17 Kamis Juni 2004, 05:21:58 AM

SPIDERLEO

SEGERA DI AKHIR BULAN JUNI, SERENTAK DI RUMAH TETANGGA MASING-MASING. SAKSIKAN FILM-NYA DI RUMAH TETANGGA ANDA, JIKA ANDA TIDAK DIIZINKAN, RASAIN LUH !!!

 

 

2 Selasa Juni 2004, 05:21:58 AM

Kado Ulang Tahunku

Hari itu, Selasa (kalo ga salah,) sehari setelah b'day aku, hari-hariku berjalan seperti bisanya, nothing special.
Pagi-pagi skali, skitar jam tujuh, ga' seperti bisanya, uku miskal-miskol ama teman sms-ku b-nama Uchi, sampai kisah ini ditulis aku blom sempat ketemuan sama dia, padahal udah tiga kali janjian. Perjanjian pertama. 01 Mei 2004 11:00 am, di toko buku Karisma. gagal dengan alasan katanya aku terlambat, padahal aku udah ada di sana sejak jam 9, slain, ga mo telat,
itung-itung baca buku. Perjanjian kedua 12 Mei 2004 11:00 am, lokasi: Disktara, Mall Ratu Indah. lagi-lagi gagal, karena dia tiba-tiba sakit perut, ampe mo pingsang. Perjanjian ketiga nonton film "The Day After Tomorrow", kali-kali ya lagi-lagi gagal, karena di mo foto bareng ama temannya, waktunya sendiri aku rada-rada lupa deh. yang jelas hari Senin (baca:Nomat). Slesai aku miskal-miskol dia, di sambung ama sms. aku naroh Hp ku di kantong blue jeans, yang tergantung di blakang pintu, kemudian aku bertandang ke kamar temanku, di sana, aku sempat membantu mentranslet Laporan Penlitiannya ke dalam basa Inggris.
hampir dua jam jari-jemariku menari di atas keyboard komputernya, sambil dibantu otak saya menyelesaikan tugasnya itu yang udah injury time. jam 9 pagi, aku balik ke kamar, buat nyelesaiin situs angkatan 2000 jurusan Kimia, MIPA Unhas. Sambil nunggu kompi-ku booting, zzzzzzz, lamaaaa. Aku meraih hp itu yg aku taroh di jins, tapi............@$%%&^&^ Alamak. koq ga' ada. Aku mencoba untuk tenang sbentar, sambil mengingat-ngingat kembali kronologis peristiwa sebelum aku kehilangan hp itu. Ptama sih aku pikir, salah naroh, tapi...... kayaknya jelas banget deh kalo, aku nyimpan tuh hp di blue jins itu, swerrr, trus, kalo gitu, ya dicuri dong. tapi koq maling-nya cepat amat bangunnya, ini khan baru jam 9. lalu.....ya ampun apa betul dicuri, aku udah ga pedulikan komputer yang dari tadi OS-nya udah sukses meload sgala aplikasi dan servisnya. Aku masih terjebak pada pertanyaan "tuh hp kemana ya? sapa yg ngambil? apa di curi atoooooo......@$$#@@ ah ga mungkin ah aku lupa naroh nya?....dan yesssss. kmaren khan aku b-day, yg ke seper4abad. ah paling juga teman kost ku nih yg kerjain aku, pasti deh....Hehehehe, kayaknya misi mereka bakalan gagal tuh, coz aku udah prediksi sbelumnya. paling juga ntar malam disiram, trus hp ku dibalikin, aku pun pura-pura ga' tau misi mereka. seharian itu aku lewati hidupku biasa-biasa aja. ada sih prasaan was-was, gima kalo itu hp emang dicuri, tapi ah, positif thingkin aja deh......! waktu udah masuk Maghrib, trus ga' trasa Isyah, eh udah jam spuluh. koq blom dibalikin yah, acara siram-siramnya mana, trus itu hp gimana? aha mending ke warnet aja, 3 jam lamanya aku browshing di sana. sambil berharap ntar kalo udah balik, tman2 udah siap dengan acara suprais-nya. ata barangkali kana mrk udah masukkan kembali hp itu ke kamar aku. sampenya di kost, tnyata ga ada tuh respon-respon apa2. kuperiksa juga isi kantong jinsku, ha ga ada yg berobah, tetep. Damn, ini hp kayaknya aku btul-btul kemalingan deh, apalagi kasus kehilangan ini hp ini udah terjadi 3 hari sbelumnya, modusnya sih ngaku teman sang target, masuk kamar, nyuri hp ama duit, kabur deh, malah ironisnya lagi, maling itu ambil hpnya pas lagi tiduran, ga' nyadar, hp ama uang buat bayar SP udah ilang. Pikiran ini trus aja menjadi menu dalam otakku, rada2 strez gitu. Kembali lagi aku berpikiran optimis, siapa tau aja besoknya baru itu hp dibalikin. tapi..............................................................................ampe skarang koq itu hp Sony Ericsson T230 itu blom balik ya, ga tau jalan pulang apa!. kesasar kali? Damn. ya hp aku ilang, padahal aku lagi nunggu konfirmasi dari salah satu klien aku. ya di mana-mana orang kalo b'day dapat apa2, profitible, eh aku malah kehilangan sesuatu, kado apaan ini!!!. Oh ya buat teman-teman bloggers, siapa tau nih, tolong ya bantu aku cariin itu hp, kalo ketemu ama malingnya, tolong dong suruk balikin itu properti aku, ntar aku kasih bonus deh, dan jadilah hari-hari ku tanpa miskal-miskol, tanpa sms, tanpa mms..... trus aku kehilangan kontak deh ama Uchi....ciauo Uchi, sayonara. Mo beli yg baru, ga ada uang! ntar sih ada, tapi masih lama, kayaknya tanggal 5 Juli deh Pemilu Presiden, soalnya aku masih dikontrak oleh KPU sebagai salah satu operator dataentry hasil perhitungan pemilu 2004, bayarannya sih lumayan, paling tidak untuk mengganti hp itu, tapiiii kayaknya untuk kesekian kalinya aku gagal deh beli hardisk baru, yg 120 GB itu!!!. oh ya, jahat deh teman2 kost-ku itu, koq mreka lupa ama b-day-ku.

