Mang Jamal berkembang, euy! Habis Louisiana Louisiana dan Rakkaustarina,
kini terbit novelnya yang ketiga, Fetussaga. Dua yang pertama berlatarbelakang
negeri-negeri yang jauh dari Indonesia dan menampilkan tokoh utama orang
muda yang terlibat dalam cinta dan segala sangkut pautnya. Sedang novel
terbarunya ini mengambil tempat di kampung halaman Mang Jamal sendiri,
hingga ke Kawali. Tokoh utamanya pun lain dari yang dulu: calon manusia
alias janin yang berteman dengan siluman Ciamis yang disebut onom. Dengan
begitu ia beranjak dari tabiat realistis dalam kedua novelnya yang terdahulu,
lalu masuk ke alam surealis seraya berupaya mengaduk bahan-bahan perkisahan
dari khazanah sejarah dan mitos di Tatar Sunda. Dengan caranya sendiri,
saya kira, Mang Jamal tengah bereksperimen dalam seni mengarang. Upaya
mengolah sejarah dan mitos menjadi kisah yang layak dibaca tentulah
berat adanya, barangkali seperti jerih-payah Wiratanuningrat yang mengubah
Rawa Lakbok menjadi lahan pertanian- dan tentu perlu dihargai.
Hawe Setiawan, eseis, pemred majalah bahasa Sunda
Cupumanik