Terapi
Mengatasi Homoseksualitas
A.Akbar:
Saya sudah hampir 30 tahun berjuang menghadapi kecenderungan ini. Hampir
semua jalan sudah saya tempuh. Konsultasi psikiater, mengikuti petunjuk
buku-2 psikologi, olahraga, ke tempat Kyai dsb (Nantikan kisah
selengkapnya). Alhasil kecenderungan ini masih tetap bersarang, meski saya
sudah punya istri dan 3 orang anak. Jadi saya berkesimpulan terapi-terapi
itu efektif untuk membantu kita mengendalikan nafsu liwath itu, tapi bukan
merubahnya menjadi purely straight. Nanti kita kecewa kalau mengharapkan
itu. Saya melihat peranan milis seperti ini justru amat sangat penting untuk
managemen nafsu liar ini. Jadi kita semua sedang dalam proses terapi.
mqzf:
Jadi nggak sabar membaca kisah lengkap dari anda pak Akbar. Apalagi anda
telah berusaha mencari bantuan dari berbagai jalan, dan ternyata sepertinya
semuanya berinti pada pengendalian diri, bukannya berusaha berubah menjadi straight.
Saya sempat mencoba mencari-cari apa dan bagaimana yang dimaksud
dengan "reparative therapy" atau "conversion therapy" yang sering
diberikan kepada pasien para psikiater/psikolog yang mengalami
SSA untuk mengubah kecenderungan seksualnya. Tapi tidak pernah
nemu yang dengan gamblang menjelaskan hal tsb. Kecuali satu
situs www.peoplecanchange.com
yang menjelaskan secara lebih detil mengenai proses konversi,
meski saya belum yakin dengan ke-valid-annya.
Saya juga mencari-cari kisah-kisah konversi dari mereka yang
muslim, ternyata tidak dapat saya temukan. Kisah konversi kebanyakan
dari kalangan Nasrani. Rekan-rekan dari StraightWay (www.straightway.org.uk)
yang yakin dengan kemungkinan untuk berubah juga tampaknya kesulitan
untuk mendapatkan kesaksian dari kalangan muslim sendiri.
Andy Satria:
Dalam pandangan psikiatri sekuler saat ini homosekksual tidak
lagi digolongkan sebagai gangguan jiwa. Ini didasari bahwa
diluar maslah orientasi seksnya org dgn homoseksual memiliki
potensi dan kualitas yang sama dari segi skil dan intelektual
dgn yang heteroseksual jika mereka diberi kesempatan yg sma
dgn heteroseksual.
Saat ini di anjurkan untuk " Berhentilah mengubah orientasi
Seks orang homoseksual" . Dalam psikiatri juga saat ini
homoseksual sudah dikeluarkan dari daftar gangguan jiwa, dan
ini telah diadaptasi oleh kedokteran jiwa indonesia.
Mengotak org dgn orientasi seks malah akan membentuk suatu
stigma, yang malah akan membuat diskriminasi dan ini tdk
menguntungkan sma sekali.
Roy:
Kalau tidak salah yg menjadi gangguan kejiwaan bukan
G-nya.. tp gangguan jiwa akibat dari G, misalkan karena
tidak bisa menerima kondisinya sehingga menjadi stress
atau depresi dll. Akan tetapi kalau dia bisa menerima
dirinya G, bahkan bisa menikmati.. bahkan jadi pilihan
hidupnya.. dan tidak menimbulkan dampak psikologis lain
yg negatif.. malah dikehidupan lain dia tetap positif
bisa berprestasi dll.. dia tidak bermasalah dg G
nya...thd kejiwaan lainnya
Yg jelas.. apabila kita berhijrah G tetaplah harus
dijadikan masalah tuk dicarikan solusinya..
wallahu'alam
mqzf:
Tentang apa kecenderungan G bisa dirubah juga belum bisa
dipastikan. Tapi yang pasti terapi untuk merubah orientasi
seks saat ini sudah tidak dianjurkan. Hal ini jelas
menimbulkan kerawanan. Mereka yang merasa memiliki
kecenderungan G jadinya seperti tidak punya jalan lain kecuali
menikmati hidup sesuai keinginan.
Peniadaan terapi bagi G, tidak lepas dari semangat hedonisme
dan kapitalis yang membuka lebar-lebar kesempatan untuk
merasakan kenikmatan dunia. Lobby kaum G di US yang cukup
solid mampu memaksakan peniadaan terapi tersebut. Dan kita
bangsa yang cuma bisa mengekor saja dengan apa kata orang
barat :(
Handy:
Terapi-ne piye no...
SOP-nya udah ada belon..??
