HARRY POTTER
and the Order of the Phoenix
-- BAB DUA PULUH --
Kisah Hagrid
Harry berlari cepat naik ke kamar anak laki-laki untuk mengambil Jubah Gaib dan
Peta Perampok dari kopernya; dia begitu cepat sehingga dia dan Ron sudah siap
berangkat setidaknya lima menit sebelum Hermione bergegas turun kembali dari
kamar anak perempuan, memakai scarf, sarung tangan dan salah satu topi peri
menonjolnya sendiri.
'Well, di luar dingin!' katanya membela diri,
sewaktu Ron mendecakkan lidah tidak sabaran.
Mereka bergerak pelan-pelan melalui lubang potret dan
menutupi diri mereka dengan terburu-buru memakai Jubah itu -- Ron sudah tumbuh
banyak sehingga dia sekarang harus membungkuk agar kakinya tidak kelihatan --
lalu, sambil bergerak lambat-lambat dan dengan waspada, mereka menuruni banyak
tangga, berhenti sejenak beberapa waktu sekali untuk memeriksa peta mencari
tanda-tanda Mr Filch atau Mrs Norris. Mereka beruntung; mereka tidak melihat
siapapun kecuali Nick si Kepala-Nyaris-Putus, yang melayang sambil melamun dan
bersenandung sesuatu yang terdengar amat mirip dengan 'Weasley adalah Raja
kami.' Mereka berjalan pelan-pelan menyeberangi Aula Depan dan keluar ke halaman
sekolah yang hening dan bersalju. Dengan hentakan besar di jantungnya, Harry
melihat petak-petak cahaya keemasan kecil di depan dan asap yang bergelung dari
cerobong asap Hagrid. Dia mulai berjalan cepat, dua yang lain saling mendorong
dan bertabrakan di belakangnya.Mereka berjalan dengan bersemangat melalui salju
yang semakin menebal sampai akhirnya mereka mencapai pintu depan kayu itu.
Ketika Harry mengangkat kepalan tangannya dan mengetuk tiga kali, seekor anjing
mulai menggonggong dengan hebat di dalam.
'Hagrid, ini kami!' Harry berseru melalui lubang kunci.
'Harusnya sudah tahu!' kata sebuah suara kasar.
Mereka tersenyum satu sama lain di bawah Jubah itu; mereka
bisa tahu dari suara Hagrid bahwa dia senang. 'Ada di rumah tiga detik ...
menyingkir dari jalan, Fang ... awas, kau anjing tukang tidur ...'
Gerendel dilepaskan, pintu berderit terbuka dan kepala
Hagrid muncul di celah.
Hermione menjerit.
'Jenggot Merlin, pelankan suaramu!' kata Hagrid buru-buru,
sambil menatap liar ke atas kepala mereka. 'Di bawah Jubah itu, bukan? Well,
masuk, masuk!'
'Maaf!' Hermione terengah-engah, selagi mereka bertiga
menyelip melewati Hagrid ke dalam rumah dan menarik Jubah hingga lepas sehingga
dia bisa melihat mereka. 'Aku hanya -- oh, Hagrid!'
'Bukan apa-apa, bukan apa-apa!' kata Hagrid buru-buru
sambil menutup pintu di belakang mereka dan bergegas menutup semua tirai, tapi
Hermione terus menatapnya dengan ketakutan.
Rambut Hagrid pekat dengan darah beku dan mata kirinya
telah berkurang menjadi celah membengkak di antara banyak memar ungu dan hitam.
Ada banyak luka potong di wajah dan tangannya, beberapa di antaranya masih
berdarah, dan dia bergerak dengan hati-hati, yang membuat Harry curiga akan
tulang iga yang patah. Jelas dia baru saja pulang; sebuah mantel bepergian hitam
yang tebal tersandar di punggung sebuah kursi dan sebuah kantong barang yang
cukup besar untuk membawa beberapa anak kecil tergeletak di dinding dekat pintu.
Hagrid sendiri, dua kali ukuran manusia normal, sekarang sedang
terpincang-pincang ke perapian dan menempatkan sebuah ceret tembaga ke atasnya.
'Apa yang terjadi denganmu?' Harry menuntut, sementara
Fang menari-nari mengitari mereka semua, mencoba menjilat wajah-wajah mereka.
'Sudah kuberitahu kalian, bukan apa-apa,' kata Hagrid dengan tegas. 'Mau
secangkir?' 'Bilang saja,' kata Ron, 'kau babak belur!'
'Kuberitahu kalian, aku baik-baik saja,' kata Hagrid sambil bangkit dan
berpaling untuk tersenyum kepada mereka semua, tetapi mengerenyit. 'Astaga,
senang melihat kalian bertiga lagi -- musim panas menyenangkan?'
'Hagrid, kau diserang!' kata Ron. 'Tuk terakhir kali, bukan
apa-apa!' kata Hagrid dengan tegas. 'Apakah kau akan
berkata bukan apa-apa kalau salah satu dari kami muncul dengan satu pon daging
cincang menggantikan wajah?' Ron menuntut. 'Kau harus pergi
menemui Madam Pomfrey, Hagrid,' kata Hermione dengan cemas, 'beberapa luka
potong itu tampak mengerikan.' 'Aku sudah mengurusnya,
oke?' kata Hagrid menekan. Dia berjalan ke meja kayu besar
yang terletak di tengah kabinnya dan melemparkan ke samping serbet teh yang tadi
tergeteletak di atasnya. Di bawahnya adalah sebuah stik mentah, berdarah,
sedikit hijau yang sedikit lebih besar daripada ban mobil biasa.
'Kau tidak akan makan itu, bukan, Hagrid?' kata Ron, sambil mencondongkan badan
untuk melihat lebih dekat. 'Tampaknya beracun.' 'Memang
harus tampak seperti itu, itu daging naga,' Hagrid berkata. 'Dan aku tidak ambil
untuk dimakan.' Dia mengambil stik itu dan membantingkannya
ke sisi kiri wajahnya. Darah kehijauan bercucuran ke janggutnya sementara dia
mengeluarkan erangan pelan kepuasan. 'Itu lebih baik.
