Home | Paroki | Informasi | Galeri Foto | Renungan | Suara Umat |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Tidur
Tidur. Semua orang melakukannya, dan ini merupakan bagian dari hidup. Tidur, adalah keadaan di mana badan dan kesadaran kita istirahat dengan memejamkan mata. Kalau tidur nyenyak, berarti tidur benar-benar sehingga sukar dibangunkan. Kalau tidur belum lelap, masih mendengar suara dan sebagainya, walaupun mata sudah terpejam. Berjuta-juta obat penenang dan pil tidur dihabiskan oleh orang setiap malam untuk merangsang / memperoleh tidur lelap. Padahal syarat utama untuk memperoleh tidur yang nyenyak adalah hati nurani yang bersih dan lega, mengaku dosa dan berpaling dari dosa dan kebiasaan berbuat dosa, dan membebaskan diri dari segala kepahitan, kebencian dan kekuatiran.
Maka Anda pun mampu melakukan ayat-ayat ini:
Pikirlah mulai sekarang juga kepada siapa Anda ingin mengabdi, karena Anda tidak dapat mengabdi kepada dua majikan sekaligus. Apabila Anda adalah anak Tuhan, maka bersandarlah kepada Tuhan, percayalah bahwa Tuhan akan memenuhi janji-Nya dan akan memberikan tidur yang nyenyak bagi mereka yang dikasihi-Nya, tidur dengan wajar. Oleh sebab itu, lakukanlah tugas Anda dengan cara merawat badan Anda dengan baik, memakan makanan yang sehat, hiruplah udara yang segar dan berolah ragalah. Jadi pendek kata tubuh yang sehat menunjang tidur yang nyenyak. Tuhan merancang dan menciptakan tubuh yang begitu mengagumkan sebagai tempat tinggal jiwa kita dengan Roh Kudus di dalam selama tubuh itu berada di atas muka bumi ini, dengan sendirinya Tuhan pasti menaruh minat besar terhadap kelangsungan tugas tubuh itu dengan sempurna sebagaimana mestinya, dan perawatannya secara seksama juga. "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah Bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu?"... Tuhan memberkati....
TRUE STORY
Ada seorang bocah
kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur (Filipina) yang setiap hari
mengambil rute melintasi daerah tanah berbatuan dan menyeberangi jalan raya
yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.
CARA-CARA MENCAPAI
KERENDAHAN HATI
UNTUK KEHIDUPAN
Menurut pendapat anda, apakah Isa adalah seorang...
Kunjungi setiap bagian dunia saat ini. Berbicaralah kepada orang-orang dari berbagai agama. Tidak peduli seberapa besar komitmen mereka pada agama mereka, jika dia tahu tentang sejarah, mereka akan mengakui bahwa tidak pernah ada seseorang seperti Isa dari Nazaret. Dia pribadi yang paling unik sepanjang zaman. Isa telah mengubah arah sejarah. Penanggalan yang kita pakai menyaksikan pada fakta bahwa Isa hidup di bumi ini 2000 tahun yang lalu. B.C. (Before Christ) berarti Sebelum Masehi dan sekarang disebut Tahun Masehi yang artinya "tahun Juru Selamat kita", yang dalam penanggalan internasional disebut A.D. (Anno Domini) yang artinya "Tahun Tuhan kita". KEDATANGAN-NYA TELAH DINUBUATKAN Ratusan tahun sebelum Isa lahir, Kitab Suci mencatat perkataan para nabi Israel yang memperkirakan kedatangan-Nya. Kitab Perjanjian Lama, yang ditulis oleh beberapa orang dalam kurun waktu 1500 tahun, berisi lebih dari 300 nubuatan yang memperinci kedatangan-Nya. Semuanya telah digenapi secara detail, termasuk kelahiran-Nya yang ajaib, hidup-Nya yang tanpa dosa, mujizat-mujizat-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Kehidupan yang dijalani Isa, mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya, perkataan yang diucapkan-Nya, kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke Sorga - semuanya menunjukkan fakta bahwa Dia bukan manusia biasa, tetapi lebih dari pada manusia. Isa menyatakan, " Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30), "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9), dan "Akulah jalan dan kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6) HIDUP DAN PESAN-NYA MENYEBABKAN PERUBAHAN Perhatikan hidup dan
pengaruh Isa dari Nasaret, sang Mesias, di sepanjang sejarah dan anda akan
melihat bahwa Dia dan pesan-Nya selalu membuat perubahan dalam hidup manusia dan
bangsa-bangsa. Dimanapun ajaran dan pengaruh-Nya berada, perkawinan yang suci,
hak asasi wanita dan suara rakyat diakui; sekolah-sekolah tinggi dan
universitas-universitas telah didirikan; peraturan hukum untuk melindungi
anak-anak telah dibuat; dan banyak perubahan-perubahan lainya telah dibuat untuk
kebaikan umat manusia. TUHAN, PEMBOHONG, ATAU ORANG GILA? Di dalam bukunya yang
terkenal Mere Christianity (Tak Sekedar Kekristenan), Lewis membuat pernyataan,
"Seorang manusia biasa saja yang mengucapkan sebagian kecil dari apa yang
dikatakan oleh Isa, tidak akan menjadi seorang guru moral yang besar. Bisa jadi
dia adalah seorang gila - setaraf dengan seorang yang mengatakan dia adalah
sebuah telor rebus - atau dia adalah setan dari neraka. Anda harus mengambil
keputusan sendiri apakah Dia dulu dan sekarang adalah Anak Allah, atau seorang
gila atau yang lebih buruk dari itu. Anda dapat menganggap Dia adalah orang
bodoh atau anda dapat jatuh di bawah kaki-Nya dan memanggil Dia Tuhan dan Allah.
Oleh karena itu marilah kita tidak merendahkan Dia dengan memandang-Nya sekedar
sebagai seorang guru yang agung." PEMIMPIN YANG SUDAH BANGKIT Isa dari Nazaret disalibkan,
dikuburkan dalam sebuah makam pinjaman, dan tiga hari kemudian bangkit dari
kematian; Kekristenan adalah hal yang unik pada saat ini. Berbagai pendapat
mengenai keabsahan dari kekristenan bergantung pada bukti kebangkitan Isa orang
Nazaret. MENGAPA ANDA PERCAYA Kebangkitan Kristus adalah pusat iman seorang Kristen. Ada beberapa alasan mengapa mereka yang mempelajari kebangkitan, percaya bahwa itu benar :
KUBUR YANG KOSONG:
Kedua, kebangkitan adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal aatas
kuburan-Nya yang kosong. Pembacaan yang cermat pada cerita Alkitab menunjukkan
bahwa kuburan dimana mereka membaringkan tubuh Isa dijaga dengan ketat oleh
prajurit-prajurit Roma dan ditutupi oleh batu yang sangat besar. Jika Isa tidak
mati tetapi hanya menjadi lemah (setelah mati suri), seperti yang dikatakan oleh
beberapa orang, para penjaga dan batu tersebut akan menghalangi pelarian-Nya.
Berbagai usaha penyelamatan yang dilakukan oleh para pengikut-Nya pun tidak akan
dapat dilakukan. Sementara itu musuh-musuh Isa tidak akan menyembunyikan tubuh
Isa karena tubuh-Nya yang hilang dari kubur hanya akan menguatkan kepercayaan
akan kebangkitan-Nya.
Keajaiban
Itu Terus Terjadi
Sejak zaman Yesus hingga sekarang mukjizat-mukjizat terus berlangsung. Hanya saja terkadang manusia kurang peka. MILLVINA Dean baru berumur sembilan pekan ketika Titanic, kapal pesiar mewah bermesin uap milik Inggris yang ia tumpangi bersama orangtuanya, menabrak sebuah gunung es sekitar 150 kilometer arah selatan Grand Banks of Newfoundland, Kanada, pada 14 April 1912. Laut Atlantic yang ganas telah membuat kapal itu karam dan tenggelam dalam perjalanan perdananya dari London menuju New York. Selama beberapa jam tubuh mungil Millvina hanyut di tengah laut yang begitu dingin. Ternyata bayi yang baru bisa menangis itu sungguh mengalami keajaiban. Ia selamat! Hal yang sangat sulit dibayangkan bisa terjadi pada bayi merah yang masih tak berdaya. Padahal musibah laut terburuk di sepanjang sejarah manusia itu telah menewaskan 1513 penumpangnya. Keajaiban yang dialami Millvina Dean itu, bila dilihat dari kaca mata iman, bisa disebut sebagai suatu mukjizat. Mukjizat yang sesungguhnya masih terus terjadi sejak zaman Yesus hingga sekarang. Dalam bukunya I Believe in Miracles, Kathryn Kuhlman mengemukakan, “Pada zaman modern yang bergerak pesat ini, mukjizat-mukjizat tetap terjadi setiap hari dalam kehidupan manusia. Hanya manusia saja yang kerap tidak memperhatikan atau menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah semestinya terjadi.” Bencana Estonia Tenggelamnya kapal Titanic yang sangat menghebohkan, bahkan hingga saat ini masih menjadi bahan penyelidikan, masih disusul dengan musibah?musibah laut lainnya. Di antaranya, musibah dahsyat yang menimpa Feri Estonia dalam perjalanannya dari Estonia menuju Stockholm, September 1994. Kapal buatan Jerman yang sudah 14 tahun melaut ini menyongsong maut di Laut Baltik saat badai tengah bergelora hingga menimbulkan gelombang sekitar 7 meter. Lebih dari delapan ratus penumpangnya tewas. Tapi musibah laut itu tidak merenggut nyawa semua penumpangnya. Nyawa mereka yang selamat seperti warga Inggris Paul Barney, 34 tahun, bisa dikatakan sebagai nyawa saringan. Sulit membayangkan bagaimana mereka bisa bertahan hidup di tengah amukan badai yang begitu ganas, di tengah malam yang gelap gulita. “Saya bersama delapan penumpang lainnya berhasil masuk ke dalam sebuah sekoci penolong. Namun beberapa saat sebelum pertolongan datang, gelombang menghempas kami semua. Saya sempat meraih kembali sekoci yang terbalik, tetapi delapan orang lainnya hilang,” kisah Barney. Antara percaya dan tidak, Barney melihat ada semacam cahaya pada malam itu yang bisa menunjukkannya posisi sekoci. Barney segera berenang sebisanya mendekati sekoci. Setelah itu semua terasa gelap kembali. Padahal gelombang yang ganas sempat tiga kali menghempaskannya ke laut yang sangat dingin dan bergelora. Kesulitan mengatasi amukan gelombang untuk meraih sekoci atau perahu karet penyelamat juga dialami Eero Kippa. Ketika mendengar mesin feri mendadak mati ia segera berlari menuju dek atas. Padahal di tangga maupun koridor feri ada begitu banyak orang panik yang saling berebut mencari pertolongan. Tanpa berpikir dua kali Kippa melompat ke laut. Perjuangan yang hampir mustahil terjadi saat itu. Ia berjuang selama beberapa menit untuk bisa mencapai sekoci, namun sangat sulit karena laut penuh gelombang. “Saya terjatuh lagi. Untung ada seorang pemuda Swedia yang membantu menarik tubuh saya hingga bisa memasuki sekoci,” kenangnya. Ternyata Kippa masih belum aman. Mendadak datang lagi sebuah gelombang besar membanting sekoci karet yang ia tumpangi. Kippa sempat berpegang erat, tetapi pelampung dan jaketnya hilang tersapu. Ia tak sadarkan diri. Ketika Kippa sadar, sekitar setengah dari penghuni sekoci karet tersebut telah lenyap. Penumpang lainnya yang selamat adalah Maergus Kermet. Ia terbangun dari lelap ketika feri berguncang. Ia langsung lari ke dek enam. Panik luar biasa mencengkeram perasaannya. Apalagi ketika 10 sekoci penyelamat tidak bisa diturunkan karena gelombang yang begitu tinggi. Perahu karet yang ada kemudian dilemparkan ke laut. “Hanya sedikit penumpang yang berhasil berenang dan memanfaatkannya,” kisahnya. Di antara bencana yang demikian dahsyat, di saat kemungkinan selamat sedemikian kecil tetap saja ada hal-hal yang rasanya mustahil terjadi, sungguh-sungguh terjadi! Inilah misteri kehidupan yang sulit dipahami. Tak disangkal Dalam hidup ini memang kerap terjadi berbagai peristiwa yang terbilang ajaib. Sebagian orang menganggapnya sebagai mukjizat, sebagian lainnya menganggapnya sebagai hal yang lumrah atau bahkan melecehkannya. Apapun yang terjadi, seperti ungkap Kuhlman, mukjizat tetap ada. Tinggal bagaimana manusia mengimaninya. Keajaiban juga kerap terjadi di tengah deraan penyakit. Kendati banyak penya-kit telah menghantar manusia pada maut, namun tak sedikit orang yang mengalami keajaiban: sembuh dari penyakit parah! Menurut Kuhlman, kesembuhan bagaimanapun juga berasal dari Allah. Dokter bisa memberikan diagnosa. Mereka dapat memberikan pengobatan dan perawatan yang terbaik bagi pasien-pasiennya. Tetapi pada akhirnya kuasa Allah yang Ilahi yang mampu menyembuhkan. Seorang dokter memiliki kemampuan dan kecakapan untuk membetulkan tulang yang patah, tetapi ia perlu menantikan kuasa Ilahi untuk menyembuhkannya. Seorang ahli bedah dengan lihai dapat membedah pasien sambil menerapkan semua keahlian dan ketrampilannya. Namun ia tetap harus menantikan kuasa yang lebih tinggi yang melakukan penyembuhan yang sebenarnya. Kuhlman menasihati, “Jika Anda sakit dan belum menerima karunia percaya akan mukjizat-mukjizat, carilah pertolongan dokter yang sebaik mungkin, dan berdoalah supaya Allah berkenan bekerja melalui dokter itu. Sesudah itu Anda dapat menunggu Allah mengerjakan penyembuhan yang sebenarnya. Kuasa Allah untuk menyembuhkan adalah fakta yang tak dapat disangkal dengan atau tanpa bantuan manusiawi.” Salah seorang warga Lingkungan Santo Mikael, Drg Irene yang baru saja menderita sakit cukup parah, merasakan hal serupa. Dengan imannya, ia yakin Tuhan akan menyembuhkan penyakitnya. Maka, setelah berobat di Singapura selama sekitar empat bulan, ia kembali ke Tanah Air dengan keadaan yang memulih. Melampaui pemahaman Sesungguhnya setiap hari di muka bumi ini terjadi beragam peristiwa ajaib yang dianggap biasa oleh kebanyakan orang. Semisal peristiwa kelahiran bayi. Ahli kebidanan tenar dari Pittsburgh Amerika Serikat, Dr. Charles Joseph Barone berpendapat, sesungguhnya kelahiran seorang bayi adalah mukjizat terbesar. Barone yang telah membidani lebih dari 25.000 bayi mengatakan, kelahiran manusia sesungguhnya melampaui pemahaman manusia. Ini merupakan salah satu dari rahasia-rahasia dan perkara suci yang telah merangsang keingintahuan dan kekaguman manusia. “Peristiwa kelahiran tetaplah merupakan suatu rahasia yang tidak dapat dipahami.” Barone mengungkapkan, penyelidikan ilmu mudigah (bakal anak) dari satu sel manusia menjadi tanda-tanda manusia, yakni tanda-tanda yang akan menjadi mata atau jantung atau kaki atau hidung atau bibir, dsb merupakan hal yang juga melampaui pemahaman manusia. “Saya yakin, itu semua berasal dari Allah.” Kuhlman juga mengakui keajaiban bayi yang baru lahir. Tidak ada petunjuk yang pernah diberikan kepada mereka. Walau demikian tiap-tiap bayi yang masih mungil itu tahu dengan tepat apa yang harus ia lakukan untuk memuaskan keinginannya. Karunia Allah Dengan keteguhan imannya Kuhlman menandaskan bahwa Roh Kudus merupakan kunci terjadinya suatu mukjizat. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Jawaban ini sesungguhnya demikian sederhana sampai-sampai banyak orang ‘buta’ dan ‘tuli’ terhadap-Nya. “Bagaimanapun juga kebesaran Allah melampaui pengertian manusia. Tak ada manusia yang dapat menduga berapa dalam dan luas kuasa-Nya.” Tetapi manusia acapkali terlalu mengarahkan pandangannya pada keadaan: masalah-masalah yang mereka hadapi, kelemahan-kelemahannya maupun penyakitnya. Padahal ini keliru. “Jalan yang justru akan mengalahkan manusia dalam hidupnya adalah terlalu memusatkan pikiran dan perhatian pada diri sendiri.” Yesus berkali-kali menandaskan pentingnya iman pada orang yang memohon kesembuhan atau penglihatan kepada-Nya. “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkanmu!” Seketika itu juga melihatlah orang buta itu. Menurut Kuhlman, iman dan anugerah memiliki hubungan yang begitu rupa sampai keduanya tak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan karunia Allah. “Bukan iman yang harus Anda cari, melainkan Yesus. Pemberi tiap-tiap karunia yang baik dan sempurna adalah Dia yang mengadakan dan menyempurnakan iman kita.” Sampai hari ini terus terjadi berbagai peristiwa yang sesungguhnya ajaib. Hanya saja sering manusia kurang peka menanggapinya. Inilah misteri kehidupan yang sulit dijangkau oleh pemahaman manusia! (Maria Etty)
