Teori Penyebab Homoseksualitas

 

mqzf:

Ini muncul dari perjalanan saya menelusuri links, dengan tujuan mencari artikel yang bisa dijadikan sumber tulisan. Saya sudah download seluruh isi situs dari narth, al-tawbah, straightway, dan kemarin saya download situs PCC (People Can Change).

Saya tidak terlalu terkesan dengan halaman awal apalagi layoutnya sederhana sekali dan terlalu gelap (Mr. Perfeksionis kita Ronald Saja pasti akan garuk-garuk ngeliatnya). Tapi ketika masuk ke dalam, saya terhenyak. Membaca penuturan mereka mengenai bagaimana homoseksualitas terbentuk, saya hanya bisa terdiam sementara memori saya menelusuri kembali ke masa kecil. Dan kemudian saya sadar sebagian cerita mereka terjadi juga pada saya.

Rasanya saya jatuh terhempas, benteng pertahanan yang saya bangun dari teori-teori penalaran saya selama ini hancur berantakan. Ternyata benteng itu saya bangun di atas luka yang saya tidak bisa melihatnya.

Soalnya kalo emang kebanyakan dari kita membenarkannya, maka langkah yang kita ambil selama ini ternyata salah. Sepertinya kita mencoba segala macam cara untuk mengobati demam yang kita rasakan, padahal kita sakit tiphus. Untuk itu kita harus melakukan sesuatu yang lain.

Kalo memang itu yang sebenarnya, kita nggak akan cukup dengan ngobrol saja seperti ini. Kita harus melakukan hal yang lebih real.

Semperfy:

Saya jadi teringat The Power of Peer Rejection dan How Groups Work: Coming Out of Gay Identity and Becoming One of the Guys, juga yang baru saya baca Goal: Belonging to The Team (semuanya ada di NARTH), isinya kurang lebih seperti itu, cuma mengemasnya masih lebih mengena yang anda sampaikan (Iya, pake bahasa Indonesia sih). Semuanya itu mengenai hubungan dengan ayah, hubungan dengan ibu, penolakan oleh teman sebaya, yang berujung pada rusaknya identitas maskulin.

Selain itu, FAQ freetobeme juga memuat jawaban atas pertanyaan "mengapa saya suka mengagumi tubuh sesama jenis" atau "mengapa saya suka mengintip teman sekolah di ruang ganti", atau juga "saya sering membayangkan betapa nyamannya dipeluk oleh seorang pria". Aktivitas mengamati dan membandingkan tubuh kadangkala dilakukan oleh anak-2 dan remaja untuk melihat apakah mereka tumbuh dengan normal. Pada kasus SSA, kurangnya perasaan maskulin menjadikan anak merindukan sosok ideal. Pada kasus dimana ada keinginan untuk dipeluk pria, bisa jadi ada kebutuhan yang tak terpenuhi akan hubungan yang hangat dengan ayah. (Coba deh artikel-2 di atas dilihat lagi. Tolong ya, soalnya ini mulai serius)

Mqzf, saya akan memberikan jawaban klise yang selama ini tidak terbukti bisa memecahkan masalah: Hingga saat ini tidak ada solusi tunggal untuk SSA, sementara akar penyebabnya sendiri juga masih kabur (Atau minimal bisa kita katakan bahwa penyebabnya adalah interaksi antara potensi dan lingkungan). Ya, apa yang mereka katakan ada benarnya, baik mengenai penyebab maupun rambu-2. Mengenai solusi, rasanya masih terlalu garis besar dan sederhana. Perlu diperinci lebih konkrit hingga bisa dipraktikkan. Yang kedua, kadang-2 kasus yg beda butuh penyelesaian yg beda juga. Saya nggak tahu gimana riwayat akhi sekalian dan ukhti, dan pendapat atas file-2 tsb. Apakah penyebab dan penyelesaian itu juga berlaku pada kita semua?

mqzf:

Iya saya juga sudah membacanya, tapi tidak bisa menggugah saya dan tidak bisa merasakannya sebagai masalah saya. Sampai saya membaca penjelasan di PCC mengenai mengapa kita suka memandangi sejenis.

