepi
jubahnya yang lembab dengan sengsara. Setelah beberapa saat dia berkata dengan
suara tak berminat, 'Ini yang terburuk yang pernah kurasakan seumur hidupku.'
'Bergabunglah dengan klub,' kata Harry dengan getir.
'Well,' kata Hermione, suaranya sedikit bergetar.
'Aku bisa memikirkan satu hal yang mungkin menghibur kalian berdua.'
'Oh yeah?' kata Harry dengan skeptis.
'Yeah,' kata Hermione sambil berpaling dari jendela yang
hitam pekat dan penuh bintik salju, sebuah senyum lebar terentang di wajahnya.
'Hagrid sudah kembali.'
Previous | Home | Next |