Permohonan
Ketika manusia menyadari bahwa dia tidak
bisa sepenuhnya mengatur kehidupannya seperti yang ia inginkan,
maka mereka pun mulai mencari sesuatu yang menguasai segalanya
untuk meminta pertolongan. Bagi kita yang beragama dan meyakini
kekuasaan Allah, kitapun mulai berdo'a. Menggantungkan harapan
kepada Sang Maha Kuasa, memohon kehidupan yang lebih baik.
Dengan cobaan berat yang kita hadapi, yang
kita merasa tidak punya kemampuan untuk merubahnya, pastilah
memohon pertolongan kepada Allah adalah salah satu hal pertama
yang kita lakukan.
Tetapi jika kemudian kita merasa
do'a kita seolah tidak menghasilkan apa-apa, tidak didengar,
tidak ada perubahan apa-apa yang terjadi pada kita, tidak ada
jalan yang terbuka bagi kita, atau semuanya terasa masih tetap
gelap, janganlah berprasangka buruk kepada Allah, bahwa Allah
membiarkan kita dalam kegelapan.
Tetaplah percaya dan yakin bahwa
Allah Maha Mendengar segala do'a. Yakinlah do'a kita sampai
kepada Allah. Meskipun memang untuk terkabulnya do'a tersebut
adalah sepenuhnya kuasa Allah. Namun apapun kehendak Allah Yang
Maha Pengasih dan Penyayang pasti adalah untuk kebaikan hidup
kita.
Kita juga perlu melihat kembali apa sebenarnya
yang kita mohon kepada Allah, baik yang langsung terucap maupun
yang sedikit terbersit di hati. Kita perlu menelitinya kembali
untuk meluruskan apa sebenarnya niat dan harapan kita yang terdalam.
Jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau
sesuatu yang terlalu muluk.
Secara tidak sadar mungkin kita sering berharap
suatu mukjizat terjadi pada diri kita. Berharap begitu kita
membuka mata dari khusyuknya do'a kita maka segalanya akan berubah
sesuai harapan kita. Memang Allah Maha Kuasa atas alam semesta,
apapun yang Ia kehendaki akan terjadi, dan jika Allah menghendaki,
mukjizat yang kita harapkan juga bisa terjadi. Tetapi kita harus
menyadari bahwa mukjizat tidak diberikan kepada sembarang orang,
dan kemungkinan terjadi cukup kecil. Dan kita juga harus mengukur
seberapa dekatkah kita dengan Allah sehingga kita pantas mendapat
suatu anugerah besar berupa mukjizat.
Hal lain yang perlu diteliti adalah apakah
ada terbersit keinginan yang tidak mungkin terjadi. Seperti
berharap hukum-hukum Islam dan norma-norma dirubah sesuai tuntutan
hasrat kita, atau berharap keluarga dan lingkungan masyarakat
bisa menerima secara baik apapun keberadaan kita dan mengijinkan
kita berperilaku sesuai hasrat kita.
Jika sebersit keinginan semacam itu ada
dalam hati kita, maka kita perlu meluruskan niat kita lagi.
Di dasar dari harapan semacam ini sebenarnya kita masih berharap
diperbolehkan memuaskan nafsu kita, dan itu adalah harapan yang
tidak mungkin dikabulkan karena menentang aturan Allah. Ajaran
Islam telah dengan jelas melarang itu semua, dan tidak akan
ada revisi atas aturan itu.
Harapan yang lebih sederhana dan lebih mungkin
dikabulkan adalah harapan agar ditunjukkan jalan dan diberi
kekuatan untuk mampu bertahan dalam iman dan Islam dalam menghadapi
segala cobaan-Nya. Untuk itu lebih dahulu kita harus bisa menerima
dengan penuh keikhlasan konsep bahwa hasrat nafsu kita tidak
untuk diperturutkan.
Dengan harapan sederhana ini kita akan bisa
lebih selaras dengan tuntunan Islam. Keselarasan ini tidak akan
lagi menumbuhkan pertentangan batin dan rasa bersalah yang selama
ini membayangi kita.
Namun harapan ini bukanlah permohonan sepihak,
ada tuntutan kepada diri kita sendiri. Tuntutan untuk bisa mengalahkan
kecenderungan kita kepada kenikmatan dunia dan menjadikan Allah
sebagai tujuan terbesar hidup kita. Tuntutan tersebut menjadikan
harapan ini lebih realistis, karena tetap harus ada usaha dari
diri kita sendiri untuk bisa meraihnya. Memang do'a tetaplah
harus diiringi dengan usaha dari kita sendiri.
|