Andy Satria:
Memang dlm teori psikiatri yg diadaptasi saat ini berasal
dari teori psikiatri sekuler baarat dimana dihitung dari sudut
untung ruginya. Nmun tidak ada salah nya ini sebagai masukan
bagi kita sebagai bahan pembahasan. Sebab sebaik apa pun suatu
solusi yg ditawarkan akal manusia blm ada yg menyelesaikan
masalah manusia dan kehidupanya dengan tuntas. Manusia
memiliki keterbatasan , maka disinilah peranan nilai moral
agama untuk kita menerima keterbatasan itu
Haykal:
Saya pernah main ke ponpes Suryalaya didesa Suryalaya
Kecamatan Ciawi- Tasikmalaya, disana ada metode Tarekat
Qadariyah Naqsabandiayah(TQN), selain merehabilitasi korban
ketergantungan narkoba juga ternyata dapat membantu
'meluruskan' penyimpangan seksual.
Metodenya terdiri dari Dzikir, Sholat dan mandi. Waktunya
relatif, untuk tahap awal treatment-nya selama 40 hari.
Terdiri dari beberapa tahapan, yang pertama taubat.
Dilanjutkan dengan tahap-tahap selanjutnya.
Aku rasakan suasanaya adalah supaya lebih bisa mendekatkan
diri pada Allah, sehingga hati kita menjadi jernih, dan tak
kurang mereka melakukan 116 rakaat sholat sehari semalam,
dzikir disetiap setelah selesai sholat. Dan pada beberapa
kasus ketergantungan narkoba, para santri dimandikan kalau
lagi kumat. (kalau lagi kumat, mandiin saja)
Tapi saya belum tahu efektifitas dari program ini, terutama
setelah santri kembali kepada lingkungannya.
mqzf:
Baru maen doang ya kesananya? kirain udah ikut...
Pengen tahu juga sebenarnya sejauh mana keefektifan
terapi-terapi ini.
Jadi kalau kumat dimandiin aja nih :D
Tedja:
tentang terapi........hmm mungkin itu efektif jg sih. tpi
apakah temen2 sudah sering berdoa dg doa nabi LUth......... di
surat para penyair (As syuara? maaf kalo salah
nulisnya)....... kalo gak salah doa beliau : Ya Allah
hindarkanlah keluargaku dari perbuatan kaum mereka. mungkin
doa itu bisa jadi salah satu terapi efektif bagi kita :)
mengapa sih untuk istiqomah itu berat sekali hiks hiks
...........
mqzf:
terapi yang berbasis agama, Wallahu'alam.
Allah Yang Maha Kuasa bahkan atas setiap helai daun di muka
bumi, bisa melakukan apa saja. Yang mampu saya lihat dari
terapi dzikir, do'a dan berbagai ritual, semuanya bertujuan
agar kita lebih memahami makna hidup ini bukan semata mencari
kesenangan. Dengan dzikir dorongan nafsu bisa ditekan dan
pikiran nggak lagi cenderung mikir jorok mulu, soalnya bibir
dibiasakan mengucap lafadz2 Allah. Tapi kalau sampai bisa
merubah kecenderungan seksual, itu membutuhkan campur tangan
lebih lanjut dari Sang Penguasa Alam.
Boedhi:
Saya mau berkomentar tentang yang mas Haykal bilang
yaitu tentang Tarekat naqsyabandiyah,.. Saya
menyarankan klo kita harus berzikir dengan metode
berdasarkan Tarekat Naqsyabandiyah.. udah banyak
surau-surau yang menggunakan metode ini dibawah
Yayasan Prof.Dr.H Kadirun Yahya.
Insya Allah, dengan berzikir hati menjadi bersih dan
pikiran pun tenang dan jernih...Amienn..
A.Akbar:
Saya ikut memberikan rekomendasi kepada teman-teman untuk
belajar berdzikir dengan metode tarekat. Tidak masalah tarekatnya apa, yang
penting baik.
Secara khusus saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa dalam proses
hijrah saya ketika saya berkunjung ke Pesantren Suryalaya tempat belajar
Tarekat Qodiriyyah dan Naqsyabandiyah dan bertemu dengan Abah Anom. Dengan
metode dzikir jahar (suara keras) nafsu-nafsu yang bersemayam di hati bisa
kita kendalikan. Sementara dzikir khofi (tersembunyi), membawa kita lebih
dekat kepada Allah. Saya juga pernah belajar dzikir lewat metode Tarekat
Naqsyabandiyah dari Prof. Kadirun Yahya. Kedua tarekat ini bagus. Tergantung
mana yang cocok untuk kita.
Alaa bi dzikrillahi tatmainnul qulub
(Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi
tenteram)
Roy:
Bagaimana kalau Majelis Adzikra nya Ust. M Arifin Ilham yang lagi Trend
di Jakarta dan sekitarnya..
Yg Jelas.. Sekedar berbagi cerita..pengalaman saya.. Titik Balik
pencerahan adalah setelah ikut Dzikir bersama beliau...
A.Akbar:
Menurut saya dzikir ustadz Arifin atau AA Gym juga bagus. Pokoknya yang
penting dzikir. sedang metodenya bisa macam-macam. Yang mana yang cocok bagi
kita saja ... Cuma kalau dalam tarekat memang kita harus berhadapan secara
pribadi dengan yang memberi pelajaran (mursyid) atau wakilnya
Roy:
kesimpulan salah satu kiat berhijrah :
BERDZIKIR !!! BERDZIKIR !! DAN BERDIZIKIR
|