ISI
Salam
Kuliah
Buku
Esai
Cerpen
Makalah
Berita

Links

 

Makalah Mahasiswa

Media

Pengajaran Sastra

Merujuk Website

10 Cerpen

KCPM 2005

(PILIH YANG TERBAIK)

 
 

CERPEN KCPM 2005

Cinta Teladan?

Cerpen: Putri Kurniajinata

 

Sore ini Olin dan Willy berjanji akan ke rumah Dodon untuk mengerjakan PR Biologi pada pukul empat sore. Seperti biasa, “Three Brains” memang sering berkumpul untuk menganalisa pelajaran atau sekadar untuk mengerjakan tugas sekolah bersama. Dodon, Willy dan Olin adalah siswa paling berprestasi di sekolah itu, Dodon selalu jadi juara pertama, Willy dan Olin saling berebut posisi dua dan tiga. Begitulah “Three Brains” yang dulu. Namun sejak sebulan ini “Three Brains” tidak lagi seperti dulu. Dodon selalu sendiri sedangkan Olin dan Willy selalu berdua, maklumlah mereka jadian sebulan yang lalu.

* * *

Willy ddan Olin mengerti, Dodon tidak mau diganggu apabila dia sedang belajar. Willy dan Olin duduk di sofa putih yang berada di pojok ruangan. Mereka bercanda tawa sebelum kemudian Dodon meminta Olin membuatkannya nutrisari dingin. Olin menyanggupi saja permintaan itu, memang itu sudah biasa bagi mereka.

Olin seegera meninggalkan ruang itu kemudian membuat minuman yang telah dipesan.

Sesampaainya Olin kembali di ruangan itu, Dodon sudah selesai mengerjakan Biologi dan sedang berbincang-bincang dengan Willy.

“Minumaan datang …….” Kata Olin ceria. Olin menyerahkan nutrisari dingin pada Dodon, air es untuk Willy dan dia sendiri meminum teh es.

Mereka mulai menikmati minumannya masing-masing. Sewaktu minum itulah Willy dan Olin saling melirik hingga kemudian Olin terbahak tanpa alasan. Dodon menatap ke arah Olin sambil mengerutkan kening. Ada apa pikirnya dalam hati. Willy hanya tersenyum kecil melihat Olin yang terbahak.

“Kenapaa kamu ketawa Lin ? Ada yang lucu ?” Kata Dodon sinis.

“Si Willly lucu waktu minum …..” Kata Olin sambil tertawa-tawa.

“Yee… aapa yang lucu ? kamu ini ada-ada saja…” Sahut Willy hangat.

“Menuruut aku ya….” Kata Dodon mengawali kata-katanya “Kalian berdua itu sudah seperti orang gila. Beda sekali sama Olin dan Willy yang aku kenal. Maaf kalau pembicaraan ini membuat kalian tersinggung, tapi aku serius bicara ini” Kata Dodon datar. Willy dan Olin saling berpandangan, keadaan di ruang itu sudah jauh berubah menjadi tegang dan seram.

“Sejak kalian jadian, kalian jadi malas. Kalian itu pelajar, tugas kalian belajar, bukan pacaran.  Seharusnya kalian menjadi teladan untuk yang lain, bukan begini, jalan-jalan membuang waktu untuk sesuatu yang tidak berguna, panggil sayang-sayangan segala, apa itu… komitmen kalian sebagai pelajar itu mana ?” Entah apa yang terjadi dengan Dodon, dia benar-benar tidak biasa. Dodon yang biasa tidak pernah berbicara banyak, tidak mencampuri urusan orang serta tidak memiliki kata-kata sinis seperti itu.

Willy ddan Olin saling memandang, kali ini lebih dalam seolah saling membagi kebingungan tentang keadaan yang sedang terjadi hingga menbuat mereka beku tidak bergerak dan bisu tidak bersuara. Menyadari tindakannya tadi telah menyinggung kedua sahabatnya, Dodon tergerak dan mengucapkan permintaan maafnya.

“Maafkaan kata-kataku tadi. Aku hanya bingung dengan perubahan kalian, aku tidak mengerti” kata Dodon penuh arti.

“Kamu ttidak pernah mengerti tentang kami sampai kamu juga merasakan cinta” Olin berkata-kata datar.

