GATRA.com - Kelom Geulis (sandal kayu bagi wanita) produksi Tasikmalaya,
Jabar, bukan hanya diminati warga pribumi,
tetapi juga warga mancanegara.
Terbukti ekspor sandal kayu melalui Koperasi
Agribisnis dan Industri `Syahida Jaya Alaska`
(KJSA) Tasikmalaya telah menembus wilayah
Asia Tenggara, Panama, Korea, Jepang, Afrika,
Timur Tengah dan sebagian wilayah Eropa,
kata Syarif Hidayat, salah seorang pengurus
koperasi itu, Rabu.
Ia menyebutkan, dengan meningkatnya omset
penjualan sandal kayu itu, maka pihaknya
harus memperbanyak kelompok-kelompok perajin
baru guna mengantisipasi terus meningkatnya
permintaan konsumen.
Jumlah kelompok perajin sandal kayu kini
bertambah dari 27 kelompok menjadi 73 kelompok,
dengan jumlah perajin yang semula 475 orang,
sekarang menjadi sekitar 1.400 orang.
Katanya, permintaan paling banyak adalah
dari Amerika Latin, dimana setiap bulan selalu
mengirim beberapa kontainer. Juga dari beberapa
negara Asia dan Eropa, tetapi hanya satu
sampai dua kontainer.
"Yang masih memprihatinkan, perajin
sampai sekarang masih bekerjasama dengan
pihak ketiga, dimana keuntungan yang diperoleh
harus dibagi-bagi, dan pihak koperasi mendapatkan
fee 0,36 persen dari total hasil penjualan
sekitar Rp19 juta per tahun.
Apalagi sandal kayu Tasikmalaya pasarnya
sekitar 75 persen di mancanegara, sehingga
tentunya keuntungannya sangat besar. Sedangkan
pasar lokal hanya sekitar 10 persen, serta
15 persen lainnya dipasarkan ke daerah lain.
Keluhan lainnya yakni kurangnya dana bantuan/pembinaan
dari pemerintah, juga kondisi jalan, dimana
di wilayah Tasikmalaya masih banyak jalan
rusak yang tidak layak dilalui truk kontainer
berukuran 40 feet. Dengan lebar jalan yang
relatif sempit, serta banyaknya tikungan
tajam, menyebabkan kendaraan kontainer enggan
memasuki wilayah Tasikmalaya.
Wilayah perajin sandal kayu di Kabupaten
Tasikmalaya meliputi Kecamatan Kawalu, Mangkubumi,
Cipedes, Cibeureum, Indihiang, dan wilayah
selatan Tasikmalaya.
Hasil penjualan sandal kayu produk Tasikmalaya
dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada
tahun 2000 tercatat mencapai sekitar Rp2,5
miliar, dan pada tahun 2001 naik 100 persen
yakni mencapai sekikat Rp5,7 miliar.
Sedangkan pada tahun 2002 yang baru menginjak
bulan ketujuh (Juli), telah mendapakan hasil
penjualan sekitar Rp4,5 miliar. [Tma, Ant]
|