Berbagi
Cerita
Need
More:
Mau tanya˛ nih;
Apa benar umumnya gay itu berasal dari didikan single parent
(hanya ibu).. Gimana member di sini?.. Kalo aku iya.. sejak
kecil.. sudah ditinggal Ayah/Bapak.. :.(
Handy:
Ndak
itu ndak bener, malah aku ndak pernah tuh ketemu yg single parent,
kalau menurutku tuh dari sononye..
Nah,
yg suka laki-2 kerna faktor lingkungan umumnya (ndak selalu
lho..) bisa menjadi bi saja.. jarang aku tahu bi yg dari sononye..
Dari lingkungan, misalnya :
- single parent
- anak terakhir
- ayah/bapak yg kurang deket
- pergaulan (ini yg payah nih..)
Nah,
kalau kita sadar kita kerna lingkungan aja, dan masih ada ketertarikkan
(turned on by) perempuan, seharusnyala mempergunakan asset itu
untuk ndak main-2 ama laki-2..
Rengga:
Alhamdulillah
gw masih punya kedua orang tua... Gw juga anak pertama....
punya dua orang adik, 1 perempuan, dan 1 lelaki Hubungan gw
sama kedua ortu juga sangat baik.... terlebih sama bokap...
(He's a role model for me...) Nggak ada sebab2 khusus
yang menjadikan gw seperti ini... Tapi kenapa gw jadi seperti
ini? Wallahu Alam... Hanya Allah SWT yang tau...
Mungkin
ini adalah cobaan yang diberikan-Nya untuk kita... Cobaan yang
mungkin cukup berat bagi kita... Namun tetap harus kita hadapi....
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Dia
tidak akan memberikan cobaan yang tidak dapat dihadapi oleh
hamba2-Nya... Dia pasti akan menolong hamba2Nya yang senantiasa
beriman kepada-Nya... Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
maghfirah dan petunjuk-Nya kepada kita semua... Amin Ya Rabbal
Alamiiin...
Mqzf:
Saya
jadi teringat ke masa kecil saya dulu yang juga cenderung feminin.
Tapi karena lingkungan yang menganggap hal itu adalah sesuatu
yang tidak pantas, perlahan-lahan sikap feminin itu bisa dihilangkan.
Apa
rekan-rekan juga mengalaminya. Ada nggak yang tidak mengalami
hal tsb?Apa memang benar, kita ini memiliki “female soul” yang
berada dalam tubuh laki-laki? Sehingga kita tertarikkepada sesama?
Rina:
Rina
kira sih temen-temen juga punya female soul, selama masih tertarik
pada sesamanya, bedanya sama rina adalah penampilan fisik temen
temen aja yang tetap sebagai pria. Memang benar sih, lingkungan
saat rina kecil yang mempengaruhi kelakuan rina saat ini, waktu
kecil lingkungan dan perlakuan terhadap rina mendukung hal ini,
so begini deh jadinya ... rina sih enggak mau pusing mikirin
yang udah-udah, rina jalanin aja sambil berusaha untuk tidak
semakin jauh.
Semperfy:
Saya tidak tega mengecewakan anda dengan mengatakan bahwa jiwa kita bukanlah jiwa perempuan,
karena pada dasarnya semua jiwa memiliki bagian yang feminin dan maskulin
Need More:
Oh, iya.. ada pertanyaan lagi nih;
Apakah klo kita menikmati (melihat/memperhatikan) fisik laki˛ lain (porno/tidak),
dan kemudian kagum (ato malah sampai tertarik secara nafsu syahwat)..
apakah udah termasuk zinah yang besar?...
Trus apakah kita hrs memalingkan pandangan spt anjuran Rasul kepada laki˛ thd wanita?
..khan gak mungkin sptnya.. ntar, malah dicurigai lagi...:0)~
Need More:
Ada bbrp hal yg menggaggu di pikiran nih;
-Apa bener orang yg merasa dirinya gay, bisa mencirikan seorang laki˛
lain yang memiliki kecenderungan sama, meskipun dgn kapasitas berbeda?
-Pernah baca artikel yg menyatakan bahwa kaum gay itu mempunyai kelebihan
dalam tingkat kecerdasan, apa benar? trus apa yg rekan˛ rasakan (prestasi)
pada diri masing˛? dan perlakuan orang di sekitar rekan˛?
Handy:
Nyang nomer atuk :
Betul, tapi selama orang lain itu juga mengeluarkan sinyal kalau
dia gay, ambil contoh gay yg genit, itu dengan mudah unt di
liat sinyalnya, yg macho pun bisa juga, asalkan dia memberi
response atas sinyal yg kita beri.. kayaknya ada aura gay deh..
Tapi saya sering juga salah sinyal, kerna makin kita masuk ke
dalam duni gay, dalam arti sering banget "main", kumpul ama
sesama gay, makin mudah kita unt menebak seseorang gay, dan
makin mudah orang lain menebak kalau kita gay..
Nyang nomer dua:
Ndak tahu tuh kalau smart, yg sering aku temui, dan aku rasakan
sendiri, gay tuh banyak yg possesif, ini malah bikin serem..
Makanya aku sering pakai rasio, kalau udah merasa posessif gitu..
dan off course minta petunjuk Nya.. Nyang jelas lagi, aku pinter
cerdas smart.. hehehehe.. ndak khok.. becanda Menurutku sih,
gay tuh ndak ada bedanya ama ndak gay, ada yg jelek, ada yg
cakep, ada yg bego, ada yg pinter, ada yg gede, kecil, sama
lah.. Yg genit pun belum tentu gay lho.. Ada juga pemikiran
salah tentang gay, di amrik tuh, cewe-2 pada hati-2 ama cowo
cakep, soalnya kata mereka, yg cakep tuh biasanya gay.. kata
mereka, yg cakep tuh kalau ndak udah laku, playboy atau gay..
Rengga:
- Ya apabila Anda sering bergaul dengan sesama gay
- Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan...
Kaum gay cenderung memiliki sifat/sisi kewanitaan...
biasanya yang diadopsi adalah sifat perasa (peka) dan rajin serta teliti.
Jadi kesimpulannya, mungkin bukan dari sisi tingkat kecerdasannya,
melainkan dari sifat rajin dan teliti itu, sehingga banyak kaum gay yg berhasil.
Semperfy:
- Banyak orang (terutama gay) beranggapan bahwa sesama gay saling
mengenali, atau gay bisa dikenali melalui ciri-2 ttt. Di sisi
lain, sebagai orang dengan kecenderungan homoseksual, baik gay
maupun non gay, punya kerinduan untuk bisa hidup tanpa dibebani
tekanan akibat 'perbedaan' yag dimilikinya dalam bermasyarakat,
berhubungan, bercinta, dll. Perlu diwaspadai, bahwa hal ini
bisa membuat kita 'terlalu peka' dengan stimulus yang dilontarkan
oleh laki-2 ttt, dan kita mempersepsikan bahwa ia juga 'sama'.
