Klorin dan Kloramin
Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan
sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum
seperti PAM atau PDAM. Klorin (Cl2) merupakan gas
berwarna kuning kehijauan dengan bau lumayan menyengat. Bau ini
bisa dikenali seperti bau air kolam renang yang biasanya secara
intensif diberi perlakuan klorinasi dengan kaporit. Sedangkan
kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl).
Klorin relatif tidak stabil di dalam air sehingga biasanya akan
segera terbebas keudara, sedangkan kloramin jauh lebih stabil
dibandingkan klorin sehingga beberapa perusahan pengolah air minum (di
LN) tidak sedikit yang menggunakan bahan ini sebagai pengganti
klorin. Baik klorin maupun kloramin sangat beracun bagi
ikan. Keduanya akan bereaksi dengan air membentuk asam
hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sisitem
enzim ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin secara alamiah akan
meningkat pada pH lebih rendah dan temperatur lebih tinggi, karena
pada kondisi demikian proporsi asam hipoklorus yang terbentuk akan
meningkat.
Untuk menghindari efek kronis dari bahan tersebut maka residu
klorin dalam air harus dijaga agar tidak lebih dari 0.003 ppm.
Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm sudah cukup untuk membunuh ikan
dengan cepat.
Tanda-tanda Keracunan
Ikan yang terkena klorin akan menunjukkan gejala seperti ingin
keluar dari akuarium/tank, meluncur kesana kemari dengan cepat dalam
usaha mencari daerah yang bebas dari klorin atau kloramin.
Selanjutnya ikan akan gemetar dan warna menjadi pucat, lesu dan
lemah. Klorin dan kloramin secara langsung akan merusak insang
sehingga dapat menimbulkan gejala hipoxia, meningkatkan kerja insang
dan ikan tampak tersengal-sengal dipermukaan. Apabila ada aerasi
atau aliran air, maka ikan-ikan tersebut akan tampak berkerumun
disana.
Pencegahan dan Perlakuan
Air keran harus selalu di deklorinasi sebelum digunakan, baik
secara kimiawi maupun fisika. Klorin dapat dihilangkan dengan
pemberian aerasi secara intensif, atau dengan menyemburkan air
keras-keras pada wadah (penampungan), atau dengan cara yang lebih
sederhana yaitu dengan membiarkan (mengendapkan) air selama
semalam. Dengan cara demikian maka gas klorin akan terbebas ke
udara.
Cara lain adalah dengan menggunkan bahan deklorinator atau lebih
dikenal dengan nama anti klorin yang biasa dijual di toko-toko
akuarium. Penggunaan anti-klorin lebih dianjurkan untuk air-air yang
diolah dengan kloramin. Sebelumnya pastikan bahwa anti
klorin tersebut dapat bekerja baik untuk klor maupun kloramin, karena
tidak semua produk anti klorin bisa menangani keduanya sekaligus. Pada
umumnya anti-klorin mengandung natrium tiosulfat yang akan segera
mengikat klorin.
Kloramin relatif lebih sulit diatasi oleh
natrium tiosulfat saja dibandingkan dengan klorin, karena
maskipun gas klorinnya dapat diikat dengan
baik, tetapi akan menghasilkan amonia.
Anti klorin yang ditujukan untuk mengatasi kloramin, biasanya
akan mengandung bahan kimia lain yang akan mengingat amonia
tersebut. Apabila tidak maka dianjurkan untuk mengalirkan air
hasil deklorinasi tersebut melewati zeolit.
Anti klorin hendaknya digunakan pada air sebelum air
tersebut dimasukkan kedalam akuarium. Pemberian secara langsung
di dalam akuarium disarankan hanya dilakukan dalam keadaan darurat
saja.
Pada kasus terjadinya keracunan klorin, segera pindahkan ikan yang
terkena kedalam akuarium/wadah yang tidak terkontaminasi. Dalam
keadaan terpaksa tambahkan anti-klorin pada akuarium yang
terkontaminasi untuk menetralisir/manghilangkan residu klorin
sesegera mungkin. Tingkatkan intensitas aerasi untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya stres pernapasan pada ikan-ikan didalamnnya.
|