Artemia Salina (Brine shrimp)
Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda.
Mereka berkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti copepode dan
daphnia (kutu air). Artemia hidup di danau-danau garam
(berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang ini toleran terhadap
selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris tawar hingga
jenuh garam. Secara alamiah salinitas danau dimana mereka hidup
sangat bervariasi, tergantung pada jumlah hujan dan penguapan yang
terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6 % telur artemia akan
tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini biasanya terjadi
apabila air tawar banyak masuk kedalam danau dimusim penghujan.
Sedangkan apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap
berada dalam kondisi tersuspensi, sehingga dapat menetas dengan
normal.
Kista tertua artemia pernah ditemukan oleh suatu perusahan pemboran
yang bekerja disekitar Danau "Salt Great". Kista
tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10000 tahun
(berdasarkan metoda "carbon dating"). Setelah diuji,
ternyata kista-kista tersebut masih bisa menetas walaupun usianya
telah lebih dari 10000 tahun.
Siklus Hidup
Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau
telur. Setelah 15 - 20 jam pada suhu 25°C kista akan menetas
manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan
tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan
menyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi naupli yang
sudah akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli akan berwarna
orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang
baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum
terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka akan
ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini
mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga,
bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya mereka
tidak akan peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang
dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia diair dengan ukuran
yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum
menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa
rata-rata berukuran sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang
tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm.
Pada kondisi demikian biomasnya akan mencapi 500 kali dibandingakan
biomas pada fase naupli.
Dalam tingkat salinitas rendah dan dengan pakan yang optimal,
betina Artemia bisa mengahasilkan naupli sebanyak 75 ekor
perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50
hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10 -11
kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia dewasa bisa hidup
selama 3 bulan dan memproduksi nauplii atau kista sebanyak 300
ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila
lingkungannya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakana sangat
kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam
hari.
Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu -18 hingga 40 °
C. Sedangkan tempertur optimal untuk penetasan kista dan
pertubuhan adalah 25 - 30 ° C. Meskipun demikian hal ini
akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki
kadar salinitas antara 30 - 35 ppt, dan mereka dapat hidup dalam air
tawar salama 5 jam sebelum akhirnya mati.
Variable lain yang penting adalah pH, cahaya dan oksigen. pH
dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di
bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh Artemia. Cahaya
minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat
menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite
sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus
dijaga dengan baik untuk pertumbuhan Artemia. Dengan
suplai oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning atau
merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila
mereka banyak mengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal
seperti ini, Artemia akan tumbuh dan beranak-pinak dengan cepat.
Sehingga suplai Artemia untuk ikan yang kita pelihara bisa terus
berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air
rendah, dan air banyak mengandung bahan organik, atau apabila salintas
meningkat, artemia akan memakan bakteria, detritus, dan sel-sel kamir
(yeast). Pada kondisi demikian mereka akan memproduksi
hemoglobin sehingga tampak berwarna merah atau orange.
Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi
kista.

Penetasan Kista Artemia
Kista artemia dapat ditetaskan secara optimal, apabila sarat-sarat
yang diperlukannya dapat dipenuhi. Beberapa syarat tersebut adalah:
Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2
sendok teh garam per liter air tawar. Untuk buffer *bisa
ditambahkan magnesium sulfate (20 % konsentrasi) atau 1/2 sendok
teh per liter air.
Suhu air 26 - 28 °C.
Disarankan untuk memberikan sinar selama penetasan untuk
merangsang proses.
Aerasi yang cukup; untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3
ppm
pH 8.0 atau lebih, apabila pH drop dibawah 7.0 dapat
ditambahkan soda kue untuk menaikkan pH.
Kepadatan sekitar 2 gram per liter.
Sebelumnya dapat dilakukan proses dekapsulisasi untuk
melunakan cangkang.
Dekapsulisasi dapat meningkatkan peresentase keberhasilan sampai
dengan 10%
Penetasan dapat dilakukan pada semua jenis wadah.
Untuk mempermudah "pemanenan" penetasan bisa dilakukan dalam
akuarium berbentuk prisma terbalik, atau berdasarkan prinsip
"kamar gelap dan terang". Pemanenan paling mudah dilakukan
dengan cara di siphon.
Dekapsulisasi
Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan
terluar dari kista artemia yang "keras" (korion). Proses ini
setidaknya akan mempermudah "bayi" artemia untuk keluar dari
"sarang"nya. Dan kalaupun tidak berhasil
"menetas", kista yang telah didekapsulisasi masih bisa
diberikan kepada ikan/burayak dengan aman, karena korionnya sudah
hilang, sehingga akan dapat dicerna dengan mudah. Disamping itu proses
ini juga sekaligus merupakan proses disinfeksi terhadap kontaminan
seperti bakteri, jamur dll.
Bahan yang diperlukan adalah larutan pemutih/bleaching agent (natrium
hipoklorit) 12.5%. Kalau anda menggunakan produk komersial, pastikan
konsentrasi dan kemungkinan adanya kandungan bahan lain. Untuk
ilustrasi berikut saya berikan contoh cara untuk melakukan
dekapsulisasi kista artemia sebanyak 5 gram.
Rendam 5 g kista artemia (kurang lebih 1.5 sendok teh) dalam 400 ml
air tawar, beri aerasi, dan biarkan selama 1-2 jam, hingga kista
tersebut mengalami hidrasi dengan baik. Hal ini ditandai dengan bentuk
kista yang sudah membentuk bulatan sempurna. Kemudian tambahkan
larutan pemutih sebanyak 27 ml. Penambahan pemutih akan menyebabkan
kista berubah warna menjadi coklat kemudian manjadi putih dalam waktu
kurang lebih 2 menit. Selanjutnya dalam 5-7 menit kista akan berubah
warna menjadi orange. Apabila 95% kista telah berwarna orange hentikan
reaksi; kemudian segera cuci dengan air bersih sampai bau klorin
hilang.
Kista sekarang siap ditetaskan atau bisa disimpan dalam kulkas untuk
selama 1 minggu. Apabila akan disimpan lebih lama, kista perlu
didehidarsi kembali dengan menggunakan larutan garam 30%. Setelah
didehidrasi, kista dapat disimpan dalam kulkas untuk selama 2-3 bulan.
(Menyusul Teknik Budidaya)
w.purwakusuma
|