Bisa jadi demikian, bisa jadi itu merupakan proyeksi kerinduan
kita akan kebersamaan dengan kekasih yang sejenis. Jadi, nggak
heran kalau pada akhirnya kalau para gay dikenal sebagai biang
gosip (ini diakui oleh salah seorg rekan gay saya). Korbannya?
Guruh Sukarnoputra, Denny Malik, Ricky Martin, Syahrul Gunawan,
dkk. Bener salahnya, wallahualam. Kita serahkan semuanya pada
Allah SWT.
- Ah, sama aja kok. Aku juga tahu banyak gay yang ndesit, norak,
bego, gila, meskipun ada juga yang pintar, berprestasi, dan
sukses. Boleh dibilang bahwa atribut-2 itu tidak ada hubungannya
secara langsung dengan homoseksualitas; Kecuali yang bisa dicari
hubungannya, misalnya karena kerap ditekan lingkungan (secara
nyata atau fantasi aja), maka seorang laki-laki bisa terpacu
untuk mencapai prestasi tinggi demi membuktikan bahwa ia tidak
seburuk yang dikaakan oleh lingkungan; Atau malah sekalian aja
menceburkan diri dalam dunia prostitusi. Naudzubillah.
Namun saya pribadi merasakan bahwa, tergantung pada bekal yang
dimiliki, mendapatkan cobaan ini membuka mata saya bahwa dunia ini
tidak hanya berisi kesenangan saja. Orang bilang ini efek Sader-But-
Wiser. Saya pernah menyinggung bahwa rekan-2 pria kita yang tidak
mendapat cobaan seperti ini cenderung lebih mudah untuk
berpartisipasi dalam guyonan porno, fantasi kejantanan laki-laki yang
diukur dari kemampuan menaklukkan perempuan, dari segi jumlah,
ukuran, performa di ranjang, dll. Jika disebut 'perkawinan', maka
yang terpikir adalah bagaimana cara mencapai kepuasan pada malam
pertama (dengan asumsi, kalau laki-2 puas, maka perempuan juga pasti
demikian). Sementara kita mungkin lebih berkonsentrasi bagaimana
menyenangkan istri kita,, bagaimana pernikahan sebagai ibadah, dll.
Sahabat saya tentu saja iri melihat kemampuan saya untuk bisa selalu
diterima dengan hangat oleh rekan-2 perempuan, sementara ia yang
berusaha dengan keras selalu dijauhi. Saya bilang, "Tentu saja, aku
berhubungan dengan mereka murni niatnya berteman, tanpa tendensi
seksual; Sedangkan kamu? Belum apa-2 sudah kelihatan dari mata dan
senyummu yang mesum itu."
Need More:
Tapi masih ada yg gak mudeng.. heheehhe:
Apa hubungannya feminim/centil dgn gay, bukankah pada setiap laki˛
ada sifat feminim juga (meskipun kecenderungannya yg beda)..
Dan bahkan Rasululahpun dikenal dgn orang yg lemah lembut.. tul gak?...
tapi lihat.. istrinya 9.. hehehehe.. :)
Semperfy:
Masyarakat kita masih mengkelaskan gender menjadi dua: Feminin milik
cewek, dan maskulin miliki cowok. Feminin mewakili kualitas seperti
lembut, sabar, sopan, teliti, sabar, dkk yang dihubungkan dengan
cewek. Jika ada cowok yang memiliki kualitas spt itu, maka masyarakat
cenderung mengnggapnya sebagai penyimpangan, karena itu bukan
kualitas maskulin. Ini sebenarnya nggak adil.
Tapi feminin ini jangan diartikan sebagai endel, lembeng, ganjen,
centil, ketimpring, atau kemayu, ya. Biasanya waria atau sebagian gay
yang memilikinya, dan tentu ini jelas merupakan peyimpangan dari
kualitas maskulin.
Rina:
Soal feminim itu, umumnya aku punya sifat itu, apalagi kalo
lagi pake baju perempuan... ha ha.. tapi enaknya aku juga punya
sifat tegas seperti umumnya cowok... enak juga punya dua sifat
seperti itu....
mqzf:
Daripada bengong, gimana kalau kita angkat topik yang
ringan-ringan dan tidak usah terlalu serius?
Saya tergelitik untuk menanyakan pada temen-teman semua "Suka sepakbola
nggak?"
Ini didasari kenyataan dari sebagian besar cerita
teman-teman dengan SSA yang ternyata tidak suka dengan
sepakbola, baik itu nonton di TV apalagi memainkannya
di lapangan. Sementara sebagian besar teman-teman
hetero begitu maniaknya mengikuti perkembangan setiap
pertandingan liga Italia, Inggris dsb sampe rela nggak
tidur semalaman, mengkoleksi berbagai macam
merchandize dari klub kesayangannya dsb. Kalo anda
gimana? suka sepakbola?
Saya sendiri tidak terlalu suka. Nonton aja jarang
apalagi main di lapangan (dulu kalo pelajaran olahraga
di SD atau SMP disuruh main sepakbola, saya milih jadi
"back" yang dibelakang terus nggak usah ngejar bola,
kalo bola nampak datang ke arah saya saya malah
menjauh dan pura-pura menjaga dari sisi lain...... )
Kalo maksain nonton, saya malah bingung, apa to yang
ditonton? bolanya, pemainnya, wasitnya? sering-sering
bengong sendiri dan malah nglamun ke masalah lain.
Nunggu gol? aduh lama sekali itu, dalam satu jam
setengah berapa gol yang bisa diharapkan? kan mending
tidur....
Cuma yang aneh, waktu Piala Dunia di Jepang Korsel
kemaren saya bisa ngikutin tuh. Saya bisa merasakan
semangat persaingan dalam kompetisinya sehingga bisa
agak menikmati nonton bola, apalagi kan siarannya sore
hari. Setelah Piala Dunia habis saya coba nonton
pertandingan di liga-liga, kok bengong lagi...
Ada komentar? Komentator sepak bola kan udah banyak
tuh, sekarang kita cari komentator yang tidak suka
sepak bola.
Kalau perlu saya ajukan pertanyaan yang kontroversial
"Apakah ketidaksukaan dengan sepakbola bisa menjadi
salah satu karakter umum dari seseorang dengan
same-sex attraction?"
Fendy Ahmad:
Saya adalah mania sepakbola meski saya seorang "G". Dan kalau ingin melihat
asyiknya nonton sepak bola, kamu bisa perhatikan bagaimana seorang pemain
mempermainkan bola dgn lincahnya hingga akhirnya menciptakan gol meski di
jaga beberapa pemain lawan. Atau bagaimana lincahnya kaki seorang pemain
mempermainkan bola atau bagaimana kerja sama team dalam membangun serangan
utk menciptakan gol di gawang lawan. Dan itu bisa dijadikan motivasi bagi kita
utk saling bekerja sama di dalam memecahkan suatu masalah/persoalan.