Membantu untuk rasa pedihnya, kalian tahu.' 'Jadi, apakah
kau akan memberitahu kami apa yang sudah terjadi denganmu?' Harry bertanya.
'Tak bisa, Harry. Rahasia besar. Lebih dari nilai pekerjaanku untuk beritahu
kalian.' 'Apakah para raksasa memukulimu, Hagrid?' tanya
Hermione pelan. Jari-jari Hagrid tergelincir dari stik naga
itu dan stik itu meluncur dengan bersuara ke dadanya.
'Raksasa?' kata Hagrid, sambil menangkap stik itu sebelum mencapai ikat
pinggangnya dan membantingkannya kembali ke wajahnya, 'siapa yang bilang apa-apa
tentang raksasa? Siapa yang memberitahu kalian apa yang aku -- siapa yang bilang
aku -- eh?' 'Kami menerka,' kata Hermione dengan nada minta
maaf. 'Oh, begitu, bukan?' kata Hagrid sambil mengamatinya
dengan mata yang tidak tersembunyi oleh stik. 'Itu agak ...
jelas,' kata Ron. Harry mengangguk. Harry melotot kepada
mereka, lalu mendengus, melemparkan stik itu kembali ke atas meja dan berjalan
ke ceret, yang sekarang sedang berbunyi. 'Belum pernah
kenal anak-anak seperti kalian bertiga yang tahu lebih banyak dari yang
seharusnya,' dia bergumam, sambil menceburkan air mendidih ke tiga
cangkirnya yang berbentuk ember. 'Dan aku juga tidak puji kalian. Turut
campur, itu yang disebut beberapa orang. Mengganggu.'
Tetapi jenggotnya berkedut. 'Jadi apakah kau pergi mencari
para raksasa?'' kata Harry sambil menyeringai selagi dia duduk di meja.
Hagrid meletakkan teh di depan mereka masing-masing, duduk, mengambil stiknya
lagi dan membantingnya kembali ke wajahnya. 'Yeah,
baiklah,' gerutunya, 'memang.' 'Dan kau menemukan mereka?'
kata Hermione dengan suara berbisik. 'Well, mereka
tidak sesulit itu ditemukan, sejujurnya,' kata Hagrid. 'Agak besar, tahu.'
'Di mana mereka?' kata Ron. 'Pegunungan,' kata Hagrid tanpa
membantu. 'Kalau begitu kenapa para Muggle tidak --?'
'Mereka jumpa,' kata Hagrid dengan suram. 'Cuma kematian mereka selalu dianggap
kecelakaan panjat gunung, bukan?' Dia menyesuaikan stik itu
sedikit sehingga menutupi memar-memar terburuk. 'Ayolah,
Hagrid, beritahu kami apa yang sudah kau lakukan!' kata Ron. 'Ceritakan kepada
kami tentang diserang para raksasa dan Harry bisa menceritakan kepadamu tentang
diserang para Dementor --' Hagrid tersedak dan
menjatuhkan stiknya pada saat yang bersamaan; sejumlah besar air ludah, teh dan
darah naga terpercik ke atas meja sementara Hagrid batuk-batuk dan berbicara
tidak jelas dan stik itu tergelincir, dengan bunyi pelan, ke atas lantai.
'Apa maksudmu, diserang Dementor?' geram Hagrid. 'Tidakkah
kau tahu?' Hermione bertanya kepadanya dengan mata membelalak.
'Aku tidak tahu apapun yang telah terjadi di sini sejak aku pergi. Aku sedang
dalam misi rahasia, bukan, tak mau burung-burung hantu mengikutiku ke seluruh
tempat -- Dementor-Dementor sialan! Kalian tidak serius?'
'Yeah, aku serius, mereka muncul di Little Whinging dan menyerang sepupuku dan
aku, dan lalu Kementerian Sihir mengeluarkan aku dari sekolah --'
'APA?' '-- dan aku harus menghadiri dengar pendapat dan
segalanya, tapi ceritakan dulu kepada kami tentang para raksasa.' 'Kau
dikeluarkan!' 'Ceritakan kepada kami tentang musim
panasmu dan aku akan menceritakan kepadamu tentang musim panasku.'
Hagrid melotot kepadanya dengan sebelah matanya yang terbuka. Harry memandang
balik, dengan ekspresi kebulatan tekad yang lugu di wajahnya.
'Oh, baiklah,' kata Hagrid dengan suara menyerah. Dia
membungkuk dan menyentak stik naga itu keluar dari mulut Fang.
'Oh, Hagrid, jangan, itu tidak higie--' Hermione mulai, tetapi Hagrid sudah
membanting daging itu kembali ke matanya yang bengkak. Dia
meneguk teh penguat lagi, lalu berkata, 'Well, kami berangkat persis
setelah tahun ajaran berakhir --' 'Kalau begitu, Madame
Maxime pergi bersamamu?' Hermione menyela. 'Yeah, itu
benar,' kata Hagrid, dan suatu ekspresi lembut muncul di beberapa inci wajah
yang tidak tertutup jenggot atau stik hijau itu. 'Yeah, cuma kami berdua. Dan
aku beritahu kalian ini, dia tidak takut susah, Olympe. Kalian tahu, dia seorang
wanita anggun berpakaian rapi, dan tahu ke mana kami akan pergi aku
bertanya-tanya bagaimana perasaannya tentang merangkak melewati batu-batu besar
dan tidur di gua-gua dan sebagainya, tapi dia tidak pernah mengeluh sekalipun.'
'Kalian tahu ke mana kalian akan pergi?' Harry mengulangi. 'Kalian tahu di mana
para raksasa berada?' 'Well, Dumbledore tahu, dan
dia memberitahu kami,' kata Hagrid. 'Apakah mereka
tersembunyi?' tanya Ron. 'Apakah rahasia, tempat mereka berada?'
