Artikel
PLTA Lau Renun Bisa
Merusak Ekosistem
Perambahan Hutan
Akibatkan Merosatnya Debit
Medan, Kompas (20 des, 05) -
Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Lau Renun di Kabupaten Dairi
bisa mengancam keberlangsungan ekosistem daerah aliran Sungai Lae Renun
dan 11 anak sungainya. Lahan yang pengairannya tergantung aliran sungai
itu terancam kekeringan jika airnya tersedot untuk PLTA Lae Renun.
"Tahun lalu PLN dihadapan masyarakat
sempat berjanji akan mengutamakan kepentingan petani dan masyarakat
sekitar. Komitmen ini yang kami pegang. Lahan padi milik masyarakat bisa
terancam kekeringan jika PLN melanggar komitmen yang mereka buat," ujar
Direktur Lembaga Studi Pemantauan Lingkungan (LSPL) Poltak Simanjuntak,
Senin (19/12) di Medan.
Ekosistem di daerah aliran Sungai Lae
Renun juga terganggu jika PLN memonopoli aliran 11 anak sungai dan
sungai induk. "Tentu pengurangan debit air akan memengaruhi ekosistem
sungai. Namun, sejauh ini masih belum terlihat karena PLTA elum
beroperasi," ujar Poltak.
Pengoperasian PLTA Lae Renun juga
terancam oleh penurunan debit air sungai Lae Renun. Ancaman turunnya
debit air sungai dapat terjadi sewaktu-waktu mengingat perambahan hutan
lindung Lae Pondom sebagai daerah tangkapan air sungai ini.
Menurut Bupati Dairi MP Tumanggor, hampir
60% hutan di daerah tangkapan air sungai rusak. Tumanggor tidak
menjelaskan lebih lanjut seberapa luas hutan yang rusak.
Dia menuding perambahan hutan oleh
masyarakat sebagai penyebab rusaknya hutan di daerah tangkapan air. "Tak
aad illegal logging, yang ada perambahan hutan. Jadi, kami
hitungt sejak tahun 1982 hutan itu sudah rusak hampir 60%," katanya.
Dia juga menjamin pengoperasian PLTA Lae
Renun tidak akan mengganggu ekosistem sungai induk dan 11 anak sungai
lainnya. Dia mengaku, sejak tahun 1982 terjadi penurunan debit air di
sungai Lae Renun.
"Kalau tahun 1982 debit air Sungai Lae
Renun mencapai 20 meter kubik per detik, sekarang tinggal 13 meter kubik
perdetik. Untuk mengoperasikan dua turbin di PLTA Lae Renun, butuh 10
meter kubik perdetik. Kami sudah menghitung kebutuhan petani dan
masyarakat disekitar aliran sungai, yakni 2,7 meter kubik per detik.
Jadi, pengoperasian PLTA Lae Renun tidak akan mengganggu kebutuhan
masyarakat," katanya.
PLTA Lae Renun yang dibangun dengan hibah
dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) diproyeksikan mampu
menghasilkan daya sebesar 2x41 megawatt dengan kemampuan suplai 313,5
GWh setahun. Pengoperasian PLTA diharapkan mampu menutup kekurangan
pasokan listrik di wilayah Sumatera bagian utara yang sampai saat ini
masih mengandalkan PLTGU Sicanang, Belawan.
"Kalau debit tidak sampai 10 meter kubik
per detik, mungkin hanya 1x41 megawatt yang dioperasikan. Yang penting
menjaga debit sungai Lae Renun tidak menurun," ujarnya.(BIL)
Awal
- Sejarah
- Visi
dan Misi - Struktur
Organisasi - Isu
Strategis - Program
Kerja - Artikel
- Publikasi