|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |
IX
CUACA DAN EMPAT KESUNYATAAN MULIA (1) Ketika pertama kali membabarkan ajaran-Nya, Sang Buddha bisa mengajarkan apa saja. Beliau baru saja sadar sempurna. Batin-Nya luhur dan tanpa rintangan -hanya keluasan, kebajikan diri, dan hidup-Nya. Cerita berlanjut, bagaimanapun, bahwa sukar bagi-Nya untuk mengekspresikan pengalaman-Nya; pada mulanya, Beliau memutuskan untuk tidak mengajar karena Beliau pikir tidak akan ada yang bisa mengerti apa yang dikatakan-Nya. Akan tetapi, akhirnya Beliau memutuskan untuk pergi dan mengajar karena ada beberapa orang yang akan mendengarkan-Nya. Yang menarik adalah bahwa pada mulanya, Beliau tidak mengajarkan yang tidak berkondisi; Beliau tidak mengajarkan kebajikan, kejelasan, ruang, kebahagiaan, keajaiban, ataupun keterbukaan dasar. Dalam ajaran Sang Buddha yang pertama --ajaran tentang Empat Kesunyataan Mulia-- Beliau berbicara tentang penderitaan. Saya selalu mengalami ajaran-ajaran ini sebagai suatu penegasan mengagumkan bahwa tidaklah perlu menolak hidup dalam dunia ini, bahwa kita sesungguhnya adalah bagian dari kesemrawutan. Semua bentuk kehidupan saling berhubungan. Jika suatu makhluk hidup, ia memiliki gaya hidup, yang intinya adalah energi, sejenis semangat. Tanpa itu, kita tidak akan bisa mengangkat tangan kita, membuka mulut, atau membuka dan menutup mata. Jika anda pernah melihat seseorang yang sedang mati, anda akan tahu bahwa pada saat tertentu, walaupun cukup lemah, masih ada gaya kehidupan dalam tubuhnya, dan kemudian pada saat kita mati, keempat unsur --tanah, air, api, dan udara-- saling melebur satu per satu, dan akhirnya menyatu dengan alam semesta. Namun, ketika kita hidup, kita berbagi energi yang mampu melakukan segala-galanya, dari sehelai rumput sampai menjadi seekor gajah, tumbuh dan hidup, kemudian yang tidak bisa dihindarkan, tua dan mati. Energi ini, gaya hidup ini, menciptakan seluruh dunia. Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa kita sebagai manusia mempunyai kesadaran, kita juga bisa tergelincir, yaitu saat kita menolak energi hidup. Saya sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang terkadang mengalami depresi hebat. Jika ia sedang tertekan, ia duduk di kursi, tidak bisa bergerak. Yang bisa dilakukannya cuma merasa cemas. Ia mengatakan bahwa sepanjang musim dingin, ia duduk di kursi, berpikir bahwa ia harus membawa pemotong rumput dari bawah salju, tetapi ia tak mampu melakukannya. Dan itu bukan yang saya maksudkan dengan duduk diam. Duduk diam, atau memegangi kursi, artinya tidak hanyut dari tempat ini, sepenuhnya mengetahui dan mengalami energi kehidupan. Jadi apa yang terjadi? Saya bisa bercerita tentang pengalaman saya. Saya datang duduk, melakukan metode itu, ketika perasaan yang tidak enak ini datang. Hal berikutnya yang saya ketahui adalah saya sedang memikirkan segala macam hal, mencemaskan sesuatu yang akan terjadi di bulan September, mengkhawatirkan siapa yang akan memperhatikan segala sesuatu di bulan Oktober. Lalu, saya ingat: duduk diam di tengah kobaran api, angin topan, gempa bumi, atau badai ombak, duduk diam. Ini memberikan kesempatan mengalami sekali lagi sifat hidup dari energi kehidupan kita --tanah, udara, api, dan air. Mengapa kita menolak energi kita? Mengapa kita menolak gaya hidup yang mengaliri tubuh kita? Kesunyataan mulia pertama menyatakan bahwa jika anda hidup, jika anda mempunyai perasaan, jika anda bisa mengasihi, jika anda bisa berwelas asih, jika anda bisa menyadari energi hidup yang membuat segalanya bergerak, tumbuh, dan mati, anda tidak akan setuju dengan penolakan atau kegelisahan mengenai apa pun. Kesunyataan mulia pertama mengatakan bahwa perasaan tidak nyaman adalah bagian dari hidup manusia. Kita bahkan tidak perlu lagi menyebutnya sebagai penderitaan, kita bahkan tidak perlu memberinya nama ketidaknyamanan. Sama halnya dengan mengenali panas nyala api, kekuatan hembusan angin, pergolakan ombak, getaran bumi, demikian juga kehangatan api, kesejukan dan kesegaran air, kelembutan hembusan angin, dan kesuburan, kepadatan, dan kekekaran bumi. Tidak ada sesuatu pun yang intinya hanya semacam saja. Keempat unsur kehidupan memiliki sifat yang berbeda; bagaikan tukang sulap. Kadang-kadang, mereka berbentuk ini dan terkadang berbentuk itu. Jika kita menganggap itu suatu masalah, kita menolaknya. Kesunyataan pertama menyatakan bahwa kita juga berubah-ubah seperti cuaca, kita bergolak dan mengalir seperti gelombang, kita berubah warna seperti bulan. Kita mengalaminya, dan tidak ada alasan untuk menolaknya. Jika kita menolaknya, realita dan vitalitas hidup berubah menjadi kesengsaraan, neraka. |
IX
CUACA DAN EMPAT KESUNYATAAN MULIA (2) Kesunyataan kedua menyatakan bahwa penolakan ini merupakan mekanisme operasi dasar atas apa yang kita sebut sebagai ego, bahwa menolak kehidupan akan membawa penderitaan. Secara tradisional, dikatakan bahwa yang menjadi sebab dari penderitaan adalah keterikatan pada pandangan yang sempit. Cara lain untuk menerangkan hal yang sama adalah bahwa menolak keutuhan kita yang lengkap dengan segala bentuk kehidupan, menolak kenyataan bahwa kita berubah dan silih berganti seperti cuaca, bahwa kita memiliki energi yang sama seperti semua makhluk hidup, menolak semua itulah yang disebut dengan ego. Kemarin, saya mulai merasa sangat ingin tahu tentang sikap penolakan. Saya perhatikan bahwa saat saya sedang duduk dengan perasaan tidak enak di hati dan di perut --lapar, anda bisa mengatakan begitu. Saya mulai mengenali kesempatan untuk mengalami kesejatian empat unsur, merasakan pengalaman saat menjadi cuaca. Tentu saja, itu tidak membuat rasa tidak enak itu berlalu, tetapi mengenyahkan penolakan, dan bagaimanapun juga dunia itu kembali ada di sana. Ketika saya tidak menolak, saya dapat melihat dunia. Lalu, saya perhatikan bahwa saya tidak pernah menyukai sifat "cuaca" ini karena beberapa alasan dan karenanya saya menolaknya. Saat berbuat seperti itu, saya sadar, saya menciptakan kembali diri sendiri. Dalam kasus yang saya alami, mencemaskan hal-hal yang akan terjadi sangatlah tidak menyenangkan; merupakan suatu bentuk kecanduan. Sangat tidak enak juga untuk mabuk kembali kalau anda seorang alkoholik, atau harus disuntik terus kalau anda seorang pecandu narkotik, atau harus terus makan kalau anda seorang pecandu makan, atau yang lain-lain. Semua ini sangat aneh. Kita semua tahu apa yang dimaksud dengan kecanduan itu; kita terutama kecanduan pada "aku". Yang menarik lagi, ketika cuaca berubah dan energi mengalir dalam tubuh kita, sebagaimana mengaliri rumput, pohon, burung, beruang, tikus, samudera, dan karang, kita lihat bahwa kita tidak kokoh sama sekali. Jika kita duduk diam, seperti gunung Gampo Lhatse di tengah badai, jika kita tidak melindungi diri kita dari kebenaran, penuh semangat, pendadakan, dan kurangnya keyakinan sebagai bagian dari kehidupan, maka kita bukanlah makhluk terpisah yang mengharuskan segala sesuatu berlangsung sesuai dengan keinginan kita. Kesunyataan Mulia yang ketiga menyatakan bahwa pelenyapan penderitaan adalah dengan membiarkan berlalu keterikatan pada diri sendiri. "Lenyap" di sini maksudnya pelenyapan neraka sebagai lawan dari cuaca, lenyapnya penolakan, kegelisahan ini, perasaan terjerat dan terikat ini, berusaha mempertahankan "saya" yang besar dengan mati-matian. Ajaran mengenai kondisi tanpa "aku" kedengaran semu, tetapi sifat dari jalan itu, petunjuk ajaib bahwa kita sudah menerima semuanya, kunci emasnya adalah bagian dari teknik meditasi di mana anda mengetahui apa yang terjadi pada diri anda dan anda berkata pada diri sendiri, "Berpikir." Lalu, anda membiarkan pergi semua pembicaraan, pembentukan, diskusi, dan anda cuma ditinggalkan dalam keadaan duduk bermeditasi bersama cuaca --sifat dan energi dari cuaca itu sendiri. Barangkali anda masih memiliki perasaan aneh, perasaan licik, perasaan meledak, perasaan tenang, atau perasaan bosan, seolah-olah anda baru saja dikubur. Anda ditinggalkan dengan semua itu. Itulah kuncinya; menjadi tahu terhadap itu. Satu-satunya cara untuk mengetahui hal itu adalah dengan menyadari bahwa anda sudah pernah membicarakannya, mengubahnya menjadi cemas akan minggu depan atau Oktober depan dan sisa hidupmu. Itu seolah-olah, cukup aneh, bukannya duduk di tengah api, kita malahan telah mengembangkan sarana ciptaan sendiri ini untuk mengipasnya, membesarkan nyala apinya. Kipas bara api itu, kipas bara api itu, "Baiklah, bagaimana kalau saya tidak melakukannya, maka itu akan terjadi, kemudian ini akan terjadi, barangkali saya lebih baik menyingkirkan ini dan ini, lalu melakukan ini dan itu. Saya lebih baik menceritakan segala sesuatu tentang hal ini. Jika saya tidak memberitahukan mereka, pasti segalanya akan berantakan, kalau sudah begitu, apa yang akan terjadi kemudian? Oh, saya pikir saya lebih baik mati dan keluar dari sini. Ini