'Tidak juga,' kata Hagrid sambil menggelengkan kepalanya yang berewokan. 'Cuma
kebanyakan penyihir tak peduli di mana mereka berada, asal letaknya jauh
sekali. Tapi tempat mereka berada sangat sulit dicapai, 'tuk manusia, jadi kami
butuh instruksi Dumbledore. Kami butuh sekitar sebulan untuk sampai ke sana --'
'Satu bulan?' kata Ron, seakan-akan dia belum pernah mendengar perjalanan yang
lamanya menggelikan seperti itu. 'Tapi -- kenapa kalian tidak mengambil sebuah
Portkey saja atau apapun?' Ada ekspresi aneh di mata Hagrid
yang tidak tertutup sementara dia mengamati Ron; hampir seperti mengasihani.
'Kami sedang diawasi, Ron,' katanya dengan kasar. 'Apa
maksudmu?' 'Kalian tidak mengerti,' kata Hagrid.
'Kementerian sedang mengawasi Dumbledore dan siapapun yang mereka anggap berada
di pihaknya, dan --' 'Kami tahu tentang itu,' kata Harry
dengan cepat, ingin mendengar lanjutan cerita Hagrid,' kami tahu tentang
Kementerian mengawasi Dumbledore --' 'Jadi kalian tidak
bisa menggunakan sihir untuk ke sana?' tanya Ron, terlihat seperti disambar
petir, 'kalian harus bertindak seperti Muggle sepanjang jalan?'
'Well, tidak persis sepanjang jalan,' kata Hagrid dengan cerdik. 'Kami
hanya harus waspada, kar'na Olympe dan aku, kami agak menyolok --'
Ron membuat suara tertahan antara dengusan dan endusan dan buru-buru meneguk
teh. '-- jadi kami tidak sulit diikuti. Kami pura-pura kami
sedang berlibur bersama, jadi kami masuk ke Prancis dan kami buat seolah-olah
kami sedang menuju tempat sekolah Olympe, kar'na kami tahu kami sedang diekori
oleh seseorang dari Kementerian. Kami harus pelan-pelan, kar'na aku seharusnya
tidak boleh menggunakan sihir dan kami tahu Kementerian akan cari-cari alasan
untuk tangkap kami. Tapi kami berhasil lolos dari orang yang mengekori kami di
sekitar Dee-John --' 'Ooooh Dijon?' kata Hermione dengan
bersemangat. 'Aku pernah liburan ke sana, apakah kau melihat --?'
Dia terdiam melihat tampang Ron. 'Kami pertaruhkan
sedikit sihir setelah itu dan bukan perjalanan yang buruk. Bertemu sejumlah
troll sinting di perbatasan Polandia dan aku selisih pendapat sedikit dengan
seorang vampir di sebuah pub di Minsk, tapi selain itu tak bisa lebih mulus
lagi. 'Dan lalu kami sampai di tempat itu, dan kami mulai
berjalan melewati pegunungan, mencari tanda-tanda mereka ...
'Kami harus hentikan sihir sementara begitu kami dekat mereka. Sebagian kar'na mereka
tidak suka penyihir dan kami tak mau membuat mereka melawan kami terlalu cepat,
dan sebagian kar'na Dumbledore sudah peringatkan kami Kau-Tahu-Siapa akan
mengejar raksasa dan sebagainya. Katanya kemungkinan besar dia sudah kirim
pesuruh kepada mereka. Beritahu kami sebaiknya waspada menarik perhatian pada
diri kami ketika kami mendekat kalau-kalau ada Pelahap Maut di sekitar.'
Hagrid berhenti sejenak untuk minum teh banyak-banyak.
'Teruskan!' kata Harry mendesak. 'Temukan mereka,' kata
Hagrid terus terang. 'Naik ke punggung bukit suatu malam dan di sanalah mereka,
tersebar di bawah kami. Api-api kecil terbakar di bawah dan bayangan-bayangan
besar ... seperti memandangi gunung-gunung kecil bergerak.'
'Seberapa besar mereka?' tanya Ron dengan suara berbisik.
'Sekitar dua puluh kaki,' kata Hagrid sambil lalu. 'Beberapa yang lebih besar
mungkin dua puluh lima.' 'Dan berapa banyak mereka?' tanya
Harry. 'Kukira sekitar tujuh puluh atau delapan puluh,'
kata Hagrid. 'Itu saja?' kata Hermione.
'Yep,' kata Hagrid dengan sedih, 'delapan puluh yang tersisa, dan dulu ada
banyak, pastilah seratus suku berbeda dari seluruh dunia. Tapi mereka mati terus
dalam waktu yang lama. Para penyihir bunuh beberapa, tentu saja, tapi
kebanyakan mereka saling bunuh, dan sekarang mereka mati lebih cepat dari
sebelumnya. Mereka tak cocok hidup berkelompok bersama seperti itu. Dumbledore
bilang itu salah kita, para penyihirlah yang paksa mereka pergi dan buat
mereka hidup jauh sekali dari kita dan mereka tak punya pilihan kecuali
bersatu 'tuk perlindungan mereka sendiri.' 'Jadi,' kata
Harry, 'kau melihat mereka dan lalu apa?' 'Well,
kami tunggu sampai pagi, tak mau menyelinap kepada mereka dalam gelap, 'tuk
keselamatan kami sendiri,' kata Hagrid. 'Sekitar jam tiga pagi mereka tertidur
tepat di tempat mereka duduk. Kami tak berani tidur. 'Tuk satu hal, kami mau
pastikan tak satupun dari mereka bangun dan datang ke tempat kami, dan hal lain,
dengkurannya tak bisa dipercaya. Sebabkan salju longsor menjelang pagi.'
'Bagaimanapun, begitu terang kami turun jumpai mereka.'
'Begitu saja?' kata Ron, terlihat kagum. 'Kalian berjalan langsung ke dalam kamp
raksasa?' 'Well, Dumbledore beritahu kami bagaimana
melakukannya,' kata Hagrid. 'Berikan Gurg hadiah-hadiah, perlihatkan rasa
hormat, kalian tahu.' 'Berikan apa hadiah-hadiah?'
tanya Harry. 'Oh, Gurg --artinya ketua.'
