|
|
|
|
D. Merekayasa Dalil
|
025. TANYA:
Bagaimana pandangan Yahudi tentang Yesus sebagai Penebus dosa?
JAWAB:
Umat Yahudi tidak segera menerima ide tersebut. Kalau domba yang dikorbankan untuk menebus dosa yang mereka perbuat sudah lumrah dan dianut umat Yahudi terus-menerus. Tetapi kalau manusia yang dikorbankan untuk keselamatan orang per orang tentu sangat tidak mungkin dan tidak manusiawi.
Sementara itu praktek para penyembah berhala yang mengorbankan manusia kepada Dewa atau Tuhan untuk mencegah kemarahannya, tidak dikenal dalam hukum Taurat maupun ajaran para Nabi. Memang dalam Kitab Ulangan diceritakan bahwa untuk menghindarkan umat Yahudi dari perbudakan, Tuhan mengutus malaikat kematian untuk membunuh semua anak sulung di Mesir. Namun pengorbanan anak ini, selanjutnya sudah digantikah dengan domba paskah.
|
026. TANYA:
Lalu apa yang dilakukan Paulus untuk mempengaruhi umat Yahudi?
JAWAB:
Paulus berangkat dari asumsi Yahudi bahwa karena sedemikian sulitnya mentaati hukum Taurat secara sempurna sehingga setiap orang Yahudi, dan begitu pula manusia lainnya, semuanya berdosa.
"Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?" (Roma 2:23)
|
027. TANYA:
Bagaimana asumsi ini dikuatkan?
JAWAB:
Paulus melihat peluang dengan mengarahkan kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama menjadi titik tolak jatuhnya umat manusia kedalam dosa abadi turun temurun.
Dalam kitab kejadian dikatakan bahwa Tuhan menciptakan jagad raya. Sebagai klimaks dari penciptaan berbagai benda di jagad raya adalah penciptaan manusia Adam dan Hawa. Manusia hidup rukun dengan Tuhan di surga.
Dalam surga ada pohon yang buahnya (buah pengetahuan) tidak boleh disentuh apalagi dimakan oleh manusia, karena kalau mereka memakannya, mereka akan mengetahui yang baik dan yang buruk. Sebagai manusia, larangan ini justru merangsang keingin-tahuan mereka.
Lalu kata cerita ini selanjutnya, Iblis menjelma menjadi ular dan menggoda Hawa. Wanita ini kemudian memetik buah itu dan memakannya lalu memberikannya kepada Adam. Dengan perbuatan ini, menurut Paulus, mereka telah melanggar perintah Tuhan dan jatuh dalam dosa, dan sebagai konsekwensinya, Adam dan seluruh manusia jatuh ke dalam dosa waris.
"Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati... Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: 'Sekali-kali kamu tidak akan mati'... Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden,... (Kejadian 2:11; 3:4,23)
Dengan demikian Paulus berhasil menemukan "dalil" dari kitab Taurat Musa untuk mempengaruhi orang-orang Yahudi bahwa seluruh manusia termasuk orang Israel telah jatuh kedalam dosa warisan "sesuai kitab Suci mereka". Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh para nabi maupun umat Israel sebelum datangnya Paulus. Jangankan Nabi .Ibrahim, Musa, atau Daud as. Yesus sendiri mengajari umatnya agar langsung memohon ampun pada Allah, tanpa harus menjadikan dirinya sebagai tumbal untuk mati di tiang salib.
"Karena itu herdoalah demikian: Bapa kami (Allah) di Sorga, dikuduskan namaMu... ampunilah kami atas kesalahan kami... (Matius 6:9,12)
"Sejak wakiu itu Yesus memberitakan: 'Bertobat-lah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! " (Matius 4: 17)
|
028. TANYA:
Lalu apa hubungan cerita kitab kejadian ini dengan penyaliban Yesus?
JAWAB:
Karena semua manusia telah jatuh kedalam dosa, mereka sudah menjadi fana dan tidak sempurna, sehingga tidak dapat lagi berhubungan dengan Tuhan yang sempurna, mulia dan baka untuk pengampunan dosa. Disini filsafat Yunani mulai memainkan peran. Untuk menyelamatkan manusia yang jatuh dalam dosa selama bermilyar-milyar tahun, menurut Paulus, Tuhan memilih Yesus yang serupa dengan Allah untuk mati di tiang salib menebus dosa manusia
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:5-7)
|
029. TANYA:
Mengapa jutaan manusia harus menunggu mati bergelimang dosa selama milyaran tahun, baru kemudian Allah menetapkan Yesus sebagai penebus dosa?