sungguh menakutkan dan -." Tiba-tiba anda ingin melompat dari tempat tidur dan pergi menjerit di luar. Anda sudah mengipas bara api. Akan tetapi, pada saat tertentu anda berpikir, "Tunggu sebentar. Berpikirlah." Lalu, anda membiarkan pergi dan kembali kepada perasaan asal yang lembut yang mungkin hanya sepintas, tetapi pada dasarnya adalah angin, api, tanah, dan air. Saya tidak berbicara soal mengubah angin topan menjadi tenang. Saya berbicara soal menyadari kondisi ketopanan, atau untuk hari yang cerah, kecerahan. Saya tidak berbicara soal mengubah kobaran kebakaran hutan menjadi api kecil yang ada di perapian, atau menjadi api masak di bawah panci anda. Saya cuma mengatakan bahwa jika ada kebakaran hutan, jangan menolak kekuatan seperti itu --itulah anda. Jika keadaan tenang dan hangat, jangan menolaknya atau bersarang di dalamnya. Saya tidak berbicara tentang mengubah gempa bumi menjadi taman bunga yang rapi. Jika ada gempa bumi, biarkan tanah bergetar dan terbelah, dan jika kebun berbunga-bunga, biarkanlah juga. Saya berbicara tentang sikap tidak melawan, tidak melekat, tidak terikat pada harapan ataupun rasa takut, pada kebaikan ataupun kejahatan, melainkan hiduplah secara utuh. Intisari dari Kesunyataan keempat adalah Jalan Mulia Beruas Delapan. Apa pun yang kita lakukan --perbuatan, usaha, meditasi, pekerjaan, dan setiap tindakan kecil yang kita lakukan mulai dari saat kita lahir sampai saat kita mati-- kita dapat menggunakannya untuk membantu kita menyadari kesatuan dan kelengkapan diri kita dengan segala sesuatu. Kita bisa menggunakan hidup kita, dengan kata lain untuk tiba pada kenyataan bahwa kita tidak terpisah: energi yang membuat kita hidup, menjadi utuh dan sadar, adalah energi yang menciptakan segalanya, dan kita adalah bagian dari itu. Kita bisa menggunakan hidup kita untuk berhubungan dengannya, atau kita bisa menggunakannya untuk menjadi resah, bersikap menolak, marah, keji, seperti yang selalu terjadi. Semuanya terserah pada kita. |
X
TIDAK TERLALU KETAT, TIDAK TERLALU LONGGAR (1) Hari ini kita akan membahas tentang cara menemukan keseimbangan hidup. Apabila segala sesuatu sudah dikatakan dan dilakukan, apakah yang dimaksud dengan jalan tengah itu? Jalan tengah saya dan jalan tengah anda bukanlah jalan tengah yang sama. Misalnya, pembawaan saya adalah santai, tenang, dan mengacu pada masa lalu. Bagi saya, yang biasanya dinilai pekerjaan ketat masih cukup santai dilaksanakan karena saya melakukannya dengan santai. Jadi, pekerjaan yang menuntut disiplin cocok untuk saya. Pekerjaan semacam itu membantu saya menemukan jalan tengah saya. Pekerjaan yang sangat santai tidak begitu sesuai bagi saya karena tidak mengarahkan saya pada keseimbangan diri. Akan tetapi, barangkali anda lebih militan, bertindak tepat ke sasaran, dan langsung. Mungkin anda cenderung keras. Akan mudah bagi anda untuk menjalani pekerjaan yang keras, tetapi mungkin pekerjaan seperti itu terlalu kasar dan kaku, jadi anda perlu mencari-cari metode untuk melaksanakannya dengan cara yang santai dan longgar. Setiap orang berbeda-beda. Setiap orang mempunyai jalan tengah yang berbeda-beda; setiap orang berlatih untuk menemukan keseimbangannya sendiri, bagaimana agar tidak terlalu ketat atau terlalu longgar. Tidak ada orang lain yang bisa memberitahukan anda. Anda harus menemukannya sendiri. Dalam sebuah syair di "Pikiran Pertama, Pikiran Terbaik", Trungpa Rinpoche mengatakan, "Agama Buddha tidak memberitahu anda apa yang benar dan salah, tetapi mendorong anda untuk menemukannya sendiri." Belajar untuk tidak terlalu ketat atau terlalu longgar merupakan usaha pribadi untuk menemukan cara mendapatkan keseimbangan anda sendiri: bagaimana menjadi santai kala anda terlihat terlalu tegang; bagaimana menjadi lebih serius dan teliti kala anda terlihat terlalu santai. Kelihatannya, sudah menjadi pengalaman yang umum untuk mengikuti pandangan yang ekstrim; kita jarang memakai jalan tengah. Misalnya saja, kita pergi ke dathun dan duduk berlatih. Beberapa hari kemudian, kita berpikir, "Saya akan melakukan ini dengan sempurna," dan kita pun berlatih dengan ulet untuk bermeditasi dengan benar, berjalan dengan benar, bernafas dengan benar, menjaga ketenangan, melakukan segala-galanya. Kita benar-benar berusaha keras; kita mempunyai maksud yang akan dicapai. Lalu, pada saat tertentu, kita mengatakan, "Oh, alangkah bodohnya! Apa yang sedang saya lakukan?" Lalu, kita mungkin meninggalkannya sama sekali dan beralih ke usaha ekstrim yang lain --"Saya tidak boleh mundur.". Unsur humor dan keindahan latihan adalah bahwa beralih dari suatu usaha ekstrim ke yang lain tidaklah dianggap sebagai suatu rintangan; kadang-kadang kita seperti sersan yang keras, kadang-kadang seperti kentang rebus. Pada dasarnya, sekali kita memiliki rasa ingin tahu yang menyenangkan mengenai segala hal, informasi tentang apa pun, kumpulkan informasi yang kita perlukan untuk menemukan keseimbangan kita sendiri. Anda sedang duduk di suatu tempat dan sekonyong-konyong anda melihat diri anda sebagai seorang diktator Amerika Selatan, lalu anda berpikir, "Ini menggelikan." Anda ingat kembali petunjuk untuk menjadi ringan, lembut, dan halus. Lalu, rasa lucu atau pengertian; suatu jenis kelembutan muncul. Di waktu lain, anda duduk di sana, memperhatikan kuku jari, menggaruk telinga, memain-mainkan jari kaki, mengorek hidung, dan melihat Gary Larson sedang menggambar kartun diri anda. Anda berpikir, "Yah, anda tahu, saya bisa sedikit lebih teliti di sini." Humor merupakan pendekatan yang jauh lebih efektif daripada melakukan latihan anda dengan keras. Pada tahun 1979, di Seminari Vajradhatu, sebuah program tiga bulan untuk murid-murid berbakat yang tertarik mengikuti latihan sistematis mempelajari ketiga yana atau wahana (Hinayana, Mahayana, dan Vajrayana) dari agama Buddha Tibet, Trungpa Rinpoche memberikan beberapa ajaran yang tepat dan cerah, yang memberi semangat pada banyak orang. Selama bertahun-tahun, kami sudah menerima ajaran langsung tentang latihan shamatha (perhatian); ajaran-ajaran yang baru ini --sembilan cara untuk menenangkan pikiran-- membuat latihan menjadi lebih jelas dan lebih tepat karena latihan itu lebih menjelaskan kepada kita bagaimana untuk maju. Gagasan dasar dari latihan-latihan ini adalah menemukan keseimbangan anda sendiri, di antara kondisi tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Saya akan membahasnya sekarang, ajaran-ajaran itu sangat membantu. Pertama-tama, jangan menganggap sembilan jalan ini saling berhubungan, walaupun yang terakhir lebih terlihat bersifat hasil dari jalan-jalan yang lain. Jalan-jalan itu tidak untuk dianggap sebagai tahap pertama sampai kesembilan, melainkan cuma sembilan saran terpisah, sembilan kiat berbeda-beda yang bermanfaat tentang cara mengistirahatkan pikiran anda dalam keadaannya yang wajar --bagaimana menjaga pikiran anda untuk tidak menuju suatu pandangan ekstrim atau yang lain. Anda boleh mengatakan bahwa ini ada petunjuk-petunjuk tentang cara menemukan apa sebenarnya keadaan yang wajar itu. Apakah keseimbangan itu? Bagaimanakah ketenangan itu? Kita semua ingin mengetahuinya. Petunjuk dasarnya adalah melihat apa yang terlalu ketat dan yang terlalu longgar untuk anda, dan anda akan menemukannya. Daripada mencoba untuk berdiam diri di tengah-tengah, carilah mana yang terlalu ketat dan yang terlalu longgar, maka anda akan menemukan jalan tengah anda sendiri. Sembilan jalan ini punya nama yang lucu; semuanya terdengar mirip dengan sedikit perbedaan. Yang pertama disebut beristirahat, yang kedua beristirahat terus-menerus, yang ketiga disebut beristirahat dengan konyol, yang keempat beristirahat sepenuhnya, dan seterusnya. |
X