“Sama sseperti kata Olin, cinta itu harus dicoba dan dialami terlebih dulu baru kamu bisa memahaminya” jelas Willy. “Mungkin karena kamu selalu juara dan berprestasi, maka kamu merasa selalu dikejar, dan targetmu selalu masa depan sehingga tidak mengerti apa arti kepuasan, kebahagiaan, apa lagi cinta. Karena itu semua memang untuk masa sekarang, bukan masa depan” tambah Willy. Dodon mendengarkan kata-kata sahabatnya dengan tekun, sama tekunnya saat dia harus mengerjakan soal-soal menantang. Menyudahi suasana yang semakin tidak bersahabat, Olin dan Willy berpamitan, mereka memilih menghindar dari pada harus berada di keadan yang membingungkan seperti tadi. Sebelum Willy dan Olin pulang, Dodon mengungkapkan permintaan maafnya kembali dan tidak lupa dia meminjamkan PR Biologi yang sudah di selesaikannya tadi.

* * *

Sama seperti pelajaran, cinta harus dicoba, di alami terlebih dahulu baru kamu memahaminya, Targetmu hanya masa depan….. kata-kata Willy dan Olin sangat mengena dihati Dodon, dia tahu teman-teman itu tidak mungkin bertutur demikian kalau memang tak berguna. Dodon memutar otaknya memikirkan sesuatu, makna tersirat dalam kalimat itu sebelum kemudian menutup mata untuk beristirahat.

* * *

Sesampainya Dodon di sekolah, dia berbicara banyak dengan Olin dan Willy. Kali ini lain dari biasanya, “Three Brains” bukan membicaran pelajaran ataupun kejuaraan, mereka membicarakan masalah lain yaitu masalah hati. Kata-kata yang tadi malam telah dipikirkan Dodon sekarang dijelaskan oleh Willy dan Olin. Dalam pembicaraan itu Dodon sang juara menunjukan ketertarikannya dengan masalah yang baru saja diketahuinya itu. Olin dan Willy berusaha menyakinkan Dodon bahwa pacaran tidak selamanya menggangu pelajaran.

“Nancy dan Paulus kamu tahukan ceritanya bagaimana ? gara-gara pacaran mereka bisa menembus peringkat 10 besar, padahal sebelumnya kamu tahu sendiri bagaimana malas dan nakalnya mereka” tutur Willy.

Dodon tterdiam tanda bahwa dia setuju untuk pacaran. Willy dan Olin mulai menimbang-nimbang hawa mana yang akan diajukan ke Dodon. Dodon hanya berdiam diri, sampai saat Willy menepuk pundaknya dan menunjuk ke arah seorang hawa yang baru datang ke kelas.

“Nia!” panggil Willy. Nia mendekat dengan memasang senyuman manis di wajahnya.

“Nia, kkamu mau kejutan pagi tidak?” kata Olin saat Nia sudah mendekat “Tapi kamu harus menjawab pertanyaan kurang dari 5 detik, kalau tidak… lewat!” sambung Olin sambil bergurau.

“Apaan sih ?” jawab Nia penasaran.

“Ok yahh… deal!” kata Olin memastikan Nia menggangguk tanda setuju. Olin, Willy dan Dodon saling berpandangan sebelum kemudian Olin melanjutkan kata-katanya.

“Nia, DDodon suka sama kamu. Apa kamu mau pacaran sama dia ?” kata Olin serius.

Willy mmulai menghitung sedang dan Dodon hanya diam saja sambil terus menunduk. Pada hitungan ke empat Nia mengiyakan pertanyaan itu. Dodon mengangkat wajahnya dan memandang Nia dengan heran. Nia pun demikian, kali inilah dia memandang Dodon begitu lembut. Gurat-gurat ketampanan Dodon terlihat jelas oleh matanya. Topeng-topeng ilmu, prestasi dan kepintaran yang selama ini menutupi wajah Dodon seolah lepas. Detak jantung Nia dan Dodon seolah berkejaran dan menyatu bersama, saling berpacu dengan mesra dalam sunyi yang penuh arti.

Mulai ssaat itu Dodon dan Nia resmi pacaran, walaupun Dodon masih saja menomor satukan pelajaran dan prestasi-prestasinya. Tidak ada perubahan dari Dodon. Sebagai pacar dia hanya mengantar jemput Nia, membayarkan makanan Nia saat belanja dengannya dan mengajari Nia yang memang tidak sepintar dirinya. Nia sendiri sudah berusaha dengan berbagai cara agar dia tidak selalu dinomor-duakan tapi tetap saja gagal. Sekarang mereka sudah pacaran selama sebulan. Baik Nia maupun Dodon berusaha untuk saling menahan diri, saling memahami dan memaklumi sifat dan karakter masing-masing.

Hari inni Nia meminta Dodon untuk menemaninya membeli kado  untuk Olin yang akan merayakan sweet seventeen-nya malam ini. Dodon menyanggupinya. Nia bermaksud memberi kado yang mengejutkan untuk Olin lalu menuliskan nama Nia dan Dodon sebagai pemberi kado.