 

26 Rabu Mei 2004, 12:20:14 PM

PSK

Sangat Didukung oleh :

dan jutaan lonte, mami, rumah bordil, dan tentunya para produsen (germo) dan kostumer (anda?)

 

 

25 Selasa Mei 2004, 12:20:14 PM

Perang Dua Jendral

 

 

Tim sukses SBY berhasil membobol gudang data Wiranto Circle di segitiga emas Sudirman lewat jasa paranormal, dan menimbulakan kehebohan luar biasa di Cilangkap.

Petinggi-petinggi TNI geram melihat rivalitas Wiranto vs SBY yang mulai memasuki daerah-daerah terlarang, dan mulai menebar aroma sugesti di lingkungan TNI. TNI yang sejak dulu terdefragmentasi karena persaingan patron dan klik-klik di seputar yayasan Eka Paksi yang menjadi “mesin uang” TNI, kini terkotak-kotak serta melebar ke mana-mana karena tidak adanya figur di TNI yang betul-betul kuat. Perseteruan Ediartono Sutarto dengan Ryamirzad, kini memperoleh medan baru, yaitu pertempuran 2 jendral dengan amunisi lengkap dengan medan perangnya adalah perebutan RI.

 

SBY yang mantan menko polkam menguasai jalur intelejen sementara Wiranto menguasai jalur komando. Akibatnya jelas, pertempuran mulai memasuki wilayah sipil.

 

KONVENSI GOLKAR

Kemenangan Wiranto di Konvensi Golkar bukanlah hal yang mengejutkan. TIM BIA sudah memetakannya sejak sebelum keputusan AT keluar (lihat Kompas, Tempo dan Republika yang mengulas ‘perjuangan' Wiranto di Konvensi Golkar). Dari jalur komando lewat kodim-kodim diketahui bahwa hampir 70% DPD II Golkar sudah dalam genggaman Wiranto Circle.

Dengan iming-iming uang 400 s/d 600 juta per suara DPD, tim Wiranto yakin kalau menang. Tidak aneh, kalau Wiranto sangat pelit beriklan dibandingakan AT, Prabowo atau Paloh. Karena Wiranto sudah memegang suara yang dikuatkan di atas kertas bersegel! Tim SBY mencium bahwa sebagian TNI kelompok “hijau” ikut bermain memenangkan Wiranto karena TNI ingin menutupi semua “masa silamnya'. Terlebih-lebih, TNI berkepentingan untuk menyelamatkan jenderal Besar Soeharto.

Wiranto yang mantan ajudan Soeharto dan telah bersumpah di hadapan seluruh rakyat Indonesia lewat TVRI untuk menjaga dan melindungi kehormatan Soeharto adalah sosok yang paling pas. Dibanding SBY, Wiranto ditengarai jauh lebih menguasai kaum muslim Indonesia (lewat Eggy Sujana, Habieb-hebieb, dan jaringan ponpes-nya di Jateng-Jatim, Wiranto juga berhasil merangkul banyak aktivis lewat kendaraan API), dan memiliki peluang lebih besar ke RI 1 apabila berhasil menggandeng NU.