TIDAK TERLALU KETAT, TIDAK TERLALU LONGGAR (2) Yang pertama adalah "mengistirahatkan pikiran". Kita sudah diajari untuk "memusatkan perhatian pada nafas". Walaupun ada warna-warni lain, suara lain, meskipun telinga, hidung, mulut, dan indera perasa anda masih ada dan tidak satu pun yang lenyap, saat anda duduk bermeditasi, bagaimanapun juga anda membatasi perhatian pada nafas yang keluar. Barangkali kata "membatasi" kurang cocok. Anda memberikan bagian terbesar dari perhatian anda, bagian terbesar kewaspadaan anda, pada nafas yang keluar. Di awal setiap bagian, ada unsur penyederhanaan hanya sampai pada nafas. Instruksi yang diberikan bukan "mengenyahkan semua yang lain". Di sini, tetap ada dua puluh lima persen perhatian. Namun, penting diperhatikan bahwa setiap kali anda memulai, anda ingat apa yang sedang anda lakukan: anda menyederhanakan perhatian pada nafas. Perhatian anda cukup terpusatkan dengan cara seperti itu. Anda dapat melakukan hal ini setiap kali anda duduk. Anda mungkin terjebak sepenuhnya pada waktu itu, dan jika ini terjadi, anda bisa berhenti, beristirahat, dan memulai lagi, suatu permulaan yang segar. Senantiasa memulai dengan penekanan utama pada nafas. Dalam instruksi kedua, "beristirahat terus-menerus", anda didorong untuk memperpanjang perasaan menyatu sepenuhnya dengan nafas. Kadang-kadang, perasaan itu cuma sekejap, dan selanjutnya lebih halus. Akan tetapi, kadang-kadang ini berlangsung cukup wajar sehingga anda dapat memperpanjang usaha merasakan nafas yang keluar, perasaan menyatu sepenuhnya dengan nafas. Instruksi untuk terus-menerus beristirahat adalah untuk melatih diri anda agar tidak terusik oleh segala hal yang sepele, melainkan tetap pada nafas. Jadi, instruksi pertama adalah sesuatu yang dapat anda lakukan, dan yang kedua adalah sesuatu yang condong menjadi sikap dan suatu pengalaman yang terbentuk: anda tidak tertarik oleh suara apa pun, tidak terusik oleh pandangan apa pun, tidak hanyut seluruhnya dalam pergerakan pikiran anda. Anda mampu memperpanjang meditasi di saat sekarang, sepenuhnya berada di sini, cuma bernafas. Yang ketiga adalah "beristirahat dengan konyol", kadang-kadang disebut juga "beristirahat sebagaimana biasa". Instruksi ini ada hubungannya dengan mengambil suatu sikap yang konyol, sikap kekanak-kanakan terhadap latihan anda, membuatnya menjadi sangat sederhana. Ini artinya tidak bersikap penuh konsep dan pemikiran intelektual terhadap instruksi shamatha vipashyana. Demikian disebutkan, "Ketika pikiran engkau mengembara, apa pun yang dipikirkannya, kembali sajalah." Biasanya, kita tidak segera kembali; juga tidak memperhatikan sekalipun bahwa kita sedang berpikir, lalu kita kembali, atau kita sangat keras dan bersifat menghakimi. Jadi, beristirahat dengan konyol menyarankan, "Kembali sajalah." Tatkala Trungpa Rinpoche membahas hal ini, ia menggunakan contoh menyuapi bayi. Anda sedang berusaha memasukkan sendok ke dalam mulut bayi, dan perhatian bayi itu merayap ke mana-mana. Anda cukup mengatakan, "Lihat! Itu burung!" Dan perhatian bayi itu kembali lagi, lalu anda memasukkan sendok ke dalam mulutnya. Sangat sederhana, bayi itu tidak akan mengatakan, "Oh, bayi nakal! Saya sedang berpikir." Bayi itu hanya berkata, "Makanan!" dan ia pun kembali. Saya bisa memberikan contoh yang lain. Anda sedang menggosok gigi dan perhatian anda berkeliaran ke mana-mana. Secara mendadak, anda ingat bahwa anda sedang berdiri di sana dengan busa odol memenuhi mulut anda, walaupun anda baru saja kembali dari perjalanan ke Los Angeles. Anda hanya kembali menggosok gigi; tidak ada yang luar biasa. Itulah beristirahat dengan konyol. Yang keempat dari sembilan jalan tersebut adalah "beristirahat sepenuhnya". Petunjuk yang diberikan di sini adalah membiarkan diri anda terdiam, membiarkan pikiran anda tenang. Jika anda merasakan pekerjaan anda telah santai dan gampang, dan tidak ada film tiga dimensi yang sedang berlangsung, maka cobalah menangkap setiap kedipan pikiran, kedipan pikiran yang paling kecil sekalipun. Contoh yang telah diberikan adalah bahwa kadang-kadang pikiran anda seperti seekor kutu yang meloncat-loncat di ujung hidung anda, sementara di lain waktu kutu itu bagaikan seekor gajah yang duduk di atas tubuh anda. Instruksinya adalah bahwa anda harus berusaha menangkap kedipan kecil pikiran itu. Dalam latihan, anda akan tahu kapan anda sedang merasa diam seperti itu, dan kapan anda bisa mencoba berlatih dengan cara seperti itu. Anda juga kadang-kadang menemukan bahwa ini muncul secara tidak terduga dalam diri anda, dan begitulah adanya. Yang kelima disebut "menjinakkan pikiran". Ini ada kaitannya dengan pentingnya suatu sikap dasar keramah-tamahan. Kadangkala, saat pikiran-pikiran kita bagaikan kutu-kutu yang berlompat-lompat di hidung kita, kita cuma melihat kedipan-kedipan kecil pikiran itu, seperti riak-riak, yang mungkin saja memiliki sifat yang sangat membebaskan. Untuk pertama kali, anda barangkali merasakan, "Ya ampun, alangkah luasnya dunia ini, mengapa itu terus-menerus ada di sini saja." Di waktu yang lain, seolah-olah ada gajah besar duduk di atas kepala anda, atau anda sedang memutar film porno yang anda perankan sendiri, atau film perang anda sendiri, dalam peralatan audiovisual yang canggih. Penting untuk diingat bahwa meditasi tidak memihak pada gajah daripada kutu, atau sebaliknya. Meditasi hanyalah suatu proses melihat apa adanya, memperhatikannya, menerimanya, dan lalu meneruskan hidup, dalam istilah teknisnya, kembali kepada kesederhanaan saat ini, kesederhanaan nafas yang keluar. Apakah anda terperangkap seluruhnya dalam pikiran-pikiran yang mengganggu selama bermeditasi atau anda merasakan keluasan ruang, anda bisa memperlakukan kedua-duanya dengan kelembutan dan perasaan hidup, sadar atas siapa diri anda. Jadi, sikap menjinakkan ini mengajarkan bahwa meditasi berarti mengembangkan suatu sikap non-agresif terhadap apa pun yang muncul di dalam pikiran anda. Cara ini mengajarkan bahwa meditasi bukan menganggap anda sebagai rintangan bagi diri anda sendiri; sebenarnya, yang terjadi adalah sebaliknya. |
X
TIDAK TERLALU KETAT, TIDAK TERLALU LONGGAR (3) Yang keenam, "mendamaikan", merupakan instruksi lebih lanjut tentang bagaimana berhubungan dengan negativitas. Menjinakkan pada dasarnya memberikan wawasan, yang begitu penting, bahwa meditasi adalah mengembangkan sikap non-agresif dan suatu hubungan yang baik dengan diri kita sendiri. "Mendamaikan" mengakui bahwa kita sudah benar-benar melibatkan diri sendiri dalam latihan. Pada waktu kita antusias terhadap latihan dan memberikan seluruh diri kita padanya, sesuatu yang aneh selalu terjadi: Kita bosan, muak, dan menjadi kecil hati. Kita bisa mengatakan, "Aku tidak mau lagi melakukannya", lalu mengepak baju-baju kita, melepaskan diri dari kegiatan itu, atau pergi mendayung sampan atau makan sepuasnya dan "tidur sekarang juga". Mendamaikan adalah ajaran yang banyak mengandung nilai humor di dalamnya. Ajaran ini tahu apa yang kita inginkan darinya (dan tentu saja, karena ajaran ini sendiri sudah berumur lebih dari dua ribu tahun). Bunyinya seperti ini, "Pertama-tama, kenali bahwa perasaan merendah mengiringi latihan yang baik, bahwa ini adalah pengalaman seseorang yang terlibat sepenuhnya dan sudah memulai perjalanan, dan tenangkanlah dirimu. Waktu itu terjadi, lihatlah bahwa ada sedikit humor di situ, berbicaralah pada diri anda, doronglah diri anda." Anda bisa berkata, "Oh! Ia datang lagi! Saya pikir saya sudah menyingkirkannya, tetapi ini dia. Alamak! Saya belum pernah mengalami hal seperti ini, tetapi inilah yang sedang ia bicarakan." Anda bisa benar-benar berbicara pada diri anda sendiri tentang betapa mulianya kehidupan kita sebagai manusia ini dan betapa tidak pasti umur kita, serta menyadari berharga dan langkanya kesempatan untuk mampu bersahabat dengan diri anda sendiri dengan utuh dan sepenuhnya. Anda bisa duduk dengan hening bersama diri anda, melihat siapa diri anda, dan dengan cara yang lembut serta tepat, teruslah menyatu dengan diri anda, belajar bagaimana mengenali sepenuhnya siapa diri anda dan lepaskan kecenderungan untuk terikat dan terjerat. Jadi, mendamaikan adalah menyadari kondisi umat manusia dengan penuh kehangatan, penuh simpati, dan menghargai kelangkaan dan kemuliaan kemampuan berlatih dan bersahabat dengan diri anda sendiri. Anda juga dapat menyadari bahwa di waktu seperti ini, di saat muncul begitu banyak kekacauan, krisis, dan penderitaan di dunia ini, kita benar-benar diperlukan. Individu-individu yang mau bangkit dan bersahabat dengan diri mereka sendiri akan sangat bermanfaat karena mereka bisa bekerjasama dengan orang lain, mereka bisa mendengar apa yang dikatakan orang lain pada mereka, dan mereka bisa bersikap tulus dan berguna bagi pihak lain. Jadi, anda dapat mendorong diri anda dengan cara seperti itu, yang disebut dengan mendamaikan. "Mendamaikan sepenuhnya", jalan ketujuh, memberikan instruksi khusus mengenai rintangan dan halangan. Jalan ini berbicara soal nafsu, agresi, dan ketidaktahuan, yang kita anggap sebagai rintangan bagi latihan. Di sini, dikatakan bahwa jika anda sedang mengalami rintangan ekstrim dalam latihan, pertama-tama anda dapat mengulangi permulaan yang segar, lalu memberikan tekanan pada sifat segar, berangin, dan kesejukan dalam nafas anda. Anda sudah mempelajari teknik meditasi, anda telah mengambil posisi tubuh yang baik, mempunyai objek meditasi dan segala macam sarana, namun jika agresi menunjukkan cengkeramannya pada diri anda dan anda tidak mampu membiarkan berlalu pikiran-pikiran yang gelisah, pahit, dan amarah itu, anda harus memberikan penekanan pada sifat nafas keluar yang berangin, sejuk, dan segar yang membantu anda berhubungan dengan kesegaran dan kelapangan. Jika nafsu yang telah mengikat anda --anda tidak mampu berhenti memikirkan orang atau benda yang begitu anda inginkan-- maka instruksi yang diberikan, cukup menarik juga, adalah kembali kepada tubuh anda, berikan perhatian pada postur tubuh. Lawan dari jeratan nafsu, begitu menginginkan sesuatu sehingga terasa