Handy:
Kita-2 ini sama khok ama yg lainnya (non-g).. cuma
kita lebih disayang ama Dia.. soalnya diuji..
diperhatiin..
Dari pada Dia nyuekin kite..?? hayoo..??
Jadi, ada yg suka bola, suka racing, panjat tebing,
ada yg jorok, dll.. tapi ada juga yg suka musik,
ngejahit, rapih, trendi, dll..
Bedanya cuma kita suka am kite, itu aja khok..
mqzf:
He he he, ternyata pertanyaan saya terlalu naif ya?
mencoba membuat generalisasi atas sesuatu yang sangat
variatif.
Ronald:
Wuah, lagi ngebahas topik sepakbola ya. Saya juga suka sepakbola (tapi nonton doang)
. Hhmmm, memang kita gak bisa mengambil kesimpulan secara universal kalo yang punya
SSA itu gak suka sepakbola. Minimal pasti pada suka olahraga kan? Walaupun itu hanya
‘sekedar’ jogging atau badminton. Kenapa? Karena kita masih punya sifat kelelakian
kita. Olahraga itu (at least nonton) bagi laki2 itu sama pentingnya kalo ada sale /
discount di supermarket buat cewek2. Jadi, yah bagian dari kehidupan kita lah.
Semperfy:
Ah elo ini Ron, berarti saya ini kurang 'laki-laki' karena nggak
suka sepak bola...
Noeg:
OoT (out of topic) bentar boleh gak? cuma mau bagi uneg-uneg.
Kenapa sih orang-orang sekarang begitu senangnya
mengekploitasi seks ya? apalagi yang namanya media massa
terutama TV dan radio. Saya sempet kaget ketika seorang
penyiar radio dengan gamblangnya mengingatkan pendengar
untuk selalu membawa kondom di dompetnya (!) Itu kan
menyuruh pendengarnya berzina. Sementara pak Puspowardoyo
yang berpoligami untuk menghindari zina malah dicecar
habis-habisan.
Kadang mengikuti nafsu, seneng-seneng juga ngikutin acara
yang nyerempet-nyerempet. Tapi lama-lama jadi jengah
juga.... Masak sih hidup ini cuma buat mikirin begituan?
Semperfy:
Kayaknya dari dulu yg namanya seks itu selalu digemari. Cuma, dulu
nggak ada 'pelopor perayaannya'; Kalaupun ada org yg coba-coba
mengekspresikan kebutuhan seksnya dgn lebih terbuka dari yg diijinin
masyarakat, pasti segera dikecam. Sekarang? Seperti lagu yg lagi
populer saat ini, "Saiki jamane jaman edan//Wong ngebor kok dadi
tontonan//dst..." Para pelopor itu justru dapat dukungan (Moammar
Emka, Herlinatiens, Inul) dan pengecamnya justru diserang habis-2an.
Kalo menurut saya sih (nggak nurut juga gpp kok) karena kita terlalu
toleran terhadap hal-hal berbau seks tersebut; Waktu ada org yg
menyimpang sedikiiiiit kita maklumi, sehingga org yg kemudian
menyimpang sedikit menggunakan acuan pelanggar sebelumnya utk
berkilah, "Lha wong si A aja boleh, kok saya enggak." Begitu
seterusnya sampai akhirnya terjadi penyimpangan agak banyak, banyak
hingga banyak sekali dan terlalu banyak. Buktinya? Inul dipojokkan,
menuding Camelia Malik. Gay diskecam, nuding warok ponorogo. PSK
jalanan dirazia, nuding PSK lokalisasi. Lokalisasi diusik, nuding
pejabat yg sering pake, dll. Lho, kok jadi banyak yg terlibat?
Namanya juga jaman edan.
Karena banyak yg edan, justru yg waraslah yg sering dianggap edan
karena berani tampil beda alias aneh. Rasulullah saw pernah
bersabda, "Islam di awal masanya dianggap aneh, dan kelak akan
kembali dianggap aneh. Maka beruntunglah orang-orang yang aneh,
yaitu yang menjaga sunnahku..." Sudah siap jadi orang aneh? Kalo
enggak, mending ngebor aja yuk.
Noeg:
Pernah perhatiin nggak situs-situs internet yang mengumbar
gambar seronok? (yang nggak pernah atau nggak lagi, bukan
maksud hati mengajak menengoknya lho...)
Kalau diperhatikan ternyata kebanyakan ditujukan untuk
pengunjung laki-laki. Yang gambar wanita ditujukan untuk
laki-laki, dan yang gambar laki-laki juga kebanyakan
ditujukan untuk laki-laki....
Kesimpulannya ada 2 kemungkinan:
1. Wanita cenderung lebih 'gaptek' dari laki-laki. Pembuat web
kebanyakan laki-laki untuk pengunjung internet yang juga kebanyakan
laki-laki.
2. Laki-laki lebih banyak dikendalikan nafsunya daripada wanita.
Nafsu lebih menguasai laki-laki dalam banyak tindakannya, tidak
peduli apa orientasi seksualnya.
Haykal:
Orang bilang 'the earth become to venus', tapi dalam keseharian kita masih sering
melihat pemisahan yang cukup tegas antara peran pria dan wanita dalam kehidupan
sehari-hari. Bukankah Tuhan telah menciptakan alam ini berpasang-pasangan? Bukan
hanya manusia, tapi benda-benda, kejadian, tingkah laku pun berpasang-pasangan.
Semuanya memilik gender.
kali ini saya akan melihat gender dari wilayah (zona) di sekitar tempat tinggal.
Semoga hali ini bisa membantu kita dalam menempatkan diri dalam lingkungan dimana
tempat kita berada, karena kita sebagai pria yang memiliki kecenderungan orientasi
sex sejenis harus pintar-pintar menempatkan diri dan memoles tingkah laku kita supaya
kelihatan lebih bersifat 'pria'.
Seperti di rumah, dalam tatanan masyarakat tradisional ada kebiasaan daerah teras/ruang
tamu adalah wailayah pria, dimana biasangan mereka menerima tamu, ngobrol atau bekerja.
kaum wanita jarang duduk-duduk di wilayah ini. Sebaliknya dapur adalah wilayah kaum wanita,
temapt masak atau mengolah makanan, pria jarang berada di dapur. Bahkan dalam masyarakat
sunda ada ruangan yang dianamakn 'goah' atau tempat menyimpan beras, kaum pria dilarang masuk
ruang ini karena beras/padi-nya suka menghilang (?).
Kita semua tahu bahwa kopi atau rokok bisa mewakili gender pria dari bidang makanan.
Sedangkan dari tontonan apa lagi kalau bukan siaran olah raga.