Maksud saya, jika memang yang dijelaskan di PCC itu dialami oleh sebagian besar kita, maka kita perlu mencantumkan hal itu dalam situs kita. Kalau perlu kita bikin situs terjemahan dari PCC sekalian.

Saya lupa untuk menceritakan mengenai apa yang membuat saya seolah runtuh pertahanan saya.

Sebelumnya saya sangat yakin kalau hms itu adalah genetik, ditentukan oleh rangkaian DNA pada diri kita. Kalaupun belum ada bukti yang mendukung, itu hanya karena keterbatasan pengetahuan manusia dan belum cukup berkembangnya ilmu yang bisa menterjemahkan DNA manusia. Believing is not seeing.

Hal itu diperkuat oleh keyakinan saya bahwa tidak ada hal luar biasa yang terjadi pada masa kecil saya, yang mengharuskan diri saya akhirnya memilih keadaan ini. Masa kecil saya cukup bahagia.

Tapi ketika saya membaca situs PCC, saya disadarkan bahwa semua itu berakar dari seorang anak yang over-sensitif. Bagi seorang anak yang over-sensitif tidak diperlukan hal-hal yang luar biasa untuk menarik diri dan mencari perlindungan di tempat yang lebih nyaman baginya, yang kemudian tanpa disadari merubah identitas gendernya.

Jadi mungkin bukan hms itu yang genetik, tetapi sifat over-sensitif (yang pasti genetik) yang kebanyakan dari kita memilikinya pada masa kecil (sifat perasa, pemalu, penakut, mudah sakit hati), yang kemudian menyeret kita ke dalam hms.

Itulah yang meruntuhkan keyakinan yang saya pegang erat sebelumnya.

Terserah kepada anda yang lain. Karena itupun belum ada penelitian ilmiah atasnya. Ini semua - meminjam istilah para pejabat - baru wacana. Jika mau dikembangkan lebih lanjut, ya silahkan

Semperfy:

Saya perlu menggarisbawahi maksud baik anda. Dengan mencantumkan file dimaksud, anda berharap timbul resonansi dari ikhwan sekalian (dan ukhti) berupa pernyataan , "Iya ya, ternyata saya juga mengalaminya." Jika semua nya mengalami resosnansi demikian, tentunya akan lebih mudah untuk menyatukan visi-misi serta mennetukan apa yang akan kita lakukan selanjutnya.

However, saya perlu juga bertanya, bagaimana PCC mendapatkan kesimpulan demikian? Kalau saya tidak salah, dari sharing sesama anggotanya 'kan? Nah, jika demikian, seandainya kita juga sharing, apakah juga berakhir di kesimpulan yang sama? Ini bukan untuk mengecilkan motivasi anda, justru sebaliknya.

Dengan menggunakan hasil temuan yang sudah beredar di kalangan ilmuwan merupakan jalan pintas bagi kita untuk menyusun langkah dalam kelompok, misalnya kita nggak perlu berlama-lama sharing, toh hasil temuan ilmuwan (biasanya) bisa digeneralisasikan ke sebagian besar populasi. Masalahnya, dalam ilmu manusia (khususnya psikologi), perbedaan budaya dan lingkungan sosial bisa menimbulkan perbedaan.

Itulah sebabnya mengapa gay liberation movement lebih mudah diterima di dunia Barat daripada di Indonesia. Intinya, kalau sharing serupa kita lakukan, hasilnya mungkin agak berbeda, sehingga solusinya juga beda. Kalau sekedar mencantumin sih boleh aja.

