Masa-masa Sulit

Anto :

Sudah sejak kecil saya merasakan ketertarikan pada sesama jenis meski baru setelah saya dewasa (SMU) saya menyadari kalau semua itu adalah suatu masalah besar dalam hidup saya.

Saya tidak pernah tahu mengapa semua ini menimpa saya? Kalau ditanya,Siapa sih yg ingin memiliki ketertarikan pada sesama jenis? saya rasa tak ada? tapi mengapa saya merasakannya dan tak pernah bisa mencintai kaum hawa??

Bertahun saya hidup dalam suatu ketidakpastian, saya putus asa, lelah dalam setiap tangis di tahajud saya yang tidak juga dijawab oleh_Nya...akhirnya sudah sekitar enam bulan ini saya menjadi jauh dari_Nya, saya sungguh tidak bisa menerima semua ini...bagaimana mungkin Tuhan menciptakan cinta pada sesama jenis sedangkan Dia sendiri mengutuk cinta itu??????

Sampai saya pikir bahwa kematian adalah jalan yg terbaik bagi diri saya... bagaimanaa mungkin saya hidup sementara Sang Pencipta saya pun (setiap saya baca di kisah Luth) seolah mengutuk keberadaan saya di bumi ini????

Kalau seorang heteroseks menahan nafsu syahwatnya untuk sementara sebelum mereka menikah.......... tentu saja itu sangat wajar dan saya rasa bukan suatu kesulitan sama sekali bahkan bisa menjadi motivasi yg menyenangkan.. TETAPI bagi yg memiliki ketertarikan sesama jenis???? mereka harus menahan sesuatu yg tidak ada akhirnya??? karema perasaaan mereka tidak akan pernah disalurkan dengan pernikahan sekalipun???? APAKAH ini adil??????

Saya hanya bisa menangis karena hanya saya sendiri yg tahu dan merasakan beban berat ini... tanpa seorangpun tahu, peduli, apalagi memahami dan menerima saya.... bahkan teman dan sahabat sayapun... saya yakin mereka akan berlari menjauh dengan penuh rasa jijik jika tahu kalau ternyata saya adalah.....

Tidak ada lagi motivasi dalam hidup saya, hidup saya jadi hancur, 2 semester pertama saya memegang IP tertinggi di sebuah universitas ternama ...tapi kini...IP jeblok, saya benar2 tak kuat lagi.... seandainya kematian datang menjemput saya tentulah semua beban ini akan berakhir.... tapi saya selalau ingat harapan ortu saya yg demikian besar terhadapp saya... setiap kali mereka berpetuah dng semua harapannya di depan saya...hati saya teriris karena saya tidak akan pernah bisa menjadi seseorang yg mereka harapkan.... APA YG HARUS SAYA LAKUKAN.... APAKAH SAYA HARUS BERTERUS TERANG KALAU ANAK MEREKA INI ADALAH SEORANG GAY (meski tidak pernah memperturutkan hawa nafsunya..tapi tetap saja GAY.. sebuah predikat yg hina di mata MASYARAKAT DAN TUHAN!!!!!!

Saya memiliki banyak sekali teman yg insya Allah baik...tapi masalahnya... seringkali hati saya ini tertambat... saya sering jatuh cinta pada teman dekat saya.... bisa dibayangkan betapa sulit keadaaan saya..... setiap hari bertemu, makan bersama, saling berbagi (tanpa dia tahu kalau saya seorang Gay).... sampai saya pernah berpikir untuk tidak berteman lagi dengannya... tapi apa seperti ini menyelesaikan masalah??????

Andai saya hidup untuk saya sendiri di dunia ini.... mungkin saya bisa bertahan dengan derita ini... TAPI ORANG2 DI SEKITAR SAYA, ORANGTUA SAYA, MEREKA BEGITU MENARUH HARAPAN PADA SAYA... mereka pikir aku adalah seorang yg bisa diharapkan, punya masa depan Dan seterusnya... saya jadi makain tersiksa ..... SAYA BINGUNG SEKALI.... TAK ADA LAGI SEMANGAT MENJALANI HIDUP

mqzf:

Rekan Anto, saya sangat bisa memahami masa-masa sulit yang sedang anda alami. Karena saya juga pernah mengalaminya. Kebingungan akan arti hidup, mempertanyakan keadilan Allah SWT, kehilangan semangat hidup, kemudian menjauh dari Allah, dsb, dsb. Sepertinya ini memang hal yang lazim terjadi pada orang-orang seperti kita yang ditakdirkan harus menghadapi masalah seperti ini.