'Bagaimana kau bisa tahu yang mana Gurg?' tanya Ron. Hagrid
mendengkur geli. 'Tak masalah,' katanya. 'Dia yang paling
besar, paling jelek dan paling malas. Duduk di sana menunggu dibawakan makanan
oleh yang lainnya. Kambing mati dan sebagainya. Namanya Karkus. Aku rasa dia dua
puluh dua, dua puluh tiga kaki dan beratnya beberapa gajah. Kulit seperti kulit
badak dan sebagainya.' 'Dan kalian berjalan ke arahnya
begitu saja?' kata Hermione terengah-engah. 'Well
... turun ke arahnya, tempat dia berbaring di lembah itu. Mereka ada di jalan
menurun antara empat gunung agak tinggi, tahu, di samping sebuah danau
pegunungan, dan Karkus berbaring di sisi danau meraung-raung pada yang lain
untuk memberinya makan dan istrinya. Olympe dan aku menuruni sisi pegunungan --'
'Tapi tidakkah mereka mencoba membunuh kalian sewaktu melihat kalian?' tanya Ron
tidak percaya. 'Jelas ada di pikiran beberapa dari mereka,'
kata Hagrid sambil mengangkat bahu, 'tapi kami lakukan apa yang Dumbledore
suruh, yakni angkat hadiah kami tinggi-tinggi dan tatap mata kami ke Gurg dan
abaikan yang lainnya. Jadi itu yang kami lakukan. Dan sisanya jadi diam dan
amati kami lewat dan kami sampai tepat di kaki Karkus dan kami membungkuk dan
letakkan hadiah kami di depannya.' 'Apa yang kalian berikan
kepada raksasa?' tanya Ron tidak sabaran. 'Makanan?'
'Tidak, dia bisa dapat makanan sendiri,' kata Hagrid. 'Kami membawakannya sihir.
Raksasa suka sihir, cuma tidak suka kita gunakan lawan mereka. Bagaimanapun,
hari pertama itu kami beri dia ranting api Gubraithian.'
Hermione berkata, 'Wow!' dengan pelan, tetapi Harry dan Ron merengut tidak
mengerti. 'Ranting --?' 'Api abadi,'
kata Hermione kesal, 'kalian seharusnya sudah tahu sekarang. Profesor Flitwick
menyebutnya setidaknya dua kali dalam kelas!' 'Well,
ngomong-ngomong,' kata Hagrid cepat-cepat, menyela sebelum Ron bisa menjawab
balik, 'Dumbledore menyihir ranting ini untuk terbakar selamanya, yang bukan
sesuatu yang bisa dilakukan setiap penyihir, dan aku letakkan di salju dekat
kaki Karkus dan berkata, "Hadiah untuk Gurg raksasa dari Albus Dumbledore,
yang mengirimkan salam hormatnya."' 'Dan apa yang
dikatakan Karkus?' tanya Harry bersemangat. 'Tidak ada,'
kata Hagrid. 'Tak bisa bahasa Inggris.' 'Kau bercanda!'
'Tak masalah,' kata Hagrid tidak terganggu, 'Dumbledore sudah peringatkan kami
itu mungkin terjadi. Karkus cukup tahu untuk berteriak memanggil beberapa
raksasa yang tahu bahasa kita dan mereka terjemahkan untuk kami.'
'Dan apa dia suka hadiahnya?' tanya Ron. 'Oh yeah, sangat
riuh begitu mereka ngerti apa itu,' kata Hagrid, sambil membalikkan stik naganya
untuk menekankan sisi yang lebih dingin ke matanya yang bengkak. 'Sangat senang.
Jadi kemudian aku berkata, "Albus Dumbledore minta Gurg bicara dengan
pembawa pesannya sewaktu dia kembali besok dengan hadiah lai."'
'Kenapa kalian tidak bisa bicara dengan mereka hari itu?' tanya Hermione.
'Dumbledore mau kami pelan-pelan,' kata Hagrid. 'Biar mereka lihat kami tepati
janji-janji kami. Kami akan kembali besok dengan hadiah lain, dan lalu
kami memang kembali dengan hadiah lain -- beri kesan bagus -- tahu? Dan beri
mereka waktu untuk coba hadiah pertama dan temukan itu bagus, dan buat mereka
ingin lagi. Bagaimanapun, raksasa seperti Karkus -- beri mereka informasi
terlalu banyak dan mereka bunuh kau cuma untuk buat sederhana. Jadi kami
membungkuk pergi dan temukan gua kecil yang bagus untuk bermalam dan pagi
berikutnya kami kembali dan kali ini kami temukan Karkus duduk menunggu kami
terlihat sangat bersemangat.' 'Dan kalian bicara
dengannya?' 'Oh yeah. Pertama-tama kami hadiahkan kepadanya
sebuah topi baja perang yang bagus -- buatan goblin dan tidak bisa dihancurkan,
kalian tahu -- dan lalu kami duduk dan kami bicara.' 'Apa
katanya?' 'Tak banyak,' kata Hagrid. 'Kebanyakan dengar.
Tapi ada tanda-tanda bagus. Dia pernah dengar Dumbledore, dengar dia berdebat
melawan pembunuhan para raksasa terakhir di Inggris. Karkus tampaknya sangat
tertarik dengan apa yang harus dikatakan Dumbledore. Dan beberapa yang lainnya,
terutama yang bisa sedikit bahasa Inggris, mereka berkumpul dan mendengarkan
juga. Kami penuh harapan sewaktu kami pergi hari itu. Janji untuk kembali pagi
berikutnya dengan hadiah lain ... 'Tapi malam itu semuanya
gagal.' 'Apa maksudmu?' kata Ron cepat-cepat.
'Well, seperti yang kubilang, mereka tidak cocok hidup bersama, para
raksasa,' kata Hagrid dengan sedih. 'Tidak dalam kelompok-kelompok besar seperti
itu. Mereka tidak bisa menahan diri, mereka saling bunuh satu sama lain tiap
beberapa minggu. Yang pria saling bertarung dan yang wanita saling bertarung;
sisa-sisa suku tua saling bertarung, dan itu bahkan tanpa perselisihan tentang
makanan dan api terbaik dan tempat untuk tidur. Kalian akan pikir, melihat
bagaimana seluruh ras mereka hampir habis, mereka akan saling membiarkan, tapi
...' Hagrid menarik napas dalam-dalam.