JAWAB:
Inilah pertanyaan yang tidak dijelaskan oleh Paulus, serta tidak diterangkan oleh gereja selama 2000 tahun.
|
030. TANYA:
Apakah dengan demikian orang Yahudi sudah dapat menerima Yesus sebagai korban pengganti domba yang setiap tahun mereka sembelih? .
JAWAB:
Ajaran aneh yang baru diperkenalkan Paulus ini, bagi umat Yahudi memiliki beberapa kelemahan :
1) Bahwa Tuhan harus memaku anaknya ditiang salib untuk menebus dosa manusia adalah bertentangan dengan pikiran sehat rasa kemanusiaan dan rasa keadilan.
Saat ini pun kalau ada seorang ayah yang memaku anaknya sampai mati, apalagi anak yang baik hati, bukannya mendapat pujian, malah akan dijebloskan ke penjara.
2) Domba yang dikorbankan umat Israel adalah domba yang diperiksa dan diyakini sehat tanpa luka juga tanpa cacat
"Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela." (Keluaran 12:5)
Sementara mereka tidak pernah mengetahui dan memeriksa apakah Yesus pernah cedera atau patah tulang. Yang jelas, sebelum disalib, Yesus terlebih dahulu mendapat siksaan yang berat. Malah di tiang salib masih dilukai perutnya.
"Tetapi seorang dari antaraprajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak. dan segera mengalir keluar darah dan air." (Yohanes 19:34)
3) Domba yang dikorbankan adalah binatang yang tidak pernah berbuat dosa. Sementara Yesus yang hidup sebagai seorang Yahudi dan taat pada hukum Taurat dianggap tidak luput dari dosa, sebagaimana doanya setiap hari dalam Injil Matius.
"Dan ampunilah kami akan kesalahan kami,.... (Matius 6:12)
"... hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa,... (Timotius 1:9)
4) Sesuai ajaran Kitab Nabi Yesaya, hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa manusia, sedangkan seseorang tidak punya kuasa untuk mengampuni dosa orang lain.
"Beginilah firman Tuhan, Penebusmu..., (Yesaya 44:24)
|
031. TANYA:
Bagaimana Paulus dan pengikut-pengikutnya menghadapi kenyataan ini?
JAWAB:
Bukanlah bernama Paulus kalau dia tidak mampu mencarikan alasan untuk membenarkan ajaran barunya
1) Untuk mempertahankan bahwa Yesus adalah sempurna tidak bercacat, Paulus menemukan ayat 46 pasal 12 dari kitab Keluaran sebagai pendukung:
... Paskah itu harus dimakan dalam satu rumah juga; tidak boleh kaubawa sedikit pun dari daging itu keluar rumah; satu tulang pun tidak boleh kamu patahkan.,. (Keluaran 12:46)
Kalau kita memperhatikan, tidak ada hubungan antara kitab Keluaran 12:5 dengan Keluaran 12:46. Mematahkan tulang domba yang sudah dibakar dan membawanya keluar rumah di Kejadian 12:46, tidak ada hubungannya dengan kesempurnaan domba yang akan dikorbankan di Kejadian 12:5.
Jadi cerita tentang Yesus yang tidak dipatahkan kakinya dalam Injil Yohanes 19:36 agar sesuai dengan Keluaran 12:5, adalah merupakan contoh bagaimana Paulus dan para pendukungnya, berusaha mencari pembenaran ajaran mereka dari kitab Perjanjian Lama baik selaras maupun mustahil.
2) Untuk meyakinkan umat Yahudi bahwa Yesus adalah manusia yang suci dan pantas menggantikan fungsi domba korban, pendukung Paulus yang menulis Injil Lukas membuat cerita tentang kelahiran Yesus sebagai Anak Allah.
"Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah." (Lukas 1 :35)
Namun anehnya, Paulus dalam suratnya kepada Timotius menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi yang taat pada hukum Taurat, termasuk Yesus, adalah orang berdosa.
"...hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa,." (Timotius 1 :9)
3). Ketika Paulus menulis suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, dia belum memikirkan pentingnya ucapan Yesus sebagai otoritas untuk mendukung kedudukannya sebagai Juruselamat. Untuk mendukung hal ini, pengikut Paulus yang menulis Injil Lukas menggambarkan bahwa Yesus berkuasa mengampuni dosa seseorang, tanpa memahami pengertian sesungguhnya
"Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah la: 'Hai saudara, dosamu sudah diampuni" (Lukas 5:20)
Dengan ayat ini Paulus dan orang-orang Romawi pendukungnya memproklamirkan bahwa Yesus telah mendapat limpahan kuasa penuh dari Allah untuk mengampuni dosa manusia. Dengan ayat ini, Yesus "katanya" mengumumkan ke seluruh pelosok dunia bahwa dirinya adalah Juruselamat.
