Sugesti Diri
Banyak orang bilang bahwa mengalahkan diri sendiri adalah hal yang berat.
Di tengah masyarakat yang hedonis dan konsumtif seperti sekarang ini, tanpa
sadar kita mengelus-elus nafsu kita sehingga menjadi semakin dominan menguasai
diri kita. Rasio dan hati nurani sering kali kita abaikan dan kalahkan demi
kepuasan nafsu. Dan sepertinya istilah mengalahkan diri sendiri memang cenderung
mengarah ke mengalahkan nafsu.
Bagaimana caranya? jelas nggak mudah. Yang jelas dua sisi jiwa kita yang lainlah
yang harus berperan untuk bisa mengalahkannya. Yakni rasio dan hati nurani.
Aku hanya berniat berbagi saja disini, tanpa maksud menggurui. Aku coba ceritakan
apa yang aku coba lakukan untuk mengalahkan nafsu.
Untuk memperkuat hati nurani sudah jelas, harus diisi dengan nilai-nilai agama
dan keyakinan kita akan Penguasa alam semesta Yang Maha Besar. Bukan hanya
meyakini tapi juga melakukan, dan bukan hanya melakukan tapi juga meyakini.
Terus menerus, karena jika tidak terus diisi ingatan kita akan hal tersebut
akan hanyut terbawa masalah hidup sehari-hari. Dengan mengisinya terus menerus
juga akan bisa membuat hati nurani kita akan lebih dominan menguasai jiwa kita
dalam setiap pertimbangan yang diambilnya.
Sebaliknya jika kita mengisi jiwa kita terus menerus dengan keinginan nafsu,
maka nafsulah yang menguasai jiwa kita dalam setiap pertimbangan. Kadang kita
melakukan kompromi dengan keadaan. Nurani kita beri kesempatan menguasai jiwa
hanya pada saat-saat tertentu, di luar itu nafsu yang menjadi penguasa.
Kekuatan yang lain adalah akal atau rasio. Akal juga bisa menjadi penguasa jiwa
kalau kita mengijinkannya, dengan mendengarkan pertimbangan-pertimbangan rasional
yang dibuatnya. Tapi nilai yang diyakini akal manusia sangat bergantung kepada
pemiliknya. Akal bisa menjadi pendukung hati nurani, tapi juga bisa menjadi
pendukung nafsu.
Apa yang aku coba lakukan adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional
kepada diriku sendiri untuk mengalahkan nafsu.
Ketika nafsu membuat kepalaku menengok ke arah obyek yang menawan hati. Akalku
aku paksa bertanya "So what?", "terus kalo emang dia cakep kenapa?....mau nyium?",
"kalo emang badannya bagus, terus mau ngapain?", dan selanjutnya diakhiri
dengan sarkastik: "Dream on!!".
Secara tidak sadar memang itu yang diinginkan nafsuku, tapi aku tidak cukup gila
untuk menurutinya. Dan aku coba sadarkan diriku bahwa aku hanya bisa bermimpi
untuk melakukan hal itu. Dan sekedar berkhayal tidak akan pernah memuaskan nafsu.
Maka lebih baik lupakan saja.
Untuk lebih memperkuat pengaruhnya aku coba mengucapkannya secara perlahan ketika
mata mulai tergoda. Dengan tegas aku desiskan "So what?" atau "Dream on!!". Dan
cukup manjur ternyata untuk mengalahkan nafsu, meski tidak setiap saat.
(Noeg)
|