The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

DI SEPANJANG JALAN KE MALINO II (1)


From: "Joshua Latupatti" joshualatupatti@hotmail.com
Date: Tue, 05 Feb 2002 07:31:46 +0000

DI SEPANJANG JALAN KE MALINO II (1)
download artikel in print friendly version    
Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya 

Salam Sejahtera!

Saudara-saudara sebangsa,

Jalan Raya Maluku-Malino sudah mulai dirambah, dan menurut kata orang, perkembangannya menggembirakan. Bagi saya pribadi, apa yang dilakukan Pemerintah Indonesia sekarang ini, hanyalah 'memangkas rumput' dan 'tidak mencabutnya'. Akar permasalahan itu sendiri tetap erat mencengkeram tanah. Akar permasalahan yang saya maksudkan sebagai 'tidak tecabut' itu, tentunya berbeda dengan yang dimaksudkan oleh Al Fatah, apalagi oleh "laskar juhad" dan para simpatisannya. Perbedaan itu memang biasa terjadi, tetapi logika didalam kejujuran jualah, yg. akan menentukan, mana akar permasalahan sebenarnya, dan saya akan berusaha memperlihatkannya.

Sebelumnya, anda diminta untuk memperhatikan satu "kecenderungan umum" yang akan terlihat di dalam 'bagian-bagian berita' yang saya kutip. Saya akan membahasnya pada bagian paling akhir nanti sebagai sebuah kesimpulan umum juga.

Perhatikan tiga kutipan di bawah ini, yang ungkapan 'supremasi hukum' nya saya hurup-besarkan.

LIPUTAN6.COM; 2002-01-26
Kelompok Bertikai di Maluku Mendesak Penegakan Hukum

Sebelumnya, sejumlah mahasiswa yang berasal dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ambon sempat menggelar unjuk rasa di depan Gedung Gubernur Maluku. Dalam orasinya, pengunjuk rasa juga meminta pemerintah pusat mengoptimalkan SUPREMASI HUKUM di daerah tersebut.

DEWAN PIMPINAN PUSATFORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Penegakan Supremasi Hukum Dulu, Baru Dialog;

Ambon, LaskarJihad.or.id, 28 Januari 2002 Ketua Satgas Amar Ma'ruf Nahi Munkar Muslimin Maluku Drs. Muhammad At Tamimi, M.Ag menegaskan, PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM merupakan hal terpenting sebelum menuju ke meja perundingan.

DETIKCOM; 2002-01-28
Warga Ambon Menolak Rekayasa

Belum diketahui, apakah Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono sempat menyaksikan spanduk-spanduk yang dipampang di beberapa jalan di Ambon Maluku untuk menyambut kedatangannya pada Jumat (25/1/2002) lalu. Spanduk-spanduk itu dipasang oleh kelompok muslim, yang secara tegas menuntut PENEGAKKAN HUKUM di Maluku.

JOSHUA:
Kelihatannya, kelompok Muslim berusaha memperkenalkan diri sebagai "kelompok pencinta dan pendamba supremasi hukum". Mohon dicatat bahwa yang saya maksudkan dengan "kelompok Muslim", lebih banyak terkait dengan kelompok dan atau tokoh yang terlibat di dalam bahasan ini. Teriakan bertubi-tubi ini sepertinya juga ingin memperlihatkan bahwa "pihak yang tidak meneriakkan tuntutan penegakkan supremasi hukum-pihak Kristen adalah pihak yang "melanggar hukum"! Apa memang begitu kenyataannya, atau hanya sekedar "maling teriak maling"? Mari kita telusuri terus.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
At Tamimi yang mewakili kelompok Islam kepada Menko Kesra dan rombongan menandas-kan, pihak Muslim tidak akan pernah mengadakan dialog atau berdamai dengan pihak Kristen sebelum ditegakkannya supremasi hukum dengan mengungkap akar permasalahan 19 Januari 1999. "Jangan parsial, tetapi seluruh akar permasalahan diungkap. Tidak ada dilaog dengan pihak Kristen sebelum supremasi hukum ditegakkan," tandasnya.