Sebenarnya apa yang dilakukan pria (dan wanita) jaman sekarang tak terlepas dari kebiasaan
yang dikukan olah para pria dari jaman pra sejarah. Contohnya kecenderungan pria untuk
mencari nafkah, hal ini telah dilakukan oleh para pria jaman itu dengan berburu, yang
memerlukan peralatan, keterampilan dan keberanian. Mungkin hal tersebut yang mewariskan
bekerja diluar rumah, suka olah raga, suka otomotif bagi pria-pria generasi sekarang.
Sebaliknya kaum wanita jaman itu tinggal di dalam gua mengumpulkan apa yang diperoleh
pria dan mengolah makanan.
Memang, belum ada sih text book 'bagaimana menjadi pria' tapi saya pikir bersikap
'jantan' dalam sikap bisa dilatih, memang yang terpenting adalah sikap jantan secara
batin seperti tanggung jawab, setia, sayang istri/anak..... tapi kesan pertama orang
biasanya dari penampilan dan tingkah laku dulu......
ini hanya obrolan ringan, jangan diatnggapi terlalu serius ya!
Hidayat:
Wah ini topik yang menarik.
Terus terang saya sampai saat ini masih terus belajar
"how to be an ordinary man". Intinya sih seperti yang
ditulis, memoles diri supaya 'tampak' seperti
laki-laki. Terkadang yah capek juga yah, pengennya sih
be ourselves, tapi yah sesuai kata pepatah "dimana
bumi diinjak disitu langit dijunjung"
Ok..di bawah ini sebagian curhat saya,
Being in 'man zona' is not like a piece of cake. I
like cooking a lot which mean close to dapur. Saya
sudah menikah, tapi yang kebanyakan masak adalah saya
karena saya sudah terbiasa makan enak dari kecil, dan
istri saya bukan tipikal istri rumah tangga. Terus
dari kecil saya sudah terbiasa nyari duit kerja di
keluarga yang punya katering.
Moreover, my dream is having a small restaurant atau
warung dll. Terkadang sih saya gak sadar berdiskusi
dengan ibu-ibu terutama jika masakan buatan ibu
tersebut yang sangat enak di lidah saya. Awal-awalnya
sih kepikiran, tapi skrg sih biarin aja lah. Paling
saya berusaha kurangin dengan tidak terlalu intens
'keliatan' bergaul dengan ibu-ibu. Taktik lainnya
yaitu istri saya yang saya suruh nanya or berlatih
dengan ibu-ibu tersebut, lalu di rumah kami praktek
bareng.
Soal olah raga, banyak laki-laki sangat suka nonton
bola dan mendiskusikannya, sementara saya tidak suka
karena sangat membosankan. Saya suka nonton basket, or
tenis or any kind of sport yang angkanya bisa berubah
dengan cepat. Paling juga ikutin Formula 1. Pernah
saya berusaha untuk belajar tentang bola. Ikutin Liga
Inggris, tapi gak tahan euy... bosaaaan. Akhirnya sih
lupakan saja lah tentang bola.
Regarding teknologi, laki-laki suka ngomongin mobil,
sementara saya sampai sekarang tidak bisa bawa mobil.
So far sih, soal teknologi, saya bekali diri saya
dengan kemampuan komputer yang lebih. Tapi tetap pada
pembicaraan sehari-hari topik ini jarang masuk ke
'zona pria'.
I like science a lot. Nah ini sudah jelas bukan bahan
pembicaraan sehari-hari. Orang lebih suka
mendiskusikan soal politik. Kebanyakan bapak-bapak
'bangga' kalo bisa 'menelurkan' asumsi mereka mengenai
kondisi perpolitikan, which for me seems nonsense.
Paling banter untuk mengatasi hal ini saya baca-baca
berita ekonomi karena saya lebih tertarik disitu.
Anyway, tetap saja tidak mudah untuk masuk ke 'man
zona' itu. Selain karena soal di atas, saya masih suka
gugup kalau terlibat di dalam diskusi karena yah
semuanya masih dalam proses belajar, sehingga
terkadang diskusi jadi kurang berkembang dengan para
lawan bicara dan walhasil being ignored deh. Untung
saya punya istri yang hebat. Dia mampu menutupi
kekurangan saya tersebut.
Haykal:
Saya 30, baru 2 bulan menikah. Kita emang sulit untuk selalau benar-benar ada
dilingkungan zona pria, saya suka masak karena ibu saya semua anaknya laki-laki,
jadi aku suka bantuin masak ketika masih kecil, jadi sekarang kalau urusan masak
memasak lumayanlah bisa. Istriku juga gak bisa masak, tapi aku ajarin bumbu-bumbunya,
dan sebagai gantinya dia ajari aku nyupir! he..he....
Ketika masih di bandung, aku kadang keliling menyoba tempat makan satu-persatu,
selain mencicipi makanannya, juga survei merasakan suasananya, aku juga ingin
membuat restoran kecil yang cozy.......
jaman sekarang kayaknya sulit bagi kita untuk menganut paham keluarga konvensional,
seperti yang dilakukan oleh ibu-bapak kita jaman baheula. Apalagi istri saya sama-sama
kerja, jadi gak mungkin kita jika tak membantu pekerjaan rumah, yang notabene merupakan
pekerjaan 'perempuan'. Banyak juga sih orang yang komentar, kok kamu mau sih nyuci atau
ngepel? aku bilang terserah aku dong, ini rumah tanggaku dan segalanya tergantung
komitment kami berdua.....
Yang penting aku dan istri sama-sama enjoy.....
Aku juga baru maersakan rahasia Tuhan menjodohkan aku dengan dia, kareaan kita bisa saling
melengkapi, dia gak suka belanja, masak seperti umumnya ibu-ibu...sementara aku malah
sebaliknya.
Pada awalnya cukup melelahkan aku bersikap seakan bersandiwara jika didepan orang banyak,
tapi akhirnya topeng itu lama-kelamaan telah melebur jadi bagian dari wajahku.
Setiap selesai sholat berjamaah dengan istri, aku selalu mencium istri dan senantiasa minta
maaf dalam hati, aku sangat mencintaimu sayang...tapi dalam sisi lain aku juga merindukan
garis-garis kejantanan yang merengkuhku......
kadang aku merasa bersalah karean persaan itu, tapi setelah berulang-ulang aku konfirmasi...
apakah kau bahagia bersuamikan aku? jawabnya selalau 'iya'.
jadi, semuanya tak menjadi masalah, biarlah ia hanya akan menjadi rahasia hidup sepanjang
hayatku, walau tak pernah kesampaian.....karaean kita selalu harus memurnikan niat berumahtangga
untuk ibadah.
jika kita diberi kebebasan untuk memilih......
