Makam Ki Ageng Pandanaran

Ki Ageng Pandanaran adalah Adipati Semarang
yang pertama dan tanggal diangkatnya beliau sebagai adipati dijadikan hari jadi Kota Semarang.
Dengan demikian beliau dianggap sebagai pelopor berdirinya kota Semarang. Ki Ageng Pandan Arang
atau Pandanaran meninggal pada tahun 1496. Tempat ini banyak dikunjungi oleh peziarah terutama
pada acara khol meninggalnya beliau. Makam Ki Ageng Pandanaran ini berada di Jl. Mugas Dalam II
/ 4 Semarang.
Simpang Lima

Salah satu tempat yang memberi ciri khas bagi
kota Semarang adalah Simpang Lima. Tempat ini merupakan alun-alun yang berada di tengah-tengah
persimpangan Jl. Pandanaran di sebelah barat, Jl. A. Yani di sebelah timur, Jl. Gajahmada dan Jl.
Pahlawan di sebelah timur, sementara disebelah timur laut ada Jl.KH. Ahmad Dahlan. Berkembangnya
fungsi Simpanglima menjadi alun-alun merupakan saran Presiden pertama Republik Indonesia yang
menyarankan pengadaan alun-alun di Semarang sebagai ganti dari Kanjengan. Alun-alun yang dimiliki
Semarang sejak masa pemerintahan Adipati Semarang yang pertama itu telah berubah fungsi menjadi
pusat perbelanjaan. Berfungsi sebagai tempat upacara, Simpanglima juga menjadi tempat berlangsungnya
pertunjukan, tempat rekreasi, bahkan sebagai pasar tiban pada waktu-waktu tertentu. Berbagai jenis
makanan baik makanan berat maupun makanan ringan dijual dengan gaya lesehan mengambil tempat
sekitar trotoar dan sekeliling alun-alun. Sementara itu souvenir, alat sekolah sampai alat rumah tangga,
sandal sampai hiasan rambut, juga dijual di sini.
Tugu Muda

Sebuah tugu berbentuk lilin berdiri tegak di
tengah persimpangan Jl. Sutomo, Jl. Pandanaran, Jl. Imam Bonjol dan Jl. Soegiyopranoto. Tugu ini
dibangun sebagai monumen untuk mengenang heroisme pejuang Semarang melawan penjajah Jepang yang
dikenal sebagai pertempuran selama lima hari di kota Semarang dari tanggal 14-19 Oktober 1945.
Peletakan batu pertama dilakukan Gubernur Jawa Tengah Budiyono dan diresmikan oleh Presiden RI
pertama Soekarno pada tanggal 30 Mei 1953. Berbentuk lilin dengan makna semangat yang tak kunjung
padam bagi para pejuang yang mempertahankan kemerdekaan. Pada kaki monumen terdapat relief yang
menggambarkan kesengsaraan rakyat Indonesia di masa jaman penjajahan Jepang, seperti relief
Hongeroedem, relief pertempuran, relief penyerangan, relief korban dan relief kenangan.
Gereja Belenduk

Dibangun pada tahun 1715 dan dipugar pada tahun
1894 HPA de Wilde Westmas, gereja ini merupakan peninggalan Belanda. Disebut gereja Blenduk karena
bentuk kubahnya yang seperti irisan bola, maka orang mengatakan 'mblenduk'. Menempati areal seluas
400 mē, bangunan ini berbentuk segi delapan beraturan (hexagonal) dengan penampil berupa bilik-bilik
empat persegi panjang dan sisi sebelahnya berbentuk salib Yunani. Betuk ineriornya seluruhnya
bercirikan Belanda yang dihiasi sulur tumbuhan yang tertata dari bahan sedangkan pada balkonnya
mempunyai bentuk keindahan interior yang unik. Sebagai salah satu bangunan kuno di lingkungan Kota
Lama, bangunan ini bisa dikunjungi setiap hari.
Museum Ronggowarsito

Museum yang terletak di Jl. Abdul Rahman Saleh
ini merupakan museum terlengkap di Semarang yang memiliki koleksi mengenai sejarah, alam, arkeologi,
kebudayaan, era pembangunan dan wawasan nusantara. Dengan nama yang diambil dari salah satu pujangga
Indonesia yang terkenal dengan hasil karyanya dalam bidang filsafat dan kebudayaan, museum ini menempati
luas tanah 1,8 ha. Museum ini dibuka setiap hari pukul 08.00-14.00 WIB kecuali hari Senin.
Museum Mandala Bakti

Sebagai museum perjuangan ABRI, museum ini
menyimpan berbagai koleksi tentang data, sejarah dan dokumentasi, dan senjata-senjata baik
tradisional maupun modern serta peralatan yang digunakan dalam perang saat mempertahankan
kemerdekaan.
|