Kelebihan
Yesus: Solidaritas
Oleh dr. Marie Gabriele Tan S. Yen. Tulisan ini muncul sebagai hasil decakan kagum akan khotbah salah seorang pastor praja dalam suatu hari raya gereja. Entah kenapa, khotbah itu akhirnya membangkitkan perasaan haru dan “kasihan” (atau... apa ya?) pada Yesus. Bukan hal yang baru lagi, seandainya kita mendengar komentar sinis tentang penghayatan iman kita pada Kristus. Tapi sialnya, komentar sinis itu kadang-kadang menggelitik murid-Nya juga, yang dengan catatan sedang “lesu darah”. Orang Katolik dikenal asik dengan hal-hal yang membuat sedih dan sengsara. Misa pun dimulai dengan penyesalan diri alias tobat. Belum lagi ritus jalan salib. Via Dolorosa. Apalagi di Philipina, perayaan Jumat Agung nyaris seperti adegan kesengsaraan yang paling mentok menjelang dunia kiamat. Belum lagi kita senantiasa diberi petuah bahwa hidup ini sebenarnya salib yang harus dipanggul kemana-mana. Tawa orang yang sinis tadi makin nyaring, kok kalian masih betah sich dengan agama yang model gitu? Beberapa orang terkesiap. Dan muncullah sekte-sekte yang gegap gempita menyerukan kehebatan-kehebatan Kristus, mirip pengharapan orang Yahudi Perjanjian Lama. Dan satu per satu beberapa pengikut sekte itu pun rontok karena akhirnya mereka “mentok” lagi pada kekecewaan. Kristus lahir bukan untuk menciptakan agama Katolik. Seorang umat buta huruf di suatu desa pernah menggambarkan untuk apa Kristus itu datang. Sederhana sekali, Ia hadir sebagai tanda, bahwa saya punya teman. Bahwa saya disayang dan dicintai Gusti Allah. Sebenarnya, segala kesedihan, kekecewaan dan kesengsaraan bukan berasal dari Allah, ini suatu hal yang melandasi iman kepercayaan kita. Atas dasar itu pula maka seandainya kita mengalami kesusahan tentu sebagai akibat perbuatan manusia sendiri (kita, atau sesama!). Lucunya, agama yang dianggap “berhasil” adalah agama yang mampu mengentaskan manusia dari kesusahan itu! Dan alhasil manusia berlomba jual kecap tentang agamanya masing-masing. Tentu saja, promosi model begini tidak laku. Mengapa? Karena tidak menjawab masalah, bukan alternatif penyelesaian. Ibaratnya penyakit batuk pilek diobati dengan tablet diare. Kemudian tokoh Yesus pun muncul. Dengan serta merta Ia mau menemani manusia dengan segala keluh kesahnya. Sampai akhirnya manusia itu “nglunjak” alias keterusan. Dan ditumpahkannyalah semua pada diri Yesus. Kalau terasa Yesus tidak bereaksi (dibaca: kesulitan manusia tidak teratasi), maka manusia kecewa dan marah-marah atau bingung, apa iya toh, iman saya kurang, makanya Yesus “diam-diam saja”? Ah manusia. Bukan Yesus yang bikin masalah, eee..., malah Yesus itulah yang dikejar-kejar, diberi “PR” untuk menyelesaikan masalahnya. Kristus adalah tokoh solidaritas yang tak ada bandingnya. Bisa saja toh, Ia mengibaskan tangan-Nya, karena bukan berasal dari dunia sini. Tapi Ia tidak setega itu. Dia ikut menangis dengan kita. Bahkan Dia berpesan secara tersirat, bahwa kesengsaraan itu sebenarnya bagian dari hidup yang patut dipelajari (bukan dinikmati!), paling tidak begitulah seharusnya kita melihat kematian-Nya sendiri. Manusia tak boleh jemu belajar. Termasuk belajar menghayati pengharapan yang benar. Ia sendiri dengan gamblang menunjukkan akibat dari pengharapan yang salah, gaya orang Yahudi dalam Perjanjian Lamanya, mengharapkan seorang “Saviour”, Penyelamat, yang mentereng datang sebagai Raja Manusia. Dan orang Yahudi itu sedemikian kecewanya melihat Yesus yang papa. Akhirnya pengharapan salah ini harus dibayar mahal lewat kematian-Nya. Orang Katolik memang sarat Liturgi. Karena kita masih perlu belajar terus. Liturgi bukanlah ritus kepercayaan yang rutin dan mati. Liturgi adalah dinamika hidup, penuh irama dan gerak seperti layaknya suatu operette. Indah untuk diikuti, karena Kristus sendiri Sang Gurunya. Dan kehebatannya itu semakin nyata karena dalam irama tobat dan ritme kisah sengsara, Ia mengajarkan lirik cinta kasih dan solidaritas. Bravo!
Makna Cinta
1. Jangan tertarik kepada
seseorang karena parasnya,
sebab keelokan paras dapat
menyesatkan. Jangan pula
tertarik kepada
kekayaannya karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang
dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang
gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.
Melihat "Wajah
Kristus"
Oleh dr. Marie Gabriele Tan S. Yen Tulisan ini tidak bermaksud untuk menceritakan pengalaman seseorang yang pernah melihat “wajah Kristus / Yesus” sebagaimana yang mungkin anda bayangkan. Jadi jangan kecewa, seandainya setelah selesai membaca ternyata kita tidak diberi gambaran apakah Kristus punya jerawat atau alisnya lebat atau bibirnya tipis karena terlalu capek berkotbah dan menceritakan perumpamaan. Dalam kehidupan, cukup banyak (masih banyak) orang Kristiani yang begitu haus ingin tahu siapa sih “Nabi Agung”, “Anak Allah”, Tuhan yang memanusia” dan disembah itu. Pelbagai cara diupayakan. Dari “yang masuk akal” dan bisa diterima orang banyak, hingga yang sulit dicerna akal sehat. Dari meditasi dan perbanyakan doa gaya rahib Karmel, sampai usaha “setengah maksa” agar “kekuasaan Ilahi” turun atas perbuatan-perbuatan tertentu yang direkayasa manusia. Namun untuk mengenal “wajah Kristus” ada suatu ketidaksengajaan yang justru bisa dan mudah dialami manusia. Cara itu hadir melalui jalur yang begitu unik, pribadi, menyentuh dan mesra dalam diri seseorang. Dia tampil menampakan diri perlahan demi perlahan, seperti kabut gunung yang turun menjelang senja. Kristus hadir saat kita tak berdaya, memasrahkan diri dan tenang mempercayakan segalanya dalam genggam-Nya. Mungkin saat ini kita sendiri merasa “kasep” (terlanjur), menghadapi jalan buntu, dan akhirnya mengeluh, “Ya Allah, mengapa tidak dari dulu saja aku memasrahkan diri pada-Mu?” Kristus memperlihatkan diri-Nya dalam kepapaan, bukan hanya kepapaan orang lain (yang kita anggap miskin, sengsara, dsb) tapi juga dalam kepapaan KITA. Apakah kita pernah merasa menjadi orang papa yang tak berdaya? Orang papa yang tertimbun malang tak berkesudahan dan keresahan menghadapi dunia? Yang lebih sering terjadi, justru kita merasa “masih belum papa”, kita penuh enerji, berdaya juang dan berkeras hati untuk mengatasi segala sesuatunya dengan ikhtiar kita, sesuai rencana kita, sesuai kehendak hati. Memang, terjadi kesulitan untuk membedakan antara manusia yang optimis, berdaya juang dengan manusia yang begitu “gemar” hanya mendengarkan optimisme-nya saja dan terlalu sedikit memberi kesempatan bagi Allah untuk berkarya atau campur tangan dalam rencana hidupnya. Kerap kali orang-orang yang memasrahkan diri dianggap sebagai manusia malas, mudah putus asa dan tidak cerdas. Novena pun seringkali diejek sebagai upaya mengatasi jalan buntu dengan merengek-rengek pada Bunda Maria seperti anak ayam kurang makan. Bahkan lebih sinis lagi, kedekatan pada Kristus dan BundaNya saat susah dianggap sebagai “obat penenang tradisional” yang sangat sugestif, sekedar meredakan rasa gundah, takut, cemas dan stress. Dan inilah tantangan. Manusia cerdas, hidup di metropolitan yang penuh tantangan, kerap menjadi “bandel” dengan sapaan Allah, kerap sulit menemukan waktu untuk menatap lilin bernyala di tengah malam sambil menggenggam jemari orang yang dikasihinya dan berkata, “Tuhan, kami pasrahkan semuanya pada-Mu, karena rencana-Mu lebih bagus dan pasti “jadi” ketimbang rencanaku yang penuh spekulasi dan sarat pertimbangan pribadi”. Kristus yang sebenarnya tidak hadir dalam kehura-huraan dan kekayaan kita menguasai dunia. Yesus pun sebetulnya sedih ketika Ia disambut di gerbang Yerusalem dengan lambaian palma dan dielu-elukan bagai “raja” seperti gambaran orang Yahudi dahulu (dan mungkin kita juga sekarang): raja dengan wilayah kekuasaan, berhak memberi titah dan perintah, mempekerjakan sekian hamba (pokoknya adil), dan seterusnya. Kristus hanya tersenyum dan turut bahagia melihat keberhasilan kita, tetapi dalam senyumnya Ia sekali lagi meminta agar manusia tidak larut dalam kesenangan itu – Ia masih meminta sedikit waktu agar manusia melihat kembali kepapaannya dan merasakan bahwa Ia hadir. Sehingga Ia tidak perlu lagi mengajarkan bagaimana merasakan kehadiran-Nya lewat kejadian tragis penuh isak tangis menyesali sesuatu yang memang sudah “kasep”. Melihat wajah-Nya, merasakan kehadiran-Nya, menjadi pengalaman iman yang manis dan kuat menyatu dalam hidup. Karena dari itu semua cinta hadir dalam ujud yang jelas, mempunyai makna yang terang dan manusia tidak mudah tercabut dari akarnya, sebab ia sudah tahu: kepada siapa ia harus percaya.
Memikat
Hati Tuhan
oleh drg. Irene "Apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan Allahmu selain takut akan Tuhan Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkanNya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan yang kusampaikan kepadamu hari ini, supaya baik keadaanmu. Sesungguhnya Tuhan Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit dan bumi dengan segala isinya; tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati Tuhan terpikat sehingga Ia mengasihi mereka dan keturunan merekalah, yakni kamu yang dipilih dari segala bangsa, seperti sekarang ini, sebab itu sunatlah hatimu dan jangan lagi kamu tegar tengkuk. Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu yang telah melakukan di antaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kau lihat dengan matamu sendiri" (Ulangan 10: 12-16, 21). Apakah telah terpikir oleh kita, bagaimana agar Tuhan peduli dan menyayangi, yakni dengan memikat hati Tuhan, seperti tokoh-tokoh dalam Alkitab yaitu Daud dan Abraham? Mari kita selidiki bersama-sama, bagaimana cara memikat hati Tuhan 1. Dengan taat kepada Tuhan dan membuat Mezbah bagi Tuhan (Kejadian 12: 1-2) Berfirmanlah Tuhan kepada Abraham, "pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah Bapamu ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar dan
memberkati engkatu serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat".
2. Dengan damai sejahtera (suka berdamai) Kejadian 13: 8-9: "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau....". Kalau ada orang Kristen hidup tidak menurut firman Allah, bisa kaya tetapi hati tidak tenteram, tidak bahagia. Satu negara tidak dapat maju kalau ada peperangan, tidak ada damai, kalau orang suka ribut, sial, saraf tegang, karena saraf tegang pikiran tidak tenang, rejeki hilang. Kalau dalam rumah tangga ada damai, masyarakat sekitar damai, negara damai. 3. Memberikan persepuluhan Menurut opini Maya Febri pada WM edisi 10, April 2000, Tuham memang menghendaki persembahan persepuluhan namun harus disertai kasih. Saya sangat setuju, berdasarkan hukum kasih menurut rasul Paulus: 1 Kor 13: 4-8: Kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi bergembira karena kebenaran, ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menunggu segala sesuatu. Persembahan persepuluhan ini memang milik Tuhan, karena kita menerima semua berkat itu dari Tuhan dan kita jangan mencurinya. Harus kita berikan kembali kepada Tuhan. Marilah kita lihat Maleakhi 3: 10: "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumahKu dan pujilah Aku, firman Tuhan semesta alam. Apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan". Itulah janji Tuhan kalau kita taat memberikan 1/10 saja dari semua berkat Tuhan itu. 4. Takut akan Tuhan Kejadian 22: 1-2: Abraham dicobai Tuhan untuk
mempersembahkan Ishak anaknya sebagai korban bakaran. 5. Berdoa Syafaat (berdoa untuk keselamatan orang lain) Kejadian 18: 22-23: Tuhan akan melenyapkan Sodom
dan Gomora tetapi Abraham melakukan doa syafaat untuk saudaranya Lot. Orang yang berdoa syafaat hadir dalam dewan musyawarah Tuhan dan akan didengar doanya dari tempat tinggi.
