|
|
Sejarah Singkat
Sebutan Discus bagi ikan ini mengacu pada bentuk tubuhnya
yang menyerupai lempengan piring (disk) yang berdiri
tegak. Discus termasuk dalam famili Cichlidae, dan
tergolong dalam genus Symphysodon. Symphysodon berarti
"memiliki gigi pada bagian tengah rahang".
Discus yang pertama kali dikenal adalah Symphysodon discus
heckel. Deskripsinya ditulis oleh Heckel pada tahun
1840. Jenis ini dikenal sebagai "Discus Sejati".
Discus Heckel berbeda dengan Discus lainnya.
Jenis ini memiliki tiga garis vertikal yang lebih jelas,yaitu baris
pertama yang melewati kepala, baris kelima yang melewati bagian
tengah tubuh, dan garis ke sembilan atau garis ekor. Selain itu
S. discus diselimuti oleh marking biru bergelombang pada bagian
samping tubuhnya. S.discus berasal dari Rio Negro dan anak-anak
sungainya.
Symphysodon aequifasciata aequifasciata, dikenal sebagai
Discus Hijau,dideskripsikan pertama kali oleh Pellegrin pada tahun 1904. Ikan
ini merupakan jenis Discus kedua yang "ditemukan".
Mereka ditemukan di Danau Tefe dan Peruvian Amazonia.
Selama tigapuluh tahun kemudian ikan ini terlupakan dan baru dikenal
oleh para hobiis setelah diperkenalkan pada sekitar petengahan tahun
1930-an.
Diawal sejarah pembudidayaannya, pengembangbiakan Discus pada
awalnya mengacu pada Angel Fish (P. scalare) karena kesamaan dan
dekatnya hubungan kedua ikan tersebut, yaitu dengan cara memindahkan telur,
menetaskan mereka dalam tempat terpisah kemudian membesarkan
burayaknya. Akan tetapi asumsi ini tidak berlaku. karena Discus
ternyata diketahui memiliki cara perkembanganbiakkan yang
khusus. Pembudidayaan Discus baru "berhasil" pada
akhir tahun 1950-an yaitu pada "jaman" Jack Wattley di
Amerika dan Eduard Schmidt-Focke di Jerman yang merintis usaha awal
pembudidayaan ikan ini.
Pada tahun inilah Discus mulai "ramai" dibicarakan oleh
perintis-perintis awal hobiis discus kawakan seperti, selain kedua
disebutkan sebelumnya, adalah: Harald Schlutz, Herbet R.
Axelrod, Herbet Haertel dll. Pada masa ini tidak
jarang ditemukan orang yang frustrasi karena gagal dalam mencoba
membudidayakan Dscus, beberapa orang dilaporkan pernah melakukan
percobaan bunuh diri, lainnya harus dirawat dibawah pengawasan
psiktiater, dan ada pula yang "menghilang". Beberapa
orang mengorbankan kolam renangnya sebagai cadangan air bagi
discus-nya, yang lain harus merelakan "bath-tube"nya untuk
kelangsungah hidup ikan tersebut, dan lain sebagainya.
Perjalanan untuk mendapatkan discus di habitat aselinyanyapun, di
Amazon, bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Pada tahun 1960, Schultz mendeskripsikan dua sub-spesies
Discus lainnya, yaitu: Symphysodon aequifasciata ; S.
aequifasciata axelrodi, Discus Coklat dari Belem , dan S.
aequifasciata haraldi, Discus Biru, yang ditemukan di dekat
Manaus, Brazil. Pengkelasan ini sempat mengundang
kontroversi, karena para ahli taksonomi hanya mengakui satu spesies
saja, sedang yang dianggap sebagai sub spesies hanyalah disebabkan
oleh variasi perbedaan warna yang bersifat regional.
Pada 30 tahun terakhir, berbagai strain Discus telah
"dibuat" melalui seleksi di Jerman, Amerika dan Jepang.
Disusul kemudian oleh negara-negara lain termasuk Indonesia.
Saat ini, berbagai strain Discus dapat ditemui di
pasaran dengan harga beragam tergantung pada strain yang bersangkutan.
|
|