Rio,...siapa tuh ?
Bonsai, sebuah seni tanaman yang sangat digandrungi Ayah saya, rupanya telah menyelamatkan proses kelahiran saya.
Dari doeloe ayah saya menyenangi tanaman Bonsai, walaupun hobi ini sedikit ditentang oleh istri-nya. Waktu itu kondisi ekonomi keluarga di bulan-bulan awal tahun 1981 cukup merepotkan, dan ndilalah usia kehamilan mamah telah cukup untuk saat-saat melahirkan. Dan momen itupun terjadi...Tepat pukul satu pagi , hari Sabtu, hari kesebelas di Bulan April 1981, untuk yang kedua kalinya mamah tercinta kembali berjuang dan menjadi orang yang sangat berbahagia sebagai seorang wanita sekaligus istri dan ibu bagi anak-anaknya, yang telah melahirkan seorang bayi laki-laki dan diberi nama Rio Wardhanu. Dan Bonsai sangat berperan penting dalam proses kemunculan saya. Bidan yang telah menolong kelahiran saya dengan senang hati menerima pembayaran jasanya dengan Bonsai terbaik yang dimiliki ayahku - sebagai balas jasanya, dengan segala maklum dengan melihat kondisi saat itu.
Rio Wardhanu, sebuah nama yang sampai saat ini pun ayah saya belum pernah dengan serius mengartikannya nama ini secara langsung dihadapan saya. Maka saya pun tidak terlalu memikirkan arti dan apapun yang terkandung di dalamnya. Rio, dalam bahasa latin dapat diartikan sungai, sebuah aliran panjang yang penuh kelokan dan jeram namun tetap pada satu tujuan menuju lautan yang membentang luas. Namun aliran sungai pun dapat terhenti manakala dia dibutuhkan menjadi sebuah bendungan, sungai juga dapat meluap dan penuh amarah membanjiri daerah aliran sekitarnya manakala dia tak diperlakukan sebagaimana mestinya, walau bagaimanapun awal kebudayaan dunia terjadi, terbentuk dan berkembang di sekitar aliran sungai-sungai besar. Mungkin itu hanyalah sebuah arti hasil dari rekaan sendiri yang sungguh subyektif dan mengada-ada.
Dengan posisi saya sebagai anak kedua di dalam keluargalah yang menjadi alasan kenapa ketika saya kecil, dipanggil dengan sebutan 'Ade'. Dan jangan tanyakan bagaimana nakalnya saya waktu kecil, yang sampai saat ini pun peninggalan itu membekas tegas di sekujur tubuh ini. Alhamdulillah kondisi ini berubah manakala Ajeng, adik perempuan saya lahir, yang memberikan sebuah nilai betapa nikmatnya menjadi seorang kakak dan memiliki seorang adik.
Yang tersayang adikku , Ajeng Dian Purbarani
( Jadilah sosok perempuan yang kamu inginkan, my sist..! )
Dan sekarang, seorang Rio telah memulai proses pendewasaan diri, sebuah proses untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ' siapa saya?'. Menjadi seorang manusia yang yakin bahwa 'interdependency better than 'mandiri' ', saling ketergantungan adalah suatu nilai yang lebih baik dari pada suatu kemandirian. Yang sangat membutuhkan orang lain dan mungkin akan dapat dibutuhkan oleh yang lain. Yang juga ingin mengekspresikan suasana yang terjadi di dalam diri ini , "A kind of person who love to express my self clearly".
sekarang,...
aku menyerahkan diri pada tubuhku...
ooh,...
kesadaranku semakin hilang
sekarang,..aku
ingin menyerahkan tubuhku pada perasaan ini...
' Yoshito Yamahara '
Finally, senang saya dapat berkenalan dengan anda !