'Malam itu ada perkelahian, kami melihatnya dari mulut gua kami, memandang ke
bawah ke lembah. Berlangsung berjam-jam, kalian takkan percaya bisingnya. Dan
waktu matahari terbit salju merah dan kepalanya tergeletak di dasar danau.'
'Kepala siapa?' kata Hermione terengah-engah. 'Karkus,'
kata Hagrid dengan kasar. 'Ada Gurg baru, Golgomath.' Dia menarik napas
dalam-dalam. 'Well, kami tidak harapkan Gurg baru dua hari sesudah kami
ramah-tamah dengan yang pertama, dan kami punya perasaan aneh Golgomath takkan
terlalu ingin dengarkan kami, tapi kami harus coba.'
'Kalian pergi berbicara dengannya?' tanya Ron tidak percaya. 'Setelah kalian
menyaksikan dia merenggut kepala raksasa lain?' 'Tentu
saja,' kata Hagrid, 'kami tidak pergi sejauh itu untuk menyerah setelah dua
hari! Kami turun dengan hadiah berikutnya yang ingin kami berikan untuk Karkus.
'Aku tahu tidak bisa sebelum aku buka mulutku. Dia duduk di sana memakai topi
baja Karkus, melirik kami waktu kami mendekat. Dia besar, salah satu yang
terbesar di sana. Rambut hitam dan gigi yang serasi dan kalung tulang. Mirip
tulang manusia, beberapa di antaranya -- Hal berikutnya yang kutahu, aku
tergantung terbalik di udara, dua kawannya sudah menangkapku.'
Hermione mengatupkan tangannya ke mulutnya. 'Bagaimana kau
lolos dari itu?' tanya Harry. 'Takkan bisa kalau Olympe tak
ada di sana,' kata Hagrid. 'Dia menarik keluar tongkatnya dan melakukan beberapa
mantera tercepat yang pernah kulihat. Benar-benar luar biasa. Kena dua yang
sedang memegangku tepat di mata dengan Kutukan Conjunctivitus dan mereka
langsung jatuhkan aku -- tapi waktu itu kami dalam masalah, kar'na kami gunakan
sihir lawan mereka, dan itulah yang dibenci raksasa tentang penyihir. Kami harus
kabur dan kami tahu tak mungkin kami bisa jalan ke dalam kamp itu lagi.'
'Astaga, Hagrid,' kata Ron pelan.
'Jadi, kenapa kau butuh waktu begitu lama untuk pulang
kalau kau cuma di sana tiga hari?' tanya Hermione.
'Kami tidak pergi setelah tiga hari!' kata Hagrid, tampak
marah. 'Dumbledore mengandalkan kami!'
'Tapi kau bilang tak mungkin kalian bisa kembali!'
'Tidak waktu siang, tidak. Kami cuma harus berpikir
kembali sedikit. Habiskan beberapa hari sembunyi di gua dan mengamati. Dan apa
yang kami lihat tidak bagus.'
'Apakah dia merenggut kepala-kepala lagi?' tanya Hermione,
terdengar mual.
'Tidak,' kata Hagrid, 'kuharap begitu.'
'Apa maksudmu?'
'Maksudku kami segera mendapati dia tidak keberatan dengan
semua penyihir -- cuma kami.'
'Para Pelahap Maut?' kata Harry dengan cepat.
'Yep,' kata Hagrid muram. 'Beberapa dari mereka kunjungi
dia setiap hari, bawa hadiah-hadiah untuk Gurg, dan dia tidak memegang mereka
terbalik.'
'Bagaimana kau tahu mereka Pelahap Maut?' kata Ron.
'Karena aku kenali salah satu,' Hagrid menggeram.
'Macnair, ingat dia? Orang yang mereka kirim untuk bunuh Buckbeak? Maniak, dia.
Suka membunuh seperti Golgomath; tak heran mereka sangat akrab.'
'Jadi Macnair sudah meyakinkan para raksasa untuk
bergabung dengan Kau-Tahu-Siapa?' tanya Hermione putus asa.
'Tahan Hippogriffmu, ceritaku belum selesai!' kata Hagrid
tidak senang, yang, mengingat dia tidak mau memberitahu mereka apapun awalnya,
sekarang tampak agak bersenang-senang. 'Aku dan Olympe membicarakannya dan kami
setuju cuma karena Gurg tampaknya memilih Kau-Tahu-Siapa tak berarti semuanya
begitu. Kami harus coba yakinkan beberapa yang lain, yang tidak mau Golgomath
jadi Gurg.'
'Bagaimana kalian bisa tahu yang mana?' tanya Ron.
'Well, mereka yang dipukuli sampai babak belur,
bukan?' kata Hagrid dengan sabar. 'Yang cukup berotak sedang menyingkir dari
jalan Golgomath, sembunyi di gua-gua sekitar lembah seperti kami. Jadi kami
putuskan kami akan berkeliaran di sekitar gua-gua waktu malam dan lihat apa kami
bisa yakinkan beberapa dari mereka.'
'Kalian berkeliaran di sekitar gua-gua gelap mencari para
raksasa?' kata Ron, dengan nada hormat dan kagum dalam suaranya.
'Well, bukan raksasa yang paling kami kuatirkan,' kata Hagrid. 'Kami
lebih prihatin tentang para Pelahap Maut. Dumbledore sudah bilang sebelum kami
pergi jangan berurusan dengan mereka kalau kami bisa menghindari, dan masalahnya
mereka tahu kami di sekitar sana -- kurasa Golgomath beritahu mereka tentang
kami. Waktu malam, saat raksasa tidur dan kami mau merangkak ke dalam gua-gua,
Macnair dan satu lagi menyelinap sekitar pegunungan mencari kami. Aku kesulitan
menghentikan Olympe menyerang mereka,' kata Hagrid, sudut-sudut mulutnya
mengangkat jenggotnya yang lebat, 'dia ingin sekali serang mereka ... dia
benar-benar hebat kalau bersemangat, Olympe ... berapi-api, kalian tahu ...
kurasa darah Prancisnya ...'
