Mengapa Tetap Mengikuti Agama?
Tuhan tidak mungkin menciptakan semesta dengan semua materi dan organisme di dalamnya hanya untuk iseng
atau bermain-main dengan ciptaan-Nya.
Dengan kekuasaanNya telah ditentukan aturan bagi keberadaannya masing-masing. Elektron dan planet diberinya
aturan untuk terus berputar dalam orbitnya. Binatang dan tumbuhan diberinya insting agar dapat bertahan hidup
dan tumbuh. Insting untuk makan, minum, berperilaku, hidup berkelompok, menjaga diri, hingga ber-reproduksi.
Binatang dan tumbuhan sangatlah patuh terhadap instingnya, mereka berusaha memenuhi tuntutan instingnya
tapi tidak meminta lebih dari yang dibutuhkan.
Tuhan juga telah berkehendak untuk menciptakan manusia yang dikaruniai dengan nafsu, akal, dan hati nurani.
Dengan paduan ketiga hal itu manusia diberikan kesempatan untuk memilih jalur hidupnya.
Pada binatang yang tidak dikaruniai akal, nafsunya dikendalikan oleh insting. Ketika instingnya meminta maka
ia pun mencari, ketika telah terpenuhi maka ia pun berhenti. Sedangkan manusia bukanlah seperti binatang yang
merasa cukup dengan sekedar terpenuhinya kebutuhan hidup yang pokok, banyak kebutuhan-kebutuhan lain yang perlu
dipenuhi manusia dengan adanya akal.
Akal manusia mampu melakukan penalaran dan pertimbangan dari semua informasi yang diterima dari indera di
sekujur tubuhnya, dari bisikan nafsu, serta dari bisikan nurani. Hasil pertimbangan akal tersebut kemudian
menjadi motif dan alasan seorang manusia untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Dengan kemampuan untuk memilih itu manusia menjadi mahluk yang mempunyai potensi untuk memberontak,
mengeksploitasi, atau merusak demi kepuasan dan kesenangannya sendiri, disamping juga memiliki potensi untuk
patuh, menjaga, dan memelihara alam.
Tuhan yang telah menciptakan alam dengan segala hukum alamnya yang sangat mendetil dan sangat sistematis sehingga
memungkinkan untuk berlangsungnya kehidupan seperti ini, tidak akan membiarkan manusia yang mempunyai potensi
berperilaku jahat merusak alam-Nya. Tuhan tidak akan begitu bodoh membiarkan manusia berjalan di atas bumi-Nya
semaunya sendiri tanpa aturan. Untuk itu Tuhan bukannya mengilhamkan aturan hidup kepada setiap manusia dalam
bentuk insting, tetapi Tuhan menurunkan agama.
Bagi keberadaan Pencipta yang
cerdas, diturunkannya agama bagi mahluk-Nya yang berakal adalah
suatu keniscayaan. Dan jika aturan agama itu benar-benar berasal
dari Sang Pencipta yang menguasai segalanya, maka kebenarannya
tidak dapat diperbantahkan. Mereka yang percaya adanya Tuhan
Yang Maha Cerdas seharusnya bisa meyakini kebenaran agama, jika
tidak maka mungkin dia telah mempercayai Tuhan yang bodoh yang
menciptakan alam semesta hanya untuk kesenangan semata dan membiarkannya
hancur perlahan-lahan.
Maka patutkah kita manusia yang otaknya hanya sekepal ini lebih memuliakan nafsunya, daripada mengikuti aturan dari
Pencipta-Nya?
Kalau mau jujur, kita sebenarnya tidak akan mati jika tidak mendapatkan penyaluran seksual sesuai keinginan kita.
(Noeg)
|