Yang Tidak Akan Berhasil


Menyangkal atau Menekannya

Berpura-pura tidak ada yang salah dalam hidup kita adalah sama saja seperti membiarkan sebuah tumor tumbuh. Menolak untuk berurusan dengan problem homoseksual kita malah memastikan mereka akan terus tumbuh subur dan berkembang biak. Kita dapat menahannya untuk sementara. Kita dapat berpaling ke arah yang lain. Tapi hal itu hanya memberikan waktu kepada masalah kita menjadi bernanah dan lebih buruk. Kita dapat berpantang dari perilaku homoseksual, tapi itu tidak merubah perasaan yang ada. Menghindari masalah tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

Menggunakan Kekuatan Kemauan

Kita pastilah tidak pernah secara sadar memilih untuk tertarik kepada pria secara seksual. Tidak juga kita dapat begitu saja memilih untuk berubah dan menjadi tertarik kepada wanita. Kekuatan kemauan hanya akan dapat membantu kita menahan keinginan untuk menuruti hasrat seksual yang kita rasakan pada saat itu. Hal itu tidak akan bisa memberikan pemulihan jangka panjang.

Daripada berusaha mengendalikan kemauan, atau kontrol mental kita, kami menemukan akan lebih efektif jika kita berusaha mengendalikan hati kita, atau hasrat emosional dan spiritual kita.

Berdoa untuk Menghilangkannya

Hampir semua dari kita pernah berharap dan berdoa bahwa Tuhan akan tiba-tiba merubah kita, itu hanya akan terjadi jika kita memiliki keimanan yang cukup, kita akan terbangun pada suatu hari dan mendapati hasrat homoseksual kita hilang secara ajaib. Ya, memang ada yang bersaksi akan adanya mukjizat seperti itu, pemulihan tiba-tiba, tapi itu bukanlah sesuatu yang normal – dan pastilah bukannya tanpa adanya sejumlah usaha keras, personal dan spiritual yang mendahului pemulihan semalam tersebut.

Pada kenyataannya, banyak dari kami baru menyadari bahwa kami telah memanjatkan doa yang salah selama bertahun-tahun. Seharusnya bukan meminta Tuhan merubah kita, tapi kita meminta Tuhan untuk menunjukkan langkah-langkah yang harus kita ambil untuk bisa berubah – dan kemudian mempercayai Nya untuk dapat menjalani langkah yang paling kita takutkan. Kita harus cukup rendah hati untuk dapat mengerti bahwa perjuangan itu dirancang untuk mengajar kita – dan kemudian melanjutkan hidup.

Bagi kebanyakan dari kita, berdoa dan membangun suatu kehidupan spiritual yang baru akan menjadi energi yang menyemangati perjalanan kita keluar dari homoseksualitas dan juga sebagai peta yang menunjukkan arah – jarang sekali bahwa hal tersebut adalah perjalanan itu sendiri.

Menurutinya

Pada suatu waktu, banyak dari kami teryakinkan bahwa menuruti hasrat akan ekspresi homoseksual adalah satu-satunya jalan untuk memuaskannya dan terbebas dari kerinduan akan perhatian dan kasih-sayang pria. Dan kenyataanya hal itu memang membebaskan – untuk sementara. Tapi mereka yang menuruti hasratnya seringkali menemukan bahwa, ketika pengalaman erotis itu berakhir, mereka merasa lebih kesepian dan putus asa daripada sebelumnya. “Lubang” di dalam jiwa kita yang kita coba isi terus menerus semakin dalam dan lebih kosong daripada sebelumnya, dan kita akan semakin merasa putus asa. Sangat mudah bagi kita untuk jatuh ke dalam kecanduan dan ketergantungan.

Bahkan mereka yang menemukan partner yang tampaknya akan selalu akan ada untuknya sering kali mendapati bahwa mereka tidak pernah merasa cukup atas partnernya untuk mengisi kekosongan di dalam dirinya. Kebutuhan yang sebenarnya yang terkubur sangat dalam adalah seorang anak yang membutuhkan cinta dan penerimaan dari ayahnya dan dari anak laki-laki lain dan untuk merengkuh maskulinitasnya secara penuh dan bangga. Bercinta dengan pria lain hanya akan mengasingkan kita dari menemukan pemecahan yang tepat atas kebutuhan kita.

“Gay Pride” atau “Gay Affirmation”

Bagi sebagian dari kami, pada suatu saat tampaknya jawaban yang kita cari adalah menerima dan merangkul identitas gay yang kita anggap sebagai bawaan, “come out of the closet” sebagai seorang homoseksual dan mengklaim kebanggaannya sebagai gay. Kenyataannya kami yang melakukan hal itu menemukannya sebagai suatu pengalaman yang menggembirakan, membebaskan untuk sementara. Tidak lagi dilumpuhkan oleh kebimbangan. Tidak lagi bersembunyi karena malu. Tidak lagi mengkritik diri sendiri dan menjadi homophobia. Akhirnya dapat “keluar dan bangga”

Tapi betapapun terasa benar untuk membebaskan diri kita dari rasa malu, mengejek diri sendiri dan membenci diri sendiri, dan sebanyak apapun kebebasan yang kita temukan dengan keluar dari pagar dan membuat suatu keputusan – keputusan apapun – homoseksualitas tetap terasa salah bagi kami. Beberapa dari kami menyangkal hal ini untuk waktu yang lama tetapi pada akhirnya kami tidak dapat lebih lama berbohong terhadap diri sendiri. Bagi kami, itu terasa salah. Berusaha untuk menyelesaikan perjuangan homoseksual dengan membunuh nurani kami malah terasa seperti membunuh jiwa kami.