JOSHUA:
Begitu besarnya rasa cinta si Attamimi pada supremasi hukum, sehingga dia segera menjatuhkan ultimatum, "Tidak ada dilaog dengan pihak Kristen sebelum supremasi hukum ditegakkan". Pertanyaan untuk Attamimi adalah, "Apa gunanya dialog, kalau dua pihak yang bertikai menempuh jalur pengadilan?" Artinya, dialog diadakan untuk mencari penyelesaian dengan jalan damai atau kompromi, dan jika memeui jalan buntu barulah perbedaan itu diselesaikan melalui jalur hukum formal. Yang saya kuatirkan adalah bahwa "tuntutan menggebu-gebu untuk menegakkan supremasi hukum", adalah salah satu dari cara - cara licik untuk "menghindari dialog". Orang biasanya ribut untuk ke pengadilan, kalau dialognya gagal, tetapi bukan sebelum dialog diadakan. Masalah seputar 19 Januari 1999 dan RMS akan kita bahas nanti, tapi cobalah lihat keanehan logika si Attamimi di bawah ini.

DEWAN PIMPINAN PUSATFORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Ditegaskannya, pihak Muslim siap untuk dipanggil ke meja pengadilan jika dinyatakan bersalah dalam pertikaian yang didalangi oleh kelompok separatis RMS. "Negara ini merupakan negara hukum, sehingga setiap yang bersalah harus diproses secara hukum," katanya.

JOSHUA:
Seperti yang saya katakan di atas. menurut logika normal 'dialog dulu, kalau buntu, baru ke pengadilan'. Si Attamimi menuntut, 'pengadilan dulu, baru dialog'. Sekarang, si Attamimi katakan "bersalah dulu, baru ke meja pengadilan", dan bukannya ke meja pengadilan dulu, baru dinyatakan bersalah (atau tidak bersalah)!? Saya kuatir, bahwa perkiraan saya tentang cara licik untuk menghindari dialog, memang merupakan kenyataan.

DEWAN PIMPINAN PUSATFORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pada kesempatan tersebut, Pembantu Ketua II Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ambon itu juga menegaskan kesetiaan kaum Muslimin Maluku untuk tetap berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kaum Muslimin, katanya, siap untuk kehilangan beberapa generasinya ke depan karena berperang daripada harus keluar dari bing-kai NKRI. "Sebab, konflik yang terjadi di Maluku merupakan konflik separatis yang dibung-kus dengan konflik SARA," tegas At Tamimi.

JOSHUA:
Saya sebenarnya bisa saja percaya pada pernyataan si Attamimi ini, tetapi saya sudah terlanjur curiga pada 'kemiringan logikanya' yang tidak lazim untuk seorang "Drs-MAg". Pertama, dia harus memberikan alasan bagi pernyataan ini, yang menjelaskan, "mengapa Muslim Maluku harus berbeda dengan Muslim Aceh", yang bersimpati pada GAM, misalnya. Bukankah "Kahar Muzakar" dan "Karto Soewiryo", serta "DII/TII, NII, dll", berkaitan dengan Islam? Lalu apa yang membedakan Islam di Maluku dari Islamnya Karto Soewiryo, dkk? Yang yang dilakukan kalian sekarang ini, selain yang dilakukan oleh GAM, bukanlah keluar dari bingkai NKRI, tetapi "mengganti bingkai NKRI"! Apa bedanya Attamimi? Yang paling getol menulis NKRI di dada mereka, justeru lebih "berbau onta" daripada si Arab sendiri!

DEWAN PIMPINAN PUSATFORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Sebab, lanjut At Tamimi, permasalahan 19 Januari 1999, dan keterlibatan RMS dalam keru-suhan di Maluku laksana penyakit kanker dalam tubuh. Jika penyakit yang berbahaya ini tidak segera dibedah dan dibuang, kata Attamimy, maka cepat atau lambat tubuh itu akan hancur menjadi debu.

