<<home>><<artists>><<FAQ>><<hale bopp>><<journal>>
<<special>><<sign guestbook>><<view guestbook>><<feedback>>
We took the pics
from various websites which addresses, annoyingly, we have forgotten.
If you happen to
know any of those websites, do contact us.
Arogan dan
bermulut besar. Apakah kita
membicarakan tentang Oasis?
Yah, soalnya cap ‘jelek’ itulah yang biasanya dilekatkan pada band asal
Manchester tersebut (it wasn’t me..).
Bukan! Kita membicarakan tentang
sebuah band mengagumkan dari Leeds,
yang sayangnya masih sering dipandang sebelah mata: Embrace. Saya pertama kali kenal Embrace dari sebuah
kolom khusus yang memperkenalkan band-band baru dalam majalah Select. Kolom yang berukuran sangat kecil, hanya
sekitar 5x10 cm saja! (Bahkan foto
Embrace yang terpampang di situ sangat sulit untuk diidentifikasi.) Hal yang
lucu adalah awal pembentukan Embrace mirip sekali dengan Oasis. Kejadian satu di antara sejuta,
mungkin. Anak tengah keluarga McNamara (yang memiliki 3 orang
putra – seperti keluarga Gallagher juga, tahu kan, Paul, Noel, dan Liam!), Richard, tadinya adalah seorang
drummer untuk sebuah band heavy metal.
Lalu kakaknya, Danny,
datang, dan memberi tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Richard pun cabut, dan bersama Danny
membentuk Embrace. Line-up mereka
dilengkapi oleh hadirnya Steve
Firth (eks-mahasiswa seni) pada bass dan Mike Heaton (eks-mahasiswa tekstil) pada drum sejak
1993.
Jalan
yang harus ditempuh Embrace tidaklah lurus dan mudah. Mereka sering sekali diremehkan, terutama suara Danny yang
dianggap jelek! Tapi rupanya
kakak-beradik McNamara memiliki keangkuhan yang tertancap dalam hati
mereka. Mereka yakin akan berhasil,
maka mereka lakukan. Kedua bersaudara
yang masih punya hubungan darah dengan William Hanna (dari Hanna/Barbera itu
lho), The Duskies yang pernah mewakili Irlandia di Eurovision Song Contest
1981, dan anggota Jamiroquai tersebut dengan ‘berani’-nya meluncurkan singel
One Big Family yang seolah menggambarkan keperkasaan mereka. Mereka jua-lah band ‘anak bawang’ yang
sukses menantang Oasis! Saat itu tahun
1997 – Oasis sedang menyiapkan rencana besar kembalinya mereka dengan sebuah
lagu yang sangat arogan, D’You Know What I Mean? Sayang, lagu itu gagal mencapai apa yang diharapkan di UK, karena
sebelumnya ada sebuah singel yang sama arogannya yang diluncurkan hanya beberapa
minggu terlebih dahulu dan langsung mencuri perhatian publik UK: All You Good Good People, oleh
(siapa lagi kalau bukan) EMBRACE! Album
pertama mereka, The Good Will
Out, terhitung sangat sukses untuk debut dari sebuah band yang tadinya
tidak diperhitungkan. Masih ingat kan
singel mereka, Come Back To What
You Know yang sempat membuat pendengar Indonesia haru-biru?
Kunci kesuksesan
Embrace adalah, seperti yang pernah mereka aku sendiri, membangun musik mereka
di atas suara Danny. Jadi, lagu-lagu Embrace
memang diciptakan khusus untuk cowok pengagum Ringo Starr tersebut. Suara Danny pun menjadi teroptimalisasi,
meskipun jangkauannya sebenarnya tidak seluas penyanyi lain, Crispin Hunt dari Longpigs
(†) misalnya. Belum
lagi kemampuan gitar Richard yang sangat baik, ditunjang oleh Mike dan Steve
yang menghasilkan musik Embrace yang utuh.
Dan keputusan terbaik Embrace adalah memasukkan Mickey Dale, keyboardis sekaligus seorang arranger
handal, ke dalam line up tetap mereka. Apalagi Embrace mendapat dukungan dari Jo McNamara, adik bungsu Danny dan Richard, yang
men-design website resmi
mereka.
Album kedua, Drawn
from Memory, adalah album yang sama kuatnya dengan album pertama, meski
materinya lebih ringan. Track-track
yang ada dalam Drawn... catchy dan bervariasi, mulai dari Hooligan yang funky, You’re Not Alone yang megah, Save Me yang merupakan duet
Richard dan Danny, sampai I
Wouldn’t Wanna Happen to You yang manis. Semua terangkai dalam sebuah album yang art cover-nya
dibuat nyambung dengan tampilan website mereka (waktu itu).
Sayang, Embrace agak terpeleset di album ketiga. Secara keseluruhan, If You’ve Never Been masih saya nilai baik,
dengan julukan yang saya buat sendiri: album ‘hyperballad’. Jika Anda bukan fans Embrace, atau penggemar
lagu-lagu yang cenderung lembut dan santai, album ini tak akan kedengaran
menarik. Tentu faktor kematangan
emosional para anggota Embrace sekarang berpengaruh pada penulisan lagu. Richard sekarang telah menikah dan memiliki
satu putri. Di tahun 2002, diluncurkan Fireworks, album kumpulan
singel Embrace, beserta satu lagu baru yang liriknya unik, 3 is A Magic Number.
Embrace pun merupakan band yang sangat perhatian terhadap
fans. Pernah, atas usulan seorang
penggemar yang sebenarnya hanya bermaksud iseng, Embrace mengadakan kuis
berhadiah Golden Ticket. Apa guna Golden Ticket ini? Pemegangnya
berhak menghadiri konser Embrace secara gratis selama setahun, kapan saja, di
mana saja! Gila nggak! Selain itu Embrace juga sering mengadakan Secret Gigs untuk fans. Petunjuk tempat SG-SG tersebut dapat dilacak
melalui petunjuk yang disebarkan melalui internet. Membuat penasaran dan menimbulkan keseruan, bukan? Hal penting lain, meski sering dicap
‘sombong’, Embrace termasuk band yang jarang, bahkan rasanya tidak pernah,
ribut dengan band lain. Bahkan Danny
dengan tulus pernah memberikan semangat bagi band-band lain semacam The Strokes
di website mereka. Contoh yang baik
buat sebuah band, nih. Ya, meski punya
keangkuhan dalam bermusik, tetapi kompetisi sportif dengan band-band lain tetap
dijaga. (tp Juni 2002)