Tapi kalau menganggap bahwa yang kita alami sama persis dengan PCC, masih harus dibuktikan. Nah itulah gunanya konseling dan penelitian. Jadi, sebuah kelompok yg kita impikan nantinya memuat fungsi:
1. Terapetik (medis, psikologis, spiritual);
2. Penelitian (studi/kajian, database);
3. Pelayanan masyarakat (pemberian informasi, edukasi).

Tentu, jalannya panjang dan berat. Tapi kalo ada dukungan teman-2 dan Allah meridhai, siapa takut?

HSR. Ma'ruf:

Lelaki berkromosom xy dan perempuan xx. Mengapa Allah ciptakan lelaki bukannya berkromosom yy saja, sehingga tidak ada unsur feminin dalam dirinya, yang bisa berkembang menjadikannya homoseksual?

Unsur xy belum tentu terdiri secara sama kuat misalnya 50% unsur X dan 50% unsur Y. Adakalanya unsur Y sangat dominan, dan ini yang mendorong mereka menjadi pemerkosa, sadis, dan sebangsanya. Tetapi ada kalanya unsur X sangat dominan hingga menjadikan mereka seperti waria dan yang agak ringanan dikit ya.. jadi homoseksual !

Siapakah yang bertanggung jawab atas penciptaan perimbangan kromosom X dan Y dalam tubuh setiap lelaki? Bapak Ibunya? Dokter kandungannya? Bukan ! Jadi siapa lagi kalau bukan Dia ???

Ronald:

Kalo misalnya lelaki diciptakan yy dan perempuan yang (memang) xx, dan ntar kalo dikawinin, kromosom anaknya jadi apa? xy(1/2 laki 1/2 perempuan)? Tentu lebih parah kan? So, mengenai masalah gen ini, Allah sudah merencanakannya dengan baik. Besides, perempuan yang notabene memiliki kromosom xx, kenapa juga ada yg memiliki sifat kelelakian (kromosom y)? Hayo.... :-)

Semperfy:

Setahu saya, kromosom X merupakan syarat bagi calon manusia untuk bisa terlahir hidup. Jika seandainya kromosom yang 44 itu ditambah dengan satu X, jadilah wanita yang kewanitaannya tidak tumbuh (44+X0, Sindrom Turner), jika 44 autosom itu ditambah dengan satu Y dan 2 X, jadinya laki-laki yang kelelakiannya tidak tumbuh normal (44+XXY, Sindrom Klinefelter). Kalau 44 autosom itu ditambah dengan satu X dan 2 Y, jadilah laki-laki yang sekilas supermacho (44+XYY, Sindrom Nayhan? Aku nggak ingat), namun memiliki gangguan (mental, agresivitas). Kalau Y saja atau YY? Mati!

Jadi, bukannya kromosom itu yang betanggung jawab, hanya setitik segmen kecil yang tediri dari 5 rangkaian asam amino, yaitu segmen Xq28. Masalahnya, penelitian ini tidak bisa direplikasi (diulang) pada kasus lainnya, jadi mesti hati-hati dalam mengatakan bahwa "Homoseksual itu ditentukan secara genetis."Jangan buru-buru mau bongkar pasang gen, apalagi kromosom. Lha wong Dolly saja umurnya pendek, kok.

Keberadaan suatu penyimpangan (de facto) terhadap suatu aturan (de jure) tidak bisa menjadi dasar bahwa aturan itu salah. Apalagi, kita bicara soal hukum Tuhan. Misalnya, dalam Serat Centhini ada deskripsi santri melakukan oral seks, mandi junub, terus melakukan sholat jamaah tanpa rasa bersalah. Itukah gambaran ideal, yang bisa mengalahkan AlQuran? Wah, hebat bener manusia (termasuk si Broery itu), bisa menciptakan aturan yang melebihi aturan Tuhan yang mengatur alam seisinya.

