Kebijakan Sejati
The Wisdom of No Escape and The Path of
Loving-kindness
Kebijakan Sejati 1
Kebijakan Sejati 2
Kebijakan Sejati 3
Kebijakan Sejati 4
Food For Thought
The Key of Immediate Enlightenment
Sun Tzu The Art Of War
Encouraging Quotes And Excerpts
Encouraging Stories
Jokes
 A Page to Rest - 
Breathing Space
TABLE OF CONTENTS
Complete list of articles on
this site
 Free Downloads
     


IX 
CUACA DAN EMPAT KESUNYATAAN MULIA (1) 
Ketika pertama kali membabarkan ajaran-Nya, Sang Buddha bisa 
mengajarkan apa 
saja. Beliau baru saja sadar sempurna. Batin-Nya luhur dan 
tanpa 
rintangan -hanya keluasan, kebajikan diri, dan hidup-Nya. 
Cerita berlanjut, 
bagaimanapun, bahwa sukar bagi-Nya untuk mengekspresikan 
pengalaman-Nya; 
pada mulanya, Beliau memutuskan untuk tidak mengajar karena 
Beliau pikir 
tidak akan ada yang bisa mengerti apa yang dikatakan-Nya. Akan 
tetapi, 
akhirnya Beliau memutuskan untuk pergi dan mengajar karena ada 
beberapa 
orang yang akan mendengarkan-Nya. Yang menarik adalah bahwa 
pada mulanya, 
Beliau tidak mengajarkan yang tidak berkondisi; Beliau tidak 
mengajarkan 
kebajikan, kejelasan, ruang, kebahagiaan, keajaiban, ataupun 
keterbukaan 
dasar. Dalam ajaran Sang Buddha yang pertama --ajaran tentang 
Empat 
Kesunyataan Mulia-- Beliau berbicara tentang penderitaan. 
Saya selalu mengalami ajaran-ajaran ini sebagai suatu penegasan 
mengagumkan 
bahwa tidaklah perlu menolak hidup dalam dunia ini, bahwa kita 
sesungguhnya 
adalah bagian dari kesemrawutan. Semua bentuk kehidupan saling 
berhubungan. 
Jika suatu makhluk hidup, ia memiliki gaya hidup, yang intinya 
adalah 
energi, sejenis semangat. Tanpa itu, kita tidak akan bisa 
mengangkat tangan 
kita, membuka mulut, atau membuka dan menutup mata. Jika anda 
pernah melihat 
seseorang yang sedang mati, anda akan tahu bahwa pada saat 
tertentu, 
walaupun cukup lemah, masih ada gaya kehidupan dalam tubuhnya, 
dan kemudian 
pada saat kita mati, keempat unsur --tanah, air, api, dan 
udara-- saling 
melebur satu per satu, dan akhirnya menyatu dengan alam 
semesta. Namun, 
ketika kita hidup, kita berbagi energi yang mampu melakukan 
segala-galanya, 
dari sehelai rumput sampai menjadi seekor gajah, tumbuh dan 
hidup, kemudian 
yang tidak bisa dihindarkan, tua dan mati. Energi ini, gaya 
hidup ini, 
menciptakan seluruh dunia. Sangat menarik untuk diperhatikan 
bahwa kita 
sebagai manusia mempunyai kesadaran, kita juga bisa 
tergelincir, yaitu saat 
kita menolak energi hidup. 
Saya sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang terkadang 
mengalami 
depresi hebat. Jika ia sedang tertekan, ia duduk di kursi, 
tidak bisa 
bergerak. Yang bisa dilakukannya cuma merasa cemas. Ia 
mengatakan bahwa 
sepanjang musim dingin, ia duduk di kursi, berpikir bahwa ia 
harus membawa 
pemotong rumput dari bawah salju, tetapi ia tak mampu 
melakukannya. Dan itu 
bukan yang saya maksudkan dengan duduk diam. Duduk diam, atau 
memegangi 
kursi, artinya tidak hanyut dari tempat ini, sepenuhnya 
mengetahui dan 
mengalami energi kehidupan. Jadi apa yang terjadi? Saya bisa 
bercerita 
tentang pengalaman saya. Saya datang duduk, melakukan metode 
itu, ketika 
perasaan yang tidak enak ini datang. Hal berikutnya yang saya 
ketahui adalah 
saya sedang memikirkan segala macam hal, mencemaskan sesuatu 
yang akan 
terjadi di bulan September, mengkhawatirkan siapa yang akan 
memperhatikan 
segala sesuatu di bulan Oktober. Lalu, saya ingat: duduk diam 
di tengah 
kobaran api, angin topan, gempa bumi, atau badai ombak, duduk 
diam. Ini 
memberikan kesempatan mengalami sekali lagi sifat hidup dari 
energi 
kehidupan kita --tanah, udara, api, dan air. 
Mengapa kita menolak energi kita? Mengapa kita menolak gaya 
hidup yang 
mengaliri tubuh kita? Kesunyataan mulia pertama menyatakan 
bahwa jika anda 
hidup, jika anda mempunyai perasaan, jika anda bisa mengasihi, 
jika anda 
bisa berwelas asih, jika anda bisa menyadari energi hidup yang 
membuat 
segalanya bergerak, tumbuh, dan mati, anda tidak akan setuju 
dengan 
penolakan atau kegelisahan mengenai apa pun. Kesunyataan mulia 
pertama 
mengatakan bahwa perasaan tidak nyaman adalah bagian dari hidup 
manusia. 
Kita bahkan tidak perlu lagi menyebutnya sebagai penderitaan, 
kita bahkan 
tidak perlu memberinya nama ketidaknyamanan. Sama halnya dengan 
mengenali 
panas nyala api, kekuatan hembusan angin, pergolakan ombak, 
getaran bumi, 
demikian juga kehangatan api, kesejukan dan kesegaran air, 
kelembutan 
hembusan angin, dan kesuburan, kepadatan, dan kekekaran bumi. 
Tidak ada 
sesuatu pun yang intinya hanya semacam saja. Keempat unsur 
kehidupan 
memiliki sifat yang berbeda; bagaikan tukang sulap. 
Kadang-kadang, mereka 
berbentuk ini dan terkadang berbentuk itu. Jika kita menganggap 
itu suatu 
masalah, kita menolaknya. Kesunyataan pertama menyatakan bahwa 
kita juga 
berubah-ubah  seperti cuaca, kita bergolak dan mengalir seperti 
gelombang, 
kita berubah warna seperti bulan. Kita mengalaminya, dan tidak 
ada alasan 
untuk menolaknya. Jika kita menolaknya, realita dan vitalitas 
hidup berubah 
menjadi kesengsaraan, neraka. 
IX 
CUACA DAN EMPAT KESUNYATAAN MULIA (2) 
Kesunyataan kedua menyatakan bahwa penolakan ini merupakan 
mekanisme operasi 
dasar atas apa yang kita sebut sebagai ego, bahwa menolak 
kehidupan akan 
membawa penderitaan. Secara tradisional, dikatakan bahwa yang 
menjadi sebab 
dari penderitaan adalah keterikatan pada pandangan yang sempit. 
Cara lain 
untuk menerangkan hal yang sama adalah bahwa menolak keutuhan 
kita yang 
lengkap dengan segala bentuk kehidupan, menolak kenyataan bahwa 
kita berubah 
dan silih berganti seperti cuaca, bahwa kita memiliki energi 
yang sama 
seperti semua makhluk hidup, menolak semua itulah yang disebut 
dengan ego. 
Kemarin, saya mulai merasa sangat ingin tahu tentang sikap 
penolakan. Saya 
perhatikan bahwa saat saya sedang duduk dengan perasaan tidak 
enak di hati 
dan di perut --lapar, anda bisa mengatakan begitu. Saya mulai 
mengenali 
kesempatan untuk mengalami kesejatian empat unsur, merasakan 
pengalaman saat 
menjadi cuaca. Tentu saja, itu tidak membuat rasa tidak enak 
itu berlalu, 
tetapi mengenyahkan penolakan, dan bagaimanapun juga dunia itu 
kembali ada 
di sana. Ketika saya tidak menolak, saya dapat melihat dunia. 
Lalu, saya 
perhatikan bahwa saya tidak pernah menyukai sifat "cuaca" ini 
karena 
beberapa alasan dan karenanya saya menolaknya. Saat berbuat 
seperti itu, 
saya sadar, saya menciptakan kembali diri sendiri. Dalam kasus 
yang saya 
alami, mencemaskan hal-hal yang akan terjadi sangatlah tidak 
menyenangkan; 
merupakan suatu bentuk kecanduan. Sangat tidak enak juga untuk 
mabuk kembali 
kalau anda seorang alkoholik, atau harus disuntik terus kalau 
anda seorang 
pecandu narkotik, atau harus terus makan kalau anda seorang 
pecandu makan, 
atau yang lain-lain. Semua ini sangat aneh. Kita semua tahu apa 
yang 
dimaksud dengan kecanduan itu; kita terutama kecanduan pada 
"aku". 
Yang menarik lagi, ketika cuaca berubah dan energi mengalir 
dalam tubuh 
kita, sebagaimana mengaliri rumput, pohon, burung, beruang, 
tikus, samudera, 
dan karang, kita lihat bahwa kita tidak kokoh sama sekali. Jika 
kita duduk 
diam, seperti gunung Gampo Lhatse di tengah badai, jika kita 
tidak 
melindungi diri kita dari kebenaran, penuh semangat, 
pendadakan, dan 
kurangnya keyakinan sebagai bagian dari kehidupan, maka kita 
bukanlah 
makhluk terpisah yang mengharuskan segala sesuatu berlangsung 
sesuai dengan 
keinginan kita. 
Kesunyataan Mulia yang ketiga menyatakan bahwa pelenyapan 
penderitaan adalah 
dengan membiarkan berlalu keterikatan pada diri sendiri. 
"Lenyap" di sini 
maksudnya pelenyapan neraka sebagai lawan dari cuaca, lenyapnya 
penolakan, 
kegelisahan ini, perasaan terjerat dan terikat ini, berusaha 
mempertahankan 
"saya" yang besar dengan mati-matian. Ajaran mengenai kondisi 
tanpa "aku" 
kedengaran semu, tetapi sifat dari jalan itu, petunjuk ajaib 
bahwa kita 
sudah menerima semuanya, kunci emasnya adalah bagian dari 
teknik meditasi di 
mana anda mengetahui apa yang terjadi pada diri anda dan anda 
berkata pada 
diri sendiri, "Berpikir." Lalu, anda membiarkan pergi semua 
pembicaraan, 
pembentukan, diskusi, dan anda cuma ditinggalkan dalam keadaan 
duduk 
bermeditasi bersama cuaca --sifat dan energi dari cuaca itu 
sendiri. 
Barangkali anda masih memiliki perasaan aneh, perasaan licik, 
perasaan 
meledak, perasaan tenang, atau perasaan bosan, seolah-olah anda 
baru saja 
dikubur. Anda ditinggalkan dengan semua itu. Itulah kuncinya; 
menjadi tahu 
terhadap itu. Satu-satunya cara untuk mengetahui hal itu adalah 
dengan 
menyadari bahwa anda sudah pernah membicarakannya, mengubahnya 
menjadi cemas
akan minggu depan atau Oktober depan dan sisa hidupmu. Itu 
seolah-olah, 
cukup aneh, bukannya duduk di tengah api, kita malahan telah 
mengembangkan 
sarana ciptaan  sendiri ini untuk mengipasnya, membesarkan 
nyala apinya. 