JOSHUA:
Saya tidak akan bosan memberikan penjelasan bahwa apa yang dikenal sebagai "Lebaran Berdarah" atau "Idul Fitri Berdarah", adalah "nama dari Posko dan Tim Advokasi" yang diresmikan oleh MUI-Maluku di Al Fatah, Ambon, pada tanggal '6 Januari 1999'" Lebaran, 19 Januari 1999 memang 'berdarah', dan yang pertama ditumpahkan adalah "darah warga Kristen Ambon"!

Kita tahu bahwa "laskar jihad" adalah pembuat ulah di Jakarta, di Maluku, di Maluku Utara, di Poso, di Ngawi, di Nganjuk dan lain-lain tempat. Siapakah sebenarnya yang adalah "kanker ganas" di dalam tubuh NKRI?

DEWAN PIMPINAN PUSATFORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Namun, lanjutnyav (Ketua Satgas Amar Ma'ruf Nahi Munkar Muslimin Maluku Drs. Muhammad At Tamimi, M.Ag), untuk mengungkapkan kasus 19 Januari 1999 pihaknya akan mengusut secara bertahap. "Masalah supremasi hukum harus kita tegakkan bersama. Itu akan kita tindak lanjuti dengan program-program yang akan segera disusun," katanya.

JOSHUA:
Si Attamimi ini mengatakan ingin "mengusut", tetapi yang dia lakukan adalah "mengkusut". Jika si Attamimi benar mengusut, maka dia akan harus mengurai peristiwa lahirnya Posko dan Tim Advokasi Lebaran Berdarah pada tanggal 6 Januari 1999 tersebut, yang membuat si Ketua MUI-Maluku, Kol. Pol. R. Hasanussi, sekarang "bersembunyi" dan "membisu" di Ternate sana! Tetapi, karena yang dilakukan si Attamimi adalah mengkusutkan yang benar, maka daerah Kristen Mardika dan Silale yang diubah menjadi unggun api pada sore hari, 19 Januari 1999, sekitar pukul 15. 30, hampir secara serentak, selalu diputarbalikkan sebagai serangan pihak Kristen terhadap Muslim yang lagi berlebaran. Cobalah tanyakan si pendusta beriman ini, program idiot apa yang bisa disusunnya untuk mengubah Mardika dan Silale menjadi daerah Muslim?

TEMPO; 2002-01-28
Dianggap Diskriminasi, FPI Maluku Gugat Kapolri Rp 10 Miliar

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) kembali di pra-peradilankan oleh Front Pembela Islam Maluku (FPIM) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. FPIM juga mempra-peradilankan Kapolda Maluku dan Kapolres Ambon. Pasalnya, menurut M Husni Hutuhe-na, Ketua Umum PB FPIM, Kapolri dan jajarannya dianggap melakukan perbuatan melawan hukum dan diskriminasi hukum dengan mengabaikan laporan FPIM ke Polres Ambon pada 26 Maret 2001 tentang keterlibatan Gereja Protestan Maluku (GPM) dan Gereja Roma Katolik (GRM) Keuskupan Amboina dalam konflik di Ambon.

JOSHUA:
Ini lagi salah satu kambing bandot bergelar SH, yang selalu rajin mengarang cerita dusta untuk menyalurkan niat jahatnyaa. dengan mengandalkan ilmu hukum jungkir-balik uang dimiliknya. Jika tidak karena kerusuhan, anda tidak akan pernah mendengar nama si SH-idiot ini! Semua orang di Ambon sini tahu betul dan saksikan sendiri bahwa GPM dan FKM itu bagaikan anjing dengan kucing, dan saya sendiri pernah mengritik GPM dengan "Pesan Tobat" mereka yang mendiskreditkan RMS. Kita akan singgung masalah RMS ini lebih lanjut, setelah melihat pernyataan dungu yang mirip dengan punya si Attamimi di atas (bersalah dulu baru ke pengadilan).

TEMPO; 2002-01-28
"Bila polisi memandang sudah cukup bukti, seyogyanya mereka melakukan penyelidikan. Sebaliknya, kalau tidak cukup bukti harus diterbitkan SP3 (Surat Penghentian Proses Penyidikan). Tidak malah dibekukan seperti sekarang ini," kata Hutuhena kepada Tempo News Room di Jakarta, Senin (28/1).