 

SALING MEMPROVOKASI

Tim SBY menduga bahwa gencarnya sms, dan berita yang menceritakan SBY yang sebenarnya adalah buah pekerjaan Wiranto Circle (salah satu pentolan Wiranto adalah jurnalis yang cukup kondang di TPI dulu, yang dikenal jago mengemas isu). Soalnya teramat mustahil masyarakat sipil bias menjebol “dapur” SBY kalau tidak lewat tangan intelejen. Bagaimana mungkin gerakan SBY hari per hari bias dilaporkan setiap saat, siapa-siapa yang ditemui SBY bias diketahui, bahkan di luar negeri pun gerakan SBY selalu bocor ke tanah air.

Tm SBY lewat corongnya LSI (lembaga Survey Indonesia, yang dikomandangi, Denny JA, Sayful Munjani dan M Qodari) dengan meniupkan isu black propaganda. Namun sayang, isu yang ditiupkan LSI ini menjadi kontra produktif karena Wiranto Circle berhasil menggandeng banya pihak untuk membuktikan fenomena SBY ini. Tidak aneh setelah Sabili, Rakyat Merdeka, Kompas-pun ikut-ikutan menelanjangi SBY dengan memuat artikel yang membeberkan “sinetron SBY” ini. Bahkan Kompas sempat dengan sinis menyerang LSI sebagai lembaga survey untuk mengkampanyekan Yudhoyono.

Tim SBY yang kenyang pengalaman militer lalu membuat pembalasan setimpal dengan “membeberkan” rekayasa capres dalam kasus kerusuhan Ambon. Lewat data intelejen diketahui bahwa kondisi Ambon yang aman (yang diklaim sebagai keberhasilan SBY-Kalla) mengusik ketenangan Wiranto. Entah siapa yang bermain, Thamrin Amagola di Kompas menulis bahwa banyak sekali “coker” yang merupakan binaan TNI. Thamrin yang tergolong pro SBY (bersama Lidlle), langsung memuntahkan argumennya soal rusuh Ambon (lihat Kompas minggu pertama Mei). Bahkan salah satu Uskup di Ambon jelas berteriak (lihat detik.com) bahwa rusuh Ambon adalah buah tangan CAPRES militer! Tujuan rusuh Ambon jelas, menghantam SBY dan sekaligus menegaskan ke publik bahwa Indonesia butuh pemimpin yang KUAT (baca : militer!). konon, kasus Ambon ini juga melibatkan atasan Kapolri (yang masih geram karena “ditusuk” lewat samping oleh SBY). Buktinya pawai RMS malah dikawal polisi. Setelah itu, sekelompok massa tidak dikenal menyerang, dan timbul kerusuhan. Metode yang nyaris sama dengan apa yang terjadi di Mei 1998 lalu. Kasus Ambon terbukti efektif memudarkan popularitas Wiranto yang “dituduh' dalang dibalik kejadian itu. Pukulan telak, yang membuat Wiranto mengancam akan membalasnya

 

DIBALAS SETIMPAL

Disebut-sebut bahwa rusuh Makassar (yang lagi-lagi melibatkan polisi) adalah buah tangan salah satu capres untuk mencoreng muka Kalla-SBY. SBY dipermalukan karena di basis Kalla saja, di Sulawesi masih memakai cara-cara lama, represif dan brutal. Ingat SBY berhubungan khusus dengan Kapolri karena sama-sama lama di pemerintahan Mega. Sumber intelejen SBY menemukan bahwa ada beberapa orang yang berpakaian polisi yang menjadi “trigger” dengan mengkompori polisi lain untuk menyerbu kampus. Sampai saat ini masih gelap, siapa pelakunya. Tapi yang berkecimpung di dunia intelejen sangatlah maklum, untuk kasus yang lebih ringan mengapa sanksinya lebih berat.

Kasus kampus UMI demo tarif angkutan yang menewaskan 4 mahasiswa dan menciderai ratusan mahasiswa di tahun yang lalu, tidak satupun kapolsek, kapolres atau pun kapolda yang diganti.

Sementara kasus UMI sekarang ini, begitu cepat, begitu gesit kapolri melakukan penggatian. Bahkan sampai kapolda! Kenapa begitu? Link kapolri yang dekat dengan SBY mengatakan bahwa buah tangan Wiranto Circle ini efektif men-demarket-kan SBY di Sulawesi. Mau tak mau SBY harus membisiki Kapolri untuk segera mencuci tangan! Atau, resistensi mahasiswa terhadap militer akan semakin menjadi-jadi.

 

MASIH PANJANG

Persaingan sengit ini akan terus berlanjut dan semakin panjang. Wiranto masih “marah” terhadap upaya SBY meloloskan AT dari jerat hukum. Kasasi AT banyak menilai merupakan hasil desakan Mega. Padahal sebetulnya permainan Menko Polkam SBY untuk menjegal Wiranto ke Konvensi Golkar. Tim SBY sudah berhitung lama, dengan lolosnya AT di kasasi peluangnya untuk menang membesar. Hitung-hitungan yang diyakini oleh sebagian besar pengamat dan media massa Indonesia.

