Home | The Novel | The Story | The Concept | The Publisher THE AUTHOR
|
||||
General QA | Personal QA | Misc. QA | Back |
||||
|
Contextual QA
Sebenarnya, jika kita berbicara soal cinta, percintaan mendadak atau ‘cinta kilat' banyak terjadi di dunia nyata juga, kan ? Apakah tidak mungkin bagi seseorang untuk mencintai dua atau lebih orang dalam satu saat? Bisa saja, kan ? Saya yakin di antara pembaca ada juga yang pernah mengalami romantika semacam ini. Jadi bukan suatu hal yang dipaksakan , namun sesuatu yang realistis. Tapi itu menurut pendapat saya, lho!
Bagi saya, tokoh Ainuur merupakan penggambaran ‘scientific dan technological level' dari bangsa jin. Selama ini banyak yang beranggapan bahwa sains dan teknologi ‘mereka' tidak semaju manusia. Apakah benar seperti itu? Dalam buku ini saya menunjukkan persepsi lain soal itu melalui tokoh Ainuur.
Meskipun novel ini ‘berkesan' memiliki pesan moralitas dan ajaran suatu agama tertentu, saya tidak ingin terjebak dalam suatu asumsi bahwa novel ini merupakan suatu media dakwah untuk suatu agama tertentu. Novel ini bersifat ‘humor' dan ‘menghibur', sekalian memberikan alternatif pemikiran untuk pembacanya, bukan untuk berdakwah. Saya berharap bahwa novel ini bisa dibaca oleh siapa saja, tanpa membedakan agama yang mereka anut. Saya bukan seorang ulama dan tidak memiliki kapasitas atau wewenang untuk berdakwah. Saya hanya seorang ‘entertainer' pendatang baru di dunia tulis-menulis dan khazanah sastra kita. Itu saja.
Mungkin nampaknya seperti itu. Karena saya beragama Islam, maka sekelumit konsep tentang makhluk jin yang saya tahu hanya dari ajaran agama Islam saja. Apakah ajaran agama lain juga menerangkan konsep tentang jin juga? Entahlah. Mungkin Anda lebih tahu soal ini ketimbang saya. Jika ada di antara pembaca yang dapat ‘memetik' manfaat yang bersifat dakwah agama di dalamnya...ya.. wallahualam dan Alhamdulillah. Dan Insya Allah saya tidak memberikan persepsi yang salah tentang ajaran tersebut. Jika ‘salah' atau dianggap ‘menyimpang' dari ajaran agama tersebut, saya mohon untuk dikoreksi dan dimaklumi karena saya bukan ‘pakar' di bidang ini. Saya sangat terbuka untuk mendapatkan masukan, saran, ataupun kritikan dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas menulis saya dalam buku-buku selanjutnya. Maklum, masih pemula nih.
Bukan keduanya. Tokoh Lena dan Ipung merupakan tokoh mediator untuk menggambarkan serta memperjelas peran Nar'Kobar ‘and the gang' di dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kehidupan percintaan Lena dan Ipung serta kehidupan sehari-hari rekan-rekan mereka lainnya. Selain itu, setelah mendapatkan masukan dari beberapa beta-tester dari kalangan remaja, saya melihat bahwa mereka mengalami kesulitan untuk membayangkan adanya sosok Nar'Kobar dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga saya menyertakan kedua tokoh manusia ini agar ceritanya menjadi lebih mudah untuk dicerna dan dibayangkan—sebagai bumbu pemanis dan romantika cerita. Membayangkan adegan percintaan Ipung dan Lena tentu lebih mudah ketimbang membayangkan adegan percintaan sepasang jin Naruut atau jin Ifrit, bukan? Tujuan utama saya dengan novel ini adalah untuk ‘menghibur'... selain ‘nyari makan' tentunya... he..he.., bukan untuk membuat pusing para pembaca dengan penggambaran-penggambaran kegaiban yang melulu bersifat abstrak sehingga sulit untuk dicerna dan dibayangkan. Saya berharap buku ini akan mudah untuk dibaca dan dicerna oleh berbagai kalangan pembaca dari berbagai latar sosial, pendidikan, dan jenjang usia. Meskipun cukup tebal, beberapa beta-tester remaja sanggup membacanya hanya dalam waktu 9 jam saja kok. Soal tujuan cerita yang belum jelas—ini baru logi pertama dari trilogi tersebut, lho! Bersabarlah.