menyakitkan, adalah postur tubuh anda. Cukup anda rasakan tangan anda di atas paha dan rasakan pinggul anda di atas bantal. Anda bahkan bisa secara mental menjelajahi seluruh tubuh anda, mulai dari kepala hingga ke bawah. Kembalilah pada tubuh anda untuk menaklukkan diri anda. Lawan dari ketidaktahuan atau rasa kantuk adalah berhubungan dengan ruang lapang, berkebalikan dari lawan untuk nafsu yang berhubungan dengan tubuh. Jika ketidaktahuan atau rasa kantuk adalah masalahnya, anda dapat merasakan nafas yang melenyap ke ruang bebas; anda bisa merasakan tubuh anda sedang duduk di sini dengan ruang yang luas di sekeliling, semua ruang di luar biara dan semua ruang di seluruh Pulau Cape Breton: banyak sekali ruang. Anda berhubungan dengan ruang besar untuk membangunkan diri anda, untuk menyinari segalanya. Daripada membiarkan kelopak mata turun, anda dapat menajamkan pandangan tanpa perlu terbelalak ke segala arah. Jalan yang kedelapan, "satu titik pusat", mempunyai dua bagian, penekanan utama diberikan pada perhatian atas permulaan yang segar. Jika pikiran anda terjerat sepenuhnya dan membuat anda kebingungan, anda bisa berhenti berlatih sama sekali. Lepaskan semua pikiran. Berikan kesempatan beristirahat untuk diri anda. Untuk sesaat, jangan berlatih, jaga posisi tubuh anda agar tidak terlalu lepas kendali, tetapi sebaliknya biarkan pikiran anda santai dan memikirkan berbagai hal atau bersikap waspada. Santai, lalu mulailah dengan suasana segar. Bagian kedua dari ajaran ini adalah menyadari bahwa anda bukan korban dari apa pun, dan bukan pula pasien yang harus disembuhkan oleh para dokter. Anda benar-benar waras, sehat, santun, pada dasarnya orang yang baik, dan anda dapat menemukan keseimbangan sendiri. Awal yang segar ini, tidak hanya dapat diterapkan dalam meditasi formal, melainkan pada seluruh hidup anda. Ajaran ini, berpusat pada satu titik, mempunyai arti bahwa anda dapat benar-benar hadir di sini. Jika anda melihat diri anda tergoda, anda cukup berbalik kembali, bangun, dan mulai lagi dengan segar. Terdapat banyak cara untuk melakukan segala yang hendak anda kerjakan, dan banyak cara untuk menjadi siapa yang anda inginkan. Anda tidak perlu merasa sebagai korban dari pikiran anda sendiri. Yang terakhir dari sembilan jalan ialah "beristirahat dengan seimbang".. Ini kadang-kadang juga disebut absorpsi (penyerapan). Namun, Rinpoche dengan sangat jelas menyatakan bahwa ini bukan sejenis absorpsi yang melarang segala sesuatu keluar. "Beristirahat dengan seimbang" cuma menekankan sikap dasar bahwa meditasi adalah untuk mengembangkan persahabatan yang benar-benar tulus dengan diri kita sendiri. Ada syair kuno yang mengiringi ajaran ini, bunyinya demikian, "Seperti angsa berenang di danau dan ular merayap di dalam tanah, anda dapat membiarkan pikiran berada dalam keadaan alaminya." |
XI
PELEPASAN (1) Pada waktu orang menyatakan berlindung melalui upacara resmi menjadi seorang umat Buddha, mereka menerima sebuah nama yang mencirikan jalan utama mereka, bagaimana mereka harus berlatih, wahana utama mereka. Saya sudah perhatikan bahwa tatkala orang memperoleh nama "Pelepasan", mereka tidak menyukainya. Nama itu membuat mereka merasa sengsara; mereka merasa seolah-olah diberi nama "Kamar Siksa", atau barangkali "Kamar Siksa untuk Pencerahan". Pada umumnya, orang juga tidak menyukai nama "Disiplin". Akan tetapi, semuanya tergantung pada cara anda memandang. Pelepasan tidak perlu dianggap negatif. Saya diajarkan bahwa itu ada hubungannya dengan sikap tidak terikat. Yang dilepaskan atau ditinggalkan adalah ketertutupan pada kehidupan. Anda bisa mengatakan bahwa pelepasan sama dengan terbuka terhadap ajaran saat ini. Barangkali baik untuk memikirkan dasar dari pelepasan ini sebagai diri kita dulu yang baik, kesantunan, dan rasa humor kita yang mendasar. Dalam ajaran agama Buddha dan dalam ajaran-ajaran Shambhala, juga dalam ajaran-ajaran berbagai aliran mistik atau perenungan yang lain, pandangan dasarnya adalah bahwa manusia pada dasarnya baik dan sehat. Demikian pula setiap orang lahir dengan hak yang sama, yakni potensi bagi kehangatan hati dan kejernihan pikiran. Pelepasan berarti sadar bahwa kita sudah memiliki semua yang kita perlukan, bahwa apa yang sudah kita miliki adalah baik. Dalam setiap saat, terkandung energi yang tidak terhitung jumlahnya, dan kita dapat berhubungan dengan itu. Saya baru-baru ini mengunjungi ruang praktek seorang dokter yang di dindingnya tergantung sebuah poster bergambar seorang perempuan tua Indian sedang berjalan sambil menuntun seorang anak kecil. Kata-kata dalam gambar itu berbunyi, "Musim datang dan pergi, musim panas mengikuti musim semi, dan musim rontok mengikuti musim panas, dan musim dingin datang setelah musim rontok, dan umat manusia lahir dan menjadi dewasa, menjadi tua dan mati, dan semuanya memiliki siklusnya masing-masing. Siang mengikuti malam, dan malam mengikuti siang. Alangkah baiknya menjadi bagian dari semua ini." Ketika anda mulai memiliki kepercayaan seperti itu terhadap kreativitas, keterusterangan, dan keteguhan hati mendasar seperti itu, dalam sifat aktif diri dan dunia anda, anda bisa mulai memahami pelepasan. Trungpa Rinpoche suatu kali berkata, "Pelepasan adalah menyadari bahwa nostalgia pada samsara* sungguh menjijikkan." Pelepasan adalah menyadari bahwa nostalgia kita yang menginginkan untuk tinggal dalam dunia yang terlindung, terbatas, dan penuh iba adalah tidak waras. Sekali anda merasakan betapa besarnya dunia dan betapa luasnya potensi kita untuk menyelami kehidupan, anda benar-benar memahami pelepasan. Saat kita duduk bermeditasi, kita merasakan nafas yang keluar, dan kita bertekad untuk terbuka pada saat ini. Lalu, pikiran kita berkeliaran ke semua jenis cerita, khayalan, dan realita yang dibuat-buat, dan kita berkata pada diri sendiri, "Itu adalah berpikir." Kita mengatakannya dengan penuh kelembutan dan ketelitian. Saat kita siap melepaskan kisah-kisah itu dan saat kita siap melepaskan di ujung nafas keluar adalah pelepasan yang mendasar: belajar melepaskan keterikatan. Air sungai mengalir deras ke bawah gunung dan lalu tiba-tiba dibendung oleh balok-balok dan pohon-pohon besar. Air itu tidak bisa lagi mengalir ke mana-mana walaupun mempunyai kekuatan dan energi besar. Air itu tersumbat di sana. Itu pula yang terjadi pada kita; kita tersumbat seperti itu. Membiarkan pergi di ujung nafas keluar, membiarkan berlalu pikiran-pikiran itu, adalah seperti memindahkan salah satu halangan itu sehingga air bisa terus mengalir sehingga energi dan kekuatan hidup kita bisa terus mengalir dan bergerak maju. Kita tidak, karena takut pada sesuatu yang tidak diketahui, terpaksa menumpuk balok-balok, bendungan-bendungan ini, yang pada dasarnya menolak kehidupan dan menolak merasakan kehidupan. Jadi, pelepasan adalah melihat dengan jernih cara kita menolak, menyingkirkan, menutup diri, dan kemudian belajar bagaimana menjadi terbuka. Intinya adalah menerima apa pun yang diletakkan di atas piring anda, apa pun yang mengetuk pintu anda, apa pun yang menghubungi anda melalui telepon. Cara kita melakukan itu ada kaitannya dengan bergerak hingga ke ujung batas diri kita, yang sebenarnya adalah saat kita mengetahui makna pelepasan. Ada sebuah cerita tentang sekelompok orang yang mendaki gunung. Ternyata banyak tebing yang curam di sana dan ketika mereka telah mencapai ketinggian tertentu, beberapa orang melihat ke bawah dan langsung menggigil setelah melihat betapa curam dan tingginya gunung itu; mereka sudah sampai pada batas kemampuan mereka dan tidak mampu melampauinya lagi. Rasa takut itu begitu hebat sehingga mereka tidak sanggup bergerak. Yang lain terus mendaki, tertawa dan bercengkerama, tetapi ketika tebing yang akan didaki telah semakin curam dan tinggi, orang yang dicekam rasa takut juga semakin banyak. Sepanjang jalan ke puncak, banyak ditemui orang-orang yang telah mencapai ambang batas kemampuan mereka dan lalu membeku tidak bisa melanjutkan lebih jauh lagi. Mereka yang mencapai puncak sangat bahagia karena telah berhasil melakukannya. Inti cerita ini adalah bahwa tidak penting mempermasalahkan tempat anda menjumpai batas kemampuan diri anda; yang penting ialah bahwa anda menjumpai batas kemampuan. Hidup adalah perjalanan panjang proses penjumpaan batas diri anda, terus-menerus. Di sanalah anda ditantang; di saat itulah, jika anda seorang yang ingin hidup, anda mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Sekarang, mengapa saya merasa takut sekali? Apa yang tidak ingin saya lihat itu? Mengapa saya tidak mampu bergerak lebih jauh dari sini?" Orang-orang yang sampai ke puncak bukanlah pahlawan. Mereka cuma tidak takut pada ketinggian; mereka akan bertemu dengan batas diri mereka di tempat lain. Mereka yang membeku di bawah bukanlah pecundang. Mereka cuma berhenti lebih dulu dan karenanya pelajaran mereka datang lebih awal daripada yang lain. Bagaimanapun juga, cepat atau lambat, setiap orang akan bertemu dengan batas dirinya. ------------ * Lingkaran beracun kehidupan --lingkaran kelahiran dan kematian-- yang muncul sebagai akibat ketidaktahuan dan dicirikan oleh penderitaan; dalam realita sehari-hari, lingkaran beracun frustasi dan penderitaan yang diakibatkan oleh karma (perbuatan). |