Terus terang tidak ada jalan pintas untuk menyelesaikan masalah ini. Jalan yang ada adalah jalan yang berat, yang harus ditempuh dengan penuh pengabdian, kepasrahan dan keyakinan yang semuanya adalah hal yang abstrak. Jalan ini bukanlah suatu jalan baru yang dibangun khusus bagi kita. Jalan itu tetaplah jalan yang pernah kita lihat dan yakini sebelumnya. Tidak ada lain jalan untuk menuju keselamatan, kecuali jalan Allah. Hanya saja kita harus mampu merubah cara berpikir kita agar kita mampu menapaki jalan itu dengan lebih ikhlas.

Satu hal yang pasti, jangan mempertanyakan Allah. Mempertanyakan keadilan Allah yang sudah pasti dan mutlak. Semua ketetapan Allah terhadap mahluk-Nya di dunia pasti mempunyai tujuan yang mulia, meskipun mungkin tampak tidak adil bagi kita mahluk-Nya yang berilmu sedikit. Setiap manusia harus menjalani kehidupannya di dunia dengan penuh cobaan, sebagai ujian terhadap keimanannya. Mempertanyakan Allah hanya akan membuat hati kita keruh, sehingga tidak mampu beribadah dengan baik.

Adapun tentang do'a dan ibadah anda selama ini, percayalah bahwa Allah Maha Mendengar. Dan yakinlah bahwa kehendak Allah adalah demi kebaikan kita sendiri. Jikapun anda merasa do'a anda tidak didengar, anda harus meneliti kembali ke dalam hati anda, apa sebenarnya yang anda harapkan agar dikabulkan oleh Allah. Jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin, dan jangan terlalu muluk.

Mengharapkan suatu mukjizat agar kita dirubah dalam semalam menjadi seorang hetero adalah harapan yang terlalu muluk. Meski hal ini mungkin saja terjadi, karena Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tetapi kita harus sadar berapa besar kemungkinannya untuk bisa terjadi pada kita, dan seberapa dekatkah kita dengan Allah sehingga kita menjadi satu dari mahluk-Nya yang layak untuk mendapat mukjizat besar.

Mengharapkan agar hukum Islam dirubah agar menghalalkan hasrat kita adalah harapan yang tidak mungkin. Hukum Islam sudah final, tidak akan ada lagi Nabi atau Rasul yang diutus untuk menyempurnakan atau merubahnya. Mengharapkan agar pandangan masyarakat dan lingkungan berubah sehingga bersedia menerima kita dan mempersilakan kita bertindak sesuai hasrat kita juga adalah harapan yang tidak mungkin. Homoseksualitas tetaplah sesuatu yang tidak normal bagi masyarakat luas.

Harapan di atas adalah harapan yang salah arah. Harapan-harapan itu secara tidak langsung juga pernah terbersit dalam diri saya, meski tidak pernah terucap dalam do'a saya. Bertahun-tahun saya berdo'a agar saya diberi jalan. Tidak pernah ada jawaban dan petunjuk pasti. Hingga akhirnya dalam kepasrahan saya menyadari bahwa harapan-harapan yang saya idamkan itu ternyata berpangkal pada satu hal. Ternyata secara tidak langsung saya memohon kepada Allah agar saya diberi jalan untuk memuaskan nafsu syahwat saya dengan bebas. Saya memprotes Allah hanya karena nafsu saya tidak terlampiaskan. Allah telah saya kecilkan demi nafsu.

Harapan yang lebih sederhana dan lebih mungkin dikabulkan adalah harapan agar ditunjukkan jalan dan diberi kekuatan untuk mampu bertahan dalam iman dan Islam dalam menghadapi segala cobaan-Nya.