Roy:

Sekedar tambahan... Peneleitian tersebut juga sepengetahuan saya masih selalu dalam perdebatan... selain itu seperti kelainan hormonal ataupun genetik biasanya lebih cenderung terlihat dalam fisik....kumis.. berjakun.. berbuah dada.. berpinggul besar.. suara ngebass..dll..Sedangkan homosek... lebih masalah kejiwaan...

Mungkin lho..Yg jelas kalo penelitian itu terbukti benar bahwa homoseks adalah masalah genetik.. itu berarti homoseks termasuk cacad "FISIK" ... yaitu cacat bagian tubuh bagian gennya... hmmmmm..

Berarti suatu penelitian lanjutan..untuk mencari solusi harus dilakukan.. yaitu berupa operasi genetik.. atau operasi kromosom yg membetulkan kesalahan genetik tersebut menjadi kode genetik yg benar2 milik LELAKI SEJATI... Kalau begini Insya Allah kita bisa sembuh...Whalahu alam..bi shawab..

mqzf:

Operasi genetik? memang bisa?

Setahu saya yang namanya gen itu kan ada pada setiap sel tubuh kita yang jumlahnya berjuta-juta. Dan gen pada setiap sel itu mempunyai susunan yang identik pada masing-masing organisme. Yang kemudian setiap sel akan menterjemahkan gen itu sesuai dengan fungsi sel tersebut. Dan kalau mau merubah kode genetik suatu organisme berarti harus merubah kode genetik pada setiap sel dari organisme tersebut. Mungkinkah? sel kita diambil satu-satu, dirubah gen-nya, dan dibalikin lagi ke tempat asalnya? berapa lama ya?

Buktinya anak-anak cacat mental atau down syndrom, yang jelas-jelas diklaim sebagai kelainan genetik, belum pernah dengar ada yang dioperasi untuk dibetulkan gen-nya. Yang bisa dilakukan pada mereka, barulah dididik dengan kasih sayang agar bisa lebih baik berinteraksi dengan lingkungannya. Bener nggak sih Pak Sem? sampeyan kan pakarnya dalam menangani orang-orang yang tidak beruntung ini...

Rekayasa genetika yang bisa dilakukan selama ini, kalau nggak salah, kan juga dilakukan pada saat pembuahan. Jadi yang diotak-atik dan dirubah cukuplah gen pada sebuah sel telur yang sudah dibuahi. Cuma satu aja. Setelah itu barulah si sel telur berkembang biak membentuk sel-sel baru dengan gen yang identik hingga akhirnya menjadi suatu organisme sempurna.

Rekayasa genetika kayaknya juga lebih banyak dilakukan pada tumbuh-tumbuhan, karena lebih mudah. Sel induk (entah apa itu istilahnya lupa) dirubah gen-nya terus dibiakkan dan ditumbuhkan, kalo ternyata mati ya dibuang. Nggak perlu ada proses hamil dan melahirkan. Nggak tahu udah ada belum sih rekayasa genetika pada hewan? masalahnya hewan nggak bisa ditumbuhkan di cawan patri seperti tumbuhan, harus ditaruh ditempat seharusnya ia tumbuh (uterus atau apa), jadi untuk uji coba nggak bisa dilakukan secara masal.

Si domba Dolly itu juga nggak ada rekayasa genetikanya, dalam arti mengotak-atik gen untuk menjadi domba super. Cuma gen asli yang ada di sel telurnya diganti dengan gen dari domba lain, terus ditaruh dikandungan domba lain lagi.

Kalo boleh nanya, kalo ada yang tahu, sebenernya udah ada yang bisa memetakan DNA manusia secara lengkap nggak sih? Dalam arti sudah diketahui dengan pasti rangkaian DNA ke sekian merupakan kode dari bentuk hidung, yang kesekian bentuk kecenderungan kena diabetes, yang kesekian orientasi seksual dll. Udah sampe kesana nggak sih? Kayaknya belum ya? Soalnya kalo sudah bisa, pasti para trilyuner sudah sibuk memesan anak-anak super dengan gen super yang bakal jadi pemimpin dunia, meski mungkin bakal jauh berbeda dari orang tuanya.