Wiranto tentu saja “marah' karena SBY menghalalkan segala cara. Sementara SBY juga marah ke Wiranto, karena telah “membocorkan” jati dirinya dan memporak-porandakan image di Ambon, Sulawesi dan entah di mana lagi. Dua jendral yang marah. Tentu saja akan sangat menarik diikuti. Karena bagi militer, yang ada adalah “kepentingan” diri sendiri, yang lain berarti ancaman! Artinya, SBY menganggap Wiranto adalah ancaman, sebaliknya Wiranto juga menganggap SBY ancaman juga! Dua jendral saling mengancam, masyarakat sipil-lah korbannya. Sementara sudah jamak diketahui, Militerisme tidak mengenal Musyawarah!

 

WASPADA

Walaupun bangkitnya militerisme tidak perlu ditakuti, masyarakat perlu mewaspadai yang selalu dijadikan umpan kerusuhan, dijadikan kambing congek, bahwa capres militer belum bebas dari kebiasaan melembaga, misalnya komando pendekatan dan tidak mengenal musyawarah saat memutuskan masalah. Militerisme adalah politik kekerasan dan ideology militer yang harus ditolak karena membawa potensi mengembalikan pemerintahan otoriter, melindungi kejahatan-kejahatan kemanusiaan, dan mengabaikan prinsip demokarasi. Kasus Ambon dan Makassar adalah “pembukaan” untuk menuju “perang' yang sebenarnya.

 

BERKOALISI serta MAIN MATA

Persiapan perang memang telah dirancang matang. Kubu SBY yang merasa di atas angin semakin terlena dengan gerakan Wiranto yang sensasional. Beberapa sumber menyebutkan Wiranto diketahui beberapa kali bertemu dengan Jendral R Hartono di rumah nomor 14 (Rumah yang konon milik mbak Tutut), dengan agenda memenangkan pemilu presiden. Jaringan intelejen Hartono digabung dengan Tim Sukses Wiranto dengan nama WIRANTO CIRCLE. Jaringan pondok pesantren milik mbak Tutut pun mulai dikerahkan untuk mendukung Wiranto. Tidak aneh, kalau Wiranto sering kelihatan di ponpes-ponpes NU atau ditemui Habieb. Ini adalah jaringan mbak Tutut. Perpecahan di tubuh klan Cendana memperoleh pemersatu di pundak Wiranto, seorang ajudan terbaik Soeharto. Golkar (Baik golkar barui, Golkar lama, Golkar-golkaran, dan pengikut Soeharto yang bermodal uang trilyunan) sudah pasang kuda-kuada untuk mengusung Wiranto. R Hartono yang penuh kontroversi selama kampanye, mbak Tutut yang mencoba menebar pesona, TIBA-TIBA saja menjadi anak manis begitu Wiranto memenangkan konvensi golkar. Semua amunisi untuk pemilu presiden menjadi berlimpah dengan sokongan pengusaha-pengusaha yang dulu dikenal “kelompok jimbaran”. Agenda besar menyelamatkan Soeharto dan anak cucunya terletak di pundak Wiranto.

Usaha besar untuk melindungi konglomerat-konglomerat hitam kini menjadi beban Wiranto. Dengan dukunagn dana yang tidak terbatas, dengan bermain mata dengan Solahuddin Wahid yang NU, dengan mesin politik setua Golkar, HANYA KEAJAIBAN yang bias menghentikan Wiranto ke kursi presiden!

 

ANEHNYA INDONESIA

Jika gerakan reformasi yang bermula dari kampus, yang menelan banyak korban jiwa baik di kalangan mahasiswa, massa-rakyat, masayarakat Tionghoa, pada ujungnya hanya melahirkan pemimpin nasional dari kalangan militer, maka jelas ini merupakan kenyataan politik yang sangat absurd. Disini kita menemukan sebuah ironi yang tak terperikan, sebab mahasiswa yang tewas dan menjadi martir bagi gerakan reformasi itu justru tertembus oleh timah panas, yang dimuntahkan dari senapan-senapan canggih para tentara.

Pertanyaan moral yang layak diajukan adalah:

 

Moral politik apa gerangan yang mendasari para pensiunan itu dalam berkompetisi meraih jabatan presiden, sementara mereka adalah pemegang komando atas pasukan yang menembak mati para mahasiswa ketika terjadi huru-hara politik!”, argument sang jendral dengan enuh percaya diri, Tiba-tiba para jendral itu sangat fasih berkhotbah tentang demokrasi dan kebebasan politik, namun mereka tetap saja tak mampu menjawab pertanyaan sederhana: tanggung jawab siapakah serangkaian peristiwa mengerikan yang menandari akhir riwayat rezim Orde Baru itu?