Tingkat apresiasi pembaca tentunya berbeda-beda. Demikian pula dengan gaya bertutur seorang penulis. Saya yakin di antara pembaca ada juga yang menyukai istilah-istilah tersebut dan merasa tidak begitu ‘terganggu'. Untuk mereka yang merasa ‘terganggu', saya telah melampirkan ‘catatan kaki' dan ‘daftar istilah' untuk memudahkan mereka. Mudah-mudahan bisa membantu. Pernahkah Anda membaca kamus bahasa Klingon yang sering ‘muncul' dalam serial Star Trek? Atau bahasa ‘elf' dalam buku ‘Lord of the ring' dan ‘The Sirmarillion' karya J.R.R. Tolkien?
Ah, kalo memang ada kemiripan, itu sih hanya kebetulan saja. He..he.. tapi memang ada sedikit kemiripan karena sama-sama pakar supernatural dan sama-sama pake peci hitam.
Dalam komentar itu dijelaskan bahwa komentator adalah sosok ‘jin dari ras Ifrit'. Apakah Djenar Maesa Ayu sosok jin dari ras Ifrit? Karena biasanya jin dari ras Ifrit memiliki gigi yang runcing-runcing, sepasang tanduk mungil, mata yang merah membara, dan kulit yang hitam legam berlendir. Beliau JELAS nggak seperti itu, kan? Kalau nggak yakin, Anda boleh ‘ngintip' beliau melalui kamera KIS 3000. Bentuk aslinya pasti kelihatan deh.
Oh, memang ada kok. Suwer. Pokoknya, berani kesamber blangkon deh. Kamera Kirlianic Imaging System 3000 diciptakan oleh Dr. Kenjiro Shimada asal Jepang di Osaka pada bulan Agustus 2006. Ha..ha..ha...
Saya sudah hobi menulis sejak di SMU dulu. Termasuk nulis Diary seperti si Nar'Kobar. Saat itu saya pernah menulis novel sci-fi trilogi berjudul ‘Ksatria Bumi' yang menceritakan kisah tentang seorang pendekar dari zaman Pajajaran yang diculik UFO dan dikembalikan ke bumi sekira 500 tahun kemudian—yaitu tahun 2020. Tapi novel ini belum pernah saya tawarkan ke penerbit dan hanya dikonsumsi oleh keluarga dan teman-teman dekat saya saja. Selain novel, saya juga banyak menulis cerpen. Rencananya sih mau diterbitkan juga jadi buku kumpulan cerpen. Novel Nar'Kobar adalah karya pertama saya yang dipublikasikan dan Insya Allah bukan yang terakhir.
Terus terang saya terinspirasi oleh novelis Dee (Dewi Lestari) dengan karya Supernova-nya. Mungkin novel ini novel produk dalam negeri pertama yang saya baca sampai habis. Karena berbau sci-fi dan memang saya jarang baca buku novel dalam negeri. Bukannya sok ‘cinta produk luar negeri', tapi memang novel produk dalam negeri yang berbau sci-fi masih sangat jarang, kan? Saat saya menulis novel sci-fi Ksatria Bumi, novel yang lagi nge-trend saat itu kebanyakan bertemakan roman seperti karya-karya Edi D. Iskandar dan Mira W. Jadi saya kurang ‘pede' gitoh! Saat itu saya belum kepikiran untuk jadi seorang penulis profesional. Saya menulis hanya sekadar penyaluran dan hobi saja karena memang sejak kecil saya punya hobi ‘ngarang' apa saja. Setelah membaca buku Dee, yang tetap banyak diminati pembaca meskipun berbau sci-fi, gairah menulis saya tergelitik. Kalau dia bisa, saya juga bisa. Itu yang ada di pikiran saya saat mulai menulis novel Nar'Kobar. Dan mudah-mudahan saya juga bisa seperti dia, jadi inspirator atau motivator untuk calon penulis lainnya. Insya Allah. Kalo si Nar'Kobar bisa jadi motivator, saya juga boleh dong?
|
|||
General QA | Personal QA | Misc. QA | Back Home | The Novel | The Story | The Concept | The Publisher
|
||||
Designed by: Andhika Pramajaya |