A.Akbar:
Saya sudah hampir 20 tahun menikah (kapan-2 akan saya ceritakan pengalaman
saya). Dan saya merasa bersyukur betul kepada Allah karena ternyata apa yang
tidak saya miliki, ternyata istri saya memilikinya. Misalnya sikap tegas dan
keras. Saya orangnya cenderung mengalah dan tidak suka ribut dengan orang
lain (sejak kecil memang tidak berani berkelahi). Tapi istri saya pemberani
sekali. Dia tidak gentar untuk 'berkelahi' dalam arti mempertahankan hak
dari gangguan orang lain. Tapi anehnya dia takut sekali dengan hantu,
sementara saya alhamdulillah tidak takut bangun malam dan sholat tahajut.
Istri saya juga takut nyopir, tapi malah saya suka ngebut. Sementara itu
saya juga sangat care dengan anak-anak, istri saya justru yang suka marah
dan bersikap tegas kalau ada yang nggak beres. Begitulah Allah menciptakan
mahluk-Nya berpasang-pasangan, untuk saling melengkapi. Makanya Nabi
bersabda seorang muslim itu imannya baru komplit kalau sudah menikah.
Kalau soal zone pria wanita, kita ikut Nabi saja. Disamping beliau pemimpin
yang ulung, beliau suka menjahit sendiri bajunya yang sobek.
Kadang memang kita harus bersikap cuek untuk tidak terlalu memperhatikan
zona-2 an itu. Nanti bisa tambah pusing. Yang penting perbuatan kita tidak
melanggar aturan agama.
Menjadi orang yang punya kecenderungan SSA (saya lebih suka menyebutnya
sebagai nafsu 'liwath') yang sholeh lebih baik daripada menjadi orang yang
memiliki DSA tapi suka main perempuan. Di hari akhir nanti yang dihisab
bukannya orientasi seksual seseorang, tapi perbuatan aktualnya!
mqzf:
Menurut saya sih, tetep susah buat kita-kita ini untuk bisa sepenuhnya melebur
menjadi satu dengan dunia laki-laki. Karena memang kenyataanya kita berbeda.
Yang paling jelas adalah waktu ngobrolin lawan jenis, rasanya jadi alien......
Ketika topik obrolan sedang nggak nyambung gitu maka saya coba sibuk sendiri
dengan hal lain.
Saya kadang ngikuti berita sepak bola sekedarnya supaya bisa ikut ngobrol
sedikit, tapi nonton hampir nggak pernah, kecuali waktu World Cup kemaren
yang disiarin siang/sore.
Tapi ini kan dunia yang bebas, kita bebas dengan pandangan, kesukaan dan
hobbi kita masing-masing selama tidak melanggar aturan. Saya sekarang lebih
sering cuek dengan apa kata orang.
Saya pikir tidak perlu terlalu memaksakan diri untuk bisa menjadi satu seutuhnya
dengan dunia laki-laki, salah-salah bisa stress dan depresi malah. Kecuali kalau
anda memang sedang menjalankan terapi di bawah pengawasan para ahli (....kalau
ada terapi semacam itu..... Ada nggak sih? dan apakah terbukti efektif?)
Galuh:
saya pikir kalau mau berakting'straight' atau menjadi
diri sendiri itu adalah pilihan bagi tiap individu,
masing-masing punya alasan untuk itu.
Btw, kalo orientasi pikiran kepada hal 'itu' sih sulit
kali ya, tapi kalo penampilan kayaknya bisa dilatih.
saya punya temen yang model, jika dia lagi jalan di
catwalk macho abis deh, tapi dalam keseharian.....ya
gitu deh.
satu lagi, aku dulu punya temen waktu sekolah yang
'feminim' dan sering jadi bahan ejekan temen-temen,
bertahun-tahun aku gak ketemu, ketemu pas lebaran jadi
pangling banget, aku tanya rahasianya, katanya dia
ikut 'judo'.
jadi yang penting bersikaplah senyaman mungkin dan
diterima oleh lingkungan sekitar.
kalo saya sendiri, karaean ke-egoan saya, kadang dalam
beberapa kesemapatn saya harus sok maskulin, dalam
kesempatan lain.....ya biasa aja.
aku pikir yang penting ya kontrol diri, kadang itu
yang sering kita lupa dalam bersikap...
Paling banyak sih, aku lihat, sikap feminim dilihat
dari gaya bicara, kadang-kadang kita-kita ini terlalu
ekspresif dalam menyatakan sesuatu. Dari kedipan mata,
alis, anggukan dan goyangan kepala dan yang paling
penting : bibir!
sebagai langkah awal yang aku lakukan adalah
mengurangi expresi itu dan bersikap datar, cool, anda
dapat berlatih di depan cermin kalau mau.
pertama sih ribet juga, jalanpun harus diatur tapi
lama kelamaan udah jadi bagian dari diri sendiri.....
tapi jangan salah lo, ada orang dari penampilannya yang benar-benar
straight, tapi suka sejenis juga.
mqzf:
Satu hal yang saya pengen tahu, apakah memang
laki-laki itu memang lebih banyak mikirin seks
daripada wanita? (terlepas dengan orientasi seksnya)
Handy:
Emang khok, laki-2 tuh di otaknya seks mulu.. saya lupa pernah
baca, kalau tiap beberapa detik ato menit ato apalah.. laki-2
tuh ke sono mulu pikirannya..
Tapi itu khan laki-2 umumnya.. umumnya di barat sono..
yg notabene ndak kenal Tuhan..
Bukan kite-2 yg alim gini.. cek-ile.. yg di indonesia..
Jadi, insya Allah bisa dong nahan gituan..
Boedhi:
Aku mo sedikit komentar, memang benar klo kita hanya
memikirkan sexual orientation kita rasanya hanya
buang2 waktu, pikiran dan tenaga deh.. Masih banyak
hal-hal lain yang perlu kita pikirkan.
Aktivitas-aktivitas yang rutin kita lakukan akan
membawa kita lupa akan diri kita... pernah dibuktikan
lho sama aku, klo kita sibuuk bngt (atau menyibukkan
diri deh), pasti akan terlupakan hal-hal itu dan tak
sempat lagi mengurusnya... that's my opinion. Klo
dibilang laki2 lebih byk mikirin sex dibanding
perempuan, itu relatif yaa.. gak bisa dijadikan fakta.
ada juga kan wanita2 yg suka mikirin 'hal' itu...
mqzf:
Mengomentari balik komentar dari mbah Handy dan mas Capunk
tentang bahwa laki-laki itu kebanyakan lebih mudah
dikendalikan oleh nafsu seksualnya daripada wanita.
Memang pernyataan saya di atas tidak berdasarkan penelitian
mendalam, hanya melalui analisa sekilas dari fakta yang ada di
sekitar.
Bahwa bisnis yang mengumbar nafsu kebanyakan ditujukan untuk
laki-laki,
bahwa yang lebih sering menjadi obyek seksual adalah wanita
untuk para laki-laki,
bahwa jutaan porn sites yang ada lebih banyak ditujukan untuk
laki-laki (straight atau g),
bahwa lebih banyak G yang berani come-out daripada L,
dan seterusnya...