Tapi Doodon sepertinya lagi jenuh sekali hari ini. Dibandingkan  dengan hari-hari biasa yang memang sudah membosankan, hari ini Dodon jadi benar-benar mengesalkan. Mukanya cemberut dan jalannya malas-malasan. Akhirnya Nia mempercepat pencarian kado. Saat pilihan sudah semakin sedikit Nia meminta pendapat Dodon.

“Don, OOlin suka boneka sapi atau beruang ?” kata Nia, dia merasa bingung harus membeli yang mana, pasalnya menurut Nia dua boneka itu sama bagusnya.

“Terserrah kamu saja…” jawab Dodon singkat.

“Kenapaa di tanya jawabnya selalu terserah sih ?” kata Nia kesal.

“Mau dii jawab apa lagi, kamu kan cewek jadi kamu pasti lebih tahu…” sahut Dodon datar.

“Tapi aaku tidak bisa memilih lagi, menurut aku bagusnya dua-duanya” Nia sudah sangat kesal dengan Dodon. “Kamu pilih saja yang menurut kamu lebih bagus !” sambung Nia.

“Kamu ssaja….” tutur Dodon datar

“Tolongg …” Kata Nia memelas.

“Malas……terserah kamu saja. Aku tunggu di kasir ya…” Dodon pergi begitu saja, dia menuju keluar meninggalkan Nia sendirian. Nia begitu tidak mengerti dengan Dodon, dia tidak lagi kesal dengan Dodon tapi marah. Nia tidak memilih boneka manapun. Dia berjalan keluar dengan cepat, setiap langkahnya mencerminkan kemarahan.

Dodon mmelihat Nia dengan bingung. Saat berpapasan dengan Dodon di dekat kasir, Nia tetap saja berjalan dengan acuhnya. Dari kejauhan, mata Dodon melihat ada air yang berlinang di mata Nia. Dodon menyusul Nia cepat, ditangkapnya tangan Nia yang mengayun kasar, Nia terhenti.

“Nia kaamu kenapa?” tanya Dodon tanpa rasa bersalah. Wajah Dodon pun tidak mencerminkan penyesalan.

“Bodoh……” seru Nia. Suara itu begitu pelan, tapi terasa begitu nyaring ditelinga Dodon. Nia kembali berjalan dengan cepat. Dodon sempat mendengar beberapa isakan tangis Nia. Dengan penuh kebingungan, Dodon berjalan dibelakang Nia, mengikuti tiap langkahnya dengan khusuk. Nia terhenti di depan bangku sebuah café, Nia memesan es jeruk lalu diam menunduk. Dodon duduk tepat didepannya. Dodon tetap diam sama seperti Nia, dia juga menunduk sama khusuknya dengan Nia. Seorang pelayan café meletakkan secangkir es jeruk tanpa suara, mungkin dia tahu ada masalah antara Dodon dan Nia.

Lama Niia menunduk sebelum sebuah kelimat terucap dari bibirnya “Kamu mau putus Don?”

Dodon mmengangkat wajahnya, terlihat wajah murung Nia yang sangat pilu “Terserah kamu saja, asal kamu tidak menangis lagi” jawab Dodon tanpa ekspresi.

Nia mengangkat wajahnya, mata mereeka beradu sesaat,  kemudian Nia meminum es jeruknya. Tanpa bicara Dodon mengantarkan Nia pulang, mungkin mereka sudah kehabisan kata-kata.

* * *

Tiga hari sudah berlalu dari hari yang buruk itu, Dodon dan Nia sudah berteman seperti dulu lagi. Mereka bertindak seolah tidak pernah terjadi apapun diantara mereka. Walaupun disadari masih ada yang janggal dalam tiap senyuman mereka.

* * *

“Maaf jika semua polahku membuat air matamu harus mengalir. Walau begitu besar rasa yang ku pendam untukmu, tapi aku tahu pasti tidak pernah kau tahu itu sekarang. Kalau saja benar rasa ini adalah cinta, pasti akan selalu terjaga. Walau harus terpaut waktu. Dan bila benar kau adalah anugrah yang terlahir untuk berada di sampingku, aku percaya cintamu pun pasti akan tetap tersimpan hingga aku menyelesaikan jenjang SMA ini. Dan sampai aku menjadikanmu sesuatu yang utama sama seperti pelajaran dan prestasi-prestasiku saat ini”. Dodon menutup buku pribadinya lalu tidur dengan lelap untuk menyongsong hari esok.***

 

Sejak 5 Oktober 2005