Mencintai
Banyak Orang
Kita boleh bangga karena memiliki pemimpin iman yang bersedia berkaul tidak menikah. Mengapa bangga? Jawaban yang sangat manusiawi adalah karena tidak banyak orang yang mau hidup tanpa menikah demi orang lain. Ini sulit dan mungkin bodoh bagi sebagian orang. Mungkin juga ada yang menyatakan bahwa ini melanggar kodrad manusia yang hidup berpasang-pasangan dan harus beranak cucu sesuai Kitab Kejadian 1: 27-28. Jika kita buka Kitab Matius 19: 12, kita akan membaca kutipan perkataan Yesus: Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti. Ayat ini membuat saya menjadi lebih bangga sebagai orang yang dipimpin oleh pemimpin yang tidak menikah karena Kerajaan Allah. Sebagai awam, logika yang dapat saya kembangkan adalah logika yang berhubungan dengan perhatian dan prioritas. Saya ingat ketika saya belum menikah. Saat itu banyak sekali waktu yang dapat digunakan untuk berbuat apa saja 'semau saya' (secara positif) tanpa banyak orang lain yang saya pertimbangkan. Saya dapat ikut kegiatan apa saja yang diadakan baik oleh Mudika, Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK), Legio Mariae, dan kegiatan lingkungan atau kegiatan kampus. Asal saya senang, saya akan ikut. Setelah menikah apalagi punya anak, saya harus 'tahu diri' sehingga mulai membatasi dan membagi waktu karena memiliki tanggung jawab keluarga. Saya tidak hanya memperhatikan diri saya lagi. Saya tidak bisa hanya mencari kesenangan saya sendiri sehingga mengorbankan keluarga. Perhatian dan prioritas saya berubah menjadi bukan pada orang lain melainkan pada diri sendiri dan keluarga. Saya 'bekerja' sebagian besar untuk keluarga. Cinta ternyata menjadi 'kunci' mengupas masalah ini. Di saat seseorang bebas untuk mencintai siapa saja tanpa berharap balasan untuk dicintai, saat itu ia bebas berbuat baik sebaik-baiknya kepada siapa saja. Namun saat ia telah memilih satu atau beberapa orang untuk dicintai dengan harapan ia akan memperoleh balasan dicintai, ia menjadi sulit untuk mencintai lebih banyak orang. Yesus menjadi teladan cinta yang saya kagumi. Ia tidak mencintai orang lain demi diri-Nya. Bahkan Ia juga tidak 'cinta' pada diri-Nya. Ia rela mati untuk orang-orang yang dicintai-Nya, untuk banyak orang yang belum tentu mencintai-Nya. Yesus telah berhasil mencintai banyak orang tanpa mengharapkan imbalan cinta. Karena itu kita percaya hati-Nya bersih. Pemimpin atau gembala yang kita miliki dalam Gereja Katolik juga sosok yang 'berharap' dapat mencintai lebih banyak orang. Oleh karena itu mereka bersedia berkaul tidak menikah atau hidup selibat agar dapat bekerja untuk banyak orang, bukan untuk keluarga dan diri mereka. Di sisi lain, saya mengakui bahwa 'penggilan' agar dapat mencintai banyak orang tanpa pamrih adalah panggilan mulia. Panggilan jenis ini sulit ditemukan, karena itu kita bersama perlu mengupayakannya. Gereja kita sedang kesulitan (krisis) panggilan. Kita perlu terus berdoa dan mungkin dapat mulai memupuk benih dari keluarga atau lingkungan kita. (Hendry Tiono)
Mencontoh
Mogok Makan?
Jika seseorang ingin doanya dikabulkan, ia berdoa sambil melakukan puasa dan mati raga. Inikah makna puasa yang sesungguhnya? Warta Mikael Edisi 31 mencoba menggali makna puasa dalam kehidupan Gereja Katolik dalam Berita Utama. Masa Prapaskah telah biasa kita jalani. Pada masa ini kita diharapkan dapat mempersiapkan diri merayakan ‘kemenangan’ Kristus dengan masa pertobatan. Dalam menjalani masa Prapaskah kita mengenal istilah pantang dan puasa. Banyak di antara kita menjalaninya hanya sekadar ‘ikut’ kebiasaan. Secara umum, di luar masa Prapaskah pun beberapa orang sering melakukan puasa untuk tujuan-tujuan tertentu. Namun sayang beberapa di antaranya melakukan puasa dengan gigih agar doanya dikabulkan. Cara ini menurut saya mirip dengan aksi mogok makan yang dilakukan mahasiswa di depan gedung MPR, yang hendak memaksa pemerintah memenuhi keinginannya. Maaf, bukan bermaksud menyinggung. Doa dengan berpuasa adalah baik jika dimaksudkan untuk lebih membersihkan hati dan mengendalikan diri. Tetapi bukan supaya doanya lebih manjur dan mudah dikabulkan. Ini berarti memaksakan kehendak kita kepada Tuhan. Dalam Matius 4: 1-11 dikisahkan setelah Yesus ‘dinobatkan’ oleh Roh Kudus sebagai Putra Allah, Ia dibawa ke padang gurun berpuasa 40 hari untuk dicobai Iblis . Ketika iblis memintanya menjatuhkan diri agar malaikat-Nya dapat menatang-Nya, Ia menjawab agar ‘tidak mencobai Allah’. Bacaan ini memberi contoh agar tidak menggunakan puasa untuk meminta pada Allah melakukan pertunjukan (show) kekuasaan-Nya. Beberapa ayat dalam Kitab Bilangan (29: 7; 30: 13) dan Imamat (16: 29, 31; 23: 27, 29, 32) juga menyebutkan puasa sebagai lambang untuk merendahkan diri, bukan meninggikan diri sehingga dengan berpuasa seakan-akan kita berhak atas permintaan apa saja. Dari ayat-ayat Kitab Suci yang menyebutkan hal berpuasa, didapat makna puasa sebagai pendukung suasana doa agar manusia dapat lebih dekat dengan Allah. Manusia menjadi lemah saat berpuasa. Dengan demikian ia dapat merasakan betapa besar dan pentingnya Allah dalam hidupnya. Di sisi lain, ia juga dapat merasakan apa yang dirasakan sesama manusia yang hidup berkekurang-an. Beberapa contoh kehidupan berpuasa dari tiga biara besar yang ada di negara kita mungkin dapat memberi gambaran bagaimana selayaknya umat Katolik menjalankan puasa. (Hendry Tiono)
Mengapa Kita Menghormati Bunda Maria? Sepanjang bulan Mei, Gereja meminta kita untuk memberi perhatian secara lebih istimewa kepada Santa Perawan Maria, Bunda Allah. Bunda Maria sangat berarti bagi kita karena beberapa alasan: MARIA, GADIS
YAHUDI Jadi keluarga Maria pindah beberapa mil jauhnya ke Nazareth, sebuah dusun kecil yang berpenduduk hanya 150 hingga 300 orang. “Nazareth” dalam bahasa Ibrani mempunyai dua arti yang berbeda. Nazareth bisa berarti “lili, bunga bakung” yang merupakan simbol kehidupan, dapat juga berarti “keturunan”. Keluarganya berasal dari keturunan Raja Daud. Baik itu artinya bunga bakung ataupun keturunan, Nazareth adalah nama yang indah bagi tempat tinggal Maria. Di sanalah Maria bertemu dengan Yusuf, seorang tukang kayu. Kemungkinan Yusuf tidak jauh lebih tua dari Maria. Mereka pun bertunangan. Biasanya, masa pertungangan berlangsung selama satu tahun atau lebih. Si gadis akan menenun dan melakukan pekerjaan rumah tangga, sementara sang pria akan membangun rumah tempat tinggal mereka. Kisah selanjutnya kita baca setiap tahun pada hari Natal. MARIA, BUNDA
ALLAH MARIA, BUNDA KITA
sumber : Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.” ------------ ------------- Mengapa Umat Katolik Berdoa kepada Santa Perawan Maria ? Banyak orang non-Katolik
telah diajari sedari kecil untuk meyakini bahwa salah satu bukti nyata akan
ketidakbenaran ajaran Katolik dapat dilihat dalam penghormatan yang disampaikan
kepada Santa Perawan Maria dalam Gereja Katolik, dan dalam begitu banyaknya doa
yang dengan penuh kepercayaan disampaikan kepada Bunda Maria oleh umat Katolik.
1.
MARIA ADALAH BUNDA ALLAH.
2.
MARIA ADALAH BUNDA SELURUH UMAT MANUSIA.
Jika ibunda-Nya itu adalah Bunda bagi Diri-Nya Sendiri, pastilah Ia membebaskannya dari penderitaan, oleh sebab Ia mempunyai kuasa untuk melakukannya dan karena Ia mencintai Bunda-Nya dengan kasih yang tak terbatas. Ia mengadakan mukjizat-Nya yang pertama di hadapan publik atas permintaan Bunda-Nya, dan menjelang ajal-Nya, Ia mengingatkan Bunda-Nya bahwa ia telah dipersiapkan sejak dari semula untuk menjadi bunda bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, Katolik percaya bahwa Maria pastilah dengan antusias menolong mereka, dalam pencobaan jiwa maupun badan, seperti layaknya seorang ibu dengan antusias mengusahakan kesejahteraan bagi anaknya. Rosario yang didaraskan umat Katolik merupakan ungkapan kepercayaan mereka terhadap kedua kebenaran di atas. Umat Katolik yakin bahwa jika Maria berbicara kepada Putra Ilahi-nya bagi mereka, tak perlu diragukan lagi mereka pasti akan menerima jawab atas doa-doa mereka. Imprimi Potest: John N. McCormick, C.SS.R. Provincial, St. Louis Province Redemptorist Fathers, May 2, 1960 Imprimatur: + Joseph E. Ritter, Archbishop of St. Louis, May 5, 1960 sumber : “Why Catholics Pray to the Blessed Virgin Mary”; www.catholictradition.org Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Catholic Tradition.”
Misa Kudus dan Kitab Wahyu Dari segala hal seputar iman Katolik, tidak ada hal lain yang lebih kita kenal lebih daripada Misa Kudus. Dengan doa-doa yang sudah sangat tua usianya, himne-himne, posisi kita pada waktu Misa, Misa Kudus seperti layaknya kita di rumah sendiri. Akan tetapi banyak sekali umat Katolik menghabiskan seumur hidupnya tanpa mampu melihat lebih daripada mengucapkan doa-doa yang sudah dihafalkan. Sangat sedikit sekali dari umat Katolik bisa mengintip DRAMA SUPERNATURAL yang LUAR BIASA sewaktu mereka mengikuti ritual Misa Kudus setiap hari Minggunya. Sri Paus Yohanes Paulus II menyebutkan bahwa Misa Kudus adalah "Surga di bumi", sambil menjelaskan bahwa "liturgi yang kita rayakan di bumi adalah partisipasi yang misterius dari liturgi surgawi." Misa Kudus begitu sangat kita kenal. Di lain pihak, Kitab Wahyu tampak asing dan penuh teka-teki. Halaman demi halaman mengisahkan gambaran-gambaran yang menyeramkan: peperangan, wabah penyakit, binatang-binatang dan malaikat-malaikat, sungai darah, katak jadi-jadian, dan naga berkepala tujuh. Dan figur yang paling baik adalah anak domba yang bertanduk tujuh dan bermata tujuh. "Kalau ini baru kulitnya saja", demikian sebagian umat Katolik berkata, "Saya rasa saya tidak ingin melihat lebih jauh." Dalam buku ini, saya ingin menawarkan sesuatu yang sangat sulit dicerna. Saya akan mengatakan bahwa KUNCI untuk memahami Misa Kudus tidak lain adalah Kitab Wahyu, dan lebih jauh lagi, bahwa Misa Kudus adalah SATU-SATUNYA cara umat Kristen bisa memahami isi Kitab Wahyu. Kalau anda tidak percaya, anda mesti tahu bahwa anda tidak sendirian. Ketika saya mengatakan kepada seorang teman bahwa saya sedang menulis tentang Misa Kudus sebagai kunci (untuk memahami) Kitab Wahyu, dia tertawa dan berkata, "Kitab Wahyu? Itu kan cuma berisi hal-hal yang aneh." Memang tampak aneh bagi umat Katolik, karena selama bertahun-tahun, kita telah membaca kitab ini secara terpisah dari tradisi Kristen. Interpretasi-interpretasi yang dikenal oleh banyak orang sekarang ini adalah interpretasi-interpretasi yang masuk halaman utama surat kabar atau daftar buku terlaris, dan interpretasi-interpretasi itu nyaris seluruhnya berasal dari Protestanisme. Saya tahu ini dari pengalaman saya pribadi. Saya telah mempelajari Kitab Wahyu selama lebih dari dua puluh tahun. Sampai dengan tahun 1985, saya mempelajarinya dengan kedudukan saya sebagai pendeta suatu denominasi Protestan, dan sepanjang tahun-tahun itu, saya terlibat, secara bergiliran, dengan berbagai teori-teori penafsiran yang populer maupun tidak populer. Saya mencoba setiap kunci, tetapi tidak satupun yang bisa membuka pintu. Sekali-sekali saya mendengar suara klik yang membawa harapan. Akan tetapi baru ketika saya mulai merenungkan Misa Kudus saya merasakan bahwa pintunya telah mulai membuka, sedikit demi sedikit. Secara bertahap, saya menemukan diri saya diliputi oleh tradisi Kristen yang luar biasa, dan pada tahun 1986 saya diterima dalam persekutuan yang penuh di Gereja Katolik. Setelah itu, dalam riset saya menyangkut Kitab Wahyu, berbagai hal-hal menjadi lebih jelas. "Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya sebuah pintu terbuka di sorga..." (Wahyu 4:1). Dan pintu itu membuka menuju......Misa Kudus mingguan di paroki setempat! Nah sekarang mungkin anda menjawab bahwa pengalaman mingguan yang anda alami pada waktu Misa berlangsung sama sekali tidak bersifat surgawi. Bahkan, satu jam itu adalah saat-saat yang tidak nyaman, yang diisi oleh bayi-bayi yang menangis, lagu-lagu yang dinyanyikan secara sumbang, orang-orang yang mondar-mandir, homili yang tidak mengena, umat yang berpakaian seolah-olah mereka ingin pergi nonton acara sepak bola atau ke pantai atau pergi piknik. Akan tetapi saya tetap mendesak bahwa kita SUNGGUH-SUNGGUH pergi ke surga ketika kita pergi menghadiri Misa Kudus, dan ini BENAR ADANYA bagi setiap Misa Kudus yang kita hadiri, terlepas dari kualitas musik atau semangat berkotbahnya. Ini bukan semata-mata karena kita ingin melihat sisi baiknya dari liturgi yang berlangsung secara kurang menarik. Ini juga bukan karena ingin bermurah hati terhadap solis yang tidak merdu suaranya. Ini semua adalah sesuatu yang benar secara objektif, sesuatu yang sama nyatanya seperti detak jantung anda. MISA KUDUS - dan maksud saya adalah SETIAP MISA KUDUS - ADALAH SURGA DI BUMI. Saya ingin meyakinkan anda bahwa ini semua sama sekali bukan ide saya. Ini berasal dari Gereja. Itupun tetap saja bukan suatu ide yang baru. Ide ini sudah ada sejak hari dimana Rasul Yohanes mendapatkan penglihatan wahyu. Akan tetapi ini adalah ide yang belum mendapat perhatian yang memadai pada abad-abad terakhir dan saya sama sekali tidak bisa mengerti mengapa. Kita semua ingin mengatakan bahwa kita ingin sesuatu yang lebih dari Misa Kudus. Sesungguhnya kita tidak bisa mendapatkan sesuatu yang lebih daripada Surga itu sendiri. Saya mesti mengatakan sejak mulanya bahwa buku ini bukanlah suatu pendalaman Alkitab. Isinya difokuskan kepada aplikasi praktis dari satu sisi dari Kitab Wahyu, dan pelajaran kita jauh dari lengkap. Para teolog berdebat tanpa habis-habisnya tentang siapa yang sesungguhnya menulis Kitab Wahyu, dan kapan, dan dimana, dan mengapa, dan ditulis diatas perkamen macam apa. Dalam buku ini, saya tidak akan menyinggung pertanyaan ini secara mendetail. Buku ini juga bukan sebuah buku pegangan bagi penjelasan liturgi. Kitab Wahyu adalah sebuah buku mistik, bukan video untuk training atau buku petunjuk pemakai. Sepanjang buku ini, anda akan melihat Misa Kudus dengan pemahaman-pemahaman yang baru - pemahaman yang lain daripada pemahaman yang biasanya anda kenal. Meski surga turun ke bumi ketika Gereja merayakan Ekaristi, Misa Kudus tampak berbeda dari tempat yang satu ke tempat yang lain dan dari waktu ke waktu. Di tempat dimana saya tinggal, umumnya umat Katolik terbiasa dengan liturgi dari ritus Latin (=Roma = Barat). Bahkan kata "Misa" itu sendiri sebetulnya hanya menunjuk pada bagian liturgi Ekaristi dari Ritus Latin. Akan tetapi ada banyak liturgi-liturgi Ekaristi dalam Gereja Katolik: ritus Ambrosia, ritus Armenia, ritus Bizantium, ritus Kaldea, ritus Koptik, ritus Malabar, ritus Malankar, ritus Maronit, ritus Melkite, dan ritus Rutenian, beberapa contoh diantaranya. Masing-masing punya keindahannya yang tersendiri. Masing-masing punya kebijakannya tersendiri. Masing-masing menunjukkan sudut yang berbeda dari surga di bumi. Riset buku "The Lamb's Supper" telah memberi saya penglihatan yang baru terhadap Misa Kudus. Saya berdoa semoga setelah membaca buku ini juga memberi karunia yang sama terhadap anda. Bersama-sama, mari kita meminta pembaruan hati kita juga supaya melalui doa-doa dan belajar, kita bisa lebih bertumbuh dan lebih mengasihi misteri-misteri Kristiani yang telah diberikan kepada kita oleh Allah Bapa. Kitab Wahyu akan memperlihatkan kepada kita, Misa Kudus sebagai surga di bumi. Sekarang, marilah kita teruskan tanpa menunda-nunda lagi, karena surga tidak dapat menunggu. Di Surga Sekarang! Saya berdiri di sana dengan sembunyi-sembunyi, seorang pendeta Protestan dalam pakaian preman, menyelinap masuk ke bagian belakang sebuah kapel Katolik di Milwaukee untuk menyaksikan Misa Kudus saya yang pertama. Rasa ingin tahu telah membawa saya kesana, dan saya masih ragu bahwa ini adalah rasa ingin tahu yang sehat. Selama mempelajari tulisan-tulisan umat Kristen perdana, saya menemukan referensi yang tak terhitung banyaknya kepada "LITURGI", "EKARISTI", "KURBAN". Bagi umat Kristen perdana tersebut, Alkitab, buku yang paling saya cintai, tidak bisa terlepaskan dari acara ritual yang sekarang ini oleh umat Katolik disebut sebagai "Misa Kudus". Saya ingin memahami pemikiran umat Kristen perdana, akan tetapi saya tidak punya pengalaman sedikitpun menyangkut liturgi. Jadi saya membujuk diri saya sendiri untuk pergi dan melihat, semacam latihan akademis, tetapi dengan tetap bersikeras bahwa saya tidak akan berlutut ataupun ikut mengambil bagian dalam penyembahan berhala ini. Saya mengambil tempat duduk di bagian yang terlindung, di barisan yang paling belakang dari kapel di lantai dasar tersebut. Di depan saya ada sekelompok umat Katolik yang lumayan jumlahnya, laki-laki dan perempuan dari segala umur. Sikap mereka sewaktu berlutut mengesankan saya, seperti juga agaknya konsentrasi mereka sewaktu berdoa. Kemudian sebuah bel berbunyi dan mereka semua berdiri ketika imam (romo/father) muncul dari pintu yang terletak di samping altar. Tidak tahu mesti berbuat apa, saya tetap duduk. Selama bertahun-tahun sebagai evangelis dari aliran Calvinis, saya telah diajarkan untuk percaya bahwa Misa Kudus adalah penghinaan terbesar yang dilakukan oleh manusia (terhadap iman Kristiani). Saya telah diajarkan bahwa Misa Kudus adalah ritual yang dibuat untuk "mengurbankan kembali Yesus Kristus." Jadi saya akan tetap sebagai seorang pengamat. Saya akan tetap duduk dengan Alkitab saya terbuka di samping saya. DIPENUHI AYAT-AYAT ALKITAB Akan tetapi, sewaktu Misa berlangsung sesuatu membuat saya tersadar. Alkitab saya tidak hanya berada di samping saya. ALKITAB BERADA DI DEPAN SAYA - DALAM KATA-KATA DALAM MISA KUDUS! SATU AYAT DARI KITAB YESAYA, SATU LAGI DARI KITAB MAZMUR, SATU LAGI DARI SURAT RASUL PAULUS. Pengalaman ini SUNGGUH LUAR BIASA! Saya ingin menghentikan mereka dan berteriak, "HEI, BOLEHKAH SAYA MENJELASKAN APA YANG SEDANG TERJADI DISINI DARI KITAB SUCI? INI SUNGGUH-SUNGGUH HEBAT !!!" Tetapi, saya tetap menjaga status saya sebagai pengamat. Saya tetap berada di luar lapangan sampai saya mendengar imam mengucapkan kalimat konsekrasi: "INILAH TUBUHKU.... INILAH PIALA DARAHKU." Lantas saya merasakan bahwa segala keragu-raguan saya sirna sudah. Sewaktu saya melihat imam mengangkat hosti yang berwarna putih tersebut, saya merasakan suatu doa mencuat dari dari dalam hati saya dalam sebuah bisikan: "YA TUHANKU DAN YA ALLAHKU. SUNGGUH-SUNGGUH ENGKAULAH ITU!" Mungkin anda bisa menyebut keadaan saya pada waktu itu seperti orang tuna-daksa, terkesima tak mampu berbuat apa-apa. Saya tidak bisa membayangkan kesukacitaan yang lebih besar daripada apa yang telah diperbuat oleh kata-kata tersebut terhadap saya. Akan tetapi pengalaman itu semakin memukau hanya sejenak berikutnya, ketika saya mendengar seluruh umat mengucapkan: "ANAK DOMBA ALLAH..... ANAK DOMBA ALLAH..... ANAK DOMBA ALLAH....," dan sang imam menjawab, "INILAH ANAK DOMBA ALLAH......." sambil mengangkat HOSTI itu. Hanya dalam waktu kurang dari satu menit, kalimat "ANAK DOMBA ALLAH" telah bergema empat kali. Selama bertahun-tahun mempelajari Alkitab, saya dengan serta-merta tahu dimana saya berada saat ini. SAYA SEDANG BERADA DALAM KITAB WAHYU, dimana Yesus dipanggil dengan sebutan ANAK DOMBA tidak kurang dari dua puluh delapan kali sepanjang dua puluh dua pasal dalam Kitab Wahyu. Saya sedang berada di PERJAMUAN KAWIN yang dijelaskan oleh Rasul Yohanes pada bagian akhir kitab yang terakhir dari Alkitab. Saya sedang berada di hadapan TAHTA SURGA, dimana Yesus dipuji-puji untuk selama-lamanya sebagai ANAK DOMBA. Saya sungguh tidak siap untuk menerima kenyataan ini, SAYA SEDANG BERADA DALAM MISA KUDUS !!! DEMI ASAP SUCI !!! Saya kembali menghadiri Misa pada hari berikutnya dan pada hari berikutnya dan pada hari berikutnya. Setiap kali saya kembali, saya akan "menemukan" lebih banyak lagi Kitab Suci terpenuhi di depan mata kepala saya. Akan tetapi tidak ada kitab lain yang lebih nyata bagi saya, di kapel yang agak remang-remang tersebut, selain Kitab Wahyu, yang menggambarkan para malaikat dan orang kudus menyembah di surga. Seperti di dalam kitab Wahyu, demikian juga pula di dalam kapel itu, saya melihat IMAM YANG MEMAKAI JUBAH, sebuah ALTAR, KONGREGASI UMAT yang berseru "KUDUS, KUDUS, KUDUS!" Saya melihat kepulan ASAP DUPA. Saya mendengar SERUAN PARA MALAIKAT DAN ORANG KUDUS. Saya sendiri ikut menyanyikan Alleluya, karena saya telah ditarik lebih dalam lagi daripada sebelumnya kedalam ibadat ini. Saya terus duduk di bangku bagian belakang dengan Alkitab, dan saya nyaris tidak tahu harus memperhatikan yang mana - kepada peristiwa-peristiwa dalam Kitab Wahyu atau kepada aksi yang terjadi di altar. Makin lama, keduanya makin tampak menyerupai satu dengan yang lain. Saya membenamkan diri dengan semangat baru yang meluap-luap untuk mempelajari Kristen pada awalnya dan saya menemukan bahwa uskup-uskup yang paling pertama, yaitu para BAPA GEREJA, telah mendapatkan "penemuan" yang sama seperti yang saya dapat setiap pagi (sewaktu menghadiri Misa Kudus). Mereka berpendapat bahwa KITAB WAHYU adalh KUNCI BAGI LITURGI dan bahwa LITURGI adalah KUNCI BAGI KITAB WAHYU. Sesuatu yang sangat luar biasa sedang terjadi terhadap saya sebagai seorang teolog dan umat Kristen. Buku dalam Alkitab yang bagi saya paling sulit dimengerti - yaitu Kitab Wahyu - saat ini justru menerangi ide-ide yang paling fundamental dari iman Kristen: ide tentang PERJANJIAN sebagai ikatan yang kudus keluarga Allah. Lebih jauh lagi, aksi yang sebelumnya saya anggap sebagai penghinaan terbesar terhadap Allah, yaitu Misa Kudus, sekarang justru adalah ritual yang mengokohkan PERJANJIAN DENGAN ALLAH. "INILAH PIALA DARAHKU, DARAH PERJANJIAN YANG BARU DAN KEKAL". Saya sungguh merasa kewalahan dengan segala hal yang baru ini. Selama bertahun-tahun saya telah mencoba untuk memahami Kitab Wahyu sebagai semacam pesan rahasia yang tersembunyi tentang hari kiamat, tentang penyembahan di surga yang nun jauh, tentang sesuatu yang tidak bisa dialami oleh umat Kristen selama mereka masih di dunia ini. Sekarang, setelah dua minggu menghadiri Misa setiap harinya, saya merasa ingin bangkit berdiri selama liturgi berlangsung dan berseru, "PERHATIAN SEMUANYA !!! KALAU BOLEH SAYA INGIN MEMBERITAHUKAN DIMANA ANDA BERADA SEKARANG INI DALAM KITAB WAHYU !!! LIHAT PASAL EMPAT AYAT DELAPAN. ANDA SEKARANG SEDANG BERADA DI SURGA !!!" Disadur dari buku "The Lamb's Supper" karangan Prof. Dr. Scott Hahn. Beliau dulunya adalah seorang pendeta denominasi Prebyterian, yang sangat brilian, yang lewat studi Alkitab, percaya bahwa Gereja Katolik sebagai Gereja yang didirikan Yesus Kristus sendiri, tiang dan pondasi kebenaran. Beliau masuk Katolik pada pertengahan 1980-an dan buku-bukunya maupun kesaksiannya merupakan kaset/buku terlaris di Amerika Serikat dan terus menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang mengikuti jejak langkahnya ke dalam Gereja Katolik.
Mukjijat Pentakosta di Medjugorje Father Andrew Cogan adalah seorang romo yang saleh dari Keuskupan Metuchen, New Jersey, sampai ia meninggal pada tanggal 20 February 1991. Dia tidak meninggalkan dunia ini, sebelum Santa Perawan Maria, kepada siapa ia secara tersembunyi berdevosi, menyentuh dirinya dengan cara yang sangat spesial. Suatu ketika di pertengah tahun 1980-an ketika fenomena Medjugorje secara relatif masih baru, Father Cogan, yang pada waktu itu melayani sebagai pastor di gereja Katolik St. Ann di Hampton, New Jersey, melakukan perziarahan ke dusun yang terpencil tersebut. Pada suatu ketika, dia dan beberapa orang lain bersamanya, sedang ditengah perjalanan untuk menuju ke tempat penampakan malam hari dan sekaligus menghadiri Misa Kudus. Di tengah perjalanan, terjadi kecelakaan dimana salah satu jarinya luka berat terpotong oleh pinggiran pagar yang tajam. Dia segera dibawa untuk mendapatkan pertolongan medis di rumah sakit setempat. Setelah memeriksa lukanya, dokter menyatakan bahwa lukanya cukup serius dan perlu dilakukan operasi untuk menyembuhkan jari tersebut seperti sedia kala. Pada hari berikutnya, sebelum dia mendapat kesempatan untuk kembali menemui dokter tersebut, dia menghadiri penampakan di malam hari dan Misa Kudus. Suatu ketika setelah Misa, dia menyadari bahwa jarinya telah sembuh toltal. Dia tidak lagi merasakan sakit sama sekali dan jari tersebut tampak sehat seperti sedia kala. Akan tetapi, peristiwa ini hanyalah awal dari suatu pengalaman yang lebih luar biasa. Bagi mereka yang mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi di Medjugorje mungkin telah mengetahui bahwa salah satu inti pesan Bunda Maria di Medjugorje adalah supaya umat Katolik sering-sering menerimakan sakramen pengakuan dosa (sakramen tobat). Sebagai akibatnya, ada antrian yang panjang oleh orang-orang yang menunggu giliran mendapat sakramen tobat. Hal ini saja sudah merupakan suatu keajaiban pada masa kini! Beberapa waktu sesudahnya, setelah jarinya disembuhkan secara mukjijat, Father Cogan merasa terdorong untuk turut menerimakan sakramen tobat, untuk membantu mengurangi antrian panjang yang sedang ditangani oleh romo-romo lainnya. Tentunya di suatu tempat perziarahan modern di tengah-tengah benua Eropa, bisa dipastikan ada banyak peziarah yang tidak berbahasa Inggris. Begitu juga hari itu tidak ada pengecualian. Secara tidak disengaja, Father Cogan lupa untuk memasang tanda bahasa-bahasa yang dikuasainya. Segera setelah dia membuka pelayanan penerimaan sakramen tobat, para peziarah dari berbagai bahasa yang berbeda-beda datang untuk mengantri. Meskipun Father Coban pernah menjadi misionaris di negara asing, dia menyadari bahwa dia hanya mampu bercakap-cakap dalam dua bahasa, Inggris dan Spanyol. Ketika orang-orang yang mengantri mulai mengakukan dosa-dosa mereka masing-masing kepadanya, mereka mengaku dosa dalam berbagai bahasa antara lain: Jerman, Belanda, Yunani, Polandia, Italia, Kroasia, Slavik, dan sejumlah bahasa lainnya. Father Cogan terheran-heran bahwa dia dapat mengerti kata-kata mereka yang diucapkan dalam bahasa mereka masing-masing! Meskipun Father Cogan berbicara kepada mereka dalam bahasa Inggris, dia dengan heran menyadari bahwa sang peniten (yang menerima sakramen tobat) ternyata dapat mengerti kata-katanya, bahkan meskipun mereka nyata-nyata tidak bisa berbahasa Inggris. Father Cogan amat sangat tersentuh oleh kejadian ini dan menyadari bahwa ia sedang mengalami suatu mukjijat yang luar biasa. Father Coban mengalami mukjijat yang hanya diketahui oleh dirinya, yang diberikan kepadanya sebagai suatu tanda kasih Bunda Maria kepada para imam puteraNya. Father Cogan dikaruniai dengan pengalaman mukjijat Pantekosta, dimana apa yang terjadi adalah kebalikan dari peristiwa menara Babel. Dalam kisah menara Babel, manusia membangun suatu menara untuk mencapai langit sebagai tanda bahwa dengan kemampuan teknologi mereka, mereka bisa sama berkuasanya seperti Tuhan dan tidak lagi membutuhkan diri-Nya. Mereka memiliki intelejensi dan kepandaian sebagai suatu berhala bagi mereka. Apa lagi yang mereka butuhkan? Pada saat Pantekosta, para Rasul yang dipimpin oleh Bunda Maria, menunggu dengan penuh kasih, kerendahan hati, dan kesabarani bagi kedatangan Roh Kudus. Dengan menunggu, menunjukkan tanda kerendahan hati dan pengerti Gereja bahwa tidak hanya kita membutuhkan Tuhan, tetapi kita menginginkan-Nya. Sebagai balasannya, Kristus mengirimkan Roh Kudus seperti yang telah dijanjikan. Kisah Para Rasul menceritakan kepada kita bahwa para Rasul mulai berkata-kata dalam berbagai bahasa asing, dan bersaksi atas dorongan Roh Kudus. Mereka yang menjadi saksi peristiwa tersebut sangat keheranan, karena mereka masing-masing mendengar orang-orang ini berbicara dalam bahasanya sendiri, dan mereka dapat mengerti apa-apa yang dikatakan. Tuhan menjadikan manusia tidak bisa mengerti satu sama lain, sebagai hukuman karena ingin menggantikan Tuhan, dengan hasil karya usaha sendiri. Pada saat Pantekosta, Tuhan mengirim Roh KudusNya untuk mempersatukan manusia dalam kasih dan saling pengertian, ketika melihat Putera-Nya yang setia. Bahkan ketika Bunda Maria berdoa bersama-sama dengan para Rasul pada saat Pantekosta bagi datangnya Roh Kudus, demikian juga Dia bersama Father Cogan, berdoa bagi karunia Roh Kudus untuk melakukan karya yang luar biasa untuk menguatkan iman Gereja-Nya dengan cara seperti ini. Datanglah Roh Kudus! Dalam bertekun terhadap permintaan-permintaan Santa Perawan dari Medjugorje untuk berdoa bagi datangnya Roh Kudus pada Pantekosta Kedua, kita berdoa doa yang Dia ajarkan kepada Father Steffano Gobbi (pencetus Gerakan Imam Maria): "Datanglah Ya Roh Kudus, datanglah melalui pengantaraan yang penuh kuasa oleh Hati Maria Immakulata, mempelaiMu yang terkasih."
Penghargaan
Di Dunia
Seorang yang cukup berada, sebut saja Barbara memberikan seperangkat benda keramik kepada temannya, sebut saja Bento, pada sebuah pesta keluarga di rumah Bento. Pada saat memberikan benda itu, Barbara berkata, "Ini, saya bawakan keramik dari negeri Cina. Harganya mahal loh!". Ucapan Barbara membuat Bento begitu kagum dan merasa 'tidak enak'. Barbara memang keluarga kaya yang sering bepergian ke luar negeri. Kolega atau relasinya rata-rata jug orang berada. Mereka dapat pergi ke luar negeri hanya untuk pesta ulang tahun anak-anak. Barbara juga bukan tergolong wanita kikir yang tak mau memberi kepada orang lain. Ia kerap memberi hadiah-hadiah mahal kepada kenalannya pada momen tertentu. Dan ia bangga melakukannya. Perusahaan Barbara yang besar tentu juga mempunyai divisi khusus yang menangani masalah humas. Setiap ada permintaan sumbangan, divisi humas menyeleksinya dengan ketat sebelum diteruskan kepada Barbara. "Apa yayasan ini cukup terkenal?", tanya Barbara saat berkas sumbangan diserahkan kepadanya. "Dan apa akan disiarkan lewat acara TV atau radio?", lanjutnya. Setelah jawaban kepala bagian humas memuaskannya baru berkas tersebut ditandatangani. Lain halnya dengan Lenny (bukan nama sebenarnya), saudara satu buyut (orang tua kakek) Barbara yang tinggal hanya 100 meter dari rumah Barbara. Lenny keluarga menengah yang seumur hidupnya hanya sekali ke luar negeri. Itupun hanya ke Singapura, negara tetangga terdekat. Orang tua Lenny yang sudah lama meninggal sempat mewariskan tiga guci keramik buatan Cina tahun 1700-an. Lenny mempunyai tiga putra yang amat nakal dan tidak memiliki tempat aman untuk menyimpan gucinya. Sehingga ia memutuskan untuk memberikan ketiga gucinya kepada Barbara. "Barbara, saya punya ini, namun tidak punya tempat menyimpannya. Untuk kamu sajalah, kan kamu suka mengoleksi. Kalau saya kangen saya dapat melihatnya di rumahmu", kata Lenny dengan kelopak mata yang mulai basah. Barbara menerima sambil memeluk guci-guci itu satu persatu. "Terima kasih, terima kasih Len", teriak Barbara. "Iya, iya, kamu pasti dapat menjaganya. Saya pulang dulu ya. Anak saya tidak ada yang menjaga", kata Lenny. Hubungan Lenny dan Barbara cukup baik. Barbara sering meminta Lenny 'melihat-lihat' rumahnya saat dia ke luar negeri. Lenny yang terlibat aktif sebagai staf sebuah yayasan yatim piatu, dengan senang hati mengontrol rumah Barbara. Barbara dan Lenny memang memiliki karakter yang berbeda. Barbara mendapat kepuasan karena "penghargaan" banyak orang atas pemberiannya. Sedangkan Lenny memberikan yang dia miliki, benda maupun tenaga tanpa memerlukan pujian atau penghargaan. Dalam benak saya seketika teringat dua perumpamaan Yesus tentang 'sumbangan janda miskin' dan 'jika tangan kananmu memberi jangan diketahui tangan kirimu'. Pada perumpamaan pertama Yesus memuji pemberian janda miskin walaupun sedikit jumlahnya, karena ia memberi dari kekurangannya. Sedangkan pada perumpamaan kedua Yesus menghendaki 'kerahasiaan' dalam berbuat baik. Tidak perlu pujian. Ajakan berbuat baik ini ditawarkan Seksi Sosial Paroki kepada kita. Bagaimana kita akan menanggapinya?
Perisai
Iman Tidak ada seorangpun yang bisa mengatakan bahwa mereka tidak memiliki iman, karena alkitab berkata: “... menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing”, Roma 12: 3. “...Orang benar akan hidup oleh iman”, Roma 1: 17. Kita menaruh iman pada manusia, alat-alat teknologi dan pelayanan mereka bagi kita, namun masih juga banyak orang memiliki rasa sangsi pada Tuhan. Hidup keKristen-an bukanlah suatu permainan, tetapi adalah satu medan peperangan. Terlebih bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini, nyata kita selalu dihadapkan dengan tantangan-tantangan yang tidak kecil, bahkan kita dihadapkan dengan tantangan yang dapat membahayakan jiwa kita. Oleh karena itu setiap orang Kristen harus memakai perisai untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. Karena yang kita hadapi bukan darah dan daging, maka perisai yang harus kita pakai adalah perisai iman. Seperti yang dikatakan rasul Paulus, “Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat”, Efesus 6: 16. Jadi jika orang tidak memakai perisai iman, apabila menghadapi tantangan-tantangan, maka orang mudah sekali menjadi bimbang, gentar, cemas, bahkan putus asa, karena dia tidak memiliki pegangan, sehingga orang ini akan sulit mempercayai hal-hal yang baik, Bahkan firman Tuhanpun akan diragukannya. Iman harus dipergunakan, diuji dan dipegang teguh. “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus”, Roma 10: 17. “Sebab oleh karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”, Efesus 2: 8. Iman bukanlah seperti orang membeli lotere atau teka-teki seperti orang berjudi. Tetapi iman adalah suatu kekuatan atau daya yang bergerak dalam jiwa kita. Iman adalah sekarang, bukan yang akan datang. Dengan iman kita memiliki dasar atau fondasi yang kuat, sehingga kita mampu membangun segala sesuatu di atasnya. Dasar atau fondasi yang kita bangun, tentu atas dasar dua hal pokok:
“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu (iman) karena besar upah yang menantinya”, Ibrani 10: 35. Di jaman akhir ini setiap anak Tuhan, bila ingin selamat, harus punya iman. Sebab kita tahu setiap detik, setiap saat dalam hidup ini, kita selalu dihadapkan dengan tantangan-tantangan yang mengerikan. Mau andalkan kekuatan? andalkan kepintaran? andalkan kekayaan? Bukankah sudah nyata dan terbukti apapun yang dimiliki oleh manusia modern jaman ini, semuanya tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi manusia. Hanya dengan iman, kekuatan dan daya yang sanggup mengubah segala keadaan, akan membuat kita tetap tegak berdiri karena keyakinan bahwa Allah menyertai kita sampai kesudahan jaman, apapun yang terjadi. Dengan iman, orang dapat mengubah yang mustahil menjadi mungkin,
Hidup kita saat ini memang dalam ujian berat. Kita selalu dikelilingi oleh berbagai tantangan silih berganti dan disinilah iman kita diuji. Tidak ada jalan lain untuk lulus dalam ujian ini, maka kita harus selalu hati-hati menjaga pikiran dan perkataan kita. Jangan sampai kita lengah, sehingga kita menjual iman kita hanya untuk menyelamatkan jasmani ini saja. Jangan lupa pakailah perisai iman!
PROFIL PARA
WANITA DALAM GEREJA KITA
Santo Leopold
(perintis Pelayanan Belas Kasih Allah) mengatakan : Sifat wanita itu adalah
sifat Allah. Antara lain; lemah lembut, rendah hati, cinta kasih, tulus,
pengampun, berjuang, peduli, perhatian, bijaksana dan penolong. Karena itu,
hargailah wanita seperti Tuhan menghargainya.
RAHASIA 4 DOGMA BUNDA MARIA
Walaupun sudah dicanangkan selama berabad-abad, Dogma Maria kerapkali masih kurang dipahami oleh umat Katolik pada umumnya. Sehingga kalau mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung masalah dogma ini, tidak jarang kita menjadi bingung sendiri. Rangkuman ini dibuat untuk memberikan pegangan pada umat, supaya lebih mempunyai pemahaman yang benar tentang Dogma-dogma Maria. Supaya kita lebih dapat menghayati dan menempatkannya pada posisi yang seharusnya. Ada 4 dogma mengenai
Bunda Maria
sbb : 1. Maria sebagai
Bunda Allah [Mater Dei]. 2. Maria sebagai
Perawan Abadi. Kata Perawan menjadi penting
karena rahim Bunda Maria yang menjadi tempat Allah menjadi manusia mestilah
tempat kudus yang tidak boleh ditempati oleh apapun selain dari Allah sendiri.
Bandingkan dengan Kitab Yehezkiel, Yeh 44:1-3 3. Maria Dikandung
Tanpa Dosa [Immaculata]. Dalam suatu retret Pater
Yusuf Halim, SVD memberikan suatu cerita sbb: Ada seorang ibu dari desa. Suatu
waktu ia pergi ke kota melihat pispot TOTO mereknya. Dalam hati ibu ini bilang
ah bagus sekali ya wadah ini. Nanti kalau anakku menikah akan kujadikan wadah
ini sebagai tempat utk menaruh rendang. Jadi waktu anaknya menikah,
ditempatkannyalah daging rendang ke dalam pispot tsb. Betapapun enaknya rendang
tersebut, pasti tidak ada orang yang mau ambil. Karena tidak pada tempatnyalah
kalau rendang ditaruh di dalam pispot. Siapa yang mau makan?. Nah demikian pula
halnya Maria. Kalau kita renungkan Yesus jauh lebih berharga dan tentu tidak
bisa dibandingkan dengan rendang bukan ??. Sedangkan dosa manusia jangan- Allah memerintahkan Musa
untuk membuat Tabut Perjanjian tempat dimana 2 Loh Batu yang berisi 10 perintah
Allah diletakkan. Kutipan dari Kitab Keluaran 25:10-21: 10 \"Haruslah mereka
membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah
hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. 11 Haruslah engkau menyalutnya
dengan emas murni; daridalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di
atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya. 12 Haruslah engkau menuang
empat gelang emas untuk tabut itu dan pasanglah gelang itu pada keempat
penjurunya, yaitu dua gelang pada rusuknya yang satu dan dua gelang pada
rusuknya yang kedua. 13 Engkau harus membuat kayu pengusung dari kayu penaga dan
menyalutnya dengan emas. 14 Haruslah engkau memasukkan kayu pengusung itu ke
dalam gelang yang ada pada rusuk tabut itu, supaya dengan itu tabut dapat
diangkut. 15 Kayu pengusung itu haruslah tetap tinggal dalam gelang itu, tidak
boleh dicabut dari dalamnya. 16 Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh hukum,
yang akan Kuberikan kepadamu. 17 Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari
emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya. 18
Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada
kedua ujung tutup pendamaian itu. 19 Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini
dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu
buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya. 20 Kerub-kerub itu harus mengembangkan
kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup 10 Perintah Allah juga merupakan Firman Allah bukan??. Kalau Allah saja demikian \"cerewetnya\" menyuruh Musa membuat tempat yang terbaik untuk 2 loh batu firman-Nya, tentu saja Ia sendiri akan menciptakan makhluk yang terbaik yang layak sebagai tempat-Nya. Dimana Firman menjadi manusia. Pater Yohanes Indrakusuma, O.Carm. dalam kotbahnya sering menyebut Maria sebagai Masterpiece ciptaan Allah. Ia mengambil contoh ada seorang pelukismengadakan pameran tunggal. Suatu saat ada pengunjung yang sangat mengagumi salah satu lukisannya. Pengunjung itu tidak menyadari kalau yang berdiri disebelahnya adalah pelukis tsb. Dengan rasa kagum ia mengatakan, luar bisa lukisan ini benar-benar indah. Tentu saja sang pelukis yang mendengar kekaguman pengunjung tsb hatinya berbunga- bunga. Jadi kita tidak perlu takut untuk menghormati Maria. Dengan menghormati Maria otomatis kita juga menghormati Allah yang penciptakan Maria. 4. Maria diangkat ke
Surga dengan Jiwa dan Raganya [Assumpta].
Rahasia Ketiga - Fatima Berikut ini adalah salinan teks dari Sekretariat Negara, Kardinal Angelo Sodano, yang dipresentasikan pada saat beatifikasi Jacinta dan Francisco pada hari ini. VATICAN INFORMATION SERVICE -
Edisi khusus kunjungan Sri Paus ke Fatima Pagi hari ini pada akhir Misa di tempat ziarah Fatima, Portugal, dimana Sri Paus membeatifikasi anak-anak gembala, Jacinta dan Francisco, Sekretariat Negara Kardinal Angelo Sodano membacakan, dalam bahasa Portugis, sebuah teks menyangkut rahasia ketiga Fatima. Bunyi selengkapnya naskah tersebut: "Pada penutupan dari perayaan yang khidmat ini, saya terdorong untuk mempersembahkan kepada Bapa Suci kita Yohanes Paulus II yang kita kasihi, mewakili semua hadirin, ucapan selamat dengan sepenuh hati bagi ulang tahunnya yang ke-80 yang akan datang dan untuk berterima kasih kepadanya atas pelayanan pastoralnya yang luar biasa bagi kebaikan segenap Gereja Allah yang Kudus. Pada kesempatan kunjungannya ke Fatima, Yang Mulia Sri Paus telah mengarahkan saya untuk membuat suatu pengumuman kepada kalian. Seperti kalian ketahui, tujuan dari kunjungannya ke Fatima adalah untuk membeatifikasi dua 'anak-anak gembala'. Meskipun begitu, dia juga berkeinginan agar peziarahannya ini juga sebagai tanda pembaruan rasa terima kasih kepada Bunda Maria atas perlindunganNya selama tahun-tahun jabatannya sebagai Sri Paus. Perlindungan ini agaknya juga berhubungan dengan apa yang disebut sebagai 'bagian ketiga' dari rahasia Fatima. Bagian teks tersebut mengandung nubuat penglihatan yang serupa seperti yang ditemukan dalam Kitab Suci, yang mana isinya tidak menceritakan dengan jelas detail-detail kejadian di masa depan, melainkan lebih merupakan sintesis dan rangkuman dari suatu kesatuan rangkaian kejadian di latar-belakang dalam suatu kurun waktu dalam suatu urut-urutan dan durasi yang tidak ditentukan. Oleh sebab itu, teks tersebut harus diinterpretasikan dalam suatu kunci simbolis. Penglihatan Fatima diatas segalanya terutama menyangkut perang yang dilancarkan oleh system ateisme terhadap Gereja dan umat Kristen, dan menjelaskan mengenai kesengsaraan yang sangat dahsyat yang dialami oleh para saksi-saksi iman pada abad terakhir dari milenium kedua. Itulah Jalan Salib yang tidak berkesudahan dibawah pimpinan para Paus di abad ke-20. Menurut interpretasi para 'anak-anak gembala', yang mana baru-baru ini juga dikuatkan oleh Suster Lucia, yang dimaksud dengan 'uskup berpakaian putih' adalah Sri Paus. Sebagaimana dia membuka jalan dengan usaha yang keras menuju Salib di tengah-tengah mayat-mayat mereka yang menjadi martir (para uskup, para imam, dan kaum biarawan/biarawati dan juga banyak kaum awam), diapun juga jatuh ke bumi, agaknya meninggal, dibawah rentetan tembakan senjata api. Setelah usaha pembunuhan pada tanggal 13 Mei 1981, tampak nyata bagi Yang Mulia Sri Paus bahwa 'satu tangan bunda yang membelokan jalur peluru', hingga memungkinkan 'sang Paus yang menjelang ajal' untuk berhenti 'pada garis kematian'. Pada kesempatan suatu kunjungan ke Roma oleh pejabat uskup Leiria-Fatima pada waktu itu, Sri Paus memutuskan untuk memberikan kepadanya peluru yang tertinggal di mobil jeep setelah usaha pembunuhan, supaya peluru itu bisa disimpan di tempat ziarah Fatima. Atas permintaan sang uskup, peluru itu lantas ditaruh pada mahkota patung Santa Maria de Fatima. Serangkaian peristiwa di tahun 1989 membawa, baik di Uni Sovyet dan di beberapa negara-negara Eropa Timur, kepada jatuhnya rejim-rejim Komunis yang mempropagandakan ateisme. Untuk ini juga Yang Mulia Sri Paus mempersembahkan rasa terima kasih kepada Santa Perawan Murni. Akan tetapi, di bagian-bagian dunia lainnya, penindasan terhadap Gereja dan terhadap umat Kristen, bersama dengan derita sengsara yang mereka alami, secara tragis masih terus berlangsung. Bahkan meskipun peristiwa-peristiwa yang dimaksud oleh bagian ketiga dari Rahasia Fatima sekarang seperti bagian masa lalu, panggilan Bunda Maria untuk pertobatan dan penitensi, yang diwartakan pada awal abad ke-20, masih tetap sesuai dan penting sekarang ini. Bunda yang memberi pesan agaknya membaca tanda-tanda jaman, yaitu tanda-tanda jaman kita dengan pemahaman yang spesial. Undangan yang bertubi-tubi untuk penitensi oleh Maria yang Kudus tidak lain adalah manifestasi dari perhatian keibuanNya atas nasib keluarga umat manusia, yang sangat membutuhkan pertobatan dan pengampunan. Agar supaya umat bisa menerima pesan Santa Maria de Fatima dengan lebih baik, Sri Paus telah memerintahkan kepada Kongregasi bagi Doktrin Iman untuk mempublikasikan bagian ketiga dari rahasia, setelah dipersiapkan dengan sebuah komentar yang sesuai. Marilah kita berterima kasih kepada Santa Maria de Fatima atas perlindungannya. Kepada perantaraan keibuannya, marilah kita mempercayakan Gereja di Milenium Ketiga. 'Sub tuum praesidium confugimus, Sancta Dei Genetrix!. Intercede pro Ecclesia Dei! Intercede pro Sancto Patre Iohanne Paolo = II! Amen'"
Roh Kudus
Menggerakkan Pelayanan Sosial Umat
Allabare… Allabare… Allabare Tuhanku… Itulah sepotong lagu karismatik yang pernah populer di kalangan anak-anak kecil sampai orang-orang jompo. Allabare artinya Allah Maha Besar! Apanya yang besar? Tentu kuasa-Nya yang telah mengutus Yesus Kristus Putra-Nya dan Roh Kudus turun ke dunia! Salah satu peranan Roh Kudus yang seabrek-abrek itu adalah Roh Kasih. Roh Kasih yang baik dan benar kalau ada tindakan yang nyata dan tanpa pamrih atau syarat! Mengapa? Sebab sejak kita kecil, mulai dari anak balita, semua sudah diberi syarat dan pamrih oleh orangtua kita. Misal: "Kalau malam ini kamu tidak ngompol, mama kasih sarapan kesukaanmu!" Syarat atau pamrih itu lama kelamaan makin bertingkat baik secara kwalitas maupun kwantitasnya. Sehingga syarat atau pamrih dalam kehidupan sehari-hari terbawa dalam cara kita berfikir dan bertindak, baik di dalam kehidupan profan maupun dalam kehidupan sakral. Marilah kita lihat salah satu sisi kehidupan sakral yang tertulis pada kitab suci sebagai berikut:
Allah dalam diri Yesus, solider dengan kemalangan kita dan penderitaan umat-Nya. Maka dari itu melalui Roh Kasih Allah, orang yang pernah merasakan "ditangkap" oleh Roh Kasih itu akan nampak dalam kegiatan eksternal yaitu keberpihakan kepada kaum lemah, miskin dan jauh dari peri keadilan. Kegiatan eksternal ini bukan untuk menunjukkan siapa saya dan dari mana saya (baik dari golongan atau organisasi apa) melainkan bahwa kuasa Roh Kasih Allah yang berkarya padanya. Ingat Bunda Teresa dari Calcutta, adalah sosok wanita yang telah "ditangkap" oleh Roh Kasih Allah sedemikian rupa sehingga mampu melintasi segala-galanya. Baik suku bangsa, agama, golongan dan kebudayaan. Yesus yang kaya menjadi miskin, supaya kita yang miskin menjadi kaya. Dia yang telah mengosongkan diri-Nya menjadi hamba, merendahkan diri dan taat sampai mati di kayu salib (2 Kor 8:1-9). Tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13). Maka setiap orang yang telah bergulat dan ditangkap oleh Roh Kasih-Nya berani "keluar" dari "comfort zone" dan "ego"-nya untuk bersedia dan rela tanpa pamrih menanggung derita, mengorbankan dirinya serta membagikan kekayaannya demi kebahagiaan dan keselamatan orang lain. Dengan demikian kedudukan, pangkat, status sosial atau pun latar belakang pendidikan umat kristiani tidak perlu menjadi hambatan dalam keterlibatan/ ambil bagian dalam pelayanan yang kongkrit kepada kaum lemah, miskin, bodoh dan diperlakukan tidak adil di masyarakat kita. Seseorang yang masuk dalam Roh Kasih Allah adalah orang yang telah "dicurahi" Roh Kudus, sehingga dia berani menembus tantangan menjadi peluang untuk mengagungkan nama Tuhan, bukan sekadar menyanyikan lagu-lagu "hot" saja terlebih dalam aksi-aksi nyata baik di rumah, di lingkungan, di tempat kerja dan juga di masyarakat kita yang majemuk!
Sejarah Devosi Hati Kudus Yesus Clauda Alacoquie dan Philiberte Lamyn menamakan anak kelimat dari tujuh anak mereka, Margareta pada hari kelahirannya, 22 Juli 1647. Margaret yang dilahirkan di Lauthecourt, Perancis, nyaris tidak mengenal ayahnya karena dia meninggal karena pneumonia ketika Margaret berusia delapan tahun. Tidak lama setelah ayahnya wafat, Margaret dikirim ke sekolah asuhan biara dimana di adalah murid yang unggul sampai ketika berusia sebelas tahun dia menderita demam rematik dan harus menghabiskan empat tahun selanjutnya berbaring di ranjang. Sekembalinya ke rumah keluarganya, Margaret menemukan bahwa keluarganya berada dalam kondisi keuangan yang sulit sejak ayahnya meninggal. Para kerabat Claude sekarang menguasai rumahnya dan memperlakukan Philiberte dan anak-anaknya seperti pembantu rumah tangga. Situasi yang menyedihkan ini berlangsung terus hingga anak tertua Philiberte menginjak usia dewasa di mata hukum dan kontrol harta benda keluarga kembali jatuh ke tangan keluarga Philiberte. Margaret punya kecintaan yang besar terhadap Yesus sepanjang masa kecilnya. Cintanya yang kuat kepada Yesus yang hadir di Sakramen Mahakudus, membawanya pada usia dua puluh dua tahun untuk memasuki komunitas biarawati yang didirikan oleh St.Franciscus de Sales, yang disebut Tarekat Kunjungan di Paray-le-Monial. Komunitas ini didirikan atas dasar prinsip kerendahan hati dan tidak mementingkan diri sendiri, yang mana pengalaman-pengalaman Margaret dibawah perlakuan kerabat-kerabatnya telah mempersiapkan dirinya dengan baik. Setelah mengucapkan profesinya, dia diberi nama Maria, yang ditambahkan kepada nama aslinya Margaret. Pada tanggal 27 Desember 1673, hari Pesta St.Yohanes Penginjil, Margaret Maria mendapat suatu pengalaman unik ketika sedang berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus. Dia merasa seolah tidak lagi sebagai sosok mahluk yang terpisah. Ditengah pengalaman ini dia merasa seolah Yesus memintanya untuk mengambil posisi sebagai murid yang dikasihi pada saat perjamuan terakhir. Dia membayangkan meletakan kepalanya di dada Yesus sehingga dia dapat mendengar detak jantung-Nya dan mengetahui betapa besar cinta Yesus kepada umat manusia. Yesus bercerita kepada Margaret Maria kesedihanNya atas ketidak-pedulian orang-orang atas kasih-Nya. Biarawati atasannya tidak menanggapi pengalaman doa Margaret Maria secara serius. Tetapi ketika Margaret bersikeras atas validitas pengalaman-2 tersebut, atasannya tersebut menunjuk sejumlah teolog untuk mendengarkan kisah pengalaman Margaret. Mereka berkesimpulan bahwa Margaret menderita delusi. Margaret menyimpan penderitaan ini di dalam hatinya hingga romo Claude de La Colombiere, seorang Yesuit, dipilih sebagai pembimbing spiritualnya. Barulah dia menemukan seseorang yang percaya bahwa pengalamannya betul-betul terjadi. Margaret Maria terus mengalami penglihatan-penglihatan Yesus. Dia menunjukan jantung-hatinya, yang ditembusi oleh lembing sewaktu peristiwa penyaliban, kepada Margaret dan mengatakan bahwa hati-Nya itu melambangkan kasih-Nya. Hati-Nya itu menyala-nyala oleh kasih, dan Tuhan meminta Margaret Maria untuk memberitakan ini ke seluruh dunia. Yesus mengatakan kepadanya bahwa Dia menginginkan suatu pesta gereja yang merayakan kasih-Nya pada hari Jumat setelah Pesta Agung Corpus Christi (Pesta Tubuh dan Darah Kristus). Dia juga memberitahukan permintaan-Nya untuk suatu devosi khusus para hari Jumat pertama setiap bulannya untuk menerima Komuni Kudus untuk membayar sikap tidak berterima kasih manusia. Margaret Maria merelay informasi ini kepada pembimbing spiritualnya, romo de La Colimbiere, yang paling bertanggung jawab atas penyebaran devosi ini. Margaret Maria wafat pada tanggal 17 Oktober 1690. Setelah penelitian yang sangat seksama atas hidupnya dan penglihatan-penglihatan yang dialaminya, Margaret Maria dibeatifikasi di tahun 1864 dan dikanonisasi pada tahun 1920. Devosi jaman modern terhadap Hati Kudus Yesus menyebar luas dari Paray-le-Monial tahun 1907 oleh romo Mateo Crawley-Boevey, SSCC. Gerakan ini mendorong orang-orang untuk mentahtakan lukisan gambar Hati Kudus di rumah-rumah mereka, dan untuk mengkonsekrasikan diri mereka kepada kasih Yesus yang diberikan kepada kita semua, dan untuk menghadiri Misa dan menerima Komuni Suci selama sembilan Jumat Pertama berturut-turut seperti diinstruksikan Yesus kepada St.Margaret Maria Alacoque. Yesus menjanjikan bahwa siapa yang melakukannya akan diberkati dengan rahmat ketekunan terakhir dan tidak akan meninggal tanpa sempat menerima Sakramen terakhir Gereja (sakramen-sakramen terakhir, sebetulnya adalah sejumlah sakrament yang meliputi perayaan ibadah rekonsiliasi, Viaticum [Komuni Suci bagi "perjalanan"], dan ibadah pengurapan orang sakit.)
Suatu Tanda Dari Bunda Maria Canada, Oktober 1998 Sementara keluarga tuan rumah sedang menerka-nerka tanda tersebut, Peter sekonyong-konyong menyadari arti semuanya. Terkesima dan tak mampu berbicara, Peter menangis tersedu-sedu. Hatinya luruh: Bunda Allah telah mendengar jeritan hatinya dan Dia telah datang untuk memberi penghiburan. Sesungguhnya, tanda yang seperti terbuat dari lapisan salju/es ini, sangat dikenal dengan baik oleh Peter, sang Kepala Suku Besar Indian. Tanda itu sangat khas bagi suku indian Mic-Mac Nation dan artinya adalah "Selamat Datang!" Tanda itu tetap berada di jendela selama masa Peter Barlow berziarah di sana dan baru menghilang dua hari setelah mereka pulang. Pada musim panas 1997, Peter memberikan sebuah motor-boat untuk memancing kepada puteranya yang lain, Wilder, yang baru saja berulang-tahun ke 18. Akan tetapi suatu insiden tragis terjadi di musim panas tahun itu dan Wilder tergilas dibawah motor-boat di hadapan pandang mata ayahandanya. Dengan hati yang remuk redam, Peter memutuskan untuk kembali berkunjung ke Medjugorje pada musim gugur tahun 1998 untuk mendapatkan kembali kedamaian hatinya, dan untuk memohon berkat dari Bunda Maria, Sang Ratu Damai, bagi keluarganya dan arwah kedua puteranya. Dia datang bersama-sama kaum indian lainnya, karena semakin banyak dari mereka yang ingin berziarah ke Medjugorje. Dua hari sebelum kedatangan mereka disana, sang ibu yang menjadi tuan rumah, Anzelika, tersenyum karena Surga "telah memberikan kepastian kedatangan mereka," karena tanda yang sama kembali terbentuk di antara dua lapis kaca jendela meskipun suhu cukup hangat di bulan Oktober.
Tanda Salib
Mengapa istimewa?
Tentang
Ekaristi
The Meaning of Cross Sign 4 Catholism Oleh Rm. John Leftthew SJ.
ASURANSI
TERBAIK DI DUNIA
Apa
pengaruh Perayaan Ekaristi dalam kehidupanmu?
Berbuat
Karena Mengerti
Mengapa seseorang senang melakukan suatu perbuatan yang bagi orang lain menyebalkan? Tentu banyak alasan yang menjadi dasarnya. Salah satu alasan yang mungkin adalah adanya pengeritan mendalam terhadap makna perbuatan yang dilakukannya. Misalnya perbuatan menolong orang lain, apalagi orang yang miskin. Tidak semua orang akan melakukannya, apalagi menyukainya. Banyak perbuatan menolong orang miskin hanya dilakukan karena takut penilaian negatif teman segereja. Atau ajakan yang tidak bisa tidak, harus dituruti karena perasaan 'tidak enak'. Semoga kita tidak termasuk orang yang 'terpaksa' berbuat baik karena beberapa alasan tersebut. Mengapa? Karena kita dapat menemukan makna yang 'benar' dalam diri kita. Banyak sekali alasan dan pengertian yang dapat memberikan 'makna' pada setiap orang. Jika kita membaca 2 Korintus Bab 8 secara keseluruhan, hati kita akan lebih terbuka. Katakanlah selama ini hati kita telah terbuka, namun dengan membaca kutipan itu, kemurahan yang diberikan Tuhan akan rela kita bagikan. Mengapa ada ayah yang mau berkorban 'mati-mati-an' untuk seorang putrinya dan ada pula ayah yang sekedar berusaha semampunya tanpa 'target'? Mereka keduanya ayah yang baik, tetapi tentu memiliki 'pengertian' yang berbeda atas apa yang harus dilakukan untuk anaknya. Mungkin 2 Korintus Bab 8 dapat membantu menumbuhkan 'pengertian' mengapa kita perlu membantu orang miskin. Karunia Allah memang besar untuk kita, walaupun kita sering tidak menyadari apalagi merasakannya. Oleh karena itu, mari kita tindak lanjuti 'pekerjaan' yang telah dilakukan oleh Seksi Sosial Paroki. Karena kita telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kita menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (2 Kor 8: 9).
BERPERANG MELAWAN KEJAHATAN Dalam buku Compassion a reflection on the Christian Life dikisahkan seorang dokter bernama Joel Filartiga. Dia bekerja di antara orang-orang yang paling miskin di salah satu pelosok di Paraguay. Sebagai dokter ia tidak hanya mengobati orang-orang yang datang, tetapi juga ikut merasakan penderitaan jiwa mereka yang mendalam dan menyuarakan kritik yang tajam terhadap kenyataan yang tidak adil dan menindas. Karena keberpihakannya itu hidup keluarga ini tidak lepas dari ancaman. Tanggal 30 Maret 1976, Joelito, anak laki-lakinya yang berusia tujuh belas tahun, diculik dan kemudian ditemukan sudah mati. Rupanya Joelito disiksa sampai mati. Akan tetapi, ternyata pengalaman kesedihan dan dukacita keluarga ini tidak membuat mereka surut. Dalam keadaan seperti itupun mereka tetap melancarkan kritik tajam dengan cara mereka sendiri. Mereka tidak mendandani tubuh Joelito yang rusak karena distrum listrik, dibakar dan dihancurkan agar tampak damai dan anggun. Jenasah Joelito mereka biarkan telanjang berlumuran dara, terbentang di atas tikar, tempat jenasah itu ditemukan. Dengan demikian orang-orang yang datang untuk menyampaikan belasungkawanya, dihadapkan pada prilaku biadab yang ingin melenyapkan belarasa (compassion) yang ditunjukkan oleh keluarga dokter itu bagi masyarakat yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Sesudah kematian anaknya, dokter itu tidak berhenti melancarkan kritik terhadap kekerasan dan ketidakadilan. Ia melanjutkan dengan caranya sendiri sebagaimana ditulis dalam buku tersebut, “ditengah-tengah kesedihannya akan Joelito, Joel menemukan kekuatan dan penghiburan dalam lukisan-lukisan yang dibuatnya ... ia melukis pada malam-malam panjang saat kesedihan mendalam saat membuatnya tidak bisa tidur. Ia melukis setelah sidang yang panjang dan mencemaskan dengan para hakim dan penasehat-penasehat hukum untuk mencari keadilan. Namun ia melukis dengan pengharapan-pengaharapan bagi dirinya sendiri, keluarganya, pasien-pasiennya dan bangsanya … ia melukis supaya belarasa yang telah dibayarnya dengan harga tinggi tidak dipadamkan, melainkan menjadi “api yang membakar hati banyak orang untuk berdoa dan bekerja bagi keadilan dan perdamaian” Bagi kita kisah di atas membantu untuk menyadari bahwa “kuasa kejahatan” sungguh amat nyata dan amat kuat. Kuasa jahat itu tampil dengan berbagai macam wajah. Yang paling mencolok dari tampilan kisah di atas adalah “ketidakadilan dan kekerasan”. Kita hidup di zaman yang penuh kekerasan dan perang, zaman yang terancam oleh kerusakan lingkungan yang dahsyat dan oleh penyakit AIDS yang mematikan. Kita menghadapi masalah-masalah ledakan penduduk, kelaparan dan kekeringan. Berhadapan dengan masalah-masalah yang pelik itu manusia di tengah dunianya ditantang untuk tetap bertahan dan berjuang. Tidak jarang yang terjadi justru sebaliknya, manusia terlibat dalam menciptakan masalah-masalah di atas. Tidak hanya menjadi bagian dari masalah, tetapi menambah masalah-masalah baru. Dalam huru-hara zaman ini, meminjam istilahnya Karen Amstrong, Has God a future? Maybe God really is an idea of the past, yang ditulisnya dalam bab terakhir buku, The History of God. Amstrong menuliskan kalimat provokatif itu setelah ia menampilkan potret zaman ini yang kacau balau; seperti telah disebut di atas. Kalau ditanya, apakah Allah mampunyai masa depan? Jawabnya, tentu saja, masa depan kita semua dalam tangan Allah. Setidak-tidaknya ada manusia-manusia yang selalu tegap berdiri di pihak Allah untuk melawan segala kuasa kejahatan. Maka surat Paulus kepada Jemaat di Efesus memanggil setiap orang untuk berperang melawan kejahatan. Meskipun Kristus sudah menang atas pemerintah, penguasa, kekuasaan dan kerajaan (Ef. 1,21), dan meskipun kaum beriman dibebaskan dari perbudakan kepada penguasa dari kekuatan angkasa (Ef. 2,2), namun kekuatan kosmis ini tetap merupakan pengaruh yang mengancam. Untuk melawan kekuasaan-kekuasaan itu orang-orang Kristen supaya dikuatkan dalam Tuhan dan dalam kuasa dan kekuatan-Nya seperti mereka bersiap untuk berperang; kebenaran sebagai ikat pinggang, keadilan sebagai baju zirah, injil kedamaian sebagai kasut kaki, iman sebagai perisai, keselamatan sebagai ketopong dan Roh sebagai pedang. Itulah senjata-senjata untuk melawan kuasa-kuasa kejahatan seperti yang dianjurkan oleh Paulus kepada Jemaat di Efesus (Baca: Efesus 6: 10-20).
Bunda Allah
'Arsitek'-ku
Sebagai umat Katolik, sosok Maria sebagai ibu Yesus bukan lagi merupakan hal yang asing. Bahkan kita dapat merasakan sering kali devosi pada Maria melebihi penghormatan kepada Yesus atau Allah Bapa sekalipun. Mengapa ini terjadi? Saya juga tidak tahu jawaban pastinya. Mungkin karena sosok seorang ibu lebih mudah untuk diajak berkomunikasi. Apalagi tercatat banyak kejadian bahwa Maria menampakkan diri dan sempat meninggalkan pesan kepada beberapa orang. Dalam pesannya Maria juga mengajarkan untaian doa yang sering kita doakan sampai saat ini. Novena tiga Salam Maria misalnya. Kedekatan kita pada Bunda Allah ini ternyata juga membawa kedamaian dan keyakinan tersendiri dalam diri kita. Saya tidak berani bersaksi dengan suara lantang tentang kebesaran Maria dalam meneruskan doa-doa kita agar terkabulkan. Namun saya sangat merasakan kebesaran itu. Dulu saya tidak pernah membayangkan apalagi merencakan hidup saya akan menjadi seperti sekarang. Bukan dalam hal harta benda, namun dengan proses kehidupan dan lingkungan yang saya miliki saat ini. Mulai dari masa kecil, keluarga, anak-anak, teman-teman dan pekerjaan. Semuanya sangat membahagiakan. Beruntung saya tidak masuk lingkungan penjudi, atau pemabuk yang barangkali hidup dari memeras orang lain. Kebetulankah semua itu? Saya pribadi yakin ini bukan suatu kebetulan. Namun berkat doa dan kehidupan yang dijalani sejak kecil. Hanya dengan ungkapan permohonan agar diberikan yang terbaik menurut Allah sudah membuat saya lega. Saya tidak pernah tahu apakah yang ‘terbaik’ itu sudah tercapai. Namun untaian doa melalui Bunda Maria sejak saya anggota Legio Maria di SMP menuntun saya menapak hidup dengan pengalaman yang sangat indah jika direnungkan kembali sampai saat ini. Semuanya tidak terpikir untuk direncanakan. Semoga Allah melalui perantaraan Bunda Maria senantiasa membimbing kita. Agar dapat saling berbagi, Warta Mikael kali ini mencoba mengutip beberapa pengalaman warga kita terutama remaja lingkungan Mikael terhadap Bunda Allah. (Hendry Tiono)
BUTIR PADI PERTANDA
KASIH
Cinta yang
Universal
Perbedaan penting dalam agama itu bukan antara yang beribadah dan mereka yang tidak beribadah, tetapi antara mereka yang mencinta dan yang tidak. Ungkapan yang ditulis Anthony de Mello, SJ dalam bukunya Doa Sang Katak 1 ini mengingatkan kita agar tidak hanya berbuat dari hal yang terlihat secara fisik, tetapi hal yang terpancar dari dalam hati; hal yang meninggalkan kesan mendalam setelah orang lain merasakannya sekian waktu. Tindakan mencintai orang lain tidak membuat manusia segera mendapatkan pujian karena perbuatannya. Matius 6: 1 berbunyi: “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu dihadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga”. Ayat ini juga mengajak manusia tidak berbuat hanya untuk memperoleh pujian, tidak berbuat hanya sebatas kata-kata dan tindakan semu yang dilakukan sesaat, yaitu saat ibadah di mana banyak orang memperhatikan. Yang penting, akankah di luar ibadat formal manusia tetap 'beribadah'? Pada halaman lain, Anthony de Mello SJ menulis: “Kalau Anda menyapu halaman kuil, jangan behenti dengan membaca koran bekas. Jika Anda membersihkan hati Anda, jangan berhenti bermain kata-kata”. Manusia pada dasarnya memiliki suara hati yang baik seperti Sang Penciptanya. Namun dalam perkembangannya suara hati itu belum tentu berkembang baik layaknya harapan Sang Pencipta. Manusia dan lingkunganlah yang menentukan perkembangan suara hati itu. Idealnya, suara hati akan ‘menagih’ janji karena kata-kata yang telah diucapkan siempu suara hati. Namun siempu (pemilik) suara hati sering tidak memenuhi tagihan suara hati itu. Kita mungkin sering terjebak oleh apa yang telah kita ucapkan namun kemudian tidak sanggup kita jalankan. Beribu bahkan berjuta alasan muncul untuk membenarkan dan melindungi ketidaksanggupan itu. Suara hati dan cinta agaknya dapat menjadi pendobrak ketidakmampuan dan ke-enggan-an manusia untuk berbuat. Berbuat untuk setiap manusia, untuk sesama manusia. Bukan memilih manusia ini atau manusia itu karena suatu perbedaan. (Hendry Tiono)
DASAR
ALKITABIAH KETUJUH SAKRAMEN
Ekaristi
Dan Kebosanan
Seorang lelaki tua bernama Lim (60) telah bekerja di sebuah hotel berbintang lima lebih dari 10 tahun. Pekerjaannya terlihat sangat sederhana. Hanya memeriksa engsel pintu dari kamar ke kamar. Ia menyelesaikan pemeriksaan engsel 10 kamar sehari, sehingga membutuhkan waktu 30 hari untuk 300 kamar pada hotel tersebut. Jika ia mulai pada kamar nomor 101 tanggal 1 Januari, maka ia akan kembali memeriksa kamar 101 pada tanggal 1 Februari dengan libur satu hari (31 Januari). Begitulah pekerjaannya dari hari ke hari selama 10 tahun. Pada suatu acara pelatihan dalam rangka peningkatan mutu hotel tersebut Lim mendapat pertanyaan dari salah seorang konsultan hotel, sebut saja Chang. “Mr. Lim, apakah Anda tidak merasa bosan dengan pekerjaan memeriksa engsel yang Anda lakukan selama ini?” tanya Chang. Lim dengan mantap menjawab, “Kalau Anda bertanya demikian, artinya Anda tidak mengerti pekerjaan saya. Penghuni hotel ini adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas keluarga, perusahaan, atau negara, atau beratus-ratus pekerja yang dipimpinnya. Mereka sebagian besar adalah ayah sekaligus manager. Pekerjaan saya adalah memastikan bahwa pintu-pintu hotel berfungsi dengan baik jika terjadi suatu bahaya, misalnya kebakaran, sehingga para penghuni dapat selamat. Ini tanggung jawab yang berat". Mendengar jawaban tersebut semua hadirin terperanjat. Lim tidak pernah merasa bosan apalagi meremehkan pekerjaannya karena ia sadar betul apa yang ia kerjakan. Mungkin sama halnya dengan seorang pilot, seorang sopir, bahkan seorang pastor yang boleh dikatakan sering melakukan pekerjaan yang sama. Hidup memang banyak diwarnai dengan peristiwa rutin. Masalahnya, bagaimana peristiwa rutin ini dapat dijalani tanpa rasa bosan, namun penuh suka cita dan semangat. Dalam konteks Ekaristi, Ekaristi juga merupakan perayaan yang rutin kita jalani, apalagi bagi seorang pastor. Apakah tidak akan terasa membosankan? Mungkin jawaban Lim dapat membantu mengatasi masalah kebosanan. Dengan mengerti makna Ekaristi yang kita jalani, barangkali akan membuat kita lebih menghayati dan lebih tersentuh. Mungkin dapat disamakan dengan ‘makan’. Kita semua tahu bahwa makan untuk hidup. Jika tidak makan kita akan lapar, sakit dan pasti mati. Rasanya tidak ada seorang pun yang bosan dengan makan. Jangan Anda katakan bahwa jenis makanan bisa dibuat bervariasi. Memang itu benar. Tetapi bagaimana dengan pengemis yang setiap kali makan hanya nasi putih dan lauk sekadarnya. Itu pun jika ada lauk. Pengemis itu akan tetap mencari makan. Betapa indahnya hidup jika Ekaristi dapat diyakini memberi kehidupan, bahkan lebih dari kehidupan yang telah kita alami. Hosti dalam Ekaristi dapat kita jadikan Roti Kehidupan yang menjadi Santapan Rohani. Masalahnya bagaimana caranya agar kita dapat menghayati?
G u s t i A l l a h O r a S a r e Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini.
Ah, hari yang menjemukan saat
itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah.
Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara"
kehujanan. Setengah berlari saya mencari tempat berlindung.
Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda
sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh,
menjumpai bapak penjual yang sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang
masih menyala. Dia menyilahkan saya duduk. "Disini
saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta ijin
berteduh. Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian
yang pekat. Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar.
Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu.
Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula
canggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya
tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" "Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?" Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru...
"Gusti Allah, ora sare dik,
(Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya. "Rezeki saya ada
dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di
kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah
tanahnya."
Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Gusti
Allah ora sare". Allah Memang Maha
Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru
memaknai hidup. Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar. Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.
Hmm...saya makin bergegas untuk
menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan
cahaya yang bergerak dibenak saya. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Gusti Allah Ora Sare..... Gusti Allah Ora Sare..... Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya. Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar. Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa. Aku berdoa agar diberikan kekuatan...Namun, Allah memberikanku cobaan agar aku kuat menghadapinya. Aku berdoa agar diberikan kebijaksanaan...Namun, Allah memberikanku masalah agar aku mampu memecahkannya. Aku berdoa agar diberikan kecerdasan...Namun, Allah memberikanku otak dan pikiran agar aku dapat belajar dari-Nya. Aku berdoa agar diberikan keberanian...Namun, Allah memberikanku persoalan agar aku mampu menghadapinya. Aku berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang..... Namun, Allah memberikanku orang-orang yang luka hatinya agar aku dapat berbagi dengannya. Aku berdoa agar diberikan kebahagiaan...Namun, Allah memberikanku pintu kesempatan agar aku dapat memanfaatkannya.
HIDUP bukanlah sebuah VCD PLAYER
Informasi
Membuat Bijak
Komunikasi merupakan salah satu pemicu semangat hidup. Bayangkan jika kita hidup tanpa komunikasi; hidup di hutan seorang diri tanpa respon dari orang lain. Saya yakin kita tidak akan merasa punya tantangan. Mungkin hanya perut kita saja yang menantang untuk diisi saat lapar sehinga kita mau beraktivitas; mencari makan. Komunikasi membuat kita memiliki arti dalam kehidupan, baik bagi diri kita maupun bagi orang lain. Memungkinkan kita memiliki cinta bahkan dendam atau benci. Tergantung kita mencernanya. Begitu kuatnya dorongan untuk saling berinteraksi sehingga manusia selalu mencari teman. Di sisi lain bentuk komunikasi memungkinkan kita mendapatkan dan memberikan pengetahuan, walaupun berbenruk komunikasi satu arah. Dan makna komunikasi pun berkembang tidak sekadar interelasi antar manusia yang saling kenal. Dengan perkembangan zaman yang cepat kita dimungkinkan menggunakan sarana yang semakin canggih. Informasi dari jarak yang sangat jauh pun dapat kita peroleh hanya dalam beberapa detik. Interaksi antar negara hanya perlu dalam hitungan jauh kurang dari satu detik. Perkembangan dunia komputer sangat membantu kita. Bagi orang yang terbiasa menggunakan internet untuk berinteraksi atau mencari pengetahuan, maka akan sangat ‘menderita’ jika ia tidak berhadapan dengan komputer selama beberapa hari. Mengapa? Mungkin karena begitu banyak dan mudahnya mencari apa yang ingin dia ketahui dari dunia maya dengan sarana komputernya. Menyadari pentingnya komunikasi global tersebut, maka warga Lingkungan St. Mikael boleh berbangga dengan adanya website lingkungan. Bukan bermaksud sombong atau pamer, namun website itu dibuat untuk ‘saling membangun’, karena semakin banyak interaksi dan informasi, maka kita berharap akan semakin bijak. Semoga. (Hendry Tiono)
Injil
Yohanes 2: 1-11
Tema: Perkawinan Yang Kudus. Ayat 1: Kana adalah sebuah kota yang kecil di pegunungan Galilea dan ditempat inilah terjadi peristiwa pesta perkawinan di sebuah rumah dan keluarga sederhana. Dan menurut adat istiadat Yahudi, perkawinan dilangsungkan pada hari Rabu (hari ketiga) dan berlangsung selama 1 minggu lamanya. Pada waktu inilah Maria ibu Yesus, Yesus dan murid-muridNya hadir dalam pesta perkawinan tersebut. Dan dapat dibayangkan apa yang terjadi dalam suatu perkawinan keluarga sederhana dan waktunya cukup lama. Ayat 2: Untuk apa Yesus datang dalam pesta perkawinan tersebut? 1. Yesus tidak mengasingkan diriNya dari kehidupan duniawi. 2. Yesus datang untuk mengunjungi orang-orang artinya bukan manusia mencari Allah, melainkan Allah mencari manusia dan hidup di tengah-tengah manusia dalam diri Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita. 3. Yesus datang untuk menyatakan bahwa dalam rumah tangga (rumah sendiri, diri sendiri) adalah tempat yang paling indah di dunia ini yaitu kedamaian, suka cita, kasih, melayani dan sebagainya, dan sebaliknya tidak menginginkan rumah tangga (rumah sendiri, diri sendiri) sebagai tempat untuk melakukan sesuatu yang tidak baik, kejahatan dsb. Ayat 3 s/d 5: Ibu Maria datang kepada Yesus untuk mohon bantuan. Kenapa Ibu Maria mau repot-repot mohon bantuan? 1. Bagi orang Yahudi kehidupan membaca / mengetahui Sabda Allah adalah bagian kehidupan mereka termasuk juga ibu Maria. Disinilah kepekaan, kepedulian dan keperhatinan Maria melihat situasi yang ada yaitu kekurangan anggur. Mazmur 51: 19 : "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur." Dan Maria yakin, bila dalam kesulitan datang saja kepada Yesus dan Yesus akan memberi kelegahan kepada kita (Matius 11: 28), dan Dia tidak pernah mengecewakan kita. Inilah kepercayaan Maria kepada Yesus secara penuh. 2. Bila dilihat sepintas lalu, permohonan Maria ditolak. Tetapi Maria tetap yakin akan permohonannya itu dikabulkan, biarpun Maria sendiri tidak mengerti. Kita sebagai umat Katolik sangat bersyukur kepada Maria karena keyakinan begitu besar kepada Yesus, sehingga permohonan Maria kepada Yesus juga merupakan permohonan anak-anakNya kepada Maria untuk diteruskan kepada PutraNya Yesus Kristus dalam Doa Rosario, Doa Novena 3 salam Maria dan Doa Maria lainnya, dimana dalam kehidupan kita sering tidak mengerti apa yang terjadi tetapi Tuhan Yesus akan memberi yang terbaik dalam hidup kita. Ayat 6 s/d 8: Kenapa ada 6 tempayan air saja yang disediakan untuk pembasuhan? Bagi orang Yahudi angka 7 adalah angka kepenuhan / kesempurnaan karena berhubungan dengan penciptaan (Kejadian 1), sedangkan angka 6 adalah angka ketidaksempurnaan. Jadi 6 tempayan air untuk pembasuhan menunjukkan ketidaksempurnaan hukum Yahudi yaitu tata cara, adat, budaya, kepercayaan dsb. Yesus datang untuk menghapuskan ketidaksempurnaan hukum itu dan menggantikannya dengan anggur baru yaitu anugrahNya maksudnya anugrah yang ada pada Yesus itu benar-benar sungguh mulia dan tak akan habis dan tak terbatas sehingga hanya di dalam Yesus Kristus ketidaksempurnaan menjadi sempurna. Dalam mukjizat air menjadi anggur bukanlah sasaran utama Yesus, tetapi pesan imannya adalah: · Suatu peristiwa besar dimana Yesus datang dalam hidup seseorang, di situlah kualitas hidup baru seperti air berubah menjadi anggur. · Dia datang untuk membawa satu jenis kebahagian baru dengan memberi kelimpahan, sukacita (kegembiraan), keselamatan dan sekaligus tugas pelayanan kepada kita semua dalam suatu perkawinan. · Mukjizat yang dilakukan Yesus itu dilakukanNya secara diam-diam. Ini menunjukkan suatu sikap hidup yang rendah hati, tidak menyombongkan diri dan penuh kasih. Ayat 9 s/d 10: Suatu keanehan yang unik terjadi, dimana umumnya anggur yang baik disediakan lebih dahulu barulah kemudian anggur yang kurang baik, tetapi ini sebaliknya. Sungguh keanehan unik yang sungguh luar biasa terjadi. Inilah waktu yang tepat bagi Yesus untuk memperlihatkan kemuliaanNya. Karena Dia dan Dalam Dia pesta hidup manusia menjadi meriah dan tak berkesudahan yang diterima oleh manusia dalam hidupnya dengan cinta kasih yang tak terbatas. Ayat 11: Kenapa Yesus melakukan Mukjizat I dalam pesta perkawinan di kota kecil dan dalam keluarga sederhana? 1. Dalam ayat 2 poin ke 3, jelas dikatakan bahwa Yesus sangat menghargai suatu perkawinan yang membawa kebahagiaan yang sejati. 2. Dalam Kitab Kejadian dijelaskan bahwa Allah menginginkan perkawinan Adam dan Hawa menjadi perkawinan yang bahagia, tetapi kenyataannya perkawinan mereka itu akhirnya gagal. Untuk itulah tindakan Yesus mengadakan Mukjizat I dalam pesta perkawinan, mau ditunjukkan bahwa perkawinan yang diinginkan Yesus, itu merupakan yang Sangat Berharga dan Kudus di mata Allah dan jangan dirusak oleh manusia itu sendiri. Matius 19: 6b: “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”. Dan kita sebagai umat Katolik boleh bersyukur karena sifat dari perkawinan Katolik: 1. Perkawinan yang besar adalah berdasarkan cinta kasih dan monogam yaitu satu suami satu istri. 2. Perkawinan tak dapat cerai. Apapun bentuk alasannya, tidak dibenarkan adanya perceraian kecuali karena meninggal. Jadi begitu penting perkawinan dalam agama Katolik, sehingga perkawinan diangkat dalam bentuk Sakramen. (V.H. Salim)
JANJI BUNDA MARIA
KASIH KRISTUS LAKSANA API
Apakah engkau
dikelilingi oleh hal-hal yang tak dapat engkau pahami? Bilamana kegelapan datang
mencekam, Kaish-Nya adlah lakasna api. Engkau hanya perlu menetapkan pandanganmu
kepada lampu yagn menyala dalam kegelapan itu, hingga fajar menyingsing dan
sinar mentari bersinar dalam hatimu (2Petrus 1:9).
KESELAMATAN SATU-SATUNYA HANYA ADA PADA YESUS KRISTUS
Yesus hanya
merupakan salah satu jalan kesurga ? Apakah benar?
Pada jaman Nuh
itu, kalau orang tidak mau masuk ke dalam bahtera maka tidak ada jalan lain
baginya melalui mana ia bisa selamat. Pada waktu banjir itu mulai meninggi, ia
mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap rumah, naik gunung yang tinggi,
tetapi ia akan tetap mati karena air bah itu merendam seluruh dunia bahkan
gunung yang tertinggi sekalipun ( Kej 7 : 19 – 20 ). Jadi jelas bahwa bahtera
itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Home | Paroki | Informasi | Galeri Foto | Renungan | Suara Umat |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Copyright 2005 KOMSOS ST. YAKOBUS BANTUL E-mail : styakobus@yahoo.com |