Sekretaris saya datang lebih
awal ke kantor di pagi hari dan memberi tahu bahwa di luar ada seorang yang
tidak memiliki rumah yang hendak mengajukan permintaan yang mendesak. Pada
awainya saya memutuskan untuk menghemat waktu dengan mengirimkan dia sandwich dan secangkir kopi gratis,
tetapi sesuatu mendorong saya untuk membiarkan dia masuk.
Saya belum pemah melihat orang yang kelihatan tidak
terurus. Rambut di wajahnya sudah seminggu tidak dicukur, dan pakaiannya kusut
sehingga kelihatannya seperti diambil dari tumpukan di tempat sampah.
"Saya tidak menyalahkan Anda kalau Anda kelihatan terkejut atas
penampilan saya," katanya memulai, "tetapi saya
kuatir bahwa Anda memiliki persepsi yang salah tentang saya. Saya tidak datang
untuk meminta. bantuan keuangan darimu. Saya datang untuk memintamu
membantu menyelamatkan hidup saya.
"Kesulitan saya dimulai
sekitar satu tahun yang Ialu ketika saya putus hubungan dengan istri dan kami
bercerai. Kemudian segala sesuatunya menjadi kemalangan buat saya. Saya
kehilangan bisnis, dan sekarang saya kehilangan kesehatan.
"Saya datang menemui Anda untuk memenuhi saran seorang polisi yang mencegah saya saat akan terjun ke sungai. Dia memberi saya pilihan agar menemui Anda atau masuk penjara. Dia menunggu di luar untuk mengetahul apakah saya menepati janjl saya."
Nada suara dan bahasa yang
digunakan orang ini mengindikasikan dengan jelas bahwa dia orang yang
cukup berpendidikan. Dengan mengajukan pertanyaan bisa diungkapkan
bahwa dia memiliki salah satu restoran terkenal di Chicago. Kemudian saya ingat bahwa
saya pernah membaca di suratkabar tentang restoran miliknya yang dijual beberapa
bulan yang lalu.
Saya memerintahkan
sekretaris saya agar menyiapkan sarapan pagi karena dia sudah dua hari belum
makan. Saat makanan tersebut diperslapkan, saya mendengarkan seluruh kisah
hidupnya. Tidak sekalipun dia menyalahkan orang lain atas kondisinya sekarang
ini kecuali dirinya sendiri. Itu merupakan tanda yang mendukungnya dan
juga tanda yang mernberi saya ide tentang bagaimana saya bisa membantu dia.
Setelah dia selesai makan, saya mulai berbicara.
"Kawan," kata saya memulai, "saya telah mendengar ceritamu dengan sangat teliti dan saya sangat terkesan dengan cerita itu. Khususnya saya terkesan bahwa Anda tidak mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa Anda tidak bertanggungjawab atas keadaanmu."
Mulai waktu itu, semangat
orang ini tumbuh menjadi semakin tinggi. Sudah saatnya bagi saya untuk
mengeluarkan rencana tindakan. Tetapi saya memberikan bantuan padanya dengan
cara ekspresi yang saya harap bisa dia mengerti.
"Anda datang kemari meminta bantuan," lanjut saya, "tetapi Saya minta maaf untuk menceritakan bahwa setelah mendengarkan ceritamu, tidak ada seorangpun yang bisa membantumu!
"Tetapl," kata
saya seterusnya, "Saya tahu ada orang yang bisa membantumu kalau kamu
bersedia melakukannya. Dia sekarang berada di dalam gedung ini, dan Saya akan
memperkenalkan dia padamu kalau kamu memang berharap untuk menerima bantuan." Kemudian saya menggandeng tangan dia dan
membimbingnya ke
ruang belajar pribadi di kantor saya. Saat saya menarik kordennya, dia melihat
seluruh bayangan dirinya dalam cermin.
Dengan mengarahkan jari
telunjuk saya pada bayangan dirinya dalam cermin, saya berkata, "Ada
orang yang bisa membantu Anda. Hanya dialah yang mampu membantu Anda. Sampai
Anda lebih mengenal dirinya dan
belajar untuk bergantung padanya, maka Anda tidak akan menemukan cara untuk keluar dari kondisi ketidakberuntungan yang kamu
alami sekarang ini.
Dia berjalan untuk lebih
mendekati cermin, memandangi bayangan dirinya
dari dekat dan menggosok-gosok wajahnya yang penuh
rambut. Kemudian dia berbalik pada saya dan berkata, "Saya mengerti apa
yang Anda maksudkan. Dan semoga Tuhan memberkati Anda karena tidak memanjakan
saya."
Setelah itu, dia memohon
diri untuk pamit. Dan hampir dua tahun saya tidak bertemu dengannya atau
mendengar cerita tentang dia.. Suatu hari dia datang berkunjung, penampilannya
sangat berubah sehingga saya tidak mengenalinya. Dia menerangkan bahwa dia
mendapatkan bantuan dari Salvation Army (Tentara Keselarnatan) untuk
berpakaian secara layak. Kemudian dia mendapatkan pekerjaan di restoran yang
mirip dengan restoran yang sebelumnya dia miliki. Dia bekerja sebagai kepala
pelayan sampai bertemu dengan teman lamanya di sana
tanpa disengaja. Setelah mendengarkan ceritanya, teman dia memberi uang pinjaman yang digunakan untuk membell sebuah
lokasi.
Sekarang dia menjadi pemilik restoran yang lebih makmur di Chicago. Dia memang kaya dalam memenuhl kebutuhannya akan uang, tetapi dia lebih kaya karena telah menemukan kekuatan pikirannya sendiri dan menemukan bagaimana menggunakan akal budinya sebagai alat untuk berhubungan dan mendapatkan kekuatan dari Tuhan yang Maha Tahu.