 

15 Selasa Juni 2004, 05:21:58 AM

Bumi Semakin Panas

Beberapa hari yang lalu aku, sebagaimana hari-hari sebelumnya, -sendirian- nonton film di Studio 21 (ya iyalah masa mo pengajian di Te'o). Yang aku nonton hari itu film The Day After Tomorrow, (mungkin sepupuan kali ya dengan Tomorrow Never Dies) sebuah film scie-action yang emang udah aku nanti-nantikan, k'lian tau sendiri khan, sebelum film diputar, promosinya sangat gencar dilakukan, walaupun ga' sehebat apa yg dilakukan oleh Trilogi LORD atau The Matrix, namun paling tidak promosi yang mereka lakukan lumayan gencar, budget pembuatan film kolosal ini, (ntah apakah lebih kolosal dari Troy, jawabannya aku blom tau, karna emang blom nonton,) lumayan besar, hampir mencapai 200-an juta US Dollar, emang sich ga' ada apa-apanya dibandingakan dengan Titanic. Namun karya Roland. E. ini mungkin akan melabihi rekor kakaknya, Independence Day. ya ampun koq berkepanjangan, padahal maksud aku ga' ngejelasin film ini lho, cuman intro koq, maklum sich daviicholic, ups maksud aku movieholic.

Oh ya ini baru asli...! besoknya, saat istirahat siang, aku duduk di blakang kost aku, sambil bercakap-cakap dengan alam, (ya ngawur deh). Hus diam lu, narator!!. lanjut ya, e tunggu dulu, maksud aku di sini alam, bukan Alam. ok lanjut. sementara manusia beristirahat dengan damainya di bawah ungkapan tidur. Aku berbaring di atas branda bambu, dan merenungkan persoalan ini. " Apakah kebenaran adalah Keindahan? Apakah keindahan adalah kebenaran? "ya sama aja!". Diam lu, aku ga' nya kamu!!!.

Dan dalam pikiranku aku terbawa jauh dari ummat manusia, dan imajinasiku menaiki tabir materi yang mengembangkan batin jiwaku melebar dan aku dibawa lebih dekat kepada alam dan rahasianya dan telingaku. terbuka untuk membahas keajaibannya.

Saat aku duduk sambil berpikir mendalam, aku merasakan angis sepoi-sepoi melintas melalui cabang-cabang pohon dan aku mendengan rintihan anak tak terurus yang tersesat.

" Mengapa engkau merintih, angin sepoi-sepoi yang lembut? "Ha ha lu udah gile ya, ingin koq di tanya !", Hei narator bego, ini pertanyaan filosofis, U Know!, shout ur fuckin, mouth! Dan angin sepoi-sepoi itu menjawab: "karena aku telah dari kota yang menyala dengan panas matahari, dan benih-benih penyakit dan pencemaran, mencengkeram pakaian-pakaian yang suci. Bisakah engkau menyalahkanku karena berduka cita?". "angin koq bisa ngomong?. "bualan aja bisa ngomong apalagi angin, lagian anginnya udah kuliah bego!".

Kemudian aku memandang wajah-wajah bungan yang ternoda air mata. dan mendengar rintihan mereka yang lembut dan aku bertanya mengapa engkau mangis bunga-bungaku yang cantik? "yaa, masak-...". "Hei, diam lu, ato gue gampatr". sorry lanjut nah. Salah satu bunga mendongakkan kepalanya yang lembut dan berbisik: @%%%#*#^@(#&(#(#&(#(^@*, "waduh coba ulangi wahai bunga ga' kedengaran tuh," kemudian itu berusaha mngulangi bisikannya untuk yang kedua kalinya, kali ini udah jelas bunyinya " Kami menangis karena manusia akan datang dan memotong kami, kemudian menawarkan kami untuk dijual di pasar-pasar kota. "aku balik bertanya, Valentine's day masih lama koq, takut?. "Oh tidak, manusia-manusia ini rakus" jawab sang bunga.

Dan aku mendengar aliran sungi meratap seperti seorang janda yang menangisi kematian anaknya dan aku bertanya, mengapa engkau menangis sungaiku yang suci?

Dan sungai itu menjawab, "Karena aku dipaksa untuk pergi ke kota di mana manusia mencemariku dan menolakku dengan angkuh untuk menjadi minuman yang menguatkan. Serta membuatku menjadi tempat penampungan sampah, mencemari kemurnianku. dan mengubah kebaikanku menjadi kotoran".

Dan aku mendengar burung-burung yang merintih dan aku bertanya, mengapa kalian menangis burung-burungku yang cantik? dan salah satu dari mereka terbang mendekat kemudian hinggap di pucuk sebuah cabang dan berkata: Anak-anak Adam akan segera datang ke ladang ini dengan senjata seolah-olah kami adalah musuh yang mematikan.

Sekarang matahari terbit dari belakang puncak-puncak gunung dan menyapu pucuk-pucuk pohon dengan cahaya. Aku menatap keindahan ini dengan pertanyaan: Mengapa manusia harus mengahancurkan apa yang sudah diberikan oleh Tuhan?