Hagrid menatap dengan mata melamun ke api. Harry
memberinya tiga puluh detik mengenang sebelum berdehem keras.
'Jadi, apa yang terjadi? Apakah kau pernah dekat raksasa
lain?'
'Apa? Oh ... oh, yeah, memang. Yeah, malam ketiga setelah
Karkus terbunuh kami merangkak keluar gua tempat kami sembunyi dan kembali turun
ke lembah, terus waspada terhadap Pelahap Maut. Masuk ke beberapa gua, tidak
bisa -- lalu, kira-kira yang keenam, kami temukan tiga raksasa sedang sembunyi.'
'Gua pasti sangat sesak,' kata Ron.
'Tak ada ruang untuk ayunkan Kneazle,' kata Hagrid.
'Tidakkah mereka menyerang kalian ketika mereka melihat
kalian?' tanya Hermione.
'Mungkin akan begitu kalau mereka sedang sehat,' kata
Hagrid, 'tapi mereka luka parah, ketiga-tiganya semua; kelompok Golgomath sudah
memukuli mereka sampai pingsan; mereka bangun dan merangkak ke tempat berlindung
terdekat yang bisa mereka temukan. Bagaimanapun, salah satu dari mereka bisa
sedikit bahasa Inggris dan -- dia terjemahkan untuk yang lainnya, dan apa yang
harus kami katakan tampaknya tidak diterima dengan buruk. Jadi kami terus
kembali, kunjungi yang luka ... kurasa kami punya sekitar enam atau tujuh dari
mereka yang berhasil diyakinkan di suatu saat.' 'Enam atau
tujuh?' kata Ron dengan tidak sabar. 'Well itu tidak buruk -- apakah
mereka akan datang ke sini dan mulai melawan Kau-Tahu-Siapa bersama kita?'
Tetapi Hermione berkata, 'Apa maksudmu "di suatu
saat", Hagrid?'
Hagrid memandangnya dengan sedih.
''Kelompok Golgomath serang gua-gua. Yang selamat tak mau
berhubungan dengan kami lagi setelah itu.'
'Jadi ... jadi tidak ada raksasa yang akan datang?' kata
Ron, terlihat kecewa.
'Tidak,' kata Hagrid, menarik napas dalam-dalam selagi dia
membalikkan stiknya dan meletakkan bagian yang lebih dingin ke wajahnya, 'tapi
kami lakukan yang kami mau lakukan, kami beri mereka pesan Dumbledore dan
beberapa dari mereka dengar dan aku rasa beberapa dari mereka akan ingat.
Mungkin saja, mereka yang tak mau dekat Golgomath 'kan pindah keluar dari
pegunungan, dan pasti ada peluang mereka akan ingat Dumbledore bersahabat dengan
mereka ... mungkin mereka akan datang.'
Salju sedang memenuhi jendela sekarang. Harry menjadi
sadar bahwa bagian lutut jubahnya basah kuyup: Fang sedang meneteskan air liur
dengan kepalanya di pangkuan Harry.
'Hagrid?' kata Hermione pelan setelah beberapa saat.
'Mmm?'
'Apakah kau ... apakah ada tanda-tanda ... apakah kau
mendengar apapun tentang ... ibumu saat kau di sana?'
Mata Hagrid yang tidak tertutup menatapnya dan Hermione
tampak agak takut.
'Maafkan aku ... aku ... lupakan --'
'Mati,' dengkur Hagrid. 'Mati bertahun-tahun lalu. Mereka
bilang padaku.'
'Oh ... aku ... aku benar-benar menyesal,' kata Hermione
dengan suara sangat kecil. Hagrid mengangkat bahunya yang besar.
'Tak perlu,' katanya singkat. 'Tak banyak ingat dia. Bukan
ibu yang baik.'
Mereka diam lagi. Hermione memandang sekilas dengan gugup
kepada Harry dan Ron, jelas ingin mereka berbicara.
'Tapi kau masih belum menjelaskan bagaimana kau jadi
begini, Hagrid,' Ron berkata sambil memberi isyarat pada wajah Hagrid yang
berlumuran darah.
'Atau kenapa kau kembali begitu terlambat,' kata Harry.
'Sirius bilang Madame Maxime sudah pulang lama sekali --'
'Siapa yang menyerangmu?' kata Ron.
'Aku tidak diserang!' kata Hagrid penuh perasaan. 'Aku --'
Tapi sisa kata-katanya teredam dalam pecahnya
ketukan-ketukan di pintu. Hermione menarik napas cepat; cangkirnya tergelincir
melalui jari-jarinya dan terbanting ke lantai; Fang mendengking. Mereka berempat
semuanya menatap ke jendela di samping ambang pintu. Bayangan seseorang yang
kecil dan pendek beriak di tirai yang tipis.
'Itu dia!' Ron berbisik.
'Ke bawah sini!' Harry berkata cepat-cepat; sambil meraih
Jubah Gaib, dia memutarnya menutupi dirinya sendiri dan Hermione sementara Ron
mengitari meja dan menukik ke bawah Jubah itu juga. Berimpitan bersama, mereka
mundur ke sebuah sudut. Fang menggonggong hebat ke pintu. Hagrid tampak
benar-benar bingung.
'Hagrid, sembunyikan cangkir-cangkir kami!'
Hagrid meraih cangkir-cangkir Harry dan Ron dan
mendorongnya ke bawah bantal di keranjang Fang. Fang sekarang sedang
melompat-lompat di pintu, Hagrid mendorongnya menjauh dengan kakinya dan
menariknya hingga terbuka.
Profesor Umbridge sedang berdiri di ambang pintu
mengenakan mantel wolnya dan topi yang serasi dengan penutup telinga. Dengan
bibir dikerutkan, dia mencondongkan badan ke belakang untuk melihat wajah
Hagrid; dia hampir tidak mencapai pusarnya.
'Jadi,' katanya lambat-lambat dan keras-keras, seolah-olah
sedang berbicara kepada seseorang yang tuli. 'Anda Hagrid, bukan?'