Hampir secara universal, kami merasa terasing dari Tuhan dan kehidupan spiritual kami. Kami kehilangan integritas dengan nilai-nilai yang telah tertanam dalam dan keyakinan tempat kami melabuhkan hidup kami. Kami merasa terasing lebih dari sebelumnya dari dunia maskulin pria straight.

Sedihnya, kebanyakan dari kami juga menemukan pemulihan, penerimaan dan kasih sayang tanpa syarat di antara pria gay yang sangat kurang daripada yang kami bayangkan akan kami terima. Pengalaman umum diantara kami adalah bahwa kami mendapati dunia gay sebagai suatu tempat yang penuh dengan persetubuhan, nafsu, obsesi terhadap kaum muda dan penampilan fisik, kecanduan sex, dan alkohol. Kami menemukan judgment, kepicikan, kegelapan spiritual dan kehancuran. Meskipun kami terkadang mengalami sepotong pemulihan disana, pada sebagian besar, itu hanya akan memperdalam kekosongan emosional dan spiritual di dalam diri kami.

Malu, Mengejek dan Membenci Diri Sendiri

Sebagian dari kami yang pernah “came out” sebagai homoseksual dan memeluk “gay pride”, mendapatkan pembebasan dari rasa malu, mengejek dan membenci diri sendiri yang telah melumpuhkan sekian lama. Memang, membuang emosi yang merusak itu adalah bagian penting dalam pemulihan bagi kita semua. Jika kita tidak melakukannya, mereka akan menjebak kita, melumpuhkan kita dan menghambat perubahan. Tetapi kami mendapati bahwa mengikuti identitas dan gaya hidup gay secara terbuka adalah counterproductive dalam usaha membebaskan diri kami dari malu dan benci, karena melakukan hal itu mengharuskan kami untuk menekan nurani kami dan melepaskan nilai-nilai kami. Kami akhirnya menemukan sebaliknya bahwa akhirnya hal itu jauh dari memulihkan dan membebaskan untuk “come out” sebagai seorang pria yang mengklaim kembali identitas maskulinnya, cinta persaudaraan dengan pria lain dan hubungan spiritual dengan Tuhan.

Kesendirian dan Kerahasiaan

Selama kita menyimpan “rahasia memalukan” kita dan mencoba memperbaikinya dalam isolasi dan kerahasiaan, kita membuat kemajuan kecil atau bahkan tidak sama sekali. Tidak heran. Masalah yang berhubungan dengan orang lain tidak akan selesai dalam kesendirian tanpa pergaulan. Takut mempercayai orang lain tidak dapat diatasi tanpa mengambil resiko yang diperhitungkan untuk mempercayai.

Memang, kami mendapati bahwa apa yang paling kita inginkan – ikatan otentik dengan pria – dalam beberapa hal adalah apa yang sebenarnya paling kita takutkan. Keakraban emosional terasa sangat lebih beresiko daripada keakraban seksual. Maka kami menggunakan nafsu dan seks untuk memberikan ilusi keakraban tanpa harus mengambil resiko emosional dengan membuka hati terhadap pria lain, terutama pria hetero.

Mencoba Memaksakan Ketertarikan Terhadap Lawan Jenis

Beberapa dari saran yang buruk, meskipun maksudnya baik, yang pernah kami terima untuk menghilangkan perasaan homoseksual dengan mengencani wanita atau melihat pornografi wanita di internet. Kami telah mencintai wanita – sebagai saudara. Kami mengidentifikasi diri kami bagian dari mereka.

Masalah kami bukanlah terkait dengan wanita secara umum, maka pemecahannya juga bukan disana. Masalah kami adalah dengan pria hetero dan maskulinitas, dan dengan kelelakian kami sendiri. Kami butuh untuk menjalani waktu lebih banyak dengan pria hetero, bukan dengan wanita. Sebelum kami mencoba untuk tertarik kepada wanita, kami harus merasa lebih sebagai pria. Kami perlu berusaha lebih tegas dalam identitas laki-laki dan dalam dunia laki-laki. Kami harus mengatasi “heterophobia” terhadap laki-laki.

Disanalah kami menemukan pemulihan.


Akar Permasalahan

Gejala Umum

Yang Tidak Akan Berhasil

Solusi: Yang Berhasil Bagi Kami


Diterjemahkan oleh mqzf dari
People Can Change

<< Sebelumnya | Indeks | Selanjutnya >>