20 Kamis Mei 2004, 12:20:14 PM

Akademi Fantasi Presiden

Rupanya pepatah “Tak semudah membalikkan telapak kaki gajah” sudah tak relevan dipakai untuk menggambarkan perjuangan meraih sesuatu. Mau bukti? Lihat saja fenomena AFI. Di mana begitu mudahnya seorang menjadi bintang yang merupakan mahakarya dari sebuah proses yang sangat singkat, bahkan hampir tanpa perjuangan, tanpa festival, tanpa harus mengumpulkan ratusan piala atau tropi terlebih dahulu. Pokoknya popularitas yang mereka raih begitu mudah untuk diperoleh, Mereka tidak perlu memiliki vokal 7 oktav seperti Mariah Carey, atau suara yang menggetarkan seperti yang dimiliki oleh Josh Groban. Menurut dewan juri dalam program itu, suara mereka bagus-bagus, padahal menurut aku dan mungkin Anda setuju bahwa suara mereka biasa-biasa aja. Jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh aprian, bahwa mereka itu hanyalah produk dari Kapitalisme Humanis yang dikibarkan oleh Indosiar.

Tiba-tiba saja stasiun televisi berlogo ikan terbang itu meraih rating teratas dari semua Stasiun tv lain, alhasil semua TV stasiun ikut-ikutan mengemas sebuah program yaang mirip AFI itu, walaupun dibalut dan dikemasi dengan nama lain atau proses rekruitmen yang berbeda. RCTI lewat Indonesian Idol yang sepertinya lebih bisa menghasilkan bintang yang berkualitas dibandingkan AFI-nya Indosiar. TPI lewat KDI (Kris Dayan….eh maaf maksud saya Kontes Dangdut TPI ). Bukan hanya itu, selain pencarian bakat nyanyi, TV stasiun juga berlomba-lomba mengemas paket acara seperti MOKA, Indonesian Model, dan lain sebagainya. setelah kita sempat diwabahi oleh demam acara misteri-misterian, berita kriminal, dan reality show. Rupanya demam seperti ini tidak hanya melanda Indonesia, Di Malaysia, Kalau tidak salah, NTV-9 juga memiliki Akademi semacam AFI, entah apa sebutannya di sana, lihat saja situs mereka untuk lebih jelasnya. Di Singapura juga terdapat Singaporean Idol, entahlah kalau di negara Asean lainnya, seperti Thailand dan Filipina.

Bagi Anda yang dianugerahi bakat suara bagus, atau talenta lainnya. Acara semacam ini menjadi peluang emas bagi Anda untuk menjadi seorang bintang. Layaknya sebuah sebuah shorcut yang akan mempersingkat waktu dan perjalanan Anda menuju puncak ketenaran akibat adanya promosi yang besar-besaran yang dilakukan oleh pihak stasiun TV. Acara seperti ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang indah,.. eh maaf keingat ama Padi seh, maksud saya sesuatu yang awam, sebelumnya lewat Asia Bagus yang dipandu oleh Najib Ali dan Tomoko melahirkan diva Asia, sekelas Kris Dayanti dan Siti Nurhaliza.

Sungguh beruntung jalan nasib akademia tersebut. Selain memperoleh promosi gratisan, mereka juga bisa mencicipi tempaan dari orang-orang profesional, sekelas Mbak Bertha, Ari tulang, atau Didi Petet. Bahkan begitu beruntungnya, alumni AFI pertama, very dkk, memperoleh pengajar akting sekaliber Alex Komang, Mathias Mucus, Ria Irawan, Rahman Yacob, dan Eeng Saptohadi demi memantangkan akting mereka untuk bermain dalam sinetron Menuju Puncak. Gratisan lagi! Entah bagaimana dengan AFI 2, mungkin mereka langsung main film layar lebar.