Tanpa menunggu jawaban dia berjalan ke dalam ruangan,
matanya yang menonjol berputar ke segala arah.
'Pergi,' bentaknya, sambil melambaikan tas tangannya
kepada Fang, yang sudah melompat ke arahnya dan mencoba menjilat wajahnya.
'Er -- aku tidak mau bersikap kasar,' kata Hagrid sambil
menatapnya, 'tapi siapa kamu?'
'Namaku Dolores Umbridge.'
Matanya menyapu kabin itu. Dua kali menatap langsung ke
sudut di mana Harry berdiri, terapit di antara Ron dan Hermione.
'Dolores Umbridge?' Hagrid berkata, terdengar sepenuhnya
bingung. 'Kukira kau salah satu dari Kementerian itu -- bukankah kau kerja
dengan Fudge?'
'Saya dulu Sekretaris Senior untuk Menteri, ya,' kata
Umbridge, sekarang berjalan ke sana kemari di sekitar kabin itu, mengamati
setiap detil di dalam, dari kantong barang di dinidng hingga mantel bepergian
yang terabaikan. 'Saya sekarang guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam --'
'Anda berani,' kata Hagrid, 'tak banyak yang mau mengambil
pekerjaan itu lagi.'
'-- dan Penyelidik Tinggi Hogwarts,' kata Umbridge, tidak
memberi tanda bahwa dia mendengarnya.
'Apa itu?' kata Hagrid sambil merengut.
'Persis yang akan kutanyakan,' kata Umbridge sambil
menunjuk keping-keping pecahan porselen di atas lantai yang dulunya cangkir
Hermione.
'Oh,' kata Hagrid, dengan pandangan sekilas yang sangat
tidak membantu ke sudut di mana Harry, Ron dan Hermione berdiri tersembunyi,
'oh, itu ... Fang. Dia memecahkan sebuah cangkir. Jadi aku harus menggunakan
yang ini sebagai gantinya.'
Hagrid menunjuk ke cangkir tempat dia minum, satu tangan
masih mengepit stik naga yang tertekan ke matanya. Umbdrige berdiri menghadapnya
sekarang, mengamati setiap detil penampilannya bukannya kabin itu.
'Saya mendengar suara-suara,' katanya pelan.
'Aku sedang bicara dengan Fang,' kata Hagrid dengan keras.
'Dan dia berbicara kembali kepada Anda?'
'Well ... bisa dibilang begitu,' kata Hagrid,
terlihat tidak nyaman. 'Aku kadang bilang Fang hampir seperti manusia --'
'Ada tiga set jejak kaki di salju yang mengarah dari
pintu-pintu kastil ke kabin Anda,' kata Umbridge dangan manis.
Hermione menarik napas cepat; Harry mengatupkan sebuah
tangan ke mulutnya. Untungnya, Fang sedang mengendus-endus dengan keras di
sekitar tepi jubah Profesor Umbridge dan dia tampaknya tidak mendengar.
'Well, aku baru saja kembali,' kata Hagrid, sambil
melambaikan sebuah tangan yang besar kepada kantong barang. 'Mungkin seseorang
datang berkunjung sebelumnya dan aku tidak berjumpa dengan mereka.'
'Tidak ada jejak kaki menjauh dari pintu kabin Anda.'
'Well, aku ... aku tidak tahu kenapa itu ...' kata
Hagrid, sambil menarik-narik jenggotnya dengan gugup dan lagi-lagi memandang
sekilas ke sudut di mana Harry, Ron dan Hermione berdiri, seolah-olah meminta
bantuan. 'Erm ...'
Umbridge berputar dan berjalan-jalan di kabin itu, sambil
memandang sekeliling dengan waspada. Dia membungkuk dan mengintai ke bawah
tempat tidur. Dia membuka lemari-lemari Hagrid; Harry bahkan mengempiskan
perutnya selagi dia lewat. Setelah melihat dengan waspada ke dalam kuali besar
yang digunakan Hagrid untuk memasak, dia berputar berkeliling lagi dan berkata,
'Apa yang terjadi dengan Anda? Bagaimana Anda mendapatkan luka-luka itu?'
Hagrid buru-buru mengangkat stik naga dari wajahnya, yang
menurut pendapat Harry adalah kesalahaa, karena memar-memar hitam dan ungu di
sekitar wajahnya sekarang terlihat jelas, tanpa menyebut sejumlah besar darah
segar dan beku di wajahnya. 'Oh, aku ... terkena kecelakaan kecil,' katanya
lemah.
'Kecelakaan seperti apa?'
'Aku -- aku tersandung.'
'Anda tersandung,' ulangnya dengan dingin.
'Yeah, itu benar. Tersandung ... sapu seorang teman. Aku
sendiri tidak terbang. Well, lihat ukuranku, kukira tak ada sapu yang
bisa menahanku. Temanku membiakkan kuda-kuda Abraxan, aku tak tahu apa kau
pernah melihat mereka, binatang besar, bersayap, kau tahu, aku naik salah
satunya sebentar dan --'
'Ke mana Anda pergi?' tanya Umbridge, memotong ocehan
Hagrid dengan dingin.
'Ke mana aku --?'
'Pergi, ya,' katanya. 'Tahun ajaran dimulai dua
bulan yang lalu. Guru lain harus menggantikan kelas-kelas Anda. Tak seorangpun
dari kolega Anda yang bisa memberiku informasi apapun tentang keberadaan Anda.
Anda tidak meninggalkan alamat. Ke mana Anda pergi?'
Ada jeda sementara Hagrid menatapnya dengan matanya yang
baru tidak tertutup. Harry hampir bisa mendengar otaknya bekerja mati-matian.
'Aku -- aku pergi untuk kesehatanku,' katanya.
'Untuk kesehatan Anda,' ulang Profesor Umbridge. Matanya
menjelajah pada wajah Hagrid yang berubah warna dan bengkak; darah naga menetes
lembut dan pelan ke jasnya. 'Saya mengerti.'
'Yeah,' kata Hagrid, 'sedikit -- udara segar, kau tahu --'
'Ya, sebagai penjaga hewan udara segar pasti susah
didapatkan,' kata Umdrige dengan manis. Bagian kecil di wajah Hagrid yang tidak
hitam atau ungu, merona merah.