Memang wanita ada juga yang suka melakukan hal itu juga, tapi
sepertinya lebih banyak yang mampu menahan diri dibandingkan
laki-laki.
Mengenai Barat dan Timur kayaknya sekarang batasnya udah
semakin tipis saja. Berhasilnya globalisasi membuat barat dan
timur hampir tidak ada bedanya, termasuk godaan-godaan dan
arus demoralisasi.
Tapi sebenarnya kualitas godaan itu kan sangat relatif. Di
lingkungan yang sangat terjaga sekalipun, betis tersingkap
sedikit saja buat mereka yang baru makan sate kambing bisa
menaikkan hasrat sampai ubun-ubun :)
Terus mengenai menghabiskan waktu dengan berbagai aktivitas,
benar juga sih. Tapi banyak teman yang cerita kalo lagi banyak
aktivitas memang mereka nggak akan sempet mikirin begituan,
tapi pada akhirnya mereka kan harus pulang ke rumah untuk
beristirahat. Dan pada waktu itulah banyak yang bilang, hasrat
dan godaan datang bertubi-tubi menggoyahkan iman.
Akhirnya, jika memang umumnya wanita itu tidak terlalu
dikendalikan nafsu sebagaimana laki-laki, maka komentar
pribadi mbak yang calon psikolog itu agak di luar konteks
dong, karena dia tidak mengalami bagaimana repotnya menjadi
laki-laki yang mudah tergoda nafsu.
Akhirnya lagi, kita harus tetap terus berusaha untuk tidak melulu
mikirin hal itu, ya nggak?
Hidayat:
Hi guys, I need your input on my problem.
Saya bingung, who am I really exactly? a g or not g.
Apa yang membuat saya bingung?
Kemaren di TV saya menonton film the OC. It was shown
for the first time. Inti ceritanya adalah bagaimana
seorang anak miskin yang diangkat anak oleh sebuah
keluarga kaya, menghadapi konflik terhadap sistem
strata dan budaya yang diciptakan oleh kaum kaya.
Ceritanya si anak miskin ini dimainkan oleh aktor
Benjamin McKenzie. At the first time, I really like
his acting. Moreover, he is cute as well (But how he
plays there is great). Kemudian apa yang terjadi? I
tried to download the next episodes (from Kazaa). Saya
memperoleh beberapa episode berikutnya. You know what
happened? I watched it again..and again..and again...
terutama ketika dia diangkat anak dan masuk keluarga
kaya tersebut. Damn! I really like his expression
during that scene.!
Kemudian saya bertanya2 "Kok bisa saya segila itu?"
Kemudian saya explore lagi,"apa yang akan kamu lakukan
jika dia ada di depanmu sekarang?" jawabannya saya
tidak tahu. Aku bertanya lagi,"apa yang akan kamu
lakukan jika dia telanjang di depanmu?" jawabannya
saya tidak tahu. Aku bertanya lagi,"jika dia g dan mau
sama kamu?" sekali lagi aku gak tahu.
Ini sudah berapa kali terjadi denganku. Ada teman satu
kelas pas SMA. Orangnya
tenang and mature (not really cute). Begitu
'tergila-gilanya' I tried to spent lots of time with
him. Entah belajar bersama, ngobrol, diskusi..or
anything. Saya membantunya dalam pelajaran (kebetulan
saya memiliki kemampuan lebih di bidang pelajaran).
Tapi kembali lagi saya bingung, apa yang saya
kehendaki dari dia? Yes, I really like him, but
next,"so what??"
Ada teman kuliah juga. Orangnya sangat tenang. Dan dia
bisa membuatku salah tingkah jika berada di dekatku
(tapi tentu saja aku menutupinya dengan baik. However,
I did know my heart pounding when I was near him).
Kembali saya tanyakan pertanyaan yang sama, dan aku
gak menemukan jawabannya.
Kejadian ini banyak terulang. Dengan bos kantorku yang
sekarang, dengan salah satu diplomat yang disini, dan
beberapa lagi yang sudah saya tidak ingat.
Saya bingung. Am I g or not? if it is about sex, I
dont think so. Di tengah pencarian diri itu, saya
menjalani kehidupan g, dan saya tidak bisa menemukan
apa yang saya peroleh dari istri saya saat ini. Either
sex or happiness. On the other hand, jika sy straight,
mengapa saya tidak bisa merasakan apa yang saya
rasakan dengan co itu terhadap ce?
So who am I? Please give me answer, guys. Saya cuman
butuh identitas. If I knew myself I would know what to
do next. Feel free to give answer.
Hidayat:
Sorry, ada yang salah sedikit dengan cerita saya
Jika hypothetically si co itu g dan mau dengan saya,
maka yang terjadi "I MIGHT having sex with him but I
will leave him and wont build any relationship since I
will not happy for it and I dont really need it nor
like it"
Ex Oriente:
Mas Hidayat,
Harusnya diukur kadar G nya tuh.......tapi memang susah sih
soalnya ngak ada yang akurat. Pernah sih ada yang kirim
website yg bisa ngukur kadar G, tapi aku lupa, mungkin masih
ada yang ingat? Tapi aku pikir ngak bisa akurat lah. Kadar g
dalam diri seseorang itu misteri. Bisa aja yang straight
tiba-tiba jadi suka co karena sesuatu hal.
Pada dasarnya memang manusia itu diciptakan ada ketertarikan
sesama jenis cuman kadarnya aja yang beda. Ada yang 30-70,
50-50, 70-30 dll.
Roy:
Sedikit koment tuk Mas Hidayat..
Bisa dipastikan your Identity is G ! so be careful and prepare
what to do next
Kita memang mesti mengenal diri dg baik... jiwa kita ada
dimana dll..
Sebuah relationship yg terjadi di masa lalu anda baik dg teman
SMA, kuliah,
bos dll, ada kemungkinan adalah perilaku orang yg sedang jatuh
cinta.. coba
pelajari perilaku orang yg sedang jatuh cinta ! kemudian
ingat2 dg diri anda pada saat itu apakah sesuai gak?
Jika hal ini terjadi lagi.. solusinya adalah membelokkan
"sekuat tenaga" ttg
arah sebuah relationship. ATau bahasa milis ini diHijrahkan
menjadi punya
nilai lebih positif.. misalnya Friendship or brothers
relationship..
Mudah2an cara ini tidak sekedar teori.. Yg jelas
menghijrahkannya memang
butuh perjuangan dan pengorbanan perasaan dll..
Selamat berjuang ! Smoga bisa berhijrah !
mqzf:
Menurut saya being G itu memang tidak melulu
ketertarikan yang menjurus ke "having sex".
Saya ingat waktu masih kecil saya sudah merasa
tertarik dengan sejenis. Dan waktu itu jelas belum
tahu apa itu "having sex". Ketertarikan itu sekedar
ingin berada dekat-dekat dia, memperhatikan tingkah
lakunya, dan akan lebih menyenangkan lagi kalau dia
mau ngajak ngobrol dan bermain bersama.