X
PELEPASAN (2) Ketika bermeditasi, kita sedang menciptakan suatu situasi di mana terdapat banyak ruang. Kedengarannya menyenangkan, tetapi sesungguhnya itu bisa mencengangkan karena dengan kondisi banyak ruang, anda bisa melihat dengan lebih jernih; anda sudah menanggalkan tutup wajah, penutup diri, pakaian perang, kacamata hitam, penutup telinga, berlapis-lapis sarung tangan, dan sepatu boot anda yang berat. Akhirnya anda berdiri di sana, menyentuh bumi, merasakan matahari menyinari tubuh, merasakan kecerahannya, mendengarkan semua kebisingan tanpa sesuatu yang menutup-tutupi suara itu. Anda lepaskan penyumbat hidung anda, dan mungkin anda akan mencium bau wangi udara segar, atau mungkin anda sedang berada di tengah-tengah tumpukan sampah atau kolom penampungan tinja. Oleh karena meditasi memiliki sifat mengantarkan anda dengan dekat pada diri anda sendiri dan pengalaman yang anda alami, anda cenderung berhadapan dengan batas diri anda lebih cepat. Itu bukan batas yang sebelumnya tidak ada di sana, tetapi karena segalanya menjadi begitu sederhana dan jernih, anda melihatnya dengan tepat dan jelas. Bagaimana anda melepaskan? Bagaimana anda melakukannya di tengah kecenderungan untuk merintangi, menggigil, dan menolak mengambil langkah berikutnya untuk maju pada sesuatu yang tidak dikenal? Jika batas diri anda seperti tembok batu yang berpintu di tengahnya, bagaimana anda belajar membuka pintu itu dan melewatinya berkali-kali sehingga hidup menjadi suatu proses pendewasaan, menjadi lebih tidak takut dan lebih luwes, lebih mampu bermain seperti burung gagak bermain di antara tiupan angin? Semakin kencang anginnya, semakin senang burung gagak itu. Mereka menghadapi musim dingin dalam hidup mereka, di mana angin berhembus lebih kencang serta turun salju dan es. Mereka menantang angin. Mereka bertengger di puncak pohon dan mereka mencengkeram dahan dengan cakar dan paruhnya juga. Kadang-kadang, mereka membiarkan badan mereka melayang diterjang angin. Lalu mereka mengepak-kepakkan sayap, mereka terbang mengapung di angin. Tidak berapa lama kemudian, mereka akan kembali ke pohon dan kemudian memulainya lagi. Sungguh merupakan suatu permainan. Suatu kali, saya melihat mereka di tengah badai, saling memegang kaki temannya, lalu terjun dan kemudian terbang. Seperti sirkus saja. Binatang dan pohon-pohon di Cape Breton keras dan gagah berani, menyenangkan dan ceria; unsur-unsur alam telah menguatkan mereka. Untuk bisa bertahan di sana, mereka harus mengembangkan kegembiraan akan tantangan dan kehidupan. Seperti yang bisa anda lihat, semuanya membentuk keindahan alam dan inspirasi yang luar biasa serta perasaan yang menghidupkan. Hal yang sama terjadi pada kita. Jika kita memahami pelepasan dengan cara yang tepat, kita juga akan menjadi inspirasi bagi orang lain karena sifat kepahlawanan kita, sifat ksatria kita, kenyataan bahwa semua di antara kita menghadapi tantangannya masing-masing sepanjang waktu. Jika ada orang yang bekerja keras dengan hati terbuka yang penuh humor seperti seorang ksatria, jika orang itu mengembangkan sifat beraninya, setiap orang akan menanggapinya, karena kita tahu kita mampu melakukannya juga. Kita tahu bahwa orang itu tidak dilahirkan sempurna, tetapi terilhami untuk mengembangkan sifat ksatria, hati yang lembut dan jernih. Setiap kali anda menyadari anda telah bertemu dengan batas diri anda --anda ketakutan, membeku, dan tertahan-- anda mampu mengetahuinya karena anda cukup terbuka untuk melihat apa yang terjadi. Itupun sudah merupakan tanda hidup anda dan fakta bahwa anda sudah cukup banyak mencurahkan perhatian, bahwa anda sudah dapat melihat dengan jernih dan tepat. Daripada berpikir bahwa anda telah membuat kesalahan, anda bisa mengusai momen itu dan menarik ajarannya, atau bagaimana kita diajarkan. Anda bisa mendengarkan pesan itu, yang isinya anda mengatakan, "Tidak!" Instruksi yang diberikan bukanlah "hempaskan dan robohkan semua itu"; instruksinya adalah lembutkan, hubungkan diri anda dengan hati anda dan lahirkan suatu sikap dasar kemurahan hati dan welas asih terhadap diri anda, pengecut asli. Perjalanan menuju pencerahan --pengelanaan klasik ksatria mistik-- adalah perjalanan yang terus-menerus berhadapan dengan tantangan-tantangan besar dan kemudian belajar bagaimana melembutkan dan bersikap terbuka. Dengan kata lain, sifat yang melumpuhkan terlihat mengeraskan dan menolak, dan membiarkan berlalu atau melepaskan sikap itu adalah merasakan segala sesuatu dalam diri anda, membiarkannya menyentuh hati anda. Anda melembutkan dan merasa welas asih atas keadaan sulit anda dan atas keseluruhan kondisi umat manusia. Anda melembut sehingga mampu benar-benar bermeditasi di sana dengan perasaan-perasaan yang mengganggu seperti itu dan membiarkan perasaan-perasaan itu membuat anda lebih lembut. Keseluruhan perjalanan pelepasan, atau awal untuk mengatakan, "Ya," pada hidup adalah tahap pertama menyadari bahwa anda telah tiba pada tepi batas diri anda, bahwa semua yang ada dalam diri anda berkata, "Tidak," dan lalu pada titik itu, melembut. Ini pun suatu kesempatan untuk menumbuhkan kasih sayang pada diri anda sendiri, yang hasilnya adalah keceriaan --belajar bermain seperti gagak di tengah tiupan angin. |
XII
MEMBERI DAN MENERIMA (1) Pagi ini saya akan membicarakan tonglen, latihan memberi dan menerima. Sebagian dari kalian sudah melakukannya sebelum ini, dan sebagian lagi belum pernah melakukannya, tetapi bagaimanapun, anggaplah baru melakukannya untuk pertama kali. Latihan tonglen ada hubungannya dengan mengembangkan keberanian. Jika anda berlatih dengan metode ini cukup lama, anda akan merasakan hati anda menjadi lebih terbuka. Anda mulai menyadari bahwa rasa takut ada hubungannya dengan kemauan untuk melindungi hati anda; anda merasa ada yang akan melukai hati anda, dan karenanya anda melindunginya. Berulang kali, dalam ajaran agama Buddha, dalam ajaran-ajaran Shambala, dan dalam aliran manapun yang mengajari kita bagaimana hidup dengan baik, kita didorong untuk mengembangkan keberanian. Bagaimana kita melakukannya? Duduk bermeditasi tentu adalah salah satu caranya karena melalui meditasi, kita mengenal diri kita sendiri dengan begitu lengkap dan penuh kelembutan. Saya sudah mempraktekkan meditasi shamatha selama lebih kurang tujuh tahun sebelum saya berlatih tonglen. Setelah menjalankan latihan ini, saya tercengang melihat bagaimana saya telah dengan halus menggunakan shamatha saya untuk mencoba menghindarkan diri dari terluka, mencoba menghindari depresi, rasa takut, atau perasaan-perasaan buruk apa pun. Pada dasarnya, tanpa saya sadari, saya telah secara rahasia mengharapkan bahwa jika saya melakukan latihan itu, saya tidak merasakan sakit lagi. Ketika anda mempraktekkan tonglen, anda mengundang rasa sakit untuk datang. Itulah yang membuka mata anda, meskipun itulah shamatha sebenarnya --memahami penderitaan, memahami rasa sakit, melihat segalanya dengan kelembutan dan ketelitian, tanpa menghakimi, tanpa mendorongnya untuk menjauh, menjadi lebih terbuka padanya. Walaupun itulah yang telah kita praktekkan, tonglen menempatkannya pada satu jalur; saya sadari bahwa sebelumnya tidak pernah saya lakukan. Untuk melakukan tonglen dibutuhkan keberanian yang besar. Cukup menarik, metode ini juga memberikan semangat besar pada anda. Anda mungkin memulainya dengan setitik keberanian dan harapan besar untuk ingin terbuka terhadap dunia anda dan menolong orang lain dan diri anda sendiri. Anda tahu bahwa ini berarti bahwa anda akan menjumpai banyak kesukaran, walaupun demikian, anda bertekad untuk bisa menghadapi situasi apa pun dan menjadi orang yang berguna. Anda cuma punya sedikit sekali semangat, hanya cukup untuk melakukan tonglen, mungkin karena anda tidak tahu apa yang sedang anda masuki, namun itulah situasi hidup pada umumnya! Sesuatu yang menakjubkan kemudian terjadi. Karena kemauan keras untuk melakukan tonglen, anda menemukan, setelah beberapa lama --beberapa hari, beberapa bulan, atau beberapa tahun-- bahwa anda sekarang mempunyai semangkok penuh semangat keberanian, bahwa bagaimana pun, dengan menjalankan latihan itu, anda membangunkan hati anda dan anda hidupkan keberanian anda. Waktu mengatakan "membangunkan hati anda", saya maksudkan anda bertekad untuk tidak menutupi bagian paling lembut dari diri anda. Trungpa Rinpoche sering membicarakan kenyataan bahwa kita semua mempunyai satu titik lembut dan bahwa hal-hal negatif dan menggelisahkan muncul karena kita mencoba menutupi bagian lembut dari diri