Puisi

Ini adalah Puisi Terakhir Kita
---------------------------------
Bangunlah,
Inilah pagi terakhir kita bersama-sama
Terakhir kalinya kan kaurasa gorden-gorden diseka dan jendela-jendela itu terbuka
Terakhir kalinya kan kaudengar panggilan mandimu, panggilan setrika, dan kicau bel tamu
pagi dari pintu muka
Juga derum mesin cuci, gemerincing kunci pintu, dan bolak-baliknya absen
Ibu-ibu akan masuk ke kamarmu seperti biasa
santun berkata, "Mau dipel sekarang, Neng?"
Namun, ingatlah ini adalah pagi terakhir kita bersama-sama
Ini adalah kali terakhir semua cerita harian kita yang biasa
Bangunlah,
Sebab besok pagi kita hanya bisa
bermain gema pada dinding-dinding kosong dan
Kau tahu,
koran kita tak akan diantarkan lagi, juga majalah
Gas kita tak akan diisi
Ibu-ibu kita tak akan datang lagi pagi besok
Besok dan besoknya lagi
Akan ada orang-orang asing di tempat kita ini
Siapa tahu, Temanku,
lantai ini akan hijau berlumut
jendela ini akan kusam penuh debu
Alpukat, pisang, dan nangka kita esok mungkin sudah tiada
Semua tidak akan seperti waktu kita dulu
Namun ingatlah, meski besok tak lagi kita dengar teriakan oleh-oleh, tilang, dan dering
telepon kita,
denting piano di ruang tamu, If You Love A Woman, di ruang rekreasi dan seterusnya
Semua kisah kita, semua canda, suka duka kebersamaan kita
Rasa kita, kebersamaan ini, akan selalu hidup dalam hati setiap anak AP
Jika suatu ketika kau teringat akan semua kenangan manis kita,
datanglah meski tinggal puing sisa
Ingatlah selalu alamatnya, alamat asrama kita tercinta,
Gelap Nyawang 2
------------------------ written on 1995, in Temu-Alumni
program---------------------------
(sssh, don't cry, this is just poem, like House for Sale song. tapi emang sedih juga....)
 |