Ada teori yang mencoba menjelaskan hal itu. Lingkungan
akan selalu menuntut anak laki-laki untuk berperilaku
maskulin. Karena kita-kita ini sisi maskulinnya
kurang, maka kita mencarinya dari luar untuk memenuhi
kebutuhan itu. Karena kita merasa tidak mampu
menumbuhkannya sendiri dalam diri kita. Sehingga kita
mengagumi sosok-sosok maskulin yang sesuai dengan
bayangan ideal kita. Lama-lama kekaguman itu tumbuh
menjadi keinginan untuk terlibat dengan mereka. Dan
ketika hasrat seksual mulai tumbuh, jadilah kekaguman
itu beralih menjadi ketertarikan seksual, karena ingin
merasakan kedekatan yang lebih dalam lagi.
Itu cuma teori, entah bener entah enggak, silakan
diselami sendiri ke dalam diri masing-masing.
Semperfy:
Apa yang anda rasakan dan alami saat ini --tanpa bermaksud
mengecilkannya-- adalah apa yang pernah dan sedang --dan
mungkin akan terus-- kita semua rasakan. Namun demikian, kita
sering terjebak untuk mengkotak2kan diri kita: Mukmin/kafir,
baik/buruk, nikah/lajang, lurus/bengkok, dll., seolah2 kotak2
itu mewakili keseluruhan diri kita.
Ada sbegaian dari karakteristik diri anda yang dimiliki oleh
"kotak" gay, namun banyak juga yang tidak cocok. OK, anda
memang memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis (inna
lillahi wa inna ilaihi rajiuun), namun hal itu tidak otomatis
menggambarkan diri anda seutuhnya. Contoh, jika saat ini anda
punya kebiasaan --tanpa disadari-- suka garuk2 di depan umum,
apa anda terima kalo anda dicap "Si penggaruk" atau bahkan
"Monyet"? Padahal, mungkin masih lebih banyak kualitas dari
diri anda yang tidak sesuai dengan hal itu, misalnya ganteng,
pintar, sopan, sabar, dll. Hanya karena anda sdg pnya masalah
di bidang ttt hidup anda, tidak menjadikan hal itu identitas
anda.
Justru, kalau kita mencap diri sendiri, maka secara tidak
sadar kita akan berusaha untuk menyesuaikan diri itu dgn cap
itu. Misal, jika anda seorang Capricorn, maka karakter anda
adalah sederhana, ambisius, romantis (mungkin juga pendendam),
rendah hati, sabar, teliti, tenang, dan berhati-hati, serta
disiplin (mungkin agak kaku). Jika kita kebetulan hanya punya
separuh saja karakteristik yang cocok, secara tidak sadar kita
akan mengakui kebenaran ramalan itu dan mencocokkan sisanya
yang tidak cocok tersebut shg mendekati kesleuruhan ramalan
itu.
Oleh karena itu, maka ada baiknya jika kita mencap diri kita
dgn cap yang baik2 saja. Apa atribut fundamental yang bisa
dilekatkan pada diri kita? Misalnya, seorang hamba Allah. Dgn
label ini kita akan termotivasi utk memenuhi penghambaan kita
kepada-NYa. Label lain, kekasih. Ini lebih netral, mengingat
kita pasti akan memenuhi label ini- Jika kita bukan kekasih
Allah, pastilah kekasih setan. Ada yang lain: Sebagai anak,
suami, ayah, teladan bagi lingkungan, Pak RT, karyawan yang
disiplin, murid yang rajin, dll.
Hidup ini isinya gak cuma seks dan homoseksualitas thok, kok.
Jika kita sdg punya issue same-sex attraction (SSA, hayo siapa
lagi yang belum tahu istilah ini?) tidak dgn serta merta kita
pasti dan akan jadi gay. Naudzubillah min dzalik.
Handy:
Aku ikut urun rembug ah..
Mbah yg udah tua ini (tapi keren..) sering salah
tangkap kalau ada orang/anak yg merasa infatuation
(kagum) ke mbah ini..
Ndak lebih dari itu.. mereka malah lari kalo trus ke
sex segala.. mereka sayang, care dsb ke mbah.. tapi
mereka bukan SSA..
Jadi.. anda lon tentu ssa..
Anda tuh udah punya MUTIARA di tangan.. anak + istri..
syukuri itu.. insya Allah.. jadi nikmat.. bener
lho..!! aku udah nyoba soalnya.. meskipun belon ada
anak sampek sekarang.. (gimana bisa.. bangun aja ndak
tuh.. sorry agak jorok.. ujan mulu soalnya..)
Emang sih nggak gampang.. kehampaan selalu menghantui
(kayak judul pilem ya mas qi..??).. tapi di dalam
kesusahan pasti ada kebahagiaan/jalan..
Hidayat:
Thanks guys, you give me courage to fight !
Roy:
Ikhwah fillah..
Kita berfikir sejenak yu... Menggunakan anugrah akal untuk
meningkatkan
keimanan !
Bagaimana seandainya kita ini normal atau hetero (Straight -
S) ?
Apakah sama akan berekspresi menyalurkan hasrat kepada lawan
jenis alias
jadi pezina? Atau akan tetap berusaha menahan diri ?
Artinya G & S sama2 mempunya godaan hanya objek penggoda yg
berbeda.
Gejolak bathin juga sama yg berbeda hanyalah G selalu
terselubung.
Lalu akankah G selalu merasa lebih berat dg cobaan ini?
Handy:
Justru saya sering bersyukur jadi SSA gini, daripada
S..
Mungkin kalau saya S, udah banyak tuh anak saya
kececeran di mana-2..
Sedangkan SSA, awalnya kerna ndak dierima lingkungan
dan akhirnya kerna Allah, jadi mikir dua pul;uih tujuh
kali sebelum ngelakuin...
Tedja:
saya jg sempet berpikiran yg sama dg bung abu jidan. apakah
bila kita seorang yg hetero, kita bisa menahan diri juga?
dulu saya smpet bersyukur karena dgn ke"homo"an saya berarti
saya bisa menahan diri dari zina, tetapi ternyata sebagai gay
mnjadi lebih mudah untuk berbuat gitu.
karena kalo gay, sesama lelaki sekamar gak ada yg protes. kalo
laki ama perempuan sekamar, kan udah jadi perhatian orang.
mqzf:
Seandainya saya straight?