kita. Itu logika yang positif: karena anda lembut dan tertekanlah, anda melakukan semua penutupan itu. Oleh karena anda lembut dan mempunyai sejenis hati yang hangat, suatu sifat keterbukaan, untuk dijadikan awal, anda menutup-tutupinya. Terutama di dalam shamatha, anda melihat penutup diri anda dengan jelas. Anda lihat bagaimana anda memenjarakan hati anda. Itu saja sudah meringankan segalanya dan memberi anda suatu rasa menghargai terhadap pengertian dan barangkali rasa humor yang anda miliki. Tonglen melangkah lebih jauh karena anda memasukkan bukan hanya konflik-konflik, kebingungan, dan penderitaan anda yang tidak terpecahkan, tetapi juga yang dialami orang lain. Dan itu bahkan berlanjut lebih jauh lagi. Biasanya kita suka berusaha menyingkirkan jauh-jauh perasaan yang tidak enak, dan tatkala kita merasa nyaman, kita ingin mempertahankannya untuk selamanya. Dalam tonglen, kita tidak saja bertekad memdatangkan hal-hal yang menyakitkan, tetapi juga melepaskan perasaan yang enak, damai, dan gembira. Kita bertekad melepaskannya, membaginya dengan orang lain. Tonglen cukup berbeda dari metode yang umum. Biasanya kalau orang sedang bermeditasi dan benar-benar mulai berhubungan dengan sesuatu yang lebih agung dan merasakan inspirasi dan kegembiraan, meditasi berjalan pun tampak sebagai gangguan. Harus membersihkan kamar mandi dan berbicara dengan orang dengan sendirinya mengganggu rasa bahagia kita. Pendekatan tonglen adalah, "Jika engkau merasakannya, bagi-bagikanlah, jangan melekat padanya. Lepaskan." |
XII
MEMBERI DAN MENERIMA (2) Agama Buddha Mahayana, aliran yang memunculkan visi berdasarkan pada kesunyaan, welas asih, dan pengakuan atas hakekat Buddha yang universal, berbicara tentang "bodhicitta", yang artinya "hati yang cerah" atau "hati yang bersemangat". Bodhicitta mempunyai sifat lembut, teliti, dan terbuka, mampu membiarkan sesuatu berlalu dan terbuka. Secara khusus, tujuan tonglen adalah membangkitkan dan mengembangkan bodhicitta, membangkitkan hati anda atau mengembangkan hati yang bersemangat. Ibarat menyirami benih yang bisa berbunga. Anda boleh saja merasa bahwa anda cuma memiliki setetes keberanian, atau anda merasa tidak memiliki keberanian sama sekali, tetapi Sang Buddha bersabda, "Omong kosong! Semua orang mempunyai bodhicitta." Jadi, barangkali yang ada cuma sebutir benih kecil keberanian, namun jika anda menjalankan latihan, akan sama halnya dengan menyirami benih yang kelihatan tumbuh dan mekar. Yang sesungguhnya terjadi adalah bahwa segala yang sudah ada tetapi tersembunyi untuk waktu yang lama menjadi terungkapkan. Melakukan tonglen membersihkan debu yang telah menutupi harta pusaka yang telah ada. Secara tradisional, bodhicitta diumpamakan sebagai sebutir berlian yang tertimbun oleh sepuluh ton lumpur selama dua ribu tahun. Anda bisa menemukannya kapan saja dan masih akan tetap berupa sebuah berlian, pusaka kita. Bodhicitta juga disebutkan seperti susu yang kental, bergizi, dan berpotensi menjadi mentega. Anda harus sedikit mengeluarkan tenaga untuk membuat mentega dari lemak susu, anda harus mengaduknya. Ada juga yang mengumpamakannya dengan biji wijen, yang penuh dengan minyak wijen. Anda harus sejenak menggiling untuk mendapatkan minyaknya, minyak itu memang sudah ada. Kadangkala, bodhicitta dikatakan seperti mestika mulia yang terletak di pinggir jalan, tertutup oleh kain-kain rombeng. Barangkali, orang-orang --mungkin orang sangat miskin yang hampir mati kelaparan-- berjalan melewatinya setiap hari. Yang perlu mereka lakukan cuma mengangkat kain rombeng itu, dan akan mereka temukan mestika itu. Kita melakukan tonglen agar kita tidak menjadi seperti orang buta, terus-menerus melewati permata yang telah ada di sana. Kita tidak perlu menjadi gembel yang hidup dalam kemiskinan karena tepat di dalam hati kita terdapat segala yang mampu diharapkan orang, dalam arti keterbukaan, kehangatan, dan kemurahan hati yang terbuka dan berani. Setiap orang memilikinya, tetapi tidak semua orang memiliki keberanian untuk membiarkannya matang. Pada saat-saat ini, dunia benar-benar membutuhkan orang-orang yang mau membiarkan hati mereka, bodhicitta mereka, untuk matang. Di mana-mana ada penderitaan dan rintihan; orang-orang sedang digilas dengan tank, rumah-rumah mereka diruntuhkan, tentara-tentara mengetuki pintu mereka di tengah malam lalu membawa mereka pergi untuk disiksa, atau anak-anak dan orang-orang yang mereka cintai dibunuh. Orang-orang kelaparan. Ini adalah masa sulit. Kita yang hidup dalam kenyamanan dan sedikit keluhan masalah psikologis mempunyai tanggung jawab besar untuk membiarkan kemurahan hati, kehangatan kita, dan kemampuan kita matang, terbuka dan terpancar karena sifat ini bisa ditularkan. Pernahkah anda perhatikan bahwa jika anda memasuki ruang makan, duduk, lalu orang di sebelah anda sedang bersenang hati, maka anda tahu bahwa dia sedang bersenang hati, perasaan itu juga menyebar kepada anda, membuat Anda merasa nyaman, seolah-olah ia menyukai anda? Akan tetapi, jika anda duduk di sana dan orang di sebelah anda terus merengut dan berwajah sinis, anda akan bertanya-tanya, "Apa salahku?" Atau, "Uh, saya harus berbuat sesuatu untuk membuatnya gembira." Apakah anda sedang sakit kepala, stress, atau apa pun yang sedang terjadi pada diri anda, jika anda merasa tenteram di dunia ini, perasaan itu akan menular; bisa membuat orang lain juga rileks. Kita bisa saling berbagi rasa dalam hal ini apabila kita mau bekerja sama dengan rasa takut, rasa rendah diri, dan tekanan batin kita di pagi hari dan yang lain-lainnya. Melakukan shamatha adalah salah satu cara untuk menunjukkan kemauan anda untuk melihat segalanya dengan jernih tanpa menghakimi. Melakukan tonglen adalah suatu cara untuk mematangkan bodhicitta anda demi kebahagiaan anda sendiri dan orang lain. Kebahagiaan anda memancar ke luar, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berhubungan dengan kegembiraan, kebijakan, kemurahan hati, dan kehangatan hati mereka sendiri. Inti dari latihan tonglen adalah di kala menarik nafas, anda bersedia merasakan penderitaan; anda bersedia mengakui penderitaan dunia. Mulai dari itu, anda akan mengembangkan keberanian dan tekad untuk merasakan bagian dari kondisi umat manusia itu. Anda mengambil nafas sehingga anda benar-benar bisa memahami apa yang dimaksud oleh Sang Buddha saat Beliau
|
XII
MEMBERI DAN MENERIMA (3) Intisari dari nafas yang keluar merupakan bagian lain dari kondisi umat manusia. Dengan setiap nafas yang keluar, anda terbuka. Anda berhubungan dengan perasaan gembira, baik, puas, hati yang lembut, apa saja yang terasa segar dan bersih, tenteram dan nyaman. Itulah aspek kondisi umat manusia yang kita harapkan menjadi keseluruhan dari panggung kehidupan, suatu bagian, jika kita pada akhirnya mampu membersihkan semua masalah kita, yang akan kita rasakan sebagai menu diet sehari-hari. Daftar menunya akan berbunyi, "Hanya kebahagiaan, tanpa rasa penderitaan di sini." Di sana, akan terdapat segala sesuatu yang anda kira akan membawa kebahagiaan abadi, barangkali sedikit rasa pahit yang enak, beberapa tetes air mata, tetapi pasti tanpa kepusingan kerja, tanpa tempat-tempat suram, tanpa pintu WC yang tidak bisa anda buka, tanpa setan yang mengganggu tidur, tanpa pikiran-pikiran buruk, tanpa kemurkaan, tanpa keputusasaan, tanpa rasa cemburu, sama sekali tidak ada. Itulah nafas keluar, bagian yang anda sukai. Anda berhubungan dengannya, lalu menghembuskannya ke luar agar menyebar ke sekeliling dan dapat dirasakan oleh setiap orang. Yang perlu anda lakukan untuk menjalankan tonglen adalah merasakan penderitaan dan kebahagiaan. Bahkan walaupun anda cuma pernah sedetik merasakan sakit dalam hidup, anda bisa mempraktekkan tonglen. Biarpun anda cuma merasakan sedetik kebahagiaan dalam hidup ini, anda bisa melakukan tonglen. Itulah syarat-syaratnya. Dengan kata lain, anda harus merupakan seorang manusia biasa yang pernah merasakan sakit dan kesenangan, seperti halnya orang-orang yang lain. Namun, jika anda cuma seperti orang-orang yang lain, anda akan menghirup bagian yang baik dan menghembuskan bagian yang buruk. Kadang-kadang, itu masuk akal. Akan tetapi, cara ini, jalan para ksatria, lebih bersifat menantang; anda mengembangkan hati tanpa rasa takut, hati yang tidak tertutup dalam keadaan apa pun, selalu terbuka sepenuhnya sehingga anda bisa disentuh oleh apa pun. Ada sebuah lukisan klasik roda kehidupan dengan Yama, dewa kematian, memegang roda itu. Di tengah-tengah terdapat nafsu, seekor ayam jantan; agresi, seekor ular; dan kebodohan, seekor babi. Kisi-kisi roda membagi enam bagian yang disebut enam alam kehidupan. Alam terendah adalah alam neraka, alam hantu kelaparan (juga alam yang sangat menyedihkan), dan alam binatang, yang penuh dengan ketakutan dan kebodohan karena di alam itu anda mampu berhubungan hanya dengan apa yang ada di depan hidung anda. Alam-alam