Saya tertarik dengan
spiritualitas. Dari dulu saya tuh ngerasa ada yang nggak beres, ada yang nggak
lengkap, ada yang kurang di dalam hidup saya ini.
Komunikasi saya dengan DIA
nggak pernah nyambung, susah sekali. Bingung saya, Saya kan perlu curhat
sama DIA. Ngobrol-ngobrol ke beberapa teman inilah hasilnya,
-
Mungkin
karena nggak disiplin kali, kan seharusnya sehari itu 5 kali, kalo enggak, elo
sama aja menghina DIA.
-
Kalo
menghina DIA, tau sendiri lo resikonya !
-
Gimana
bisa dikabulkan sama DIA, elo kan cuma apal 3 ayat aja.
Point-point pemikiran bantuan
teman-teman diatas itu artinya "TAMBAH BINGUNG" buat
saya.
Saya bingung sambil
mikir,
Gimana bisa ya?
Saya kok mikirnya nggak gitu
ya. Kok nggak bisa saya mikir sedalam itu ya ?
Saya pikir berdoa itu cuma
kalo kita lagi butuh aja. Saya pikir nggak usah pake bahasa asing begitu, yang
saya nggak ngerti & susah dihapalnya. Saya susah nyambung kalo harus
ngikutin postur postur tertentu.
Tapi
ya, bukan yan kalo nggak
maju terus pantang mundur.
1 tahun lebih saya berdisiplin
ria, nggak ninggalin satu waktupun kesempatan untuk berkomunikasi dengan DIA (berdasarkan
waktu, aturan & penjelasan tertentu seperti yang diajarkan)
Tapi
kok, Nothing Happen.
Saya 1 tahun kemudian
ini,
masih saya yang dulu. Masih ada banyak kebingungan, ada kehilangan.
IA lebih dekat dari urat
nadimu sendiri
|
IA meliputi
segalanya, kemanapun melihat ada DIA,
di barat maupun di timur
|
IA yang mengenali
dirinya, akan mengenali
tuhannya
|
Hilang, rasanya kurang tepat
juga, IA tidak akan pernah hilang. Karena IA meliputi segalanya, IA adalah sebab
dari segalanya. Cuma saya yang tidak menyadari kehadirannya, tidak merasakan
kasihnya.
Nggak connect.
Gimana
ya, merasakannya. . .
kayaknya kok saya Mati Rasa ? Saya
nggak PD & nggak cukup yakin untuk bisa punya perasaan bahwa kasihnya
mengalir deras untuk kita semua tanpa pandang bulu.
Karena rasa gelisah yang makin
menggangu, berkomunikasi dengan IA yang maha ada menjadi prioritas pertama yang harus saya lakukan.
Saat-saat ketika saya
menemuiNYA nggak lebih dari ritual tanpa makna. Mungkinkah saya menempatkan DIA
terlalu tinggi, sehingga saya sendiri yang kesulitan ketika mau bertemu
denganNYA.
Saya tidak lagi saya yang
mencari Tuhan, karena saya tahu pasti tuhan saya tidak pernah hilang, kasihNYA
selalu menyertai saya. Sayapun nggak usah repot repot mencari & menemukan
tuhan jadinya.
Saya Stop
mencari, saya mulai
menggali diri, mengenali diri. Sekali lagi, katanya ia yang mengenali dirinya,
mengenali Tuhannya.
Meditasi, itu yang saya
lakukan. Setelah itu sholatpun akan punya makna yang lain.
Terima kasih Tuhan, saya mulai bisa merasakan Kamu. Saya mulai nyambung dengan
Kamu.
|