LSP:

Ini mungkin jadi malah OOT tapi karena mqzf nanya soal peta DNA manusia jadinya diterusin ya OOT-nya..... sebentar aja.

Setahu saya ada studi mengenai pemetaan DNA manusia oleh Lembaga Eijkman pimpinan Dr. Sangkot Marzuki. Pemetaan dilakukan untuk berbagai suku di Indonesia. Jadi selain untuk tujuan medis, i.e. untuk memudahkan penanganan penyakit genetik, juga untuk memudahkan manajemen pelayanan kesehatan, karena diduga ada perbedaan kecenderungan masalah genetik bagi setiap etnik.

BTW jadi iseng nih,........ ada nggak ya etnik yang punya kecenderungan homoseksual yang tinggi........ mungkin bukan secara genetik lah....... tapi secara antropologis ...... saya sendiri berasumsi bahwa walaupun rekan Roy benar bahwa homoseksual adalah masalah kejiwaan, tapi karena manusia ini adalah makhluk yang kompleks masalah anatomis (and to some extent perhaps genetics) juga berperan. Berhubung kedua hal ini berperan maka treatment-nya memang idealnya di dua hal ini.... walaupun ini bisa paling tidak ditekan kalau kepribadiannya kuat (i.e. masalah kejiwaannya teratasi duluan).

mqzf:

Pemetaan DNA untuk berbagai suku bisa dilakukan dengan cara membanding-bandingkan sekian banyak DNA dari masing-masing etnis dan terus dicari kesamaan-kesamaan yang signifikan pada tiap etnis. Dan belum berarti udah bisa tahu, DNA nomer sekian untuk rambut keriting, nomer sekian untuk mata sipit dll.

Etnik yang cenderung HS?....... Pasti etnik ini bakal cepet punah dari muka bumi pak...... karena regenerasinya lambat........karena nggak banyak yang married dan punya anak............. Sama seperti pernyataan bahwa "impotensi itu diturunkan" :)

Wallahu 'alam, yang pasti belum ada manusia yang mampu memecahkan misteri ini. Namanya juga cuma mahluk, nggak bakalan bisa menguasai seluruh ilmu Penciptanya.

Kayaknya so far belum ada yang melakukan treatment dari segi biologis atau genetis. Baru ada treatment dari segi psikologi untuk masalah kita ini.

Haykal:

saya baru mendapati email lewat milis kantor, disana ada gambar tangan kanan, menurut penelitian, jika jari manis sama tingginya dengan telunjuk, ada kemungkinan orang tersebut 'gay', terus saya bandingkan dengan jari ditangan saya, dan memang betul! saya jadi takut ketahuan ama temen-temen kantor, walhasil seharian tangan saya masuk saku celana ha..ha....

Sekarang coba perhatikan jari tangan sahabat-sahabat sekalian, dan ceritakan di milis ini , saya hanya ingin tahu berapa banyak yang hampir sama panjang dan berapa banyak yang nggak?

Ronald:

Jari manis saya lebih tinggi daripada telunjuk, tapi...mmhh..

Edi Hasan:

Jari manis saya hampir same panjang dengan jari telunjuk...??? nha lho..

Semperfy:

Buat informasi, jari manis saya lebih panjang drpd jari telunjuk

mqzf:

Jari manis saya lebih panjang 1 cm! Buat yang lagi bikin riset jari..... (udah cukup buat membatalkan klaim itu belum?)