Kipas bara api itu, kipas bara api itu, "Baiklah, bagaimana 
kalau saya tidak 
melakukannya, maka itu akan terjadi, kemudian ini akan terjadi, 
barangkali 
saya lebih baik menyingkirkan ini dan ini, lalu melakukan ini 
dan itu. Saya 
lebih baik menceritakan segala sesuatu tentang hal ini. Jika 
saya tidak 
memberitahukan mereka, pasti segalanya akan berantakan, kalau 
sudah begitu, 
apa yang akan terjadi kemudian? Oh, saya pikir saya lebih baik 
mati dan 
keluar dari sini. Ini sungguh menakutkan dan -." Tiba-tiba anda 
ingin 
melompat dari tempat tidur dan pergi menjerit di luar. Anda 
sudah mengipas 
bara api. Akan tetapi, pada saat tertentu anda berpikir, 
"Tunggu sebentar. 
Berpikirlah." Lalu, anda membiarkan pergi dan kembali kepada 
perasaan asal 
yang lembut yang mungkin hanya sepintas, tetapi pada dasarnya 
adalah angin, 
api, tanah, dan air. Saya tidak berbicara soal mengubah angin 
topan menjadi 
tenang. Saya berbicara soal menyadari kondisi ketopanan, atau 
untuk hari 
yang cerah, kecerahan. Saya tidak berbicara soal mengubah 
kobaran kebakaran 
hutan menjadi api kecil yang ada di perapian, atau menjadi api 
masak di 
bawah panci anda. Saya cuma mengatakan bahwa jika ada kebakaran 
hutan, 
jangan menolak kekuatan seperti itu --itulah anda. Jika keadaan 
tenang dan 
hangat, jangan menolaknya atau bersarang di dalamnya. Saya 
tidak berbicara 
tentang mengubah gempa bumi menjadi taman bunga yang rapi. Jika 
ada gempa 
bumi, biarkan tanah bergetar dan terbelah, dan jika kebun 
berbunga-bunga, 
biarkanlah juga. Saya berbicara tentang sikap tidak melawan, 
tidak melekat, 
tidak terikat pada harapan ataupun rasa takut, pada kebaikan 
ataupun 
kejahatan, melainkan hiduplah secara utuh. 
Intisari dari Kesunyataan keempat adalah Jalan Mulia Beruas 
Delapan. Apa pun 
yang kita lakukan --perbuatan, usaha, meditasi, pekerjaan, dan 
setiap 
tindakan kecil yang kita lakukan mulai dari saat kita lahir 
sampai saat kita 
mati-- kita dapat menggunakannya untuk membantu kita menyadari 
kesatuan dan 
kelengkapan diri kita dengan segala sesuatu. Kita bisa 
menggunakan hidup 
kita, dengan kata lain untuk tiba pada kenyataan bahwa kita 
tidak terpisah: 
energi yang membuat kita hidup, menjadi utuh dan sadar, adalah 
energi yang 
menciptakan segalanya, dan kita adalah bagian dari itu. Kita 
bisa 
menggunakan hidup kita untuk berhubungan dengannya, atau kita 
bisa 
menggunakannya untuk menjadi resah, bersikap menolak, marah, 
keji, seperti 
yang selalu terjadi. Semuanya terserah pada kita. 

TIDAK TERLALU KETAT, TIDAK TERLALU LONGGAR (1) 
Hari ini kita akan membahas tentang cara menemukan keseimbangan 
hidup. 
Apabila segala sesuatu sudah dikatakan dan dilakukan, apakah 
yang dimaksud 
dengan jalan tengah itu? 
Jalan tengah saya dan jalan tengah anda bukanlah jalan tengah 
yang sama. 
Misalnya, pembawaan saya adalah santai, tenang, dan mengacu 
pada masa lalu.
Bagi saya, yang biasanya dinilai pekerjaan ketat masih cukup 
santai 
dilaksanakan karena saya melakukannya dengan santai. Jadi, 
pekerjaan yang 
menuntut disiplin cocok untuk saya. Pekerjaan semacam itu 
membantu saya 
menemukan jalan tengah saya. Pekerjaan yang sangat santai tidak 
begitu 
sesuai bagi saya karena tidak mengarahkan saya pada 
keseimbangan diri. Akan 
tetapi, barangkali anda lebih militan, bertindak tepat ke 
sasaran, dan 
langsung. Mungkin anda cenderung keras. Akan mudah bagi anda 
untuk menjalani 
pekerjaan yang keras, tetapi mungkin pekerjaan seperti itu 
terlalu kasar dan 
kaku, jadi anda perlu mencari-cari metode untuk melaksanakannya 
dengan cara 
yang santai dan longgar. Setiap orang berbeda-beda. Setiap 
orang mempunyai 
jalan tengah yang berbeda-beda; setiap orang berlatih untuk 
menemukan 
keseimbangannya sendiri, bagaimana agar tidak terlalu ketat 
atau terlalu 
longgar. Tidak ada orang lain yang bisa memberitahukan anda. 
Anda harus 
menemukannya sendiri. 
Dalam sebuah syair di "Pikiran Pertama, Pikiran Terbaik", 
Trungpa Rinpoche 
mengatakan, "Agama Buddha tidak memberitahu anda apa yang benar 
dan salah, 
tetapi mendorong anda untuk menemukannya sendiri." Belajar 
untuk tidak 
terlalu ketat atau terlalu longgar merupakan usaha pribadi 
untuk menemukan 
cara mendapatkan keseimbangan anda sendiri: bagaimana menjadi 
santai kala 
anda terlihat terlalu tegang; bagaimana menjadi lebih serius 
dan teliti kala 
anda terlihat terlalu santai. 
Kelihatannya, sudah menjadi pengalaman yang umum untuk 
mengikuti pandangan 
yang ekstrim; kita jarang memakai jalan tengah. Misalnya saja, 
kita pergi ke 
dathun dan duduk berlatih. Beberapa hari kemudian, kita 
berpikir, "Saya akan 
melakukan ini dengan sempurna," dan kita pun berlatih dengan 
ulet untuk 
bermeditasi dengan benar, berjalan dengan benar, bernafas 
dengan benar, 
menjaga ketenangan, melakukan segala-galanya. Kita benar-benar 
berusaha 
keras; kita mempunyai maksud yang akan dicapai. Lalu, pada saat 
tertentu, 
kita mengatakan, "Oh, alangkah bodohnya! Apa yang sedang saya 
lakukan?" 
Lalu, kita mungkin meninggalkannya sama sekali dan beralih ke 
usaha ekstrim 
yang lain --"Saya tidak boleh mundur.". Unsur humor dan 
keindahan latihan 
adalah bahwa beralih dari suatu usaha ekstrim ke  yang lain 
tidaklah 
dianggap sebagai suatu rintangan; kadang-kadang kita seperti 
sersan yang 
keras, kadang-kadang seperti kentang rebus. Pada dasarnya, 
sekali kita 
memiliki rasa ingin tahu yang menyenangkan mengenai segala hal, 
informasi 
tentang apa pun, kumpulkan informasi yang kita perlukan untuk 
menemukan 
keseimbangan kita sendiri. 
Anda sedang duduk di suatu tempat dan sekonyong-konyong anda 
melihat diri 
anda sebagai seorang diktator Amerika Selatan, lalu anda 
berpikir, "Ini 
menggelikan." Anda ingat kembali petunjuk untuk menjadi ringan, 
lembut, dan 
halus. Lalu, rasa lucu atau pengertian; suatu jenis kelembutan 
muncul. Di 
waktu lain, anda duduk di sana, memperhatikan kuku jari, 
menggaruk telinga, 
memain-mainkan jari kaki, mengorek hidung, dan melihat Gary 
Larson sedang 
menggambar kartun diri anda. Anda berpikir, "Yah, anda tahu, 
saya bisa 
sedikit lebih teliti di sini." Humor merupakan pendekatan yang 
jauh lebih 
efektif daripada melakukan latihan anda dengan keras. 
Pada tahun 1979, di Seminari Vajradhatu, sebuah program tiga 
bulan untuk 
murid-murid berbakat yang tertarik mengikuti latihan sistematis 
mempelajari 
ketiga yana atau wahana (Hinayana, Mahayana, dan Vajrayana) 
dari agama 
Buddha Tibet, Trungpa Rinpoche memberikan beberapa ajaran yang 
tepat dan 
cerah, yang memberi semangat pada banyak orang. Selama 
bertahun-tahun, kami 
sudah menerima ajaran langsung tentang latihan shamatha 
(perhatian); 
ajaran-ajaran yang baru ini --sembilan cara untuk menenangkan 
pikiran-- 
membuat latihan menjadi lebih jelas dan lebih tepat karena 
latihan itu lebih 
menjelaskan kepada kita bagaimana untuk maju. Gagasan dasar 
dari 
latihan-latihan ini adalah menemukan keseimbangan anda sendiri, 
di antara 
kondisi tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Saya 
akan membahasnya 
sekarang, ajaran-ajaran itu sangat membantu. 
Pertama-tama, jangan menganggap sembilan jalan ini saling 
berhubungan, 
walaupun yang terakhir lebih terlihat bersifat hasil dari 
jalan-jalan yang 
lain. Jalan-jalan itu tidak untuk dianggap sebagai tahap 
pertama sampai 
kesembilan, melainkan cuma sembilan saran terpisah, sembilan 
kiat 
berbeda-beda yang bermanfaat tentang cara mengistirahatkan 
pikiran anda 
dalam keadaannya yang wajar --bagaimana menjaga pikiran anda 
untuk tidak 
menuju suatu pandangan ekstrim atau yang lain. Anda boleh 
mengatakan bahwa 
ini ada petunjuk-petunjuk tentang cara menemukan apa sebenarnya 
keadaan yang 
wajar itu. Apakah keseimbangan itu? Bagaimanakah ketenangan 
itu? Kita semua 
ingin mengetahuinya. Petunjuk dasarnya adalah melihat apa yang 
terlalu ketat 
dan yang terlalu longgar untuk anda, dan anda akan 
menemukannya. Daripada 
mencoba untuk berdiam diri di tengah-tengah, carilah mana yang 
terlalu ketat 
dan yang terlalu longgar, maka anda akan menemukan jalan tengah 
anda 
sendiri. 
Sembilan jalan ini punya nama yang lucu; semuanya terdengar 
mirip dengan 
sedikit perbedaan. Yang pertama disebut beristirahat, yang 
kedua 
beristirahat terus-menerus, yang ketiga disebut beristirahat 
dengan konyol, 
yang keempat beristirahat sepenuhnya, dan seterusnya. 

TIDAK TERLALU KETAT, TIDAK TERLALU LONGGAR (2) 
Yang pertama adalah "mengistirahatkan pikiran". Kita sudah 
diajari untuk 
"memusatkan perhatian pada nafas". Walaupun ada warna-warni 
lain, suara 
lain, meskipun telinga, hidung, mulut, dan indera perasa anda 
masih ada dan 
tidak satu pun yang lenyap, saat anda duduk bermeditasi, 
bagaimanapun juga 
anda membatasi perhatian pada nafas yang keluar. Barangkali 
kata "membatasi" 
kurang cocok. Anda memberikan bagian terbesar dari perhatian 
anda, bagian 
terbesar kewaspadaan anda, pada nafas yang keluar. Di awal 
setiap bagian, 
ada unsur penyederhanaan hanya sampai pada nafas. Instruksi 
yang diberikan 
bukan "mengenyahkan semua yang lain". Di sini, tetap ada dua 
puluh lima 
persen perhatian. Namun, penting diperhatikan bahwa setiap kali 
anda 
memulai, anda ingat apa yang sedang anda lakukan: anda 
menyederhanakan 
perhatian pada nafas. Perhatian anda cukup terpusatkan dengan 
cara seperti 
itu. Anda dapat melakukan hal ini setiap kali anda duduk. Anda 
mungkin 
terjebak sepenuhnya pada waktu itu, dan jika ini terjadi, anda 
bisa 
berhenti, beristirahat, dan memulai lagi, suatu permulaan yang 
segar. 
Senantiasa memulai dengan penekanan utama pada nafas. 
Dalam instruksi kedua, "beristirahat terus-menerus", anda 
didorong untuk 
memperpanjang perasaan menyatu sepenuhnya dengan nafas. 
Kadang-kadang, 
perasaan itu cuma sekejap, dan selanjutnya lebih halus. Akan 
tetapi, 
kadang-kadang ini berlangsung cukup wajar sehingga anda dapat 
memperpanjang 
usaha merasakan nafas yang keluar, perasaan menyatu sepenuhnya 
dengan nafas. 
Instruksi untuk terus-menerus beristirahat adalah untuk melatih 
diri anda 
agar tidak terusik oleh segala hal yang sepele, melainkan tetap 
pada nafas. 
Jadi, instruksi pertama adalah sesuatu yang dapat anda lakukan, 
dan yang 
kedua adalah sesuatu yang condong menjadi sikap dan suatu 
pengalaman yang 
terbentuk: anda tidak tertarik oleh suara apa pun, tidak 
terusik oleh 
pandangan apa pun, tidak hanyut seluruhnya dalam pergerakan 
pikiran anda. 
Anda mampu memperpanjang meditasi di saat sekarang, sepenuhnya 
berada di 
sini, cuma bernafas. 
Yang ketiga adalah "beristirahat dengan konyol", kadang-kadang 
disebut juga 
"beristirahat  sebagaimana biasa". Instruksi ini ada 
hubungannya dengan 
mengambil suatu sikap yang konyol, sikap kekanak-kanakan 
terhadap latihan 
anda, membuatnya menjadi sangat sederhana. Ini artinya tidak 
bersikap penuh 
konsep dan pemikiran intelektual terhadap instruksi shamatha 
vipashyana. 
Demikian disebutkan, "Ketika pikiran engkau mengembara, apa pun 
yang 
dipikirkannya, kembali sajalah." Biasanya, kita tidak segera 
kembali; juga 
tidak memperhatikan sekalipun bahwa kita sedang berpikir, lalu 
kita kembali, 
atau kita sangat keras dan bersifat menghakimi. Jadi, 
beristirahat dengan 
konyol menyarankan, "Kembali sajalah." Tatkala Trungpa Rinpoche 
membahas hal 
ini, ia menggunakan contoh menyuapi bayi. Anda sedang berusaha 
memasukkan 
sendok ke dalam mulut bayi, dan perhatian bayi itu merayap ke 
mana-mana. 
Anda cukup mengatakan, "Lihat! Itu burung!" Dan perhatian bayi 
itu kembali 
lagi, lalu anda memasukkan sendok ke dalam mulutnya. Sangat 
sederhana, bayi 
itu tidak akan mengatakan, "Oh, bayi nakal! Saya sedang 
berpikir." Bayi itu 
hanya berkata, "Makanan!" dan ia pun kembali. Saya bisa 
memberikan contoh 
yang lain. Anda sedang menggosok gigi dan perhatian anda 
berkeliaran ke 
mana-mana. Secara mendadak, anda ingat bahwa anda sedang 
berdiri di sana 
dengan busa odol memenuhi  mulut anda, walaupun anda baru saja 
kembali dari 
perjalanan ke Los Angeles. Anda hanya kembali menggosok gigi; 
tidak ada yang 
luar biasa. Itulah beristirahat dengan konyol. 
Yang keempat dari sembilan jalan tersebut adalah "beristirahat 
sepenuhnya". 
Petunjuk yang diberikan di sini adalah membiarkan diri anda 
terdiam, 
membiarkan pikiran anda tenang. Jika anda merasakan pekerjaan 
anda telah 
santai dan gampang,  dan tidak ada film tiga dimensi yang 
sedang 
berlangsung, maka cobalah menangkap setiap kedipan pikiran, 
kedipan pikiran 
yang paling kecil sekalipun. Contoh yang telah diberikan adalah 
bahwa 
kadang-kadang pikiran anda seperti seekor kutu yang 
meloncat-loncat di ujung 
hidung anda, sementara di lain waktu kutu itu bagaikan seekor 
gajah yang 
duduk di atas tubuh anda. Instruksinya adalah bahwa anda harus 
berusaha 
menangkap kedipan kecil pikiran itu. Dalam latihan, anda akan 
tahu kapan 
anda sedang merasa diam seperti itu, dan kapan anda bisa 
mencoba berlatih 
dengan cara seperti itu. Anda juga kadang-kadang menemukan 
bahwa ini muncul 
secara tidak terduga dalam diri anda, dan begitulah adanya. 
Yang kelima disebut "menjinakkan pikiran". Ini ada kaitannya 
dengan 
pentingnya suatu sikap dasar keramah-tamahan. Kadangkala, saat 
pikiran-pikiran kita bagaikan kutu-kutu yang berlompat-lompat 
di hidung 
kita, kita cuma melihat kedipan-kedipan kecil pikiran itu, 
seperti 
riak-riak, yang mungkin saja memiliki sifat yang sangat 
membebaskan. Untuk 
pertama kali, anda barangkali merasakan, "Ya ampun, alangkah 
luasnya dunia 
ini, mengapa itu terus-menerus ada di sini saja." Di waktu yang 
lain, 
seolah-olah ada gajah besar duduk di atas kepala anda, atau 
anda sedang 
memutar film porno yang anda perankan sendiri, atau film perang 
anda 
sendiri, dalam peralatan audiovisual yang canggih. Penting 
untuk diingat 
bahwa meditasi tidak memihak pada gajah daripada kutu, atau 
sebaliknya. 
Meditasi hanyalah suatu proses melihat apa adanya, 
memperhatikannya, 
menerimanya, dan lalu meneruskan hidup, dalam istilah 
teknisnya, kembali 
kepada kesederhanaan saat ini, kesederhanaan nafas yang keluar. 
Apakah anda
terperangkap seluruhnya dalam pikiran-pikiran yang mengganggu 
selama 
bermeditasi atau anda merasakan keluasan ruang, anda bisa 
memperlakukan 
kedua-duanya dengan kelembutan dan perasaan hidup, sadar atas 
siapa diri 
anda. Jadi, sikap menjinakkan ini mengajarkan bahwa meditasi 
berarti 
mengembangkan suatu sikap non-agresif terhadap apa pun yang 
muncul di dalam 
pikiran anda. Cara ini mengajarkan bahwa meditasi bukan 
menganggap anda 
sebagai rintangan bagi diri anda sendiri; sebenarnya, yang 
terjadi adalah sebaliknya. 

TIDAK TERLALU KETAT, TIDAK TERLALU LONGGAR (3) 
Yang keenam, "mendamaikan", merupakan instruksi lebih lanjut 
tentang 
bagaimana berhubungan dengan negativitas. Menjinakkan pada 
dasarnya 
memberikan wawasan, yang begitu penting, bahwa meditasi adalah 
mengembangkan 
sikap non-agresif dan suatu hubungan yang baik dengan diri kita 
sendiri. 
"Mendamaikan" mengakui bahwa kita sudah benar-benar melibatkan 
diri sendiri 
dalam latihan. Pada waktu kita antusias terhadap latihan dan 
memberikan 
seluruh diri kita padanya, sesuatu yang aneh selalu terjadi: 
Kita bosan, 
muak, dan menjadi kecil hati. Kita bisa mengatakan, "Aku tidak 
mau lagi 
melakukannya", lalu mengepak baju-baju kita, melepaskan diri 
dari kegiatan 
itu, atau pergi mendayung sampan atau makan sepuasnya dan 
"tidur sekarang 
juga". Mendamaikan adalah ajaran yang banyak mengandung nilai 
humor di 
dalamnya. Ajaran ini tahu apa yang kita inginkan darinya (dan 
tentu saja, 
karena ajaran ini sendiri sudah berumur lebih dari dua ribu 
tahun). Bunyinya 
seperti ini, "Pertama-tama, kenali bahwa perasaan merendah 
mengiringi 
latihan yang baik, bahwa ini adalah pengalaman seseorang yang 
terlibat 
sepenuhnya dan sudah memulai perjalanan, dan tenangkanlah 
dirimu. Waktu itu 
terjadi, lihatlah bahwa ada sedikit humor di situ, berbicaralah 
pada diri 
anda, doronglah diri anda." Anda bisa berkata, "Oh! Ia datang 
lagi! Saya 
pikir saya sudah menyingkirkannya, tetapi ini dia. Alamak! Saya 
belum pernah 
mengalami hal seperti ini, tetapi inilah yang sedang ia 
bicarakan." Anda 
bisa benar-benar berbicara pada diri anda sendiri tentang 
betapa mulianya 
kehidupan kita sebagai manusia ini dan betapa tidak pasti umur 
kita, serta 
menyadari berharga dan langkanya kesempatan untuk mampu 
bersahabat dengan 
diri anda sendiri dengan utuh dan sepenuhnya. Anda bisa duduk 
dengan hening 
bersama diri anda, melihat siapa diri anda, dan dengan cara 
yang lembut 
serta tepat, teruslah menyatu dengan diri anda, belajar 
bagaimana mengenali 
sepenuhnya siapa diri anda dan lepaskan kecenderungan untuk 
terikat dan 
terjerat. Jadi, mendamaikan adalah menyadari kondisi umat 
manusia dengan 
penuh kehangatan, penuh simpati, dan menghargai kelangkaan dan 
kemuliaan 
kemampuan berlatih dan bersahabat dengan diri anda sendiri. 
Anda juga dapat 
menyadari bahwa di waktu seperti ini, di saat muncul begitu 
banyak 
kekacauan, krisis, dan penderitaan di dunia ini, kita 
benar-benar 
diperlukan. Individu-individu yang mau bangkit dan bersahabat 
dengan diri 
mereka sendiri akan sangat bermanfaat karena mereka bisa 
bekerjasama dengan 
orang lain, mereka bisa mendengar apa yang dikatakan orang lain 
pada mereka, 
dan mereka bisa bersikap tulus dan berguna bagi pihak lain. 
Jadi, anda dapat 
mendorong diri anda dengan cara seperti itu, yang disebut 
dengan 
mendamaikan. 
"Mendamaikan sepenuhnya", jalan ketujuh, memberikan instruksi 
khusus 
mengenai rintangan dan halangan. Jalan ini berbicara soal 
nafsu, agresi, dan 
ketidaktahuan, yang kita anggap sebagai rintangan bagi latihan. 
Di sini, 
dikatakan bahwa jika anda sedang mengalami rintangan ekstrim 
dalam latihan, 
pertama-tama anda dapat mengulangi permulaan yang segar, lalu 
memberikan 
tekanan pada sifat segar, berangin, dan kesejukan dalam nafas 
anda. Anda 
sudah mempelajari teknik meditasi, anda telah mengambil posisi 
tubuh yang 
baik, mempunyai objek meditasi dan segala macam sarana, namun 
jika agresi 
menunjukkan cengkeramannya pada diri anda dan anda tidak mampu 
membiarkan 
berlalu pikiran-pikiran yang gelisah, pahit, dan amarah itu, 
anda harus 
memberikan penekanan pada sifat nafas keluar yang berangin, 
sejuk, dan segar 
yang membantu anda berhubungan dengan kesegaran dan kelapangan. 
Jika nafsu yang telah mengikat anda --anda tidak mampu berhenti 
memikirkan 
orang atau benda yang begitu anda inginkan-- maka instruksi 
yang diberikan, 
cukup menarik juga, adalah kembali kepada tubuh anda, berikan 
perhatian pada 
postur tubuh. Lawan dari jeratan nafsu, begitu menginginkan 
sesuatu sehingga 
terasa menyakitkan, adalah postur tubuh anda. Cukup anda 
rasakan tangan anda 
di atas paha dan rasakan pinggul anda di atas bantal. Anda 
bahkan bisa 
secara mental menjelajahi seluruh tubuh anda, mulai dari kepala 
hingga ke 
bawah. Kembalilah pada tubuh anda untuk menaklukkan diri anda. 
Lawan dari ketidaktahuan atau rasa kantuk adalah berhubungan 
dengan ruang 
lapang, berkebalikan dari lawan untuk nafsu yang berhubungan 
dengan tubuh. 
Jika ketidaktahuan atau rasa kantuk adalah masalahnya, anda 
dapat merasakan 
nafas yang melenyap ke ruang bebas; anda bisa merasakan tubuh 
anda sedang 
duduk di sini dengan ruang yang luas di sekeliling, semua ruang 
di luar 
biara dan semua ruang di seluruh Pulau Cape Breton: banyak 
sekali ruang. 
Anda berhubungan dengan ruang besar untuk membangunkan diri 
anda, untuk 
menyinari segalanya. Daripada  membiarkan kelopak mata turun, 
anda dapat 
menajamkan pandangan tanpa perlu terbelalak ke segala arah. 
Jalan yang kedelapan, "satu titik pusat", mempunyai dua bagian, 
penekanan 
utama diberikan pada perhatian atas permulaan yang segar. Jika 
pikiran anda 
terjerat sepenuhnya dan membuat anda kebingungan, anda bisa 
berhenti 
berlatih sama sekali. Lepaskan semua pikiran. Berikan 
kesempatan 
beristirahat untuk diri anda. Untuk sesaat, jangan berlatih, 
jaga posisi 
tubuh anda agar tidak terlalu lepas kendali, tetapi sebaliknya 
biarkan 
pikiran anda santai dan memikirkan berbagai hal atau bersikap 
waspada. 
Santai, lalu mulailah dengan suasana segar. Bagian kedua dari 
ajaran ini 
adalah menyadari bahwa anda bukan korban dari apa pun, dan 
bukan pula pasien 
yang harus disembuhkan oleh para dokter. Anda benar-benar 
waras, sehat, 
santun, pada dasarnya orang yang baik, dan anda dapat menemukan 
keseimbangan 
sendiri. Awal yang segar ini, tidak hanya dapat diterapkan 
dalam meditasi 
formal, melainkan pada seluruh hidup anda. Ajaran ini, berpusat 
pada satu 
titik, mempunyai arti bahwa anda dapat benar-benar hadir di 
sini. Jika anda 
melihat diri anda tergoda, anda cukup berbalik kembali, bangun, 
dan mulai 
lagi dengan segar. Terdapat banyak cara untuk melakukan segala 
yang hendak 
anda kerjakan, dan banyak cara untuk menjadi siapa yang anda 
inginkan. Anda 
tidak perlu merasa sebagai korban dari pikiran anda sendiri. 
Yang terakhir dari sembilan jalan ialah "beristirahat dengan 
seimbang".. Ini 
kadang-kadang juga disebut absorpsi (penyerapan). Namun, 
Rinpoche dengan 
sangat jelas menyatakan bahwa ini bukan sejenis absorpsi yang 
melarang 
segala sesuatu keluar. "Beristirahat dengan seimbang" cuma 
menekankan sikap 
dasar bahwa meditasi adalah untuk mengembangkan persahabatan 
yang 
benar-benar tulus dengan diri kita sendiri. Ada syair kuno yang 
mengiringi 
ajaran ini, bunyinya demikian, "Seperti angsa berenang di danau 
dan ular merayap di dalam tanah, anda dapat membiarkan pikiran berada dalam keadaan alaminya." 
XI 
PELEPASAN (1) 
Pada waktu orang menyatakan berlindung melalui upacara resmi 
menjadi seorang 
umat Buddha, mereka menerima sebuah nama yang mencirikan jalan 
utama mereka, 
bagaimana mereka harus berlatih, wahana utama mereka. Saya 
sudah perhatikan 
bahwa tatkala orang memperoleh nama "Pelepasan", mereka tidak 
menyukainya. 
Nama itu membuat mereka merasa sengsara; mereka merasa 
seolah-olah diberi 
nama "Kamar Siksa", atau barangkali "Kamar Siksa untuk 
Pencerahan". Pada 
umumnya, orang juga tidak menyukai nama "Disiplin". Akan 
tetapi, semuanya 
tergantung pada cara anda memandang. Pelepasan tidak perlu 
dianggap negatif. 
Saya diajarkan bahwa itu ada hubungannya dengan sikap tidak 
terikat. Yang 
dilepaskan atau ditinggalkan adalah ketertutupan pada 
kehidupan. Anda bisa 
mengatakan bahwa pelepasan sama dengan terbuka terhadap ajaran 
saat ini. 
Barangkali baik untuk memikirkan dasar dari pelepasan ini 
sebagai diri kita 
dulu yang baik, kesantunan, dan rasa humor kita yang mendasar. 
Dalam ajaran 
agama Buddha dan dalam ajaran-ajaran Shambhala, juga dalam 
ajaran-ajaran 
berbagai aliran mistik atau perenungan yang lain, pandangan 
dasarnya adalah 
bahwa manusia pada dasarnya baik dan sehat. Demikian pula 
setiap orang lahir 
dengan hak yang sama, yakni potensi bagi kehangatan hati dan 
kejernihan 
pikiran. Pelepasan berarti sadar bahwa kita sudah memiliki 
semua yang kita 
perlukan, bahwa apa yang sudah kita miliki adalah baik. Dalam 
setiap saat, 
terkandung energi yang tidak terhitung jumlahnya, dan kita 
dapat berhubungan 
dengan itu. 
Saya baru-baru ini mengunjungi ruang praktek seorang dokter 
yang di 
dindingnya tergantung sebuah poster bergambar seorang perempuan 
tua Indian 
sedang berjalan sambil menuntun seorang anak kecil. Kata-kata 
dalam gambar 
itu berbunyi, "Musim datang dan pergi, musim panas mengikuti 
musim semi, dan 
musim rontok mengikuti musim panas, dan musim dingin datang 
setelah musim 
rontok, dan umat manusia lahir dan menjadi dewasa, menjadi tua 
dan mati, dan 
semuanya memiliki siklusnya masing-masing. Siang mengikuti 
malam, dan malam 
mengikuti siang. Alangkah baiknya menjadi bagian dari semua 
ini." Ketika 
anda mulai memiliki kepercayaan seperti itu terhadap 
kreativitas, 
keterusterangan, dan keteguhan hati mendasar seperti itu, dalam 
sifat aktif 
diri dan dunia anda, anda bisa mulai memahami pelepasan. 
Trungpa Rinpoche suatu kali berkata, "Pelepasan adalah 
menyadari bahwa 
nostalgia pada samsara* sungguh menjijikkan." Pelepasan adalah 
menyadari 
bahwa nostalgia kita yang menginginkan untuk tinggal dalam 
dunia yang 
terlindung, terbatas, dan penuh iba adalah tidak waras. Sekali 
anda 
merasakan betapa besarnya dunia dan betapa luasnya potensi kita 
untuk 
menyelami kehidupan, anda benar-benar memahami pelepasan. Saat 
kita duduk 
bermeditasi, kita merasakan nafas yang keluar, dan kita 
bertekad untuk 
terbuka pada saat ini. Lalu, pikiran kita berkeliaran ke semua 
jenis cerita, 
khayalan, dan realita yang dibuat-buat, dan kita berkata pada 
diri sendiri, 
"Itu adalah berpikir." Kita mengatakannya dengan penuh 
kelembutan dan 
ketelitian. Saat kita siap melepaskan kisah-kisah itu dan saat 
kita siap 
melepaskan di ujung nafas keluar adalah pelepasan yang 
mendasar: belajar 
melepaskan keterikatan. 
Air sungai mengalir deras ke bawah gunung dan lalu tiba-tiba 
dibendung oleh 
balok-balok dan pohon-pohon besar. Air itu tidak bisa lagi 
mengalir ke 
mana-mana walaupun mempunyai kekuatan dan energi besar. Air itu 
tersumbat di 
sana. Itu pula yang terjadi pada kita; kita tersumbat seperti 
itu. 
Membiarkan pergi di ujung nafas keluar, membiarkan berlalu 
pikiran-pikiran 
itu, adalah seperti memindahkan salah satu halangan itu 
sehingga air bisa 
terus mengalir sehingga energi dan kekuatan hidup kita bisa 
terus mengalir 
dan bergerak maju. Kita tidak, karena takut pada sesuatu yang 
tidak 
diketahui, terpaksa menumpuk balok-balok, bendungan-bendungan 
ini, yang pada 
dasarnya menolak kehidupan dan menolak merasakan kehidupan. 
Jadi, pelepasan adalah melihat dengan jernih cara kita menolak, 
menyingkirkan, menutup diri, dan kemudian belajar bagaimana 
menjadi terbuka. 
Intinya adalah menerima apa pun yang diletakkan di atas piring 
anda, apa pun 
yang mengetuk pintu anda, apa pun yang menghubungi anda melalui 
telepon. 
Cara kita melakukan itu ada kaitannya dengan bergerak hingga ke 
ujung batas 
diri kita, yang sebenarnya adalah saat kita mengetahui makna 
pelepasan. Ada 
sebuah cerita tentang sekelompok orang yang mendaki gunung. 
Ternyata banyak 
tebing yang curam di sana dan ketika mereka telah mencapai 
ketinggian 
tertentu, beberapa orang melihat ke bawah dan langsung 
menggigil setelah 
melihat betapa curam dan tingginya gunung itu; mereka sudah 
sampai pada 
batas kemampuan mereka dan tidak mampu melampauinya lagi. Rasa 
takut itu 
begitu hebat sehingga mereka tidak sanggup bergerak. Yang lain 
terus 
mendaki, tertawa dan bercengkerama, tetapi ketika tebing yang 
akan didaki 
telah semakin curam dan tinggi, orang yang dicekam rasa takut 
juga semakin 
banyak. Sepanjang jalan ke puncak, banyak ditemui orang-orang 
yang telah 
mencapai ambang batas kemampuan mereka dan lalu membeku tidak 
bisa 
melanjutkan lebih jauh lagi. Mereka yang mencapai puncak sangat 
bahagia 
karena telah berhasil melakukannya. Inti cerita ini adalah 
bahwa tidak 
penting mempermasalahkan tempat anda menjumpai batas kemampuan 
diri anda; 
yang penting ialah bahwa anda menjumpai batas kemampuan. Hidup 
adalah 
perjalanan panjang proses penjumpaan batas diri anda, 
terus-menerus. Di 
sanalah anda ditantang; di saat itulah, jika anda seorang yang 
ingin hidup, 
anda mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Sekarang, 
mengapa saya 
merasa takut sekali? Apa yang tidak ingin saya lihat itu? 
Mengapa saya tidak 
mampu bergerak lebih jauh dari sini?" Orang-orang yang sampai 
ke puncak 
bukanlah pahlawan. Mereka cuma tidak takut pada ketinggian; 
mereka akan 
bertemu dengan batas diri mereka di tempat lain. Mereka yang 
membeku di 
bawah bukanlah pecundang. Mereka cuma berhenti lebih dulu dan 
karenanya 
pelajaran mereka datang lebih awal daripada yang lain. 
Bagaimanapun juga, 
cepat atau lambat, setiap orang akan bertemu dengan batas 
dirinya. 
------------ 
* Lingkaran beracun kehidupan --lingkaran kelahiran dan 
kematian-- yang 
muncul sebagai akibat ketidaktahuan dan dicirikan oleh 
penderitaan; dalam 
realita sehari-hari, lingkaran beracun frustasi dan penderitaan 
yang 
diakibatkan oleh karma (perbuatan). 

PELEPASAN (2) 
Ketika bermeditasi, kita sedang menciptakan suatu situasi di 
mana terdapat 
banyak ruang. Kedengarannya menyenangkan, tetapi sesungguhnya 
itu bisa 
mencengangkan karena dengan kondisi banyak ruang, anda bisa 
melihat dengan 
lebih jernih; anda sudah menanggalkan tutup wajah, penutup 
diri, pakaian 
perang, kacamata hitam, penutup telinga, berlapis-lapis sarung 
tangan, dan 
sepatu boot anda yang berat. Akhirnya anda berdiri di sana, 
menyentuh bumi, 
merasakan matahari menyinari tubuh, merasakan kecerahannya, 
mendengarkan 
semua kebisingan tanpa sesuatu yang menutup-tutupi suara itu. 
Anda lepaskan 
penyumbat hidung anda, dan mungkin anda akan mencium bau wangi 
udara segar, 
atau mungkin anda sedang berada di tengah-tengah tumpukan 
sampah atau kolom 
penampungan tinja. Oleh karena meditasi memiliki sifat 
mengantarkan anda 
dengan dekat pada diri anda sendiri dan pengalaman yang anda 
alami, anda 
cenderung berhadapan dengan batas diri anda lebih cepat. Itu 
bukan batas 
yang sebelumnya tidak ada di sana, tetapi karena segalanya 
menjadi begitu 
sederhana dan jernih, anda melihatnya dengan tepat dan jelas. 
Bagaimana anda melepaskan? Bagaimana anda melakukannya di 
tengah 
kecenderungan untuk merintangi, menggigil, dan menolak 
mengambil langkah 
berikutnya untuk maju pada sesuatu yang tidak dikenal? Jika 
batas diri anda 
seperti tembok batu yang berpintu di tengahnya, bagaimana anda 
belajar 
membuka pintu itu dan melewatinya berkali-kali  sehingga hidup 
menjadi suatu 
proses pendewasaan, menjadi lebih tidak takut dan lebih luwes, 
lebih mampu 
bermain seperti burung gagak bermain di antara tiupan angin? 
Semakin kencang anginnya, semakin senang burung gagak itu. 
Mereka menghadapi 
musim dingin dalam hidup mereka, di mana angin berhembus lebih 
kencang serta 
turun salju dan es. Mereka menantang angin. Mereka bertengger 
di puncak 
pohon dan mereka mencengkeram dahan dengan cakar dan paruhnya 
juga. 
Kadang-kadang, mereka membiarkan badan mereka melayang 
diterjang angin. Lalu 
mereka mengepak-kepakkan sayap, mereka terbang mengapung di 
angin. Tidak 
berapa lama kemudian, mereka akan kembali ke pohon dan kemudian 
memulainya 
lagi. Sungguh merupakan suatu permainan. Suatu kali, saya 
melihat mereka di 
tengah badai, saling memegang kaki temannya, lalu terjun dan 
kemudian 
terbang. Seperti sirkus saja. Binatang dan pohon-pohon di Cape 
Breton keras 
dan gagah berani, menyenangkan dan ceria; unsur-unsur alam 
telah menguatkan 
mereka. Untuk bisa bertahan di sana, mereka harus mengembangkan 
kegembiraan 
akan tantangan dan kehidupan. Seperti yang bisa anda lihat, 
semuanya 
membentuk keindahan alam dan inspirasi yang luar biasa serta 
perasaan yang 
menghidupkan. Hal yang sama terjadi pada kita. 
Jika kita memahami pelepasan dengan cara yang tepat, kita juga 
akan menjadi 
inspirasi bagi orang lain karena sifat kepahlawanan kita, sifat 
ksatria 
kita, kenyataan bahwa semua di antara kita menghadapi 
tantangannya 
masing-masing sepanjang waktu. Jika ada orang yang bekerja 
keras dengan hati 
terbuka yang penuh humor seperti seorang ksatria, jika orang 
itu 
mengembangkan sifat beraninya, setiap orang akan menanggapinya, 
karena kita 
tahu kita mampu melakukannya juga. Kita tahu bahwa orang itu 
tidak 
dilahirkan sempurna, tetapi terilhami untuk mengembangkan sifat 
ksatria, 
hati yang lembut dan jernih. 
Setiap kali anda menyadari anda telah bertemu dengan batas diri 
anda --anda 
ketakutan, membeku, dan tertahan-- anda mampu mengetahuinya 
karena anda 
cukup terbuka untuk melihat apa yang terjadi. Itupun sudah 
merupakan tanda 
hidup anda dan fakta bahwa anda sudah cukup banyak mencurahkan 
perhatian, 
bahwa anda sudah dapat melihat dengan jernih dan tepat. 
Daripada berpikir 
bahwa anda telah membuat kesalahan, anda bisa mengusai momen 
itu dan menarik 
ajarannya, atau bagaimana kita diajarkan. Anda bisa 
mendengarkan pesan itu, 
yang isinya anda mengatakan, "Tidak!" Instruksi yang diberikan 
bukanlah 
"hempaskan dan robohkan semua itu"; instruksinya adalah 
lembutkan, hubungkan 
diri anda dengan hati anda dan lahirkan suatu sikap dasar 
kemurahan hati dan 
welas asih terhadap diri anda, pengecut asli. 
Perjalanan menuju pencerahan --pengelanaan klasik ksatria 
mistik-- adalah 
perjalanan yang terus-menerus berhadapan dengan 
tantangan-tantangan besar 
dan kemudian belajar bagaimana melembutkan dan bersikap 
terbuka. Dengan kata 
lain, sifat yang melumpuhkan terlihat mengeraskan dan menolak, 
dan 
membiarkan berlalu atau melepaskan sikap itu adalah merasakan 
segala sesuatu 
dalam diri anda, membiarkannya menyentuh hati anda. Anda 
melembutkan dan 
merasa welas asih atas keadaan sulit anda dan atas keseluruhan 
kondisi umat 
manusia. Anda melembut sehingga mampu benar-benar bermeditasi 
di sana dengan 
perasaan-perasaan yang mengganggu seperti itu dan membiarkan 
perasaan-perasaan itu membuat anda lebih lembut. 
Keseluruhan perjalanan pelepasan, atau awal untuk mengatakan, 
"Ya," pada 
hidup adalah tahap pertama menyadari bahwa anda telah tiba pada 
tepi batas
diri anda, bahwa semua yang ada dalam diri anda berkata, 
"Tidak," dan lalu 
pada titik itu, melembut. Ini pun suatu kesempatan untuk 
menumbuhkan kasih 
sayang pada diri anda sendiri, yang hasilnya adalah keceriaan 
--belajar 
bermain seperti gagak di tengah tiupan angin. 
XII 
MEMBERI DAN MENERIMA (1) 
Pagi ini saya akan membicarakan tonglen, latihan memberi dan 
menerima. 
Sebagian dari kalian sudah melakukannya sebelum ini, dan 
sebagian lagi belum 
pernah melakukannya, tetapi bagaimanapun, anggaplah baru 
melakukannya untuk 
pertama kali. 
Latihan tonglen ada hubungannya dengan mengembangkan 
keberanian. Jika anda 
berlatih dengan metode ini cukup lama, anda akan merasakan hati 
anda menjadi 
lebih terbuka. Anda mulai menyadari bahwa rasa takut ada 
hubungannya dengan 
kemauan untuk melindungi hati anda; anda merasa ada yang akan 
melukai hati 
anda, dan karenanya anda melindunginya. Berulang kali, dalam 
ajaran agama 
Buddha, dalam ajaran-ajaran Shambala, dan dalam aliran manapun 
yang 
mengajari kita bagaimana hidup dengan baik, kita didorong untuk 
mengembangkan keberanian. Bagaimana kita melakukannya? Duduk 
bermeditasi 
tentu adalah salah satu caranya  karena melalui meditasi, kita 
mengenal diri 
kita sendiri dengan begitu lengkap dan penuh kelembutan. 
Saya sudah mempraktekkan meditasi shamatha selama lebih kurang 
tujuh tahun 
sebelum saya berlatih tonglen. Setelah menjalankan latihan ini, 
saya 
tercengang melihat bagaimana saya telah dengan halus 
menggunakan shamatha 
saya untuk mencoba menghindarkan diri dari terluka, mencoba
menghindari 
depresi, rasa takut,  atau perasaan-perasaan buruk apa pun. 
Pada dasarnya, 
tanpa saya sadari, saya telah secara rahasia mengharapkan bahwa 
jika saya 
melakukan latihan itu, saya  tidak merasakan sakit lagi. Ketika 
anda 
mempraktekkan tonglen, anda mengundang rasa sakit untuk datang. 
Itulah yang 
membuka mata anda, meskipun itulah shamatha sebenarnya 
--memahami 
penderitaan, memahami rasa sakit, melihat segalanya dengan 
kelembutan dan 
ketelitian, tanpa menghakimi, tanpa mendorongnya untuk menjauh, 
menjadi 
lebih terbuka padanya. Walaupun itulah yang telah kita 
praktekkan, tonglen 
menempatkannya pada satu jalur; saya sadari bahwa sebelumnya 
tidak pernah 
saya lakukan. Untuk melakukan tonglen dibutuhkan keberanian 
yang besar. 
Cukup menarik, metode ini juga memberikan semangat besar pada 
anda. Anda 
mungkin memulainya dengan setitik keberanian dan harapan besar 
untuk ingin 
terbuka terhadap dunia anda dan menolong orang lain dan diri 
anda sendiri. 
Anda tahu bahwa ini berarti bahwa anda akan menjumpai banyak 
kesukaran, 
walaupun demikian, anda bertekad untuk bisa menghadapi situasi 
apa pun dan 
menjadi orang yang berguna. Anda cuma punya sedikit sekali 
semangat, hanya 
cukup untuk melakukan tonglen, mungkin karena anda tidak tahu 
apa yang 
sedang anda masuki, namun itulah situasi hidup pada umumnya! 
Sesuatu yang 
menakjubkan kemudian terjadi. Karena kemauan keras untuk 
melakukan tonglen, 
anda menemukan, setelah beberapa lama --beberapa hari, beberapa 
bulan, atau 
beberapa tahun-- bahwa anda sekarang mempunyai semangkok penuh 
semangat 
keberanian, bahwa bagaimana pun, dengan menjalankan latihan 
itu, anda 
membangunkan hati anda dan anda hidupkan keberanian anda. Waktu 
mengatakan 
"membangunkan hati anda", saya maksudkan anda bertekad untuk 
tidak menutupi 
bagian paling lembut dari diri anda. Trungpa Rinpoche sering 
membicarakan 
kenyataan bahwa kita semua mempunyai satu titik lembut dan 
bahwa hal-hal 
negatif dan menggelisahkan muncul karena kita mencoba menutupi 
bagian lembut 
dari diri kita. Itu logika yang positif: karena anda lembut dan 
tertekanlah, 
anda melakukan semua penutupan itu. Oleh karena anda lembut dan 
mempunyai 
sejenis hati yang hangat, suatu sifat keterbukaan, untuk 
dijadikan awal, 
anda menutup-tutupinya. 
Terutama di dalam shamatha, anda melihat penutup diri anda 
dengan jelas. 
Anda lihat bagaimana anda memenjarakan hati anda. Itu saja 
sudah meringankan 
segalanya dan memberi anda suatu rasa menghargai terhadap 
pengertian dan 
barangkali rasa humor yang anda miliki. Tonglen melangkah lebih 
jauh karena 
anda memasukkan bukan hanya konflik-konflik, kebingungan, dan 
penderitaan 
anda yang tidak terpecahkan, tetapi juga yang dialami orang 
lain. Dan itu 
bahkan berlanjut lebih jauh lagi. Biasanya kita suka berusaha 
menyingkirkan 
jauh-jauh perasaan yang tidak enak, dan tatkala kita merasa 
nyaman, kita 
ingin mempertahankannya untuk selamanya. Dalam tonglen, kita 
tidak saja 
bertekad memdatangkan hal-hal yang menyakitkan, tetapi juga 
melepaskan 
perasaan yang enak, damai, dan gembira. Kita bertekad 
melepaskannya, 
membaginya dengan orang lain. Tonglen cukup berbeda dari metode 
yang umum. 
Biasanya kalau orang sedang bermeditasi dan benar-benar mulai 
berhubungan 
dengan sesuatu yang lebih agung dan merasakan inspirasi dan 
kegembiraan, 
meditasi berjalan pun tampak sebagai gangguan. Harus 
membersihkan kamar 
mandi dan berbicara dengan orang dengan sendirinya mengganggu 
rasa bahagia 
kita. Pendekatan tonglen adalah, "Jika engkau merasakannya, 
bagi-bagikanlah, 
jangan melekat padanya. Lepaskan." 
XII 
MEMBERI DAN MENERIMA (2) 
Agama Buddha Mahayana, aliran yang memunculkan visi berdasarkan 
pada 
kesunyaan, welas asih, dan pengakuan atas hakekat Buddha yang 
universal, 
berbicara tentang "bodhicitta", yang artinya "hati yang cerah" 
atau "hati 
yang bersemangat". Bodhicitta mempunyai sifat lembut, teliti, 
dan terbuka, 
mampu membiarkan sesuatu berlalu dan terbuka. Secara khusus, 
tujuan tonglen 
adalah membangkitkan dan mengembangkan bodhicitta, 
membangkitkan hati anda 
atau mengembangkan hati yang bersemangat. Ibarat menyirami 
benih yang bisa 
berbunga. Anda boleh saja merasa bahwa anda cuma memiliki 
setetes 
keberanian, atau anda merasa tidak memiliki keberanian sama 
sekali, tetapi 
Sang Buddha bersabda, "Omong kosong! Semua orang mempunyai 
bodhicitta." 
Jadi, barangkali yang ada cuma sebutir benih kecil keberanian, 
namun jika 
anda menjalankan latihan, akan sama halnya dengan menyirami 
benih yang 
kelihatan tumbuh dan mekar. Yang sesungguhnya terjadi adalah 
bahwa segala 
yang sudah ada tetapi tersembunyi untuk waktu yang lama menjadi 
terungkapkan. Melakukan tonglen membersihkan debu yang telah 
menutupi harta 
pusaka yang telah ada. 
Secara tradisional, bodhicitta diumpamakan sebagai sebutir 
berlian yang 
tertimbun oleh sepuluh ton lumpur selama dua ribu tahun. Anda 
bisa 
menemukannya kapan saja dan masih akan tetap berupa sebuah 
berlian, pusaka 
kita. Bodhicitta juga disebutkan seperti susu yang kental, 
bergizi, dan 
berpotensi menjadi mentega. Anda harus sedikit mengeluarkan 
tenaga untuk 
membuat mentega dari lemak susu, anda harus mengaduknya. Ada 
juga yang 
mengumpamakannya dengan biji wijen, yang penuh dengan minyak 
wijen. Anda 
harus sejenak menggiling untuk mendapatkan minyaknya, minyak 
itu memang 
sudah ada. Kadangkala, bodhicitta dikatakan seperti mestika 
mulia yang 
terletak di pinggir jalan, tertutup oleh kain-kain rombeng. 
Barangkali, 
orang-orang --mungkin orang sangat miskin yang hampir mati 
kelaparan-- 
berjalan melewatinya setiap hari. Yang perlu mereka lakukan 
cuma mengangkat 
kain rombeng itu, dan akan mereka temukan mestika itu. Kita 
melakukan 
tonglen agar kita tidak menjadi seperti orang buta, 
terus-menerus melewati 
permata yang telah ada di sana. Kita tidak perlu menjadi gembel 
yang hidup 
dalam kemiskinan karena tepat di dalam hati kita terdapat 
segala yang mampu 
diharapkan orang, dalam arti keterbukaan, kehangatan, dan 
kemurahan hati 
yang terbuka dan berani. Setiap orang memilikinya, tetapi tidak 
semua orang 
memiliki keberanian untuk membiarkannya matang. 
Pada saat-saat ini, dunia benar-benar membutuhkan orang-orang 
yang mau 
membiarkan hati mereka, bodhicitta mereka, untuk matang. Di 
mana-mana ada
penderitaan dan rintihan; orang-orang sedang digilas dengan 
tank, 
rumah-rumah mereka diruntuhkan, tentara-tentara mengetuki pintu 
mereka di 
tengah malam lalu membawa mereka pergi untuk disiksa, atau 
anak-anak dan 
orang-orang yang mereka cintai dibunuh. Orang-orang kelaparan. 
Ini adalah 
masa sulit. Kita yang hidup dalam kenyamanan dan sedikit 
keluhan masalah 
psikologis mempunyai tanggung jawab besar untuk membiarkan 
kemurahan hati, 
kehangatan kita, dan kemampuan kita matang, terbuka dan 
terpancar karena 
sifat ini bisa ditularkan. Pernahkah anda perhatikan bahwa jika 
anda 
memasuki ruang makan, duduk, lalu orang di sebelah anda sedang 
bersenang 
hati, maka anda tahu bahwa dia sedang bersenang hati, perasaan 
itu juga 
menyebar kepada anda, membuat Anda merasa nyaman, seolah-olah 
ia menyukai 
anda? Akan tetapi, jika anda duduk di sana dan orang di sebelah 
anda terus 
merengut dan berwajah sinis, anda akan bertanya-tanya, "Apa 
salahku?" Atau, 
"Uh, saya harus berbuat sesuatu untuk membuatnya gembira." 
Apakah anda 
sedang sakit kepala, stress, atau apa pun yang sedang terjadi 
pada diri 
anda, jika anda merasa tenteram di dunia ini, perasaan itu akan 
menular; 
bisa membuat orang lain juga rileks. Kita bisa saling berbagi 
rasa dalam hal 
ini apabila kita mau bekerja sama dengan rasa takut, rasa 
rendah diri, dan 
tekanan batin kita di pagi hari dan yang lain-lainnya. 
Melakukan shamatha adalah salah satu cara untuk menunjukkan 
kemauan anda 
untuk melihat segalanya dengan jernih tanpa menghakimi. 
Melakukan tonglen 
adalah suatu cara untuk mematangkan bodhicitta anda demi 
kebahagiaan anda 
sendiri dan orang lain. Kebahagiaan anda memancar ke luar, 
memberikan 
kesempatan kepada orang lain untuk berhubungan dengan 
kegembiraan, 
kebijakan, kemurahan hati,  dan kehangatan hati mereka sendiri. 
Inti dari latihan tonglen adalah di kala menarik nafas, anda 
bersedia 
merasakan penderitaan; anda bersedia mengakui penderitaan 
dunia. Mulai dari 
itu, anda akan mengembangkan keberanian dan tekad untuk 
merasakan bagian 
dari kondisi umat manusia itu. Anda mengambil nafas sehingga 
anda 
benar-benar bisa memahami apa yang dimaksud oleh Sang Buddha 

saat Beliau 
menyatakan tentang kebenaran mulia yang pertama ialah bahwa 
hidup ini 
penderitaan. Apa artinya itu? Dengan setiap nafas yang masuk, 
anda berusaha 
menemukan dengan mengakui kebenaran tentang penderitaan, bukan 
sebagai suatu 
kesalahan yang anda perbuat, bukan sebagai suatu hukuman, 
tetapi sebagai 
bagian dari keadaan umat manusia. Bersama setiap nafas yang 
masuk, anda gali 
ketidaknyamanan kondisi umat manusia, yang dapat diakui dan 
dirasakan, bukan 
untuk lari darinya. Tonglen meletakkannya tepat pada tempatnya. 

XII 
MEMBERI DAN MENERIMA (3) 
Intisari dari nafas yang keluar merupakan bagian lain dari 
kondisi umat 
manusia. Dengan setiap nafas yang keluar, anda terbuka. Anda 
berhubungan 
dengan perasaan gembira, baik, puas, hati yang lembut, apa saja 
yang terasa 
segar dan bersih, tenteram dan nyaman. Itulah aspek kondisi 
umat manusia 
yang kita harapkan menjadi keseluruhan dari panggung kehidupan, 
suatu 
bagian,  jika kita pada akhirnya mampu membersihkan semua 
masalah kita, yang 
akan kita rasakan sebagai menu diet sehari-hari. Daftar menunya 
akan 
berbunyi, "Hanya kebahagiaan, tanpa rasa penderitaan di sini." 
Di sana, akan 
terdapat segala sesuatu yang anda kira akan membawa kebahagiaan 
abadi, 
barangkali sedikit rasa pahit yang enak, beberapa tetes air 
mata, tetapi 
pasti tanpa kepusingan kerja, tanpa tempat-tempat suram, tanpa 
pintu WC yang 
tidak bisa anda buka, tanpa setan yang mengganggu tidur, tanpa 
pikiran-pikiran buruk, tanpa kemurkaan, tanpa keputusasaan, 
tanpa rasa 
cemburu, sama sekali tidak ada. Itulah nafas keluar, bagian 
yang anda sukai. 
Anda berhubungan dengannya, lalu menghembuskannya ke luar agar 
menyebar ke 
sekeliling dan dapat dirasakan oleh setiap orang. 
Yang perlu anda lakukan untuk menjalankan tonglen adalah 
merasakan 
penderitaan dan kebahagiaan. Bahkan walaupun anda cuma pernah 
sedetik 
merasakan sakit dalam hidup, anda bisa mempraktekkan tonglen. 
Biarpun anda 
cuma merasakan sedetik kebahagiaan dalam hidup ini, anda bisa 
melakukan 
tonglen. Itulah syarat-syaratnya. Dengan kata lain, anda harus 
merupakan 
seorang manusia biasa yang pernah merasakan sakit dan 
kesenangan, seperti 
halnya orang-orang yang lain. Namun, jika anda cuma seperti 
orang-orang yang 
lain, anda akan menghirup bagian yang baik dan menghembuskan 
bagian yang 
buruk. Kadang-kadang, itu masuk akal. Akan tetapi, cara ini, 
jalan para 
ksatria, lebih bersifat menantang; anda mengembangkan hati 
tanpa rasa takut, 
hati yang tidak tertutup dalam keadaan apa pun, selalu terbuka 
sepenuhnya 
sehingga anda bisa disentuh oleh apa pun. 
Ada sebuah lukisan klasik roda kehidupan dengan Yama, dewa 
kematian, 
memegang roda itu. Di tengah-tengah terdapat nafsu, seekor ayam 
jantan; 
agresi, seekor ular; dan kebodohan, seekor babi. Kisi-kisi roda 
membagi enam 
bagian yang disebut enam alam kehidupan. Alam terendah adalah 
alam neraka, 
alam hantu kelaparan (juga alam yang sangat menyedihkan), dan 
alam 
binatang, yang penuh dengan ketakutan dan kebodohan karena di 
alam itu anda 
mampu berhubungan hanya dengan apa yang ada di depan hidung 
anda. Alam-alam 
yang lebih tinggi adalah alam manusia, alam setengah dewa, dan 
alam dewa. Di 
setiap alam itu, berdiri seorang Buddha, yang maksudnya adalah 
diri kita 
sendiri. Kita dapat membuka hati kita menuju ke suatu titik 
sedemikian 
sehingga kita dapat  memasuki alam neraka, alam setan 
kelaparan, alam 
setengah dewa, alam dewa --ke mana pun. Kita dapat berada di 
sana dengan 
hati kita, terbuka sepenuhnya dan tanpa rasa takut. Itulah 
aspirasi 
Bodhisattva. Pada waktu kita secara resmi mengambil sumpah 
Bodhisattva, kita 
diberi latihan tonglen untuk dijalankan. Itu artinya kita 
benar-benar 
berharap untuk tidak takut menolong orang; kita sadar bahwa 
kita sendiri 
mempunyai banyak rasa takut, tetapi kita bercita-cita untuk 
membangunkan 
hati kita sepenuhnya. 
Nafas masuk, nafas keluar, dengan cara seperti yang telah saya 
jelaskan, 
merupakan suatu teknik untuk mampu bangkit  sepenuhnya, menjadi 
seperti 
Buddha di alam mana pun. Jika saja anda mulai memikirkan 
bagaimana keadaan 
di sana, anda harus berterimakasih atas keberuntungan anda 
karena tidak 
berada di sana, juga seandainya anda berada di sana, anda bisa 
tabah dengan 
hati yang terbuka. Sari dari latihan ini adalah mau berbagi 
sukacita, 
keceriaan, dan kegembiraan hidup melalui nafas yang keluar 
serta mau 
merasakan penderitaan anda dan penderitaan orang lain dengan 
sepenuh hati 
melalui nafas yang masuk. Itulah intisarinya, dan jika anda 
belum pernah 
menerima petunjuk lain, yang itu pun sudah cukup. 
XII 
MEMBERI DAN MENERIMA (4) 
Sekarang, saya berikan instruksinya. Langkah pertama disebut 
"memancarkan 
bodhicitta yang mutlak", yang berarti membuka diri. Langkah 
kedua 
berhubungan dengan sifat abstrak penderitaan, 
memvisualisasikannya sebagai 
sesuatu yang hitam, berat, dan panas, lalu menghirupnya masuk; 
juga 
berhubungan dengan sifat abstrak kebahagiaan, 
memvisualisasikannya sebagai 
sesuatu yang putih, ringan, dan sejuk, lalu menghembuskannya 
keluar. Maksud 
saya pada tingkatan ini adalah bahwa sebelum anda masuk ke 
dalam kondisi 
sebenarnya yang sulit dan liat, anda mencoba prinsip abstrak 
penderitaan dan 
kebahagiaan, menyelaraskannya dengan tarikan dan hembusan 
nafas. Langkah 
pertama hanya membuka kesempatan, kemudian anda mulai 
menggeluti latihan 
relatif --kemanusiaan, keadaan hidup kita sehari-hari-- 
menghirup nafas 
derita, menghembuskan nafas kebahagiaan ke luar, yang hitam 
masuk, yang 
putih keluar. Selanjutnya, anda sampai pada tingkatan ketiga, 
yang
sesungguhnya adalah inti latihan ini. Di sini, anda 
memvisualisasikan suatu 
situasi hidup tertentu dan menghubungkan diri dengan 
penderitaannya. Anda 
menghirupnya ke dalam, dengan sepenuh hati merasakannya. Ini 
bertentangan 
dengan pelarian. Anda benar-benar mau mengakui dan merasakan 
penderitaan --rasa sakit anda sendiri, rasa sakit sahabat anda, 
atau 
rintihan seseorang yang tidak dikenal-- dan pada nafas keluar, 
anda 
membiarkan getaran terbuka, udara segar, ke lapangan, menyebar 
ke luar. 
Dengan kata lain, andaikan saja ada seseorang dalam hidup anda 
yang tidak 
anda sukai, yang membuat anda kesal jika memikirkannya. Anda 
memutuskan 
untuk melakukan tonglen agar menjadi lebih terbuka, berani, dan 
lembut dalam 
situasi khusus itu. Jadi, anda sengaja memikirkan orang itu dan 
muncullah 
perasaan yang mengerikan itu, lalu pada waktu menghirup nafas, 
anda 
berhubungan dengan perasaan-perasaan itu --tabiatnya, 
sifatnya, dan 
bagaimana kekesalan itu berkecamuk dalam hati anda. Bukan 
berarti anda 
mencoba melukiskan perasaan-perasaan itu, anda cukup merasakan 
sakitnya. 
Kemudian kala mengeluarkan nafas, anda rileks, membiarkan 
pergi, terlepas, 
mengeluarkan semuanya. Akan tetapi, anda tidak bersenang-senang 
terlalu lama 
karena begitu menghirup nafas lagi, anda kembali merasakan 
penderitaan. Anda 
tidak benar-benar terperangkap, terhanyut, karena selanjutnya 
anda 
mengeluarkan nafas lagi --anda merasa lepas, rileks, dan 
kemudian lapang 
kembali. Mungkin anda ingin melekat pada kegembiraan itu, 
tetapi kemudian 
anda menghirup nafas kembali. Mungkin anda mau terus berada 
dalam perasaan 
sakit itu, tetapi kemudian anda menghembuskan nafas kembali. 
Sama halnya 
dengan anda sedang belajar menyentuh dan kemudian meninggalkan 
--anda 
sentuh, dan lalu melepaskan kembali. Anda tidak lebih menyukai 
rasa sakit 
daripada kegembiraan, atau kegembiraan daripada rasa sakit; 
anda terus maju 
dan mundur. 
Setelah berlatih dengan obyek tertentu itu untuk beberapa lama 
serta anda 
menghubungkan diri dengan rasa sakit dan kemampuan untuk 
terbuka dan 
melepaskan, maka anda berlatih selangkah lebih jauh --anda 
melakukannya 
untuk semua makhluk hidup. Inilah titik kunci latihan tonglen; 
pengalaman 
anda akan kegembiraan dan penderitaan menjadi jalan bagi anda 
untuk 
mengenali pertautan anda dengan semua makhluk hidup, cara anda 
berbagi 
penderitaan dan kegembiraan dengan setiap orang yang pernah 
hidup, setiap 
orang yang masih hidup, dan setiap orang yang akan hidup nanti. 
Anda 
mengetahui rasa tidak enak yang anda alami setiap kali 
memikirkan orang 
tertentu adalah sesuatu yang juga dirasakan semua umat manusia, 
demikian 
pula kegembiraan yang anda rasakan, kemampuan untuk terbuka dan 
membiarkan 
berlalu, merupakan hak asasi orang lain. Anda menghirup rasa 
sakit yang 
sama, tetapi sekarang anda berpikir, "Biarlah saya merasakannya 
agar setiap 
orang dalam dunia ini tidak perlu lagi merasakannya." Dengan 
kata lain, hal 
itu menjadi bermanfaat. "Saya sengsara, saya tertekan. Baiklah. 
Biarkan saya 
merasakan sepenuhnya sehingga tidak ada lagi orang lain yang 
merasakannya, 
agar orang lain dapat terbebas darinya." Hal itu mulai 
membangunkan hati 
anda karena anda memiliki tekad untuk berkata, "Rasa sakit ini 
bisa 
bermanfaat untuk orang lain karena saya menjadi cukup berani 
untuk 
menghirupnya sehingga orang lain tidak perlu lagi 
merasakannya." Kala nafas 
dikeluarkan, anda mengatakan, "Sekarang, saya akan mengeluarkan 
semua yang 
baik yang pernah saya rasakan, setiap rasa humor, pengalaman 
menikmati 
matahari terbit dan terbenam, setiap kegembiraan di dunia ini, 
agar setiap 
orang dapat berbagi rasa dan mengalaminya juga." 
Jadi sekali lagi, langkah pertama adalah memancarkan rasa 
keterbukaan dan 
kelapangan hati, langkah kedua ialah bekerja keras agar "hitam 
masuk dan 
putih keluar", langkah ketiga ialah menghubungkan diri dengan 
sesuatu yang 
sangat nyata dalam kehidupan kita, dan langkah keempat ialah 
menyebarluaskannya ke luar dan bertekad untuk melakukannya demi 
semua 
makhluk hidup. 
Ada peristiwa menarik setiap kali saya memberikan instruksi 
tonglen: 
orang-orang mulai tertidur. Sulit untuk mendengar sesuatu yang 
seberat ini. 
Saya belum pernah memberikan instruksi tonglen tanpa paling 
sedikit tiga 
orang yang beranjak meninggalkan ruangan, dan yang lainnya 
barangkali merasa 
sangat bosan. Dengan pola yang sama, tatkala anda benar-benar 
mulai 
menjalankan latihan tonglen, anda mungkin akan sering 
ketiduran. Jangan 
anggap itu sebagai rintangan. Latihan ini tetap akan 
memperkenalkan kepada 
anda gagasan bahwa anda dapat merasakan baik penderitaan maupun 
kegembiraan --bahwa keduanya adalah bagian dari umat manusia. 
Jika orang 
berkemauan walaupun cuma satu detik saja setiap hari untuk 
bertekad 
memanfaatkan rasa sakit dari kegembiraan mereka untuk membantu 
orang lain,
mereka sebenarnya mampu melakukannya dengan lebih daripada itu. 
Dengan 
semakin beraninya anda, bodhicitta anda pun akan matang sejalan 
dengan 
langkah hidup anda, yang akan bermanfaat besar bagi orang lain. 
XIII 
PERNYATAAN BERLINDUNG (1) 
Hari ini saya akan berbicara tentang perlindungan pada Tiga 
Mestika --Buddha, Dharma, dan Sangha-- dan apa maknanya yang 
sebenarnya. 
Tatkala masih bayi yang tidak berdaya, kita bergantung 
sepenuhnya pada orang 
lain untuk menjaga kita; jika tidak, kita tidak bisa makan dan 
tidak akan 
bersih. Jika bukan karena ketidakberdayaan kita, tidak akan ada 
perawatan. 
Idealnya, masa perawatan itu adalah masa-masa maitri, kasih 
sayang, dapat 
dicurahkan pada kita. Ajaran-ajaran Shambhala menceritakan pada 
kita bahwa 
ksatria muda, ksatria bayi, ditempatkan di dalam keranjang bayi 
kasih 
sayang. Di antara orang-orang yang berjuang untuk menciptakan 
masyarakat 
yang cerah, di masa penyusuan, individu-individu dengan 
sendirinya akan 
mengembangkan kasih sayang, sikap menghargai diri mereka, 
merasa rileks, dan 
mengetahui diri mereka sebenarnya. Ini akan menjadi hal yang 
mendasar. Dalam 
suatu masyarakat yang telah cerah, akan ada suatu upacara 
perayaan, seperti 
yang sudah banyak dilakukan masyarakat tradisional, yaitu 
upacara seorang 
anak secara resmi diterima sebagai seorang pria atau wanita 
dewasa. 
Tampaknya terlalu sering kita menjadi korban akibat kekurangan 
perawatan di 
masa-masa kecil, dan kita tidak tahu bilamana kita dewasa. 
Beberapa di 
antara  kita yang telah berumur lima puluh, enam puluh, atau 
tujuh puluh 
tahun masih bingung tentang apa yang akan kita lakukan 
selanjutnya. Kita 
masih berjiwa anak-anak. 
Dalam kasus apa pun, apakah kita merasa tidak dibesarkan dengan 
baik, atau 
apakah kita merasa beruntung atas masa lalu kita --apapun 
situasinya-- di 
saat sekarang kita selalu bisa menyadari bahwa yang penting 
adalah 
mengembangkan kasih sayang terhadap diri kita sendiri. Sebagai 
seorang 
dewasa, kita bisa mulai mengembangkan suatu sikap kasih sayang 
terhadap diri 
kita sendiri - oleh diri sendiri, dan untuk diri sendiri. 
Keseluruhan 
proses meditasi adalah untuk menciptakan landasan yang baik 
itu, kereta bayi 
yang penuh kasih sayang tempat kita dibesarkan. Yang sedang 
dibesarkan 
adalah kepercayaan diri kita terhadap kebijaksanaan, kesehatan, 
dan 
keberanian kita, kebaikan hati kita. Kita mengembangkan suatu 
perasaan bahwa 
bagaimana adanya kita - kepribadian yang kita miliki dan cara 
kita 
mengekspresikan hidup --adalah baik, dan bahwa dengan menjadi 
diri kita 
seutuhnya, dengan menerima seratus persen hal itu, serta 
menghargai diri 
kita, kita berdiri di atas landasan keksatriaan. 
Saya selalu berpikir bahwa ungkapan berlindung ini sangat aneh 
karena 
terdengar dualistik dan bergantung dengan menyatakan 
"berlindung" kepada 
sesuatu. Saya ingat dengan sangat jelas, di suatu masa yang 
sangat tertekan 
dalam hidup saya, ketika membaca "Alice in Wonderland". Alice 
menjadi 
pahlawan bagi saya karena ia jatuh ke dalam satu lubang dan ia 
jatuh dengan 
cukup bebas. Ia tidak berusaha meraih sesuatu untuk dipegang, 
ia tidak 
ketakutan, ia tidak berusaha menghentikan laju jatuhnya; ia 
cuma jatuh dan 
melihati segala sesuatu yang ia lalui saat jatuh. Lalu, ketika 
mendarat, ia 
sudah berada di suatu tempat yang baru. Ia tidak berlindung 
pada sesuatu. 
Saya sering bercita-cita untuk bisa seperti itu dahulu karena 
saya melihat 
diri saya semakin medekati lubang itu dan hanya menjerit, 
mundur ke 
belakang, tidak mau pergi ke daerah yang tidak mempunyai tempat 
untuk 
bersandar. 
Dalam setiap kehidupan manusia (apakah ada ritual pubertas atau 
tidak) anda 
dilahirkan, dan anda dilahirkan dalam keadaan sendiri. Anda 
melewati 
terowongan kelahiran itu sendiri, anda keluar sendiri, lalu 
keseluruhan 
proses kehidupan pun dimulai. Saat mati, anda mati sendiri. 
Tidak ada yang 
pergi bersama anda. Perjalanan yang anda tempuh, tidak peduli 
kepercayaan 
apa pun yang anda anut dalam mengarungi perjalanan itu, 
ditempuh sendiri. 
Gagasan fundamental tentang berlindung adalah bahwa antara 
kelahiran dan 
kematian itu, kita hidup sendiri. Oleh karenanya, berlindung 
kepada Buddha, 
Dharma, dan Sangha tidak berarti mencari penghiburan, seperti 
anak-anak 
mencari penghiburan pada ibu bapaknya. Sebaliknya, ini adalah 
ungkapan dasar 
cita-cita anda untuk melompat keluar dari sarang, apakah anda 
merasa siap 
atau belum, melampaui ritual pubertas anda dan menjadi dewasa 
tanpa perlu 
tangan sebagai tempat berpegang. Ini mengekspresikan realisasi 
anda bahwa 
satu-satunya cara untuk memulai perjalanan hidup anda yang 
sebenarnya adalah 
dengan merasakan betapa mendasarnya kasih sayang dan rasa 
menghargai diri 
anda sendiri, dan kemudian melompat. Bagaimanapun juga, kita 
tidak pernah 
tiba pada saat-saat kita merasa seratus persen yakin, "Saya 
telah merasakan 
kereta bayi saya. Itu sudah berakhir. Sekarang saya bisa 
melompat." Kita 
selalu terus-menerus mengembangkan maitri dan terus-menerus 
melompat. 
Kemarin, saya telah menguraikan tentang pertemuan kita dengan 
batas diri dan 
keinginan kita untuk meraih sesuatu saat kita mencapai batas 
itu. Lalu, kita 
menjumpai lebih banyak kasih sayang dan rasa hormat pada diri 
sendiri, lebih 
banyak lagi kepercayaan diri yang perlu dikembangkan. Kita 
berusaha untuk 
itu dan kita masih terus melompat. 
XIII 
PERNYATAAN BERLINDUNG (2) 
Jadi, bagi kita, berlindung artinya kita merasa bahwa cara 
untuk hidup 
adalah dengan memutuskan ikatan, mengakhiri nada yang sumbang, 
dan sendiri 
memulai perjalanan menjadi menusia seutuhnya, tanpa perlu 
didikte orang 
lain. Berlindung adalah cara kita untuk mulai mengembangkan 
keterbukaan dan 
kebaikan hati yang memungkinkan kita menjadi lebih merdeka. 
Kita boleh 
mengatakan, "Kita tidak seharusnya terikat lagi, kita harus 
terbuka," tetapi 
itu bukan hal yang utama. Yang utama adalah bahwa anda mulai 
dari tempat 
anda berada, anda lihat betapa kekanak-kanakan jiwa anda, dan 
anda tidak 
mencelanya. Anda mulai menggali, dengan banyak rasa humor dan 
kemurahan hati 
terhadap diri anda sendiri, semua tempat anda bergantung, dan 
setiap kali 
anda bergantung, anda sadar, "Ah! Inilah tempat, melalui 
perhatian dan 
tonglen saya serta setiap hal yang saya lakukan, seluruh hidup 
saya adalah 
proses belajar untuk bersahabat dengan diri saya sendiri." 
Sebaliknya, 
kebutuhan akan keterikatan, kebutuhan akan ketergantungan pada 
sesuatu, 
tangisan pada ibu, juga menunjukkan pada anda bahwa itulah 
akhir dari 
kurungan. Melangkahi tempat itu --membuat suatu lompatan-- 
menjadi motivasi 
untuk mengembangkan maitri. Anda sadar bahwa jika anda dapat 
melangkah 
melewati pintu itu, anda akan maju, anda menjadi lebih dewasa, 
menjadi orang 
yang lebih lengkap, lebih utuh. 
Dengan kata lain, rintangan nyata satu-satunya adalah 
kebodohan. Tatkala 
anda berteriak, "Ibu!" atau kala anda membutuhkan tangan untuk 
berpegang, 
jika anda menolak untuk melihat suatu situasi secara 
keseluruhan, anda tidak 
akan mampu memandangnya sebagai suatu pelajaran --suatu 
inspirasi untuk 
menyadari bahwa di sanalah tempatnya anda bisa maju lebih jauh, 
bisa lebih 
mengasihi diri anda. Jika anda tidak mampu berkata pada diri 
sendiri pada 
saat itu, "Saya akan menyelam ke dalam karena itulah yang saya 
perlukan 
untuk melanjutkan perjalanan maju dan menjadi lebih terbuka," 
maka anda 
telah terbelenggu kebodohan. 
Menghadapi rintangan adalah perjalanan hidup. Para ksatria 
selalu maju 
menghadapi naga. Tentu saja, para ksatria itu merasa takut 
terutama sebelum 
pertempuran. Sungguh mengerikan. Namun, dengan hati bergetar 
dan lembut, 
sang ksatria sadar bahwa dia sedang akan melangkah ke daerah 
yang tidak 
diketahui, dan kemudian maju menghadapi naga. Sang ksatria
menyadari bahwa 
naga itu menggambarkan masalah yang belum terselesaikan, dan 
bahwa rasa 
takut itulah yang sebenarnya perlu dihadapi. Naga itu cuma 
bayangan bergerak 
yang muncul di suatu tempat, dan ia muncul dalam banyak bentuk: 
sebagai 
kekasih yang mengkhianati kita, sebagai orang tua yang tidak 
pernah cukup 
memperhatikan kita, sebagai orang yang menghina kita. Pada 
dasarnya, yang 
kita hadapi adalah rasa takut kita dan keinginan untuk mundur, 
yang 
sebenarnya tidak perlu menjadi rintangan. Satu-satunya 
rintangan adalah 
kebodohan, penolakan untuk melihat masalah kita yang belum 
terselesaikan. 
Jika setiap kali sang ksatria pergi menghadapi naga, ia 
berkata, "Hah! Naga 
lagi, naga lagi. Tidak mungkin aku menghadapinya," dan lalu 
lari, maka hidup 
menjadi kisah membosankan, bangun di pagi hari, ke luar, 
berjumpa dengan 
naga, mengatakan, "Tidak akan bisa," dan pulang. Dengan 
demikian, anda 
menjadi semakin lemah, semakin takut, dan semakin menjadi anak 
kecil. Tidak 
ada yang mendewasakan anda, namun anda masih berada di dalam 
kerangkeng 
bayi, dan tidak pernah melewati masa puber. 
Oleh sebab itu, kita menyatakan berlindung pada Buddha, 
berlindung pada 
Dharma, berlindung pada Sangha. Dalam doa makan oryoki kita 
membaca, "Berkah 
sang Buddha tidak terbayangkan, berkah Dharma tidak 
terbayangkan, berkah 
Sangha tidak terbayangkan," dan, "Saya bersujud pada Buddha, 
saya bersujud 
pada Dharma, saya bersujud pada Sangha, saya bersujud dengan 
penuh hormat 
dan selalu kepada Ketiga ini." Yah, kita tidak bermaksud 
mencari penghiburan 
dari Buddha, Dharma, dan Sangha. Kita tidak berbicara tentang 
bersujud 
supaya selamat. Buddha, secara tradisional kita sebutkan, 
adalah teladan 
dari apa yang kita sendiri juga bisa capai. Buddha adalah orang 
yang sadar, 
dan kita juga adalah Buddha. Sederhana sekali. Kita adalah 
Buddha. Bukan 
cuma sekadar ucapan. Kita adalah yang sadar, dalam arti orang 
yang 
terus-menerus melompat, orang yang terus-menerus terbuka, orang 
yang 
terus-menerus maju. Hal itu tidaklah mudah dan diikuti oleh 
rasa ketakutan, 
keresahan, dan keraguan. Itulah artinya menjadi manusia, itulah 
artinya 
menjadi ksatria. Untuk memulai, pada saat anda meninggalkan 
momongan kasih 
sayang itu, anda mengenakan pakaian perang yang indah karena, 
sampai tingkat 
tertentu, anda terlindungi dengan baik dan merasa aman. 
Kemudian anda 
menjalani upacara pubertas, proses penanggalan pakaian perang 
itu, bahwa 
anda mungkin telah berilusi dengan merasakan ada sesuatu yang 
melindungi 
diri anda dari dunia luar, sekedar untuk menemukan bahwa hal 
itu sebenarnya 
hanyalah menghalangi anda dari sepenuhnya hidup dan sadar 
seluruhnya. Lalu, 
anda maju lebih jauh dan berhadapan dengan naga, dan pada 
setiap kali 
perjumpaan itu ditunjukkan pada anda tempat di mana masih ada 
baju pelindung yang harus ditanggalkan. 

Kebijakan Sejati 1
Kebijakan Sejati 2
Kebijakan Sejati 3
Kebijakan Sejati 4
Food For Thought
The Key of Immediate Enlightenment
Sun Tzu The Art Of War
Encouraging Quotes And Excerpts
Encouraging Stories
Jokes
 A Page to Rest - 
Breathing Space
TABLE OF CONTENTS
Complete list of articles on
this site
 Free Downloads