'Well -- perubahan pemandangan, kau tahu --'
'Pemandangan pegunungan?' kata Umbridge dengan cepat.
'Dia tahu,' Harry berpikir dengan putus asa.
'Pegunungan?' Hagrid mengulangi, jelas sedang berpikir
cepat. 'Bukan, Prancis Selatan untukku. Sedikit matahari dan ... dan laur.'
'Benarkah?' kata Umbridge. 'Anda tidak punya kulit
kecoklatan.'
'Yeah ... well ... kulit sensitif,' kata Hagrid,
mencoba tersenyum manis. Harry memperhatikan bahwa dua giginya telah lepas.
Umbridge memandangnya dengan dingin; senyumnya menghilang. Lalu dia mengangkat
tas tangannya sedikit lebih tinggi ke lekuk lengannya dan berkata, 'Tentu saja
saya akan memberitahu Menteri tentang kembalinya Anda yang terlambat.'
'Benar,' kata Hagrid sambil mengangguk.
'Anda juga harus tahu, bahwa sebagai Penyelidik Tinggi
adalah tugasku yang patut disayangkan tetapi perlu untuk menginspeksi guru-guru
sejawatku. Jadi saya berani bilang kita akan segera bertemu lagi.'
Dia berbalik dengan tajam dan bergerak kembali ke pintu.
'Kau menginspeksi kami?' Hagrid mengulangi dengan hampa,
sambil memandangnya.
'Oh, ya,' kata Umbridge dengan pelan, sambil memandang
balik kepadanya dengan tangan di pegangan pintu. 'Kementerian berketetapan untuk
menyingkirkan guru-guru yang tidak memuaskan, Hagrid. Selamat malam.'
Dia pergi, menutup pintu di belakangnya dengan bunyi
keras. Harry bergerak akan menarik lepas Jubah Gaib tetapi Hermione meraih
pergelangan tangannya.
'Jangan dulu,' dia berbisik di telinganya. 'Dia mungkin
belum pergi.'
Hagrid tampaknya memikirkan hal yang sama, dia berjalan
menyeberangi ruangan dan menarik tirai sekitar satu inci.
'Dia kembali ke kastil,' katanya dengan suara rendah.
'Astaga ... dia menginspeksi orang-orang, bukan?'
'Yeah,' kata Harry sambil menarik lepas Jubah itu.
'Trelawney sudah dalam masa percobaan ...'
'Um ... hal-hal seperti apa yang kau rencanakan untuk kami
di dalam kelas, Hagrid?' tanya Hermione.
'Oh, jangan kuatir tentang itu, aku punya banyak pelajaran
yang sudah direncanakan,' kata Hagrid dengan antusias, sambil memungut stik
naganya dari meja dan membantingnya ke atas matanya lagi. 'Aku sudah menyimpan
sejumlah makhluk untuk tahun OWL kalian; kalian tunggu, mereka sesuatu yang
benar-benar spesial.'
'Erm ... spesial dalam hal apa?' tanya Hermione coba-coba.
'Aku tak mau bilang,' kata Hagrid dengan senang. 'Aku tak
mau merusak kejutannya.'
'Lihat, Hagrid,' kata Hermione mendesak, menghilangkan
semua pura-pura, 'Profesor Umbridge tidak akan senang sama sekali kalau kau
membawa apapun kepada kelas yang terlalu berbahaya.'
'Berbahaya?' kata Hagrid, terlihat geli. 'Jangan bodoh,
aku takkan memberi kalian apapun yang berbahaya! Maksudku, baiklah, mereka bisa
menjaga diri mereka sendiri --'
'Hagrid, kau harus lulus inspeksi Umbridge, dan untuk itu
akan lebih baik kalau dia melihatmu mengajari kami bagaimana menjaga Porlock,
bagaimana membedakan Knarl dengan landak, hal-hal seperti itu!' kata Hermione
dengan bersungguh-sungguh.
'Tapi itu tidak amat menarik, Hermione,' kata Hagrid. 'Hal
yang kumiliki jauh lebih mengesankan. Aku sudah membesarkan mereka
bertahun-tahun, kukira aku punya satu-satunya kawanan yang sudah dijinakkan di
Inggris.'
'Hagrid ... tolong ...' kata Hermione, dengan nada putus
asa nyata dalam suaranya. 'Umbridge sedang mencari alasan apapun untuk
menyingkirkan guru-guru yang dikiranya terlalu dekat dengan Dumbledore. Tolong,
Hagrid, ajari kami sesuatu yang membosankan yang pasti keluar dalam OWL kami.'
Tetapi Hagrid hanya menguap lebar dan memberi pandangan
penuh ingin dengan sebelah mata pada tempat tidur besar di sudut.
'Dengar, hari ini melelahkan dan sudah malam,' katnya,
sambil menepuk pundak Hermione dengan lembut, sehingga lututnya menyerah dan
mengenai lantai dengan gedebuk. 'Oh -- sori --' Dia menariknya kembali di leher
jubahnya. 'Lihat, kalian jangan terus kuatir tentangku, aku janji pada kalian
aku punya hal-hal bagus yang sudah kurencanakan untuk pelajaran kalian sekarang
setelah aku kembali ... sekarang kalian semua sebaiknya kembali ke kastil, dan
jangann lupa menghapus jejak kaki di belakang kalian!'
'Aku tak tahu apa kau meyakinkan dia,' kata Ron sebentar
kemudian ketika, setelah memeriksa bahwa keadaannya aman, mereka berjalan
kembali ke kastil melalui salju yang semakin lebat, tanpa meninggalkan jejak di
belakang mereka karena Mantera Pelenyap yang dilakukan Hermione selagi mereka
berjalan.
'Kalau begitu aku akan kembali lagi besok,' kata Hermione penuh ketetapan.
'Akan kurencanakan pelajaran-pelajarannya baginya kalau aku harus. Aku tidak peduli kalau
dia mengeluarkan Trelawney tapi dia tidak boleh menyingkirkan Hagrid!"
Previous | Home | Next |