Eunike
 EDISI 11  
Januari - Maret 1998 

Menu Utama


Daftar Isi
 Renungan Ibu

 Krisis Moneter & Dampaknya

 Indahnya Menjadi Guru...

 Tahukah Anda


Email
Email:
emailbox@cbn.net.id

Wawancara: "Krisis Moneter & Dampaknya"

Saya tidak terpengaruh dengan adanya krisis moneter ini, sebab kejadian ini mempunyai dampak positif bagi pendidikan di dalam keluarga. Kita diajar untuk hanya membeli apa yang kita perlukan dan juga diajar bahwa uang adalah kepunyaan Tuhan yang harus dipakai dengan penuh tanggung jawab.

Sejak saya bertobat, yang paling saya takutkan adalah krisis rohani. Bagi saya, bila anak saya bekerja tetapi hidupnya mengalami krisis kerohanian, maka hal tersebut lebih menakutkan dibandingkan bila anak saya tidak memiliki pekerjaan tetapi tidak mengalami krisis kerohanian. Kalau di negara kita ini, hal yang paling menakutkan adalah bahwa pemerintah korupsi besar-besaran dan hutang luar negeri menumpuk sehingga negara hancur, maka bagi saya justru yang saya paling takuti adalah kalau anak saya korupsi waktu dan berhutang pada Tuhan. Mengapa? Karena saya merasa bahwa Tuhan telah memberi begitu banyak anugerah, tetapi apa yang sudah kita berikan untuk membalas anugerah Tuhan? Berapa banyak waktu yang sudah kita berikan untuk pekerjaan Tuhan?

Karena itulah di dalam krisis moneter ini tidak ada yang saya takuti, sebab krisis moneter hanya menyerang kebutuhan jasmani saja. Paling parah - mati! Kalau memang sudah waktunya mati, ya pasti mati. Kalau belum, ya pasti tidak mati. Banyak orang yang lari ke luar negeri karena merasa tidak aman di Indonesia, mereka takut sengsara dan mati. Tetapi kalau sudah mengenal Tuhan, mengapa harus takut mati? Saya sudah pernah hidup sengsara di zaman perang. Di rumah tidak ada beras.Buktinya, saya masih tetap bisa hidup sampai sekarang, karena memang masih waktunya hidup. Memang bagi orang yang tidak pernah sengsara, kesengsaraan itu menakutkan. Tetapi bagi saya yang pernah mengalaminya, itu bukan lagi hal yang menakutkan untuk dihadapi.
Karena saya percaya bahwa untuk setiap orang sudah ditetapkan kapan dan di mana dia akan mati. Itu adalah kedaulatan Tuhan. Kita tidak bisa lari dan berusaha menghindarinya.

Pada waktu banyak orang ramai-ramai membeli beras, saya tidak ikut cepat-cepat beli beras, sebab memang waktu itu saya belum perlu beli beras. Biar saja orang resah dan sibuk untuk memikirkan keamanan dirinya, bagi saya, saya hanya akan beli bila saya perlu. Memang harga beras sudah naik ketika saya akhirnya membelinya, tetapi hal itu tidak membuat saya kecewa sebab saya bisa mengurangi pengeluaran lainnya untuk menutup harga beras. Misalnya, kalau biasanya saya beli buah import, sekarang beli yang lokal saja. Kalaupun sampai suatu saat kehabisan beras, itu berarti sudah waktunya diet atau makan pengganti beras. Itu juga sehat. Dengan cepat-cepat membeli sebanyak-banyaknya sebenarnya kita sedang tidak memikirkan orang lain. Saya tidak mau begitu. Sejak dulu, saya sudah terbiasa memakai uang hanya untuk hal yang perlu saja. Biarpun ada penjualan baju obral, saya tidak harus membelinya hanya karena alasan sedang obral kalau saya memang tidak sedang perlu baju. Lebih baik uangnya diberikan untuk orang yang membutuhkan darpipada untuk membeli barang obral, misalnya bagi mereka yang di-PHK. Bagi toko-toko tertentu, sekalipun mereka tutup selama dua bulan, mereka tetap masih punya uang tabungan. Tetapi bagaimana dengan mereka yang di-PHK? Seharusnya kita memikirkan orang-orang yang di-PHK, yang tidak punya uang untuk kebutuhan sehari-hari. Pikirkan bagaimana memberi pesangon yang baik untuk mereka.

Bagi saya, kalau suami saya di-PHK, saya juga sudah siap. Selama hidup saya mengikut Tuhan, saya tidak pernah merasa hidup berkekurangan. Semuanya cukup, sekalipun saya pernah tidak mempunyai kendaraan dan kasur. Tidur di lantai dengan seprei tetap sehat, padahal waktu itu saya sedang hamil. Rumah kami bukan hanya kecil, tetapi juga kebanjiran. Buktinya, saya bisa menang melewati semua itu dan saya tidak takut menghadapinya sekali lagi, sebab kata "sengsara" bagi saya hanya masalah perasaan saja. Toch ada saja orang yang digigit nyamuk saja sudah mengomel!


Hasil wawancara dengan seorang ibu rumah tangga dengan 5 orang anak dan seorang cucu. (Ibu T)