Setelah akademia Veri, cowok asal Medan berhasil meraih predikat sebagai Akademia terfavorit (udah benar istilahnya?) pilihan pemirsa melalui pengiriman SMS dan premium call, kini ia disusul oleh akademia asal Semarang, Tia, yang baru saja dinobatkan pada malam Minggu, sekitar pukul 12 malam, tanggal 19 Juni 2004 (udah benar tanggalnya?). Kini mereka, termasuk alumni AFI yang tereliminasi (padahal itu khan ga ngaru ama popularitas mereka, emang seh cuman empat sampai lima akademia yang sempat kepake dalam beberapa produk iklan di TV) akan memasuki kompetisi dunia entertaimen yang konon katanya penuh dengan trik-trik rivalitas. Malah setelah AFI 1 dan AFI 2 sukses menaikkan rating dan mendatangkan profit, Indosiar kini mempersiapkan akademia AFI 3, untuk disulap dari orang biasa menjadi orang luar biasa, dari seorang Cinderella yang hanya seorang anak angkat namun diperlakukan seperti babu menjadi seorang putri yang anggun beralaskan sepatu kaca dan berkeretakan labu, ini buah sihir dari peri. Peri di sini layaknya Indosiar. Dan belum kasetnya sudah habis terjual, kini bersiap-siaplah kita akan melihat wajah-wajah mereka di layar tv lewat balutan Sinetron Menuju Puncak. Malah sekarang tidak hanya berasal dari lima kota besar, namun sudah diekspansi menjadi beberapa kota besar di Indonesia. Termasuk Makassar, my homeland, (wah kayaknya aq bakalan kena virus AFI nich, soalnya salah satu akademia yang lolos ke babak final adalah seorang penyanyi lokal favoritku, Tenri Ukke, liat aja ntar, vokalnya cukup promising deh, lagian dia kuliah di almamater aq). Oh yaa, memangnya Indosiar akan mengadakan AFI ini sampai yang keberapa seh? Sampai yang ke 2000, ke sejuta, khan tidak lucu kalau nanti akan ada akademia AFI 2.949.784. jangan-jangan nanti bakalan ada anak cucuk aq yang ngikutin AFI. Wah sepertinya ntar kalo aq udah punya anak ato cucu, aq bakalan masukin mereka ke sekolah vokal deh, itu kalo AFI nya ga keburu tutup, format acara kayak gitu tuh, cuman trend aja, suatu saat akan ditinggalkan koq. Ya ampun koq aq malah berbicara panjang lebar mengenai AFI, wah guawat nih, jangan2 aq udah ketular ama virus-nya AFI, ihhh, n'ga deh !!!. OK, untuk paragraf di bawah ini aku akan berusaha menghubungkan AFI dengan keadaan politik di negeri tercinta kita, INDONESIA .

Apakah ada hubungannya AFI dengan Pemilu Presiden yang akan dilaksanakan pada tanggal 5 mei nanti? Jawabnya, sangat jelas ada. Buktinya VCD yang diedarkan bersampulkan konser AFI nyatanya berisi Black campaign. Belum lagi kehadiran beberapa Calon Presiden RI dalam puncak acara final AFI 2. Bahkan mereka sempat bernyanyi dan dinilai oleh juri.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama (betul?). AFI memiliki kelemahan dalam proses diskulaifikasi, yang bekennya disebut terminasi upss, maksud saya eliminasi. Dieliminasinya seorang akademia bukanlah menjadi semacam tolok ukur, barometer, indikator, apapun namanya akan kualitas yang mereka miliki. Namun berdasarkan ukuran kuantitas, eh keinget ama Nisya nih, kenapa musti babi seh. Yaitu referensi masukan sms dan premium call.

Kehadiran tiga juri pada setiap malam eliminasi yang selalu memberikan komentar, analisa, kritikan, dan masukan terhadap performa akademia malam itu, yang justru bukanlah sebuah acuan bagi mereka untuk tereliminasi, sehingga semanis apapun komentar juri, atau sepahit apapun kritikan juri, toh itu bukan suatu alasan tereliminasi-tidaknya akademia tersebut. Yang dijadikan pedoman adalah jumlah sms dan premium call yang diperoleh akademia. Sehingga banyak akademia yang harus rela tereliminasi padahal mereka memperoleh respon atau apresiasi positif dari dewan juri. Alhasil objektivitas hampir tidak ada dalam penilaian lewat sms atau premium call. Karena pemirsa tidak terlalu peduli dengan indah tidaknya vokal mereka. Pemirsa justru tersugesti dengan profil akademia yang memperlihatkan kehidupan pribadi mereka. Lantas muncullah iba, kasihan, dan peduli yang akan merusak bahkan menyingkirkan objektivitas.

Nah lho, koq sampe skarang belum cerita mengenai calon presiden? Ia sabar, paragraf ini sudah membahas mengenai itu koq!. Saat ini kita tengah berada dalam putaran kampanye ke-lima capres dan cawapres yang nantinya bakalan dipilih secara langsung-selangsung-langsungnya. Ini sesuatu hal yang sangat baru di negara kita. Tetapi bukan sesuatu yang prematur untuk dilakukan, bahkan kita sudah terlambat memasuki alam demokarasi sejati ini. Para kandidat presiden dan cawapres harus berusaha berpromosi secara besar-besaran, entah melalui panflet, pin, iklan, banner, bahkan situs agar mereka memiliki peluang besar untuk menduduki kursi presiden (Kapan ya diganti dengan sofa presiden?) semakin mereka dikenal rakyat, semakin besar pula peluang mereka. Selain promosi seperti di atas, mereka melakukan safari, kunjungan ke pasar, berdebat di media visual, mengunjungi perguruan tinggi, membagikan kaos atau pin dan kalender (padahal tahun baru udah lama lewat), bahkan mereka tiba-tiba saja menjadi seorang penyanyi. Belum lagi beberapa oknum yang melakukan black campaign guna menjatuhkan reputasi capres atau cawapres tertentu, yang dianggapnya sebagai rival bahkan ancaman. Semuanya bertujuan mengebiri kebebasan memilih rakyat yang sudah terlanjur terpengaruh oleh janji-janji mereka, tersugesti dengan mulut manis mereka.

Lihat saja iklan di tv. Para capres dan cawapres itu, hanya menggembar-gemborkan budi baiknya. Tanpa pernah berusaha memberikan pengakuan bahwa mereka pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Alhasil, rakyat tidak akan pernah tahu, apakah mereka seperti domba, atau malah seperti musang, domba berbulu musang atau musang berbulu domba. Atau barangkali mereka betul-betul seekor domba atau musang. Ah itu sih tidak terlalu berbahaya, bagaimana jika mereka adalah raptor, anaconda, piranha, srigala yang siap menerkam mangsanya, dalam hal ini adalah rakyat.

 

Dengan demikian, sama halnya dengan akademia yang sampai malam final tidak tereliminasi dan berhasil membawa pulang mobil, yang sama sekali tidak ada jaminan buat mereka bahwa betul-betul memiliki kualitas dan kempetensi vocal. Belum tentu juga mereka memiliki picth control yang bagus dan tepat, penghayatan yang dalam, dan bahasa tubuh yang sesuai dengan tema lagunya, tidak bisa membawakan lagu sesuai style yg mereka miliki sendiri dan tentunya menggunakan teknik miking yang betul dan benar. Lho koq aq malah kayak juri-juri itu seh. Dan belum tentu juga yang terelimansi itu atau tersingkirkan atau terdepak itu tidak memiliki talenta, kualitas, dan serta kompetensi. Tidak ada jaminan sama sekali, capres dan cawapres yang terpilih nantinya akan memiliki performa yang bagus, skill yang memadai, mental yang kuat, mampu melakukan manuver indah, menguasai track lurus maupun tikungan, track basah maupun kering….loh..loh..loh koq kaya pembalap F1. Maksud saya, mereka belum tentu memiliki kredibilitas, kapasitas, kualitas yang lebih baik dari pada capres yang tereliminasi. Dalam artian kalah perhitungan perolehan suara.

Yang akan meraih jalan menuju kursi presiden nantinya, menuju Istana Merdeka, tentulah mereka yang punya signifikansi kuat, baik dalam bentuk materi maupun dukungan massa , baik terorganisir maupun tidak. Dan gencar dalam beriklan atau berpromosi. Selain itu dibumbuhi dengan main uang.

Di AFI, keluarga para akademia pun bergerilya agar orang lain mengirim sms yang memang murah itu, apalagi pihak Indosiar meng-agitasinya dengan uang puluhan juta, untuk dukungan buat sang anak, sang sepupu, sang cucu, sang kemenakan, sang calon menantu mereka. Ilustrasi inilah yang juga melanda proses pemilihan presiden nantinya. Mereka pun melakukan gerakan gerilya politik seperti ini, entah siapa yang ketularan siapa, yang jelas nilai kejujuran sepertinya sudah pudar. Para capres ramai-ramai mengunjungi pasar- entah mau belanja apa mereka di sana, mall, pondok pesantren untuk memperoleh dukungan sebesar-besarnya. Memang betul inilah jalur yang sebenarnya dalam berkampanye, dalam berdemokrasi, memperoleh dukungan sebanyak-banyaknya (baca:voting). Tetapi yang harus kita waspadai, adalah bagaimana cara mereka memperoleh dukungan tersebut, halal atau haram, legal atau ilegal. Memang betul bahwa mungkin akan ada orang baik yang terpilih. Entah siapa, tetapi jangan lupa bahwa mungkin akan ada juga orang buruk yang akan terpilih, dan mungkin akan tak sedikit, mungkin pasti, tak sedikit orang baik yang yang tereliminasi.

Tetapi tentunya, dibalik perasasan pesimistis , takut, dan mungkin was-was, tentunya seharusnya kita memiliki sikap optimis, yakin, percaya, bahwa nuans,a demokrasi yang kita rasakan sekarang ini, pemilu presiden nantinya, betul-betul akan menghasilkan pemimpin yang jurur, arif, bijaksanya, berakhlak mulya, dan segudang sikap sifat baik lainnya, yang bermoral, yang membela rakyat. Seekor ayam tentu saja bukan hanya menghasilkan tahi yang busuk, yang jelek bentuknya, tetapi juga menghasilkan telur yang bulat putih perawakannya, enak dimakan, mungkin digoreng, yang mengandung protein, yang tentunya berguna buat kita semua. Apalagi bagi seorang Ade Rai yang membutuhkan 40 butir telur sehari.

 

Prev Next