Handy:

Ndak bener itu.. khok ya masih percaya gituan sih..?? Kalau kata riset itu, aku nih ndak g.. Mbok ya kalo gitu-2 tuh ndak usah dibahas lah.. ndak ono untung-e cuma gosip doang.. sama ama masalah ukuran sepatu.. Khan katanya tuh muslim harus smart

Haykal:

Riset jari ini nggak usah ditanggapi terlalu serius lah mas Handy, santai aja! Saya ralat bahwa jari saya tidak sama panjangnya, kadang memanjang kadang memendek ha..ha....

mqzf:

Ada teori yang mencoba menjelaskan hal itu. Lingkungan akan selalu menuntut anak laki-laki untuk berperilaku maskulin. Karena kita-kita ini sisi maskulinnya kurang, maka kita mencarinya dari luar untuk memenuhi kebutuhan itu. Karena kita merasa tidak mampu menumbuhkannya sendiri dalam diri kita. Sehingga kita mengagumi sosok-sosok maskulin yang sesuai dengan bayangan ideal kita. Lama-lama kekaguman itu tumbuh menjadi keinginan untuk terlibat dengan mereka. Dan ketika hasrat seksual mulai tumbuh, jadilah kekaguman itu beralih menjadi ketertarikan seksual, karena ingin merasakan kedekatan yang lebih dalam lagi.

Itu cuma teori, entah bener entah enggak, silakan diselami sendiri ke dalam diri masing-masing.

Andy Satria:

Dalam dunia psikatri ( kedokteran jiwa) sampai saat ini homoseksualitas belum ditemukan apa yg jadi penyebabnya. Banyak teori yg memcoba menjelaskan mengapa terjadi hal tsb, namundari berbagai penelitian yg mencoba membuktikan teori tersebut memberikan hasil yang saling bertolak belakang. Dan ini sama halnya mengapa seorang menjadi heteroseks, ini pun blm ada penjelasan mengapa ini ter jadi.

Haykal:

ada juga lho yang penampilanya maskulin abis, tapi ternyata G juga, mungkin meskipun penampilanya maskulin, tapi jiwanya gak maskulin. Ada juga yang penampilannya cenderung 'feminin' tapi gak ada kecenderungan G, mungkin jiwanya dia udah maskulin. Jadi kebutuhan kemaskulinan itu lebih mengarah pada jiwa, jika jiwa kita kurang maskulin, dan akan diterjemahkan dalam penampilan fisik yang maskulin (?).

mqzf:

Hingga saat ini memang belum ada teori yang bisa mengungkapkan dengan pasti mengapa seseorang dilahirkan dengan kecenderungan G. Teori yang saya tulis kemarin itu juga entah benar entah tidak, karena kita sendiri mungkin tidak mampu mengingat dan menyadari sepenuhnya apa yang terjadi pada masa kecil kita. Namanya anak kecil ya cuma mengikuti nalurinya saja, belum bisa mikir jauh.

Musafir:

saya setuju dengan pendapatnya bahwa itu semua kembali dari dari dalam.... saya pernah menganalisa......mengapa seorang pria bisa menjadi gay... dan sampai pada kesimpulan ketidaka seimbangan emosi menjadi salah satu faktornya... dalam hal ini bukan emosi dalam ruang lingkup yang kecil melainkan emosi yang lebih luas... artinya...jika seorang anak laki-laki...sangat dekat dengan ibunya...maka dia kehilangan keseimbangan emosi menyangkut figur seorang ayah...ini banyak di alami mereka yang hannya mempunyai single parents...atao pun sebaliknya...kehilangan figur seorang ibu pun ada dampak bagi sang anak di kemudian hari....

ketika masuk masa puberitas...itu akan mendorong pada kecenderungan seksual yang telah lama tertanam sejak masa grow up..(wahhh jadi berteori dehhhh....soryy yachhh) yang jelas bagaimanapun terapi nya itu akan berpulang pada diri kita....dan memang kita tidak bisa berharap untuk menjadi 100 % straight...karena secara umum pun laki-laki normal punya prosentasi menyukai sejenis walau prosentasinya nggak sebesar yang sakit...

mqzf:

Teori emang banyak pak, tapi kasus SSA juga ada banyak jenis yang menjadi penyebab. Tiap kasus memiliki spesifikasi yang berbeda-beda bagi setiap orang dan penanganannnya juga akan berbeda-beda. Dan pada tiap penyebab ternyata tidak pada setiap anak yang mengalami hal itu akan timbul SSA.