(Kayak pertanyaan babak final untuk Miss Universe or something
ya
Dan jawabannya biasanya begini:
kalau seandainya saya straight, maka saya akan berusaha
mewujudkan dunia yang damai dan tenteram, melestarikan
lingkungan, membantu kaum yang lemah untuk kebaikan seluruh
umat manusia. Terima kasih.... )
Terus terang saya nggak bisa membayangkan diri saya sebagai
seorang yang pure straight. Saya yang straight pastilah bukan
seperti saya yang sekarang, totally different people. Karena
saya yang sekarang bukanlah cuma sekedar saya sebagai manusia
yang sejak lahir memiliki susunan DNA tertentu (yang
unfortunately dengan kecenderungan ssa), tapi saya yang
sekarang ini adalah juga saya yang sudah mengalami sekian
banyak kejadian dan pengalaman dari semenjak keluar dari rahim
hingga setua ini. Kejadian-kejadian itu baik yang indah maupun
buruk telah membentuk saya menjadi pribadi yang saya miliki
sekarang ini.
Dan seandainya saya straight, maka itu berarti saya mungkin
memiliki susunan DNA yang berbeda dan respon saya atas segala
kejadian dan pengalaman yang saya alami pasti juga akan
berbeda. Dan pada akhirnya akan menjadikan saya pribadi yang
totally different yang saya sendiri nggak tahu seperti apa.
Mungkin lebih baik tapi mungkin juga lebih buruk.
Dilahirkan menjadi straight, tidak berarti hidup akan menjadi
lebih mudah. I don't think so. Hidup akan tetap penuh
kesulitan, karena memang begitulah adanya. Apalagi manusia
adalah mahluk yang suka berkeluh-kesah. Dikasih susah sedikit
mengeluh, merasa Tuhan menjauh dan tidak sayang lagi. Ditarik
kembali satu karunia nikmatnya, protes menganggap Tuhan sudah
tidak adil lagi. Maunya dapet enak terus sepanjang hidup.
Apapun masalah yang sedang dihadapi, seringkali setiap orang
berpikir bahwa itu adalah masalah terberat yang tidak ada
bandingnya daripada masalah orang lain. Hingga terlontar
ucapan "Mengapa harus saya?" padahal mungkin itu cuma
keserempet bajaj :)
Dulu saya pernah putus asa dan berpikir bahwa lebih baik saya
buta atau lumpuh saja, daripada mengalami hal seperti ini. Itu
bisa terlontar karena saya tidak tahu betapa karunia mata dan
kaki yang sehat adalah nikmat yang sangat besar. Saya tidak
tahu betapa susahnya menjadi orang buta atau lumpuh. Dan besar
kemungkinan kalau saya menjadi buta atau lumpuh, saya juga
akan meratapi kekurangan itu dan berucap mending dapet cobaan
hs daripada hidup menderita seperti ini (nah lo?).
Manusia memang sering kali terfokus pada apa yang tidak
dimilikinya dan lupa untuk mensyukuri apa yang secara
cuma-cuma dikaruniakan padanya (take it for granted katanya).
Jadi kita syukuri ajalah apa yang ditakdirkan Allah sebagai
bagian dari hidup kita. Dan berusaha sebaik-baiknya menjadi
manusia yang bertaqwa kepada-Nya.
Tedja:
hehehe komennya lucu jg
dan memberi pencerahan :)
Manusia memang sering kali terfokus pada apa yang tidak
dimilikinya dan lupa untuk mensyukuri apa yang secara cuma-cuma
dikaruniakan padanya (take it for granted katanya).
saya setuju dengan kata2 ini. kadang kita sering gak sadar
terlalu banyak mengeluh dan kurang bersyukur terhadap apa2 yg
kita miliki.
Andy Satria:
Membaca komentar anda membikin saya cukup tergelitik!
Sbg mana anda saya juga bahagia dengan apa adanya saya
sekarang, saya di anugerahi berbagai kelebihan baik secara
fisik dan psikis dan karena saya adalah saya dimana kekurangan
saya mungkin adddlah kelebiahan saya juga, oleh karena itu
saya beda dengan yg lainnya.
Sekarang masalahnya bagai mana memanagement ke kurangan itu
menjadi suatu hal yg positif
Untuk apa kita mengutuk sesuatu yg tidak dpt kita rubah, toh
biarkan rasa itu menari dikepala asal jgn dilahirkan saja dlm
perbuatan baru berbahaya dan menyedihkan.
Sesungguhnya apa yg di jadikan Allah tidak ada yg sia-sia,
bagi kita tergantung kita menyukurinya saja.
Haykal:
Bahwa apa pun yang terjadi bagi kita adalah hal terbaik bagi
kita,
dibalik kekurangan-kekurangan yang ada pada jiwa kita, tentu
kita
mempunya kelebihan-kelebihan yang luar biasa, itu bagian dari
kebijaksanaanNya. 'Kekurangan' yang ada pada diri kita agar
kita
selalu mawas diri, hati-hati, dan waspada, sementara
'kelebihan'yang
ada pada diri kita untuk bekal mengarungi kehidupan
memakmurkan dunia
dan menolong sesama. Lihatlah dunia, lebih banyak kelebihan
yang kita
dapatkan dari pada kekurangan (SAA) yang ada pada kita.
kalau saya S?....tentu itu bukan saya, karena saya demikian
adanya.
Sekarang pertanyaanya, kalau kita dilahirkan kembali?
mqzf:
Kalau dilahirkan kembali?
Ini juga pernah ditanyakan di kontes miss universe ...
(ada yang mau bikin kontes mister Hijrah ....? )
Dilahirkan kembali dan ditaqdirkan menjadi siapapun,
sunnatullah akan tetap seperti ini. Bahwa hidup di dunia
adalah perjuangan untuk membuktikan kekuatan iman kita sebelum
menghadap-Nya. Hidup akan tetap penuh rintangan, apakah kita
jadi orang kaya, jadi presiden, jadi tukang batu, jadi
straight, jadi g. Kalau kita tetap sebagai orang yang penuh
keluh kesah, jadi apapun kita ya tetap sengsara hidup ini.
Jadi ya jalanin aja hidup yang sekarang dengan penuh syukur.
Lagian kalau harus mengulang mulai dari bayi lagi apa nggak
bosen? :)
Haykal:
pertanyaan ini hanya untuk mengukur tentang 'penerimaan' kita
terhadap kenyataan hidup ini. Mungkin jawabannya bisa
macam-macam,
kalau dilahirkan kembali dan memulai hidup dari awal mungkin
ada yang
ingin straight, dengan kosekwensi cobaanya dalam bentuk yang
lain,
atau ada juga yang tetap ingin dilahirkan seperti dirinya yang
sekarang (SAA), karena dia udah menerima kenyataan dirinya,
tinggal
kita bagaimana menjaga diri.
Atau ada yang ingin jadi presiden, atau aktor sinetron
mungkin, tapi
kata Bung Emqi, cobaan akan tetap ada, walau dalam bentuk yang
lain.
kalau berat-tidaknya cobaan relatif, tergantung bagaimana kita
mengatur perasaan-pikiran untuk menanggapi cobaan itu. Bahkan
dengan
sudut pandang yang berbeda, seperti kata mbah Han, cobaan juga
bisa
jadi 'nikmat' he..he..
|