yang lebih tinggi adalah alam manusia, alam setengah dewa, dan alam dewa. Di setiap alam itu, berdiri seorang Buddha, yang maksudnya adalah diri kita sendiri. Kita dapat membuka hati kita menuju ke suatu titik sedemikian sehingga kita dapat memasuki alam neraka, alam setan kelaparan, alam setengah dewa, alam dewa --ke mana pun. Kita dapat berada di sana dengan hati kita, terbuka sepenuhnya dan tanpa rasa takut. Itulah aspirasi Bodhisattva. Pada waktu kita secara resmi mengambil sumpah Bodhisattva, kita diberi latihan tonglen untuk dijalankan. Itu artinya kita benar-benar berharap untuk tidak takut menolong orang; kita sadar bahwa kita sendiri mempunyai banyak rasa takut, tetapi kita bercita-cita untuk membangunkan hati kita sepenuhnya. Nafas masuk, nafas keluar, dengan cara seperti yang telah saya jelaskan, merupakan suatu teknik untuk mampu bangkit sepenuhnya, menjadi seperti Buddha di alam mana pun. Jika saja anda mulai memikirkan bagaimana keadaan di sana, anda harus berterimakasih atas keberuntungan anda karena tidak berada di sana, juga seandainya anda berada di sana, anda bisa tabah dengan hati yang terbuka. Sari dari latihan ini adalah mau berbagi sukacita, keceriaan, dan kegembiraan hidup melalui nafas yang keluar serta mau merasakan penderitaan anda dan penderitaan orang lain dengan sepenuh hati melalui nafas yang masuk. Itulah intisarinya, dan jika anda belum pernah menerima petunjuk lain, yang itu pun sudah cukup. |
XII
MEMBERI DAN MENERIMA (4) Sekarang, saya berikan instruksinya. Langkah pertama disebut "memancarkan bodhicitta yang mutlak", yang berarti membuka diri. Langkah kedua berhubungan dengan sifat abstrak penderitaan, memvisualisasikannya sebagai sesuatu yang hitam, berat, dan panas, lalu menghirupnya masuk; juga berhubungan dengan sifat abstrak kebahagiaan, memvisualisasikannya sebagai sesuatu yang putih, ringan, dan sejuk, lalu menghembuskannya keluar. Maksud saya pada tingkatan ini adalah bahwa sebelum anda masuk ke dalam kondisi sebenarnya yang sulit dan liat, anda mencoba prinsip abstrak penderitaan dan kebahagiaan, menyelaraskannya dengan tarikan dan hembusan nafas. Langkah pertama hanya membuka kesempatan, kemudian anda mulai menggeluti latihan relatif --kemanusiaan, keadaan hidup kita sehari-hari-- menghirup nafas derita, menghembuskan nafas kebahagiaan ke luar, yang hitam masuk, yang putih keluar. Selanjutnya, anda sampai pada tingkatan ketiga, yang sesungguhnya adalah inti latihan ini. Di sini, anda memvisualisasikan suatu situasi hidup tertentu dan menghubungkan diri dengan penderitaannya. Anda menghirupnya ke dalam, dengan sepenuh hati merasakannya. Ini bertentangan dengan pelarian. Anda benar-benar mau mengakui dan merasakan penderitaan --rasa sakit anda sendiri, rasa sakit sahabat anda, atau rintihan seseorang yang tidak dikenal-- dan pada nafas keluar, anda membiarkan getaran terbuka, udara segar, ke lapangan, menyebar ke luar. Dengan kata lain, andaikan saja ada seseorang dalam hidup anda yang tidak anda sukai, yang membuat anda kesal jika memikirkannya. Anda memutuskan untuk melakukan tonglen agar menjadi lebih terbuka, berani, dan lembut dalam situasi khusus itu. Jadi, anda sengaja memikirkan orang itu dan muncullah perasaan yang mengerikan itu, lalu pada waktu menghirup nafas, anda berhubungan dengan perasaan-perasaan itu --tabiatnya, sifatnya, dan bagaimana kekesalan itu berkecamuk dalam hati anda. Bukan berarti anda mencoba melukiskan perasaan-perasaan itu, anda cukup merasakan sakitnya. Kemudian kala mengeluarkan nafas, anda rileks, membiarkan pergi, terlepas, mengeluarkan semuanya. Akan tetapi, anda tidak bersenang-senang terlalu lama karena begitu menghirup nafas lagi, anda kembali merasakan penderitaan. Anda tidak benar-benar terperangkap, terhanyut, karena selanjutnya anda mengeluarkan nafas lagi --anda merasa lepas, rileks, dan kemudian lapang kembali. Mungkin anda ingin melekat pada kegembiraan itu, tetapi kemudian anda menghirup nafas kembali. Mungkin anda mau terus berada dalam perasaan sakit itu, tetapi kemudian anda menghembuskan nafas kembali. Sama halnya dengan anda sedang belajar menyentuh dan kemudian meninggalkan --anda sentuh, dan lalu melepaskan kembali. Anda tidak lebih menyukai rasa sakit daripada kegembiraan, atau kegembiraan daripada rasa sakit; anda terus maju dan mundur. Setelah berlatih dengan obyek tertentu itu untuk beberapa lama serta anda menghubungkan diri dengan rasa sakit dan kemampuan untuk terbuka dan melepaskan, maka anda berlatih selangkah lebih jauh --anda melakukannya untuk semua makhluk hidup. Inilah titik kunci latihan tonglen; pengalaman anda akan kegembiraan dan penderitaan menjadi jalan bagi anda untuk mengenali pertautan anda dengan semua makhluk hidup, cara anda berbagi penderitaan dan kegembiraan dengan setiap orang yang pernah hidup, setiap orang yang masih hidup, dan setiap orang yang akan hidup nanti. Anda mengetahui rasa tidak enak yang anda alami setiap kali memikirkan orang tertentu adalah sesuatu yang juga dirasakan semua umat manusia, demikian pula kegembiraan yang anda rasakan, kemampuan untuk terbuka dan membiarkan berlalu, merupakan hak asasi orang lain. Anda menghirup rasa sakit yang sama, tetapi sekarang anda berpikir, "Biarlah saya merasakannya agar setiap orang dalam dunia ini tidak perlu lagi merasakannya." Dengan kata lain, hal itu menjadi bermanfaat. "Saya sengsara, saya tertekan. Baiklah. Biarkan saya merasakan sepenuhnya sehingga tidak ada lagi orang lain yang merasakannya, agar orang lain dapat terbebas darinya." Hal itu mulai membangunkan hati anda karena anda memiliki tekad untuk berkata, "Rasa sakit ini bisa bermanfaat untuk orang lain karena saya menjadi cukup berani untuk menghirupnya sehingga orang lain tidak perlu lagi merasakannya." Kala nafas dikeluarkan, anda mengatakan, "Sekarang, saya akan mengeluarkan semua yang baik yang pernah saya rasakan, setiap rasa humor, pengalaman menikmati matahari terbit dan terbenam, setiap kegembiraan di dunia ini, agar setiap orang dapat berbagi rasa dan mengalaminya juga." Jadi sekali lagi, langkah pertama adalah memancarkan rasa keterbukaan dan kelapangan hati, langkah kedua ialah bekerja keras agar "hitam masuk dan putih keluar", langkah ketiga ialah menghubungkan diri dengan sesuatu yang sangat nyata dalam kehidupan kita, dan langkah keempat ialah menyebarluaskannya ke luar dan bertekad untuk melakukannya demi semua makhluk hidup. Ada peristiwa menarik setiap kali saya memberikan instruksi tonglen: orang-orang mulai tertidur. Sulit untuk mendengar sesuatu yang seberat ini. Saya belum pernah memberikan instruksi tonglen tanpa paling sedikit tiga orang yang beranjak meninggalkan ruangan, dan yang lainnya barangkali merasa sangat bosan. Dengan pola yang sama, tatkala anda benar-benar mulai menjalankan latihan tonglen, anda mungkin akan sering ketiduran. Jangan anggap itu sebagai rintangan. Latihan ini tetap akan memperkenalkan kepada anda gagasan bahwa anda dapat merasakan baik penderitaan maupun kegembiraan --bahwa keduanya adalah bagian dari umat manusia. Jika orang berkemauan walaupun cuma satu detik saja setiap hari untuk bertekad memanfaatkan rasa sakit dari kegembiraan mereka untuk membantu orang lain, mereka sebenarnya mampu melakukannya dengan lebih daripada itu. Dengan semakin beraninya anda, bodhicitta anda pun akan matang sejalan dengan langkah hidup anda, yang akan bermanfaat besar bagi orang lain. |
XIII
PERNYATAAN BERLINDUNG (1) Hari ini saya akan berbicara tentang perlindungan pada Tiga Mestika --Buddha, Dharma, dan Sangha-- dan apa maknanya yang sebenarnya. Tatkala masih bayi yang tidak berdaya, kita bergantung sepenuhnya pada orang lain untuk menjaga kita; jika tidak, kita tidak bisa makan dan tidak akan bersih. Jika bukan karena ketidakberdayaan kita, tidak akan ada perawatan. Idealnya, masa perawatan itu adalah masa-masa maitri, kasih sayang, dapat dicurahkan pada kita. Ajaran-ajaran Shambhala menceritakan pada kita bahwa ksatria muda, ksatria bayi, ditempatkan di dalam keranjang bayi kasih sayang. Di antara orang-orang yang berjuang untuk menciptakan masyarakat yang cerah, di masa penyusuan, individu-individu dengan sendirinya akan mengembangkan kasih sayang, sikap menghargai diri mereka, merasa rileks, dan mengetahui diri mereka sebenarnya. Ini akan menjadi hal yang mendasar. Dalam suatu masyarakat yang telah cerah, akan ada suatu upacara perayaan, seperti yang sudah banyak dilakukan masyarakat tradisional, yaitu upacara seorang anak secara resmi diterima sebagai seorang pria atau wanita dewasa. Tampaknya terlalu sering kita menjadi korban akibat kekurangan perawatan di masa-masa kecil, dan kita tidak tahu bilamana kita dewasa. Beberapa di antara kita yang telah berumur lima puluh, enam puluh, atau tujuh puluh tahun masih bingung tentang apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Kita masih berjiwa