Pada masalah saya, saya memang dekat dengan ibu tapi saya tidak merasa kehilangan figur ayah. Dan saya sudah merasakan hal ini sebelum ayah saya meninggal (waktu saya 8th).

Menurut pemahaman saya, sebenernya kita ini sudah membawa bibit dari sananya untuk timbul masalah ini. Yang kemudian dengan pengaruh lingkungan dan segala macam muncullah dia ke permukaan.

Wallahu'alam

Handy:

Mau dikit bagi crita: Kasusku tuh khok kayaknya dari kecil sih..?? masih umur 5 tahunan, aku udah ngeliat foto co cakep, dan pakek naksir lagi..Terus itu berlangsung untuk orang2 yg berbeda sampai kuliah, tapi ndak berani ngapa2-in.. Baru "ngerasain" sekitar 24-an..

Nah.. kalo itu gimana nih..?? katanya anak umur 5 thn masih bersih.. mosok sih waktu itu aku udah ada yg ngajarin..?? Emang sih, waktu di smp, ada yg "ngerjain" aku, tapi aku di fihak yg pasif.. kagak ngarti waktu itu..

Aku udah nggak mempersalahkan dari mana SSA ku, yg aku kerjakan tuh sekarang gimana caranya bisa menghindar.. itu aja..

Lagian, sapa tahu di milist ini ada "dukun" yg bisa nyanthet aku jadi str8, amien.. (heheh cari gampangnya..) Kalo aku pikir-2, khan cuma "ahhhh" doang aja tho..?? Padahal Allah udah ngejanjiiin yg jauuuuhhhh lebih baik dari itu..

Tedja:

saya sedang senang berteori dan memikirkan kenapa seseorang menjadi tertarik ke sesama jenis nih. saya belum banyak memiliki referensi yg ilmiah dan penelitian ttg kaum homosexual. referensi saya baru dari Al Quran, pemikiran pribadi dan pengalaman pribadi nih. ada yg bantu ngasih referensi dan penelitian2 ttg ini gak.

saya berpendapat bahwa gay itu muncul akibat dari lingkungan. tetapi ada pendapat mengatakan bahwa faktor genetik jg menentukan, saya gak sependapat nih, ada yg bisa ngasih referensi gak ?? biar ada dasar yg kuat nih kalo mo ngungkapin pendapat dan saling berdebat kenapa sih seseorang menjadi menyukain sesama.

mqzf:

Sampai sekarang belum ada yang diyakini semua pihak sebagai pendekatan yang paling sesuai untuk semua kasus. Bahkan NARTH (National Association for Research and Therapy of Hs) lembaga yang selama bertahun-tahun menspesialisasikan diri dengan masalah terapi homoseksual, dimana di dalamnya juga termasuk usaha mencari penyebab munculnya SSA, hingga sekarang belum mempunyai kesimpulan final dan masih terus melakukan risetnya.

Kumpulan kesimpulan dari beberapa penelitinya bisa dibaca di http://www.narth.com/docs/bornway.html yang sudah saya terjemahkan di web site kita di http://www.oocities.org/hijrah_web/html/sains002.htm

Salah satunya dari Asosiasi Psikolog Amerika: "Berbagai teori telah mengajukan sumber-sumber yang berbeda untuk orientasi seksual... Namun, banyak peneliti berbagi pandangan bahwa orientasi seksual dibentuk untuk kebanyakan orang pada usia sangat muda melalui interaksi rumit dari biologis, psikologis, dan faktor sosial."

Kalo peneliti yang berkompeten di bidang ini aja masih bingung, apalagi kita-kita?

<< Sebelumnya | Indeks Diskusi | Selanjutnya >>