Rekan Anto, nafsu telah diciptakan Allah sebagai cobaan bagi setiap manusia. Sebagaimana juga Allah telah menciptakan setan untuk menggoda manusia. Setan dan hawa nafsu telah dengan sengaja diciptakan Allah untuk menguji iman kita. Apakah kita memang patut menjadi mahluk yang paling mulia di muka bumi. Bagi orang yang ikhlas beriman kepada Allah nafsu diciptakan untuk dikendalikan, bukan untuk dipuaskan dan dilampiaskan.

Anda pun pasti telah paham, nafsu tidak akan pernah cukup dipuaskan. Dia selalu meminta lebih dan lebih. Jangan anda anggap mereka yang hetero dan telah menikah secara resmi pasti telah mampu memuaskan nafsunya. Banyak dari mereka yang masih kurang puas dan mencari yang lain melalui gambar-gambar porno, video porno, lebih buruk lagi berzina dengan orang yang tidak sah. Tidak ada yang pernah cukup memuaskan syahwatnya kecuali mereka yang mampu mengendalikannya. Meski kita telah menjalin ikatan yang resmi dalam pernikahan dengan orang yang kita idamkan, kita tetap tidak akan pernah terpuaskan kalau kita tidak mampu mengendalikan syahwat.

Kalau mau jujur pada diri sendiri, nafsu syahwat yang tidak dituruti sebenarnya tidak akan membuat kita mati. Tapi mengumbar nafsu syahwat tanpa aturan dapat dituntut hukuman mati dalam Islam. Mana yang kita pilih?

Saya paham, di usia anda sekarang gelora nafsu memang sedang sangat tinggi. Kendalikan semampu anda dan jangan jadikan nafsu sebagai motivasi. Jadikanlah Allah sebagai motivasi untuk mengendalikan nafsu.

Yang perlu anda pahami, ketika timbul rasa tertarik kepada seseorang tidak perlu anda merasa bersalah karena hal itu adalah sesuatu yang alami dan bukan dosa, semua orang mengalaminya. Sedangkan rasa tertarik terhadap sejenis bagi kita adalah juga sesuatu yang alami, meski bukan sesuatu yang normal bagi kebanyakan orang. Dosa baru akan jatuh jika kita tidak mampu mengendalikan diri dan memperturutkan rasa tertarik itu dengan zina hati, zina mata, zina tangan, atau yang lebih berat lagi, dan ini berlaku bagi semua orang. Selama rasa tertarik anda itu tidak melibatkan nafsu untuk berbuat, tidak perlu anda terlalu merasa bersalah. Tapi memang batasnya sangat tipis antara melibatkan nafsu dan tidak. Anda harus bisa merasakan, ketika rasa tertarik itu mulai menjadi nafsu hentikanlah dengan pergi menjauh, menundukkan pandangan, dan ber-istighfar.

Cobalah untuk menerimanya sebagai cobaan dari Allah yang tidak untuk diperturutkan. Dan jangan dianggap sebagai beban hidup, sebagai azab atau hukuman yang tidak adil. Setiap kali anda harus bergelut untuk mengendalikannya, menekan nafsu dan hasrat anda, anggaplah itu sebagai perjuangan anda untuk memperoleh ridho Allah yang insya Allah akan menerima ganjaran setimpal.

Kembalilah mendekat kepada Allah tanpa syarat, tanpa tuntutan, semata-mata menyembah kepada Pencipta kita, yang telah mengkaruniakan begitu banyak nikmat yang seringkali kita acuhkan. Jangan menuntut apa-apa, berdo'a dan berharaplah akan petunjuk dan rahman-rahiim-Nya, tapi jangan menuntut. Allah tidak pernah menyatakan bahwa hidup setiap manusia di dunia akan penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan. Dunia adalah tempat pengujian. Jadi bersiaplah untuk menghadapi kesulitan sepanjang hidup kita. Insya Allah akan ada balasan berlipat ganda di alam selanjutnya, jika kita mampu melewatinya dengan tetap dalam iman dan Islam.

 

<< Sebelumnya | Indeks Konsultasi | Selanjutnya >>