anak-anak. Dalam kasus apa pun, apakah kita merasa tidak dibesarkan dengan baik, atau apakah kita merasa beruntung atas masa lalu kita --apapun situasinya-- di saat sekarang kita selalu bisa menyadari bahwa yang penting adalah mengembangkan kasih sayang terhadap diri kita sendiri. Sebagai seorang dewasa, kita bisa mulai mengembangkan suatu sikap kasih sayang terhadap diri kita sendiri - oleh diri sendiri, dan untuk diri sendiri. Keseluruhan proses meditasi adalah untuk menciptakan landasan yang baik itu, kereta bayi yang penuh kasih sayang tempat kita dibesarkan. Yang sedang dibesarkan adalah kepercayaan diri kita terhadap kebijaksanaan, kesehatan, dan keberanian kita, kebaikan hati kita. Kita mengembangkan suatu perasaan bahwa bagaimana adanya kita - kepribadian yang kita miliki dan cara kita mengekspresikan hidup --adalah baik, dan bahwa dengan menjadi diri kita seutuhnya, dengan menerima seratus persen hal itu, serta menghargai diri kita, kita berdiri di atas landasan keksatriaan. Saya selalu berpikir bahwa ungkapan berlindung ini sangat aneh karena terdengar dualistik dan bergantung dengan menyatakan "berlindung" kepada sesuatu. Saya ingat dengan sangat jelas, di suatu masa yang sangat tertekan dalam hidup saya, ketika membaca "Alice in Wonderland". Alice menjadi pahlawan bagi saya karena ia jatuh ke dalam satu lubang dan ia jatuh dengan cukup bebas. Ia tidak berusaha meraih sesuatu untuk dipegang, ia tidak ketakutan, ia tidak berusaha menghentikan laju jatuhnya; ia cuma jatuh dan melihati segala sesuatu yang ia lalui saat jatuh. Lalu, ketika mendarat, ia sudah berada di suatu tempat yang baru. Ia tidak berlindung pada sesuatu. Saya sering bercita-cita untuk bisa seperti itu dahulu karena saya melihat diri saya semakin medekati lubang itu dan hanya menjerit, mundur ke belakang, tidak mau pergi ke daerah yang tidak mempunyai tempat untuk bersandar. Dalam setiap kehidupan manusia (apakah ada ritual pubertas atau tidak) anda dilahirkan, dan anda dilahirkan dalam keadaan sendiri. Anda melewati terowongan kelahiran itu sendiri, anda keluar sendiri, lalu keseluruhan proses kehidupan pun dimulai. Saat mati, anda mati sendiri. Tidak ada yang pergi bersama anda. Perjalanan yang anda tempuh, tidak peduli kepercayaan apa pun yang anda anut dalam mengarungi perjalanan itu, ditempuh sendiri. Gagasan fundamental tentang berlindung adalah bahwa antara kelahiran dan kematian itu, kita hidup sendiri. Oleh karenanya, berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha tidak berarti mencari penghiburan, seperti anak-anak mencari penghiburan pada ibu bapaknya. Sebaliknya, ini adalah ungkapan dasar cita-cita anda untuk melompat keluar dari sarang, apakah anda merasa siap atau belum, melampaui ritual pubertas anda dan menjadi dewasa tanpa perlu tangan sebagai tempat berpegang. Ini mengekspresikan realisasi anda bahwa satu-satunya cara untuk memulai perjalanan hidup anda yang sebenarnya adalah dengan merasakan betapa mendasarnya kasih sayang dan rasa menghargai diri anda sendiri, dan kemudian melompat. Bagaimanapun juga, kita tidak pernah tiba pada saat-saat kita merasa seratus persen yakin, "Saya telah merasakan kereta bayi saya. Itu sudah berakhir. Sekarang saya bisa melompat." Kita selalu terus-menerus mengembangkan maitri dan terus-menerus melompat. Kemarin, saya telah menguraikan tentang pertemuan kita dengan batas diri dan keinginan kita untuk meraih sesuatu saat kita mencapai batas itu. Lalu, kita menjumpai lebih banyak kasih sayang dan rasa hormat pada diri sendiri, lebih banyak lagi kepercayaan diri yang perlu dikembangkan. Kita berusaha untuk itu dan kita masih terus melompat. |
XIII
PERNYATAAN BERLINDUNG (2) Jadi, bagi kita, berlindung artinya kita merasa bahwa cara untuk hidup adalah dengan memutuskan ikatan, mengakhiri nada yang sumbang, dan sendiri memulai perjalanan menjadi menusia seutuhnya, tanpa perlu didikte orang lain. Berlindung adalah cara kita untuk mulai mengembangkan keterbukaan dan kebaikan hati yang memungkinkan kita menjadi lebih merdeka. Kita boleh mengatakan, "Kita tidak seharusnya terikat lagi, kita harus terbuka," tetapi itu bukan hal yang utama. Yang utama adalah bahwa anda mulai dari tempat anda berada, anda lihat betapa kekanak-kanakan jiwa anda, dan anda tidak mencelanya. Anda mulai menggali, dengan banyak rasa humor dan kemurahan hati terhadap diri anda sendiri, semua tempat anda bergantung, dan setiap kali anda bergantung, anda sadar, "Ah! Inilah tempat, melalui perhatian dan tonglen saya serta setiap hal yang saya lakukan, seluruh hidup saya adalah proses belajar untuk bersahabat dengan diri saya sendiri." Sebaliknya, kebutuhan akan keterikatan, kebutuhan akan ketergantungan pada sesuatu, tangisan pada ibu, juga menunjukkan pada anda bahwa itulah akhir dari kurungan. Melangkahi tempat itu --membuat suatu lompatan-- menjadi motivasi untuk mengembangkan maitri. Anda sadar bahwa jika anda dapat melangkah melewati pintu itu, anda akan maju, anda menjadi lebih dewasa, menjadi orang yang lebih lengkap, lebih utuh. Dengan kata lain, rintangan nyata satu-satunya adalah kebodohan. Tatkala anda berteriak, "Ibu!" atau kala anda membutuhkan tangan untuk berpegang, jika anda menolak untuk melihat suatu situasi secara keseluruhan, anda tidak akan mampu memandangnya sebagai suatu pelajaran --suatu inspirasi untuk menyadari bahwa di sanalah tempatnya anda bisa maju lebih jauh, bisa lebih mengasihi diri anda. Jika anda tidak mampu berkata pada diri sendiri pada saat itu, "Saya akan menyelam ke dalam karena itulah yang saya perlukan untuk melanjutkan perjalanan maju dan menjadi lebih terbuka," maka anda telah terbelenggu kebodohan. Menghadapi rintangan adalah perjalanan hidup. Para ksatria selalu maju menghadapi naga. Tentu saja, para ksatria itu merasa takut terutama sebelum pertempuran. Sungguh mengerikan. Namun, dengan hati bergetar dan lembut, sang ksatria sadar bahwa dia sedang akan melangkah ke daerah yang tidak diketahui, dan kemudian maju menghadapi naga. Sang ksatria menyadari bahwa naga itu menggambarkan masalah yang belum terselesaikan, dan bahwa rasa takut itulah yang sebenarnya perlu dihadapi. Naga itu cuma bayangan bergerak yang muncul di suatu tempat, dan ia muncul dalam banyak bentuk: sebagai kekasih yang mengkhianati kita, sebagai orang tua yang tidak pernah cukup memperhatikan kita, sebagai orang yang menghina kita. Pada dasarnya, yang kita hadapi adalah rasa takut kita dan keinginan untuk mundur, yang sebenarnya tidak perlu menjadi rintangan. Satu-satunya rintangan adalah kebodohan, penolakan untuk melihat masalah kita yang belum terselesaikan. Jika setiap kali sang ksatria pergi menghadapi naga, ia berkata, "Hah! Naga lagi, naga lagi. Tidak mungkin aku menghadapinya," dan lalu lari, maka hidup menjadi kisah membosankan, bangun di pagi hari, ke luar, berjumpa dengan naga, mengatakan, "Tidak akan bisa," dan pulang. Dengan demikian, anda menjadi semakin lemah, semakin takut, dan semakin menjadi anak kecil. Tidak ada yang mendewasakan anda, namun anda masih berada di dalam kerangkeng bayi, dan tidak pernah melewati masa puber. Oleh sebab itu, kita menyatakan berlindung pada Buddha, berlindung pada Dharma, berlindung pada Sangha. Dalam doa makan oryoki kita membaca, "Berkah sang Buddha tidak terbayangkan, berkah Dharma tidak terbayangkan, berkah Sangha tidak terbayangkan," dan, "Saya bersujud pada Buddha, saya bersujud pada Dharma, saya bersujud pada Sangha, saya bersujud dengan penuh hormat dan selalu kepada Ketiga ini." Yah, kita tidak bermaksud mencari penghiburan dari Buddha, Dharma, dan Sangha. Kita tidak berbicara tentang bersujud supaya selamat. Buddha, secara tradisional kita sebutkan, adalah teladan dari apa yang kita sendiri juga bisa capai. Buddha adalah orang yang sadar, dan kita juga adalah Buddha. Sederhana sekali. Kita adalah Buddha. Bukan cuma sekadar ucapan. Kita adalah yang sadar, dalam arti orang yang terus-menerus melompat, orang yang terus-menerus terbuka, orang yang terus-menerus maju. Hal itu tidaklah mudah dan diikuti oleh rasa ketakutan, keresahan, dan keraguan. Itulah artinya menjadi manusia, itulah artinya menjadi ksatria. Untuk memulai, pada saat anda meninggalkan momongan kasih sayang itu, anda mengenakan pakaian perang yang indah karena, sampai tingkat tertentu, anda terlindungi dengan baik dan merasa aman. Kemudian anda menjalani upacara pubertas, proses penanggalan pakaian perang itu, bahwa anda mungkin telah berilusi dengan merasakan ada sesuatu yang melindungi diri anda dari dunia luar, sekedar untuk menemukan bahwa hal itu sebenarnya hanyalah menghalangi anda dari sepenuhnya hidup dan sadar seluruhnya. Lalu, anda maju lebih jauh dan berhadapan dengan naga, dan pada setiap kali perjumpaan itu ditunjukkan pada anda tempat di mana masih ada baju pelindung yang harus ditanggalkan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |