Dzikir sesungguhnya terbagi menjadi 3 bagian: (pertama) Dzikir atas Zat-Nya, yakni pengucapan Laa Ilaaha illallaah. Kita memerlukan bentuk kalimat penafian untuk menyeimbangkan dan menselaraskan hati dengan Nama Pencipta. (kedua) Dzikir atas Ilmu-Nya, yakni pengucapan Muhammadur Rosuulullaah. Allah melahirkan bentuk pengetahuan melalui sosok Nabi Utusan-Nya. Melalui lidahnya-lah pengajaran-pengajaran Allah dituturkan kepada yang berhak mendapatkan petunjuk. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa ‘Aku (Rasulullah SAW) adalah kotanya ilmu, dan Ali adalah pintunya’. Sosok Ali Ra. menggambarkan wasilah (penghubung). (Ketiga) Dzikir atas Af’al-Nya, yakni pengucapan Fii kulli lamhatin wa Nafasin ’Adada maa wasi’ahuu ’Ilmullah (Sebanyak kedipan dan nafas makhluk, serta seluas ilmu Allah).
Belajar Agama Islam Jangan "memudah-mudahkan". Sudah ditegaskan dalam QS. al_Alaq:1-5 :
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia yang mengajarkan (manusia) dengan perantaan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang telah diketahuinya."
Maka kita jangan hanya meyakini Al quran, tapi jadikan pedoman dan panduan sepanjang hayat. Bagaimana seharusnya sikap kita agar Al-Quran dapat menjadi cahaya menerangi hidup dan pembeda antara yang hak dan yang bathil.
Belajar Agama Islam Jangan "memudah-mudahkan". Sudah ditegaskan dalam QS. al_Alaq:1-5 :
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia yang mengajarkan (manusia) dengan perantaan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang telah diketahuinya."
Maka kita jangan hanya meyakini Al quran, tapi jadikan pedoman dan panduan sepanjang hayat. Bagaimana seharusnya sikap kita agar Al-Quran dapat menjadi cahaya menerangi hidup dan pembeda antara yang hak dan yang bathil.