JOSHUA:
Lihat hasi dari inteligensia kambingnya si Putuhina! Jika sudah ada bukti yang cukup, proses perkara ditingkatkan ke Kejaksaan. Kalau belum cukup bukti, polisi harus melakukan penyelidikan untuk mencari tambahan bukti. Jika logika si SH-idiot ini sudah miring sedemikian miring, siapa yang bisa percaya bahwa "pengaduannya" bukan merupakan tuduhan mentah yang tidak beralasan? Seharusnya, si Putuhina inilah yang ditahan, karena sudah terlalu sering menyebarkan tuduhan dan fitnahan dungu yang tak mampu dia buktikan sendiri, seperti "daftar pas-100 provokator" yang tidak berani dipertanggung jawabkan dihadapan PDSD-Maluku, sesuai dengan tantangannya. Mengapa kambing ini masih juga dibiarkan bebas mengembik?

Jika hukum harus ditegakkan di Maluku, pihak manakah yang sudah terang-terangan melanggar hukum? Apakah kelompok milisi sipil seperti "laskar jihad", memenuhi ketentuan hukum di Indonesia? Apakah penyusupan "laskar jihad" ke Maluku, dengan melanggar larangan Presiden RI, dapat dikatakan sebagai tindakan yang sesuai dengan ketentuan hukum? Semua ini adalah "kasus yang amat jelas, yang tidak memerlukan tambahan bukti apapun juga"! Mengapa para "pembela penegakan supremasi hukum di Maluku", tidak melihat "pelanggaran hukum yang begitu jelas" di depan batang hidung mereka?

Karena mereka hanya berdalih dan berlagak adil untuk menyembunyikan ketidak-inginan mereka terhadap rekonsiliasi! Mengapa mereka harus merasa tidak senang? Karena kedamaian tidak akan mendatangkan keuntungan apa-apa pada segelintir idiot seperti si Attamimi dan Putuhina. Jika tidak karena kerusuhan, tak ada seorangpun yang akan melirik orang-orang seperti ini. Mereka adalah orang-orang 'tidak terpakai' di dalam keadaan normal! Selain itu, perdamaian akan menelanjangi 'kejahatan mereka', yg. terencana dengan baik melalui Al Fatah dan MUI-Maluku. Kita akan menyaksikan kecenderungan yang sama di sepanjang bahasan ini, terhadap usaha mendamaikan Maluku!

KOMPAS, SENIN, 28 JANUARI 2002, 16:12 WIB
Menko Polkam: Ada Kelompok Ingin Hambat Proses Rekonsiliasi;

Jakarta, KCM Laporan: Angelina Maria Donna - Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono mengakui ada kelompok yang ingin mengham-bat proses rekonsiliasi yang sedang berjalan saat ini, tetapi pemerintah tetap bertekad akan meneruskan proses tersebut. Pernyataan itu diungkapkannya dalam menanggapi terjadinya peledakan bom di Maluku setelah dirinya melakukan kunjungan ke Ambon Sabtu (26/1) lalu.

JOSHUA:
Beginilah cara kerja si Susilo Bambang Yudhoyono, yang bagaikan menjual kucing di dalam karung. Dia tahu benar, siapa atau kelompok mana yang tidak menghandaki terwujudnya perdamaian di Maluku, tetapi dia tidak mau mengatakannya. Dia tahu benar, pihak mana yang meledakkan bom setelah kunjungannya ke Ambon, tetapi dia malah membuatnya menjadi teka-teki. Susilo Bambang Yudhoyono bersikap demikian, agar "laskar jihad" yg. dilindunginya tidak tersentuh, san tetap memperoleh kebebasan untuk menjadikan isu-isu FKM/RMS sebagai alasan untuk menghalang-halangi atau menghambat proses rekonsiliasi. Inilah salah satu indikasi dari kerja Pemerintah Indonesia akibat tekanan dari luar, dan bukan karena itikad baik dari dalam.

MASARIKU NETWORK; 2002-02-01
Merambah Jalan Perundingan - Pertemuan awal di Makasar. 2

Lebih kurang kami menyepakati 14 item persamaan dari tuntutan bersama, sementara faktor perbedaan terfokus pada 2 item besar yakni masalah RMS/FKM yang menjadi tuntutan dele-gasi Muslim, serta masalah Laskar Jihad yang menjadi tuntutan Kristen. Sejak awal kami yakin bahwa dua masalah ini akan menjadi point krusial dalam perundingan di tahap berikut-nya. Sementara itu dalam kesempatan pertemuan dengan delegasi Muslim diinformasikan bahwa mereka menolak pelaksanaan perundingan di Malino - Sulsel, dan lebih memilih dilaksanakan di Kalimantan.

JOSHUA:
Seperti yang sudah dikatakan diatas, delegasi Muslim tidak punya alasan apa-apa untuk menjadikan FKM/RMS sebagai faktor penghambat rekonsiliasi atau "baku bae" antara 'Salam-Sarani Maluku'! Jika delegasi Muslim datang ke Meja Perundingan dengan membawa sedikit kejujuran, mereka harus mengakui bahwa RMS adalah milik 'Salam-Sarani' Maluku. Ketika dr. Alex Manuputty dkk. menaikkan bendera RMS di Kudamati, Bendera RMS berkibar pula di desa-desa Muslim seperti "Tulehu" dan "Hitu". Jika FKM hanya berpusat dan berkisar pada warga Kristen Maluku, tidak mungkin Bpk. "Umar Santi", akan bersedia menjadi Ketua FKM Regional Eropa, ataupun dipillih oleh warga Kristen Maluku untuk meduduki jabatan tersebut. Sebagai "anggota parlemen Belanda", Bapak. Umar Santi bukanlah orang bodoh untuk diajak berkomplot oleh warga Kristen Maluku untuk menghancurkan sesama Muslim Maluku.

Siapapun yang ingin mendapatkan kebenaran tentang RMS, menyangkut kebersamaan "Salam-Sarani Maluku", dipersilahkan ke situs "Ambon Berdarah" untuk melihat dua "foto bersejarah" pada bagian archive-nya. Kedua foto itu berbicara banyak tentang "Salam-Sarani Maluku di dalam RMS"!

REPUBLIKA; 2002-01-27
Menko Polkam Enggan Klarifikasi Soal Keterlibatan RMS
Laporan: Sukirno

Ambon-RoL-- Menko Polkam, Susilo Bambang Yudhoyono, ternyata masih enggan untuk menanggapi permintaan masyarakat agar mengklarifikasi keterlibatan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) dan Laskar Jihad dalam kerusuhan bernuansa SARA di Maluku, sejak 19 Januari 1999 lalu.

JOSHUA:
Jika Susilo Bambang Yudhoyono tidak bersedia untuk mengungkapkan 'kebenaran' tentang Kerusuhan Maluku, lalu berdasarkan apa sajakah "konsep perdamaian bagi Maluku" disusunnya, dan bagaimanakah caranya dia mensosialisasikannya kepada rakyat Maluku? Bagaimana orang bias memadamkan api, tanpa tahu dimana sumbernya? Dengan apakah orang mencegah timbulnya asap, tanpa mematikan sumbernya yang tetap membara? Susilo Bambang Yudhoyono hanya mengurus 'masalah-masalah formalitas tentang mendamaikan Maluku', tanpa berani menyentuh inti permasalahannya!

REPUBLIKA; 2002-01-27
''Saya tidak ingin memberikan tanggapan yang terburu-buru soal permintaan kedua komunal di Maluku agar mengklarifikasi keterlibatan separatis RMS dan Laskar Jihad,'' katanya, di Ambon, Sabtu sore. Lebih lanjut, Menko Polkam yang berada di Ambon bersama Menko Kesra, Yusuf Kalla serta sejumlah pejabat TNI/Polri dan sipil dalam rangka mengkaji penye-lesaian kerusuhan di Maluku mengatakan, tengah mengolah keterlibatan separatis RMS dan Laskar Jihad.

JOSHUA:
Menkopolkam, Susilo bambang Yudhoyono, bukannya tidak mau memberikan pernyataan yang terburu - buru, tetapi dia tidak mau memberikan pernyataan sama sekali. Dia tidak bisa memberikan pernyataan tentang keterlibatan RMS didalam Kerusuhan Maluku, karena dua hal. Pertama, karena dia tidak punya apa-apa tentang keterlibatan RMS di dalam Kerusuham Maluku, karena RMS memang tidak terlibat. Kedua, jika dia memberikan pernyataan tentang RMS yang tidak terlibat, maka dia harus memberikan pernyataan tentang "laskar jihad" yang keterlibatannya di dalam Kerusuhan Maluku adalah sebuah kenyataan. Dengan demikian, kita bisa saja meringkas uraian ini, bahwa "Susilo Bambang Yudhoyono tidak ingin mengusik "laskar jihad" dengan pernyataannya!

REPUBLIKA; 2002-01-27
''Yang pastinya, semua permasalahan telah diidentifikasi guna disusun program penyelesaian dengan harapan kerusuhan di Maluku terselesaikan,'' tandasnya.

JOSHUA:
Inilah akibatnya kalau sang Menkopolkam, Susilo Bambang Yudhoyono, bermain kotor, dan berpikir bahwa rakyat Maluku terlalu bodoh untuk mengetahuinya. Jika semua masalah sudah teridentifikasi untuk penyusunan program penyelesaian konflik di Maluku, berarti "akar permasalahan" juga sudah ditemukan. Siapa 'penyebab', siapa 'yang memulai', dan siapa 'yang mengeskalasi serta melanggengkan' konflik Maluku, juga sudah diketahui. Jika itu RMS, silahkan katakan. Jika itu MUI-Maluku dan Al-Fatah, utarakan juga. Jika itu Pemerintah Indonesia atau "laskar jihad", ungkapkanlah. Mengapa bolak - balik di dalam selimut, jika Susilo Bambang Yudhoyono ingin menyelesaikan masalah Maluku secara tuntas? Susilo BambangYudhoyono sepertinya sedang menjual 'kucing di dalam karung'!

REPUBLIKA; 2002-01-27
Ditanya tentang dugaan jaringan Al Qaeda telah berada di Maluku, ia mengelak untuk me-nanggapinya. ''Saya telah menyerahkan masalah itu ke Kapolda Maluku,'' katanya sambil berlalu untuk naik bus ke bandara Pattimura guna berangkat ke Ternate, Maluku Utara.(zis)

JOSHUA:
Jaringan Al Qaeda memang "sudah masuk ke Maluku", melalui "laskar jihad", "laskar mujahidin", dan laskar-laskaran yang lain, yang mati-matian membantah hubungan mereka dengan Al Qaeda, dengan saling menuduh dan bila perlu dengan berdusta. Apakah bisa diterima akal sehat, bahwa seorang Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, menyerahkan urusan penanggulangan 'jaringan terorisme internasiona' kepada seorang Kapolda? Bukankah Pemerintah Pusat yang harus menangani masalah - masalah yang berkaitan dengan pihak internasional? Pernyataan-pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono semakin ngawur dan mencurigakan! Sikapnya ini tidak jauh berbeda dengan sikap 'anak-anak asuhannya' di bawah ini!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Tak Akui RMS, Hanya Akan Langgengkan Konflik

Menurutnya (Drs. Burhanudin Tidore, Staf Pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ambon), pernyataan Mandagi mengindikasikan ketakutan mereka karena keter-libatannya dalam kerusuhan di Maluku. "Sebab, apabila gerakan separatisme, keterlibatannya diakui Pemerintah, sangat beresiko bagi eksistensi RMS dan elit-elit Gereja," tandas Buran-udin.

JOSHUA:
Mengapa banyak isntitusi yang menggunakan atribut Islam, seperti MUI dan STAIN, ternyata lebih banyak berdusta daripada berkata benar? Dosen STAIN pendusta ini sudah tahu, bahwa RMS bukan hanya milik warga Kristen Maluku sehingga warga Kristen tidak perlu katakutan sendirian, jika Kerusuhan Maluku memang disebabkan oleh gerakan separatis RMS. Jika Petinggi GPM dan Keuskupan Amboina memang ketakutan, bukankah mereka seharusnya menentang usaha perdamaian yang akan menelanjangi kejahatan mereka? Kenyataannya, merekalah yang sangat menyambut usaha perdamaian tersebut? Siapa sebenarnya yang ketakutan, sehingga mencoba menghambat proses rekonsiliasi dengan memakai macam-macam alasan bodoh dan tidak jujur? Apakah benar bahwa dosen STAIN memang serendah ini mutunya?

ANTARA; 2002-01-27
PEMERINTAH HARUS KLARIFIKASI KETERLIBATAN RMS DALAM KONFLIK MALUKU;

09:07:11 PM - Ambon. Sejumlah kalangan masyarakat di Ambon mendesak Pemerintah Pusat agar segera mengklarifikasi tentang keterlibatan organisasi sempalan Republik Maluku Selatan (RMS) sebagai dalang konflik bernuansa SARA di Maluku seperti yang dituding selama ini. `Kami telah meminta perhatian Pemerintah Pusat untuk segera atas nama negara melakukan klarifikasi tentang benar-tidaknya keterlibatan RMS dalam konflik Maluku,` ujar salah seorang tokoh Pemuda Drs. John Ruhulessin, STh, di Ambon, Minggu.

JOSHUA:
Jika melihat pernyataan ini secara keseluruhan, saya sangat bersuka-cita, bahwa ada seorang Kristen, STh lagi, yang menantang Pemerintah RI untuk membuktikan terlibat atau tidaknya RMS di dalam Kerusuhan Maluku! Hal ini membuktikan bahwa warga Kristen tidak takut pada kebenaran, apapun isi dari kebenaran itu. Di dalam bentuk yang lain, FKM juga malah telah "menantang" Pemerintah RI (termasuk DPR/MPR) untuk berdebat tentang RMS. Seperti halnya FKM yang tidak pernah mendapat tanggapan balik dari Pemerintah RI, saya percaya, Drs. John Ruhulessin, STh juga akan gigit jari, karena Pemerintah RI tidak memiliki kebenaran apa-apa terhadap RMS.

Tetapi, secara khusus saya melihat istilah "sampalan" yang dikaitkan dengan RMS. Atas dasar apa sebenarnya hingga RMS harus disebut sebagai organisasi sampalan? Jika RMS memang benar adalah organisasi sampalan, mengapa Pemerintah RI sekarang ini sepertinya melihat "hantu" jika hendak berbicara tentang RMS? Bukti sudah terlalu banyak, bahwa "RMS bukan pemberontak", tetapi Republik Indonesia-lah yang agresor pelanggar hukum internasional! Lihat keadaan negara dan bangsa ini, supaya kalian sadar bahwa "NKRI ini adalah negara sampalan", yang berubah secara ilegal dari RI menjadi NKRI, ketika UUD - 45 sedang tidak berlaku! Dulu mungkin saya akan tertunduk jika RMS disebut sebagai organisasi sampalan, tetapi sekarang tidak lagi. Kalian sebaiknya lebih berhati-hati, supaya tidak mengatai diri sendiri!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Kemungkinan pertama, kata Rustam (Tokoh Masyarakat Ambon Rustam Holle, S.Sos.), karena memang Pemerintah tidak mau mencari bukti-bukti keterlibatan mereka. "Yang kedua karena bukti-bukti yang dimiliki pemerintah sengaja ditutup-tutupi untuk meredam emosi umat Islam," tambahnya. (nur)

JOSHUA:
Ini lagi satu S-Sos-idiot yang "tidak pernah belajar sejarah secara benar"! Tidakkah kamu tahu bahwa Pemerintah NKRI sekarang lagi mandi keringat untuk mencari-cari 'pembenaran diri' atas tindakan tidak beradabnya terhadap RMS? Idiot ini tidak tahu asal-usul negara sampalan ini, yang menjadi besar karena 'merampok Sulawesi, Maluku, Papua, Aceh dll.! RMS itu bukan organsasi impoten macam punya kalian, yang hanya mampu berdiri dengan "memanipulasi iman Islam"! RMS bukan sejenis FPI, yang jika tanpa 'I'-nya, hanya akan jadi semacam kumpulan pemulung dan pengais sampah. Cobalah ikuti sedikit andai-andai di bawah ini.

ANTARA; 2002-01-27
Permintaan itu juga, katanya, telah disampaikan saat bertatap muka dengan Menko Polkam, Susilo Bambang Yudhoyono dan Menko Kesra Jusuf Kalla, di Ambon, Sabtu (26/1). Dia (Drs. John Ruhulessin, STh ?) pun mengakui belum melihat adanya keterlibatan RMS sebagai dalang konflik yang telah berlangsung tiga tahun terakhir seperti yang diisukan dan dituduhkan kelompok tertentu.

JOSHUA:
Coba kita uji pernyataan Drs. John Ruhulessin, STh ini, dengan sedikit berandai-andai, bahwa Kerusuhan Maluku memang disebabkan oleh gerakan separatis RMS yang menginginkan Kemerdekaan Maluku Kristen, dan Kemerdekaan Maluku seutuhnya.

Kemerdekaan Maluku Kristen.

Jika RMS yang berpusat di Belanda, hendak mendirikan Negara Kristen Maluku, atau 'Negara Maluku Sarani' seperti yang dituduhkan, maka yang pertama dan yang terpenting harus dilakukan RMS-Kristen, adalah merusak adat-istiadat Maluku, terutama yg. berhubungan dengan "Pela-Gandong, Salam-Sarani"! Untuk itu, RMS akan terpecah dua menjadi RMS-Sarani dan RMS-Salam di Belanda. Ternyata, orang Maluku di Belanda malah lebih berpegang teguh pada adat-istiadat Maluku, daripada yang di Maluku sendiri. Kalaupun usaha itu ada, mengapa RMS-Sarani tidak memulainya sebelum Maluku dibanjiri oleh Soeharto dan Habibie dengan 'transmigrasi legal dan ilegal' untuk memadati Maluku dengan pendatang Muslim dari luar Maluku? Dari sisi yang lain, RMS-Salam yang sudah bermusuhan dengan RMS-Sarani, tentunya melihat proyek Soeharto-Habibie sebagai suatu kesempatan untuk menghabisi pendukung RMS-Sarani di Maluku. Mengapa tidak dilakukannya? Karena RMS selalu merupakan milik dari Salam-Sarani Maluku. Pihak Kristen sendiri, sudah lama berada di atas tradisi mendirikan 'negara agama', seperti pada abad pertengahan. Sebaliknya, kita melihat kecenderungan mendirikan negara Islam di mana-mana di dunia ini, walaupun rakyatnya tidak 100% Muslim. Indonesia sendiri mencatat adanya DII/TII dan NII.

Kemerdekaan Maluku.

Jika RMS terlibat di dalam kerusuhan Maluku untuk memerdekakan Maluku, maka Salam-Sarani Maluku tidak akan saling bunuh, tetapi bersatu untuk mengusir semua pendatang dari luar Maluku. Kedua yang sangat mungkin dilakukan oleh pasukan Pela-Gandong adalah menghancurkan istalasi militer/polisi dan aset Pemerintah RI di Maluku, dan mengisolasi Maluku terhadap Indonesia. Tetapi, kenyataan di Maluku membuktikan bahwa yang menghancurkan instalasi militer/polisi, seperti Markas Brimob Tantui, dan Kompleks Polres Ambon, aset Pemerintah seperti Universitas Pattimura, Politeknik Unpatti, Gedung BPG, PLN, berbagai Puskesmas, dll. adalah "laskar jihad", yang didukung oleh para desertir militer/polisi. Yang terlihat, bukanlah Maluku mau merdeka, tetapi 'Maluku mau dipunahkan'. Sudah amat sangat jelas terpampang di depan mata kita, "siapa sebenarnya kanker ganas yang sedang menggerogoti tubuh NKRI yang sudah keropos ini"! Mereka adalah yang paling bernafsu mengubah Indonesia menjadi sebuah "Negara Agama", tetapi berbalik menuduh orang lain karena ketidak-jujuran dan kerendahan akhlak mereka.

(ke bagian 2)

Salam Sejahtera!

JL.
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044