|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |
XIII
PERNYATAAN BERLINDUNG (3) Berlindung kepada Buddha artinya anda berkemauan untuk menjalankan hidup anda dengan mengenali atau menghubungkan diri dengan kesadaran anda, belajar bahwa setiap kali anda bertemu dengan naga, anda menanggalkan lebih banyak pakaian perang, khususnya yang menutupi hati anda. Itulah yang kita lakukan selama di dathun ini, melepaskan baju perang, menanggalkan pelindung kita, melepaskan semua yang menutupi kebijaksanaan dan kelembutan serta sifat bangkit kita. Kita tidak sedang berusaha menjadi seseorang yang bukan diri kita; sebaliknya, kita menemukan kembali, berhubungan kembali dengan siapa diri kita. Jadi, saat kita berkata, "Saya berlindung pada Buddha," itu artinya saya berlindung pada keberanian dan potensi tanpa takut yang membuang semua baju besi yang menutupi kelemahan saya. Saya sadar; saya akan menjalani masa hidup saya untuk menanggalkan baju besi ini. Tidak ada orang lain yang dapat menanggalkannya untukku karena tidak ada orang lain yang tahu di mana letak semua kunci-kuncinya, tidak ada orang lain yang tahu titik mana yang terkunci rapat, di mana diperlukan tenaga kuat untuk melepaskan ikatan besi yang sangat kokoh itu. Saya mungkin menghadapi ritsleting yang dipenuhi gembok sepanjang jalurnya. Setiap kali bertemu dengan naga, saya membuka sebanyak mungkin gembok yang bisa saya buka; akhirnya, saya akan mampu membuka ritsleting itu. Saya boleh berkata kepada anda, "Sederhana saja. Kalau anda bertemu dengan naga, anda hanya perlu membuka gembok, lalu ritsleting anda akan terlepas." Dan anda berkata, "Apa yang ia bicarakan?" karena anda telah menjahit tangan kiri anda dengan benang besi. Setiap kali bertemu dengan naga, anda harus mengeluarkan senjata khusus, yang telah anda sembunyikan di dalam sebuah kotak berikut semua barang berharga yang anda miliki, untuk memutuskan ikatan benang-benang itu, sebanyak yang anda mampu, hingga anda mulai muak dengan merasa takut serta berkata, "Sekarang cukuplah." Lalu, anda mulai menjadi lebih sadar dan lebih dekat dengan hakekat Buddha anda, bersama dengan Buddha -anda mengerti maksud berlindung pada Buddha. Kepada orang yang kemudian anda temui, anda katakan, "Mudah sekali. Yang perlu anda lakukan hanyalah mengeluarkan senjata dari kotak berharga anda dan kemudian mulailah." Lalu, mereka melihat ke arah anda dan berkata, "Apa yang ia katakan?" karena mereka mempunyai sepatu boot besar yang menutupi tubuh dan kepala mereka. Satu-satunya cara untuk mulai melepaskan alas kaki itu adalah menanggalkan solnya, dan mereka akan tahu bahwa setiap kali mereka bertemu naga, mereka harus mulai mengupas. Jadi, anda harus melakukannya sendiri. Instruksi dasarnya sederhana: mulailah menanggalkan baju besi. Itulah yang bisa dikatakan setiap orang untukmu. Tidak ada yang bisa memberitahu anda bagaimana melakukannya karena anda adalah satu-satunya orang yang tahu bagaimana awal mula anda mengunci diri dan dari sanalah anda memulai usaha ini. Berlindung kepada Dharma adalah, secara tradisional, berlindung kepada ajaran-ajaran Sang Buddha. Yah, ajaran-ajaran Sang Buddha adalah: lepaskanlah dan terbukalah pada dunia anda. Sadari bahwa mencoba melindungi wilayah kekuasaan anda, mencoba menjaga wilayah kekuasaan anda agar tetap tertutup dan aman, adalah penuh dengan kesengsaraan dan penderitaan. Usaha ini mengunci anda di dalam sebuah dunia yang kecil, dangkal, bau, dan tertutup, yang membuat anda menjadi semakin takut terhadap yang tidak bisa dilakukan dan semakin membawa penderitaan seiring dengan semakin menuanya anda. Dengan bertambah tua usia anda, semakin sukarlah menemukan pintu keluar. Tatkala berumur dua belas tahun, saya membaca dalam majalah "Life" artikel yang berjudul, "Agama-agama Dunia". Artikel mengenai Konghucu berbunyi kira-kira seperti ini, "Saat anda mencapai umur lima puluh tahun, jika selama itu anda telah menanggalkan pakaian besimu (Konghucu menyatakannya dengan kata-katanya sendiri), maka anda telah memantapkan suatu pola pikiran bagi sisa hidup anda untuk tidak akan bisa berhenti. Anda akan terus menanggalkan baju besi itu. Namun, pada usia lima puluh tahun itu, jika anda mengenakan baju perang itu dengan baik, menjaga ritsleting anda tetap tertutup rapat, menjaga sepatu boot itu tetap dipakai dengan cara apa pun, maka tidak peduli apa pun yang terjadi, sukarlah bagi anda untuk berubah lagi." Apakah benar atau tidak, hal ini membuat saya ketakutan setengah mati tatkala berumur dua belas tahun. Ini menjadi motivasi utama dalam hidup saya. Saya bertekad bagaimanapun juga untuk tumbuh berkembang dan tidak terpaku. Jadi, berlindung pada Dharma --ajaran-ajaran Sang Buddha-- adalah mengenai hal-hal ini. Dari sudut pandang yang lebih luas, Dharma juga berarti keseluruhan hidup anda. Ajaran-ajaran Sang Buddha adalah mengenai usaha untuk melepaskan dan menjadi terbuka: anda menerapkannya pada saat berhubungan dengan orang lain, berhubungan dalam berbagai situasi, berhubungan dengan pikiran anda, berhubungan dengan emosi-emosi anda. Tujuan hidup anda bukanlah menghasilkan uang sebanyak mungkin, bukanlah menikmati perkawinan yang sempurna, bukanlah mendirikan Vihara Gampo. Ini semua tidak ada hubungannya. Anda menjalani kehidupan tertentu, dan dalam kehidupan apa pun yang anda jalani, terdapat suatu wahana untuk bangkit. Hidup sebagai seorang ibu yang mengasuh anak, itulah wahana untuk bangkit. Hidup sebagai seorang artis, itulah wahana untuk bangkit. Hidup sebagai seorang pekerja bangunan, itulah wahana untuk bangkit. Hidup sebagai seorang pensiunan yang sedang menjalani hari-hari tua, itulah wahana untuk bangkit. Hidup seorang diri dan kesepian serta berharap untuk mempunyai teman hidup, itulah wahana untuk bangkit. Hidup dalam keluarga besar dan berharap mempunyai lebih banyak waktu luang, itulah wahana untuk bangun. Apa pun yang anda miliki, itulah dia. Tidak ada situasi yang lebih baik daripada yang sedang anda hadapi. Situasi itu tercipta untuk anda. Situasi itu akan menunjukkan pada anda segala sesuatu yang perlu anda ketahui mengenai tempat ritsleting anda tersangkut dan tempat anda bisa melakukan lompatan. Jadi, itulah makna berlindung pada Dharma. Ini berkaitan dengan menemukan ruang terbuka, tidak tertutup oleh baju perang besi. |
XIII
PERNYATAAN BERLINDUNG (4) Berlindung pada Sangha juga sama halnya. Ini tidak berarti bahwa kita bergabung dalam sebuah kelompok dan berteman baik, membahas agama Buddha bersama-sama, memahami dengan penuh kebijakan, dan mengkritik orang-orang yang tidak sepaham dengan kita. Berlindung pada Sangha berarti berlindung pada persamuan orang-orang yang telah mengabdikan hidup mereka untuk menanggalkan baju perang. Jika kita hidup dalam keluarga yang semua anggotanya menanggalkan baju perang, maka salah satu cara paling efektif untuk mempelajari cara melakukannya ialah saling memberikan saran dan berbagi pengalaman, serta hidup dalam kasih sayang satu dengan yang lain. Pada saat seseorang sedih dan mulai terhanyut dalam perasaannya itu, orang-orang akan menegurnya, "Oh, anda sungguh kasihan," atau, "Demi Peter, tinggalkanlah itu." Akan tetapi, jika anda sedang menanggalkan baju besi anda dan anda tahu bahwa orang lain juga sedang melakukannya, ada suatu cara bagi anda untuk memberinya hadiah Dharma. Dengan penuh rasa simpati dan kasih sayang, atas dasar pengalaman anda tentang hal-hal yang mungkin dikerjakan, anda memberikan kepada mereka kebijaksanaan yang mungkin telah diberikan orang lain kepada anda saat anda hidup dalam kesengsaraan. Anda memberikan semangat untuk tidak tenggelam dalam kesedihan, tetapi menyadarinya sebagai kesempatan untuk tumbuh, dan bahwa semua orang juga menjalani usaha ini. Dengan perkataan lain, Sangha adalah orang-orang yang melibatkan diri dalam usaha menolong semua orang untuk menanggalkan baju besi mereka, tanpa mendorong mereka untuk tenggalam dalam kelemahan masing-masing dan untuk cenderung mengenakan baju besi itu. Apabila kita melihat seseorang gagal atau dengan keras kepala berkata, "Tidak, saya suka baju besi ini," ada kesempatan untuk mengatakan sesuatu tentang kenyataan bahwa di dalam baju besi itu terdapat banyak luka bernanah, dan secercah sinar matahari tidak akan melukainya sedikit pun. Itulah yang perlu diperhatikan dalam pernyataan berlindung pada Sangha. Menyatakan berlindung pada Tiga Mestika sama sekali bukanlah mencari perlindungan dari sudut pandang konvensional. Sama halnya dengan mencari pulau gersang di tengah samudera setelah kapal karam --"Wah! Itu pulau!"-- dan kemudian berdiri di sana menyaksikan pulau itu lambat laun, hari demi hari, tertutup oleh air laut. Berlindung pada Buddha, Dharma, dan Sangha adalah seperti ini. Pada saat kita menyadari kebutuhan untuk menanggalkan baju besi, kita bisa berlindung dalam kesadaran dan tekad kita untuk tidak memakainya lagi melalui perlindungan pada Buddha. Kita bisa berlindung pada ajaran Sang Buddha dan kita bisa berlindung pada Sangha, keluarga kita, orang-orang yang mengabdikan hidupnya untuk mengikuti ajaran Sang Buddha, yang padanya kita