Namun sangat disayangkan karena para pendukungnya tidak memahami ucapan Yesus ini, serta pengertian "dosa" dalam agama dan tradisi Yahudi. Hampir seantero dunia saat itu, baik orang-orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lainnya, menghu-bungkan penyakit yang menimpa seseorang dengan dosa yang mereka lakukan. Silahkan perhatikan penjelasan penulis Injil Yohanes atas hal ini:
“Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yohanes 5:14)
Uskup John Shelby Spong dari New Jersey, Amerika Serikat dalam bukunya Why Christianity Must Change or Die di hal. 6-7, mengkritik para pemimpin Gereja yang masih mempertahankan mati-matian kekeliruan ini
"For many biblical assumptions are today dismissed as quite simply wrong. Sickness for example, does not result from sin being punished."
(Sekian banyak penafsiran Alkitab yang saat ini harus disingkirkan karena ternyata salah. Penyakit, misalnya, bukan disebabkan oleh hukuman karena berdosa)
Dengan demikian menjadi sangat jelas bahwa dari konteks pengertian dosa, telah terjadi kekeliruan baik di kalangan Yahudi maupun Kristen.
a. Kekeliruan umat Yahudi adalah menganggap penyakit merupakan hukuman Tuhan atas dosa yang diperbuat manusia. Sehingga kalau seseorang disembuhkan, berarti dosanya sudah diampuni oleh Allah.
"Kuasa Tuhan (Allah) menyertai Dia (Yesus), sehingga dia dapat menyembuhkan orang sakit"... (Lukas5:17)
Dari ayat-ayat di atas, jelas terlihat ada dua pihak yang memainkan peran. Pihak pertama adalah Yesus yang meyembuhkan penyakit, dan pihak kedua adalah Allah yang mengampuni dosa seseorang dengan kesembuhan.
b. Sementara kekeliruan umat Kristen, lebih parah lagi, yakni selain memandang penyakit sebagai hukuman atas dosa, juga menganggap bahwa Yesus yang menyembuhkan penyakit seseorang, sekaligus sebagai penguasa yang mengganti kedudukan Allah sebagai pemberi ampun atas dosa seseorang.
Padahal dalam ayat Injil di atas, Yesus menggunakan kata kerja pasif:
"Dosamu sudah diampuni (oleh Allah)."
bukan:
"Dosamu sudah “ku"ampuni" atau,
"Aku (Yesus) sudah mengampuni dosamu."
|
032. TANYA:
Apakah dengan kenyataan ini pengikut-pengikut. Paulus menjadi patah hati?
JAWAB:
Tidak. Setelah gagal meyakinkan umat Israel dengan penafsiran yang keluar dari konteks, salah seorang pengikut Paulus, tanpa rasa takut berdosa, menambahkan 5(lima) ayat palsu di akhir Injil Matius (Matius 28:16-20)
"Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu- ragu. Yesus mendekati mereka dan, berkata: 'Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:16-20)
Inilah ajaran Kristen yang dipromosikan Paulus dan para pengikutnya. Kalau memanipulasi pengertian ayat-ayat kitab Perjanjian Lama masih dianggap tidak mempan, mereka tidak segan-segan menciptakan ayat-ayat palsu, kemudian disuapkan kemulut Yesus untuk diucapkan.
Selama hampir 2000 tahun, Gereja berhasil menutup-nutupi kepalsuan ayat-ayat ini. Namun para pakar Alkitab dan Sejarawan Kristen tidak tinggal diam dan akhirnya mengungkapkannya kepada umum (Paul Tillich, 1968; Robert W. Funk, 1993 dan Hugh J. Schonfield, 1998).
Ayat-ayat di atas sesungguhnya bukan bermaksud untuk menyatakan bahwa Yesus, yang sekarang adalah maha kuasa, mampu menciptakan satu matahari lagi atau empat buah bulan lagi agar setiap malam menjadi purnama, tetapi semata-mata diarahkan untuk mendukung pendapat bahwa sesungguhnya Yesus telah diberi kuasa oleh Tuhan untuk mengampuni dosa manusia. Ayat palsu ini sangat dibutuhkan, karena Paulus ingin membelenggu pengikut-pengikutnya yang ketakutan di bawah bayang-bayang dosa warisan untuk tetap menggantungkan harapan mereka kepada Anak Allah sebagai satu-satunya Juruselamat.
Kita semua telah berdosa menurut Paulus. Agar kita bebas dari belenggu dosa, maka kita membutuhkan kematian seseorang yang ilahi untuk menebus dosa seluruh manusia. Seseorang yang ilahi ini menurut Paulus dan pendukung-pendukungnya adalah Yesus, karena manusia biasa tidak dapat menebus dosa seluruh umat manusia.
Pendapat ini kemudian didukung oleh pengikut Paulus yang menulis Injil Markus dengan mengatakan bahwa Yesus adalah penebus dosa manusia.
"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45)
Penulis Injil Markus dengan cerdik menciptakan cerita penyaliban Yesus dalam konteks festival memperingati pembebasan Yahudi dari perbudakan di Mesir. Sehingga umat Israel akan segera teringat dan mengaitkan penyaliban Yesus dengan domba paskah yang disembelih. Padahal Paulus sendiri tidak pernah menghubung-hubungkan saat kematian Yesus dengan Passover (Paskah).
Sedemikian rapinya Gereja mengemas cerita Tuhan yang terpaksa harus mengorbankan anaknya untuk mati di tiang salib menebus dosa seluruh umat manusia, sehingga kebanyakan orang terlena dan melupakan bahwa cerita ini sangat kejam dan bertentangan dengan akal sehat.
|
033. TANYA:
Bagaimana upaya Paulus dan pendukung-pendukungnya untuk meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Yesus tidak berdosa sementara dia adalah manusia biasa seperti mereka yang tidak luput dari dosa?
JAWAB:
Untuk mengatasi hal ini Paulus memiliki jurus mengangkat Yesus menjadi manusia ilahi dengan mengumumkan kepada umat Israel bahwa Yesus adalah Anak Allah. Karena Yesus Anak Allah, dengan demikian dia ilahi tanpa dosa,
"Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah." (Kisah Para Rasul 9:20)
Selanjutnya bukan hanya Paulus. Para pendukung Paulus termasuk Roh jahat pun ikut-ikutan latah mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah,
"Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah." (Markus 1:1)
"Kata Natanel kepada-Nya: 'Rabbi (Tuan Guru). Engkau adalah Allah, Raja orang Israel" (Yohanes I: 49)
"Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" dengan keras ia (roh jahat itu) berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" (Markus 5: 8,7)
|
034. TANYA:
Apakah umat Yahudi dapat menerima peningkatan status Yesus dari anak Maria (Maryam) menjadi Anak Allah?
JAWAB:
Tidak bisa. Umat Yahudi memang mengaku sebagai anak-anak Allah, umat pilihan Allah, tetapi kalau anak Allah secara individu tidak lazim bagi mereka. Oleh karena itu ketika Paulus mengumumkan bahwa Yesus adalah Anak Allah, mereka menolak dan menentangnya, Ini dijelaskan oleh Paul Tillich dalam bukunya A History of Christian Thought:
"Son of God is very familiar pagan concept, The pagan Gods propagated sons on earth. Because of this the words only begotten were added."
(Anak Allah adalah istilah yang sangat umum dalam ajaran Penyembah Berhala. Tuhan-tuhan Penyembah Berhala beranak pinak di bumi. Oleh karena itu, mereka menambahkan istilah anak tunggal).
Allah mengutuk ajaran tentang Allah mempunyai anak:
"Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak, Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." {Maryam 19:88-92)
Allah malah menyentil mereka dengan pertanyaan:
"Bagaimana Dia (Allah) mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri." (Al-An'am 10:101)
|
035. TANYA:
Bagaimana dengan para penyembah berhala di kerajaan Romawi?
JAWAB:
Mereka sangat senang Anak Tuhan merupakan figur yang penting dalam Struktur Ketuhanan Penyembahan Berhala dalam filsafat Yunani. Anak Allah inilah yang akan mewakili Allah menyelamatkan manusia di dunia dengan menunjukkan kepada manusia kode-kode dan rambu-rambu yang tepat untuk dapat kembali dengan selamat bersatu dengan Allah (Similitude).
Ajaran ini kemudian dianut oleh para pemimpin Gereja dan dijadikan landasan ajaran Kristen.
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal... ".(Yohanes 3:16)
Perbuatan orang-orang Kristen yang mengikuti ajaran orang-orang kafir untuk mengangkat Yesus sebagai Anak Allah telah diterangkan oleh Allah hampir 1.400 tahun sebelum para pakar Alkitab membeberkannya.
"Orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? " (At Taubah 9:30)
|
Sumber: MENYELAMATKAN JURU SELAMAT. Oleh : DR. H. Sanihu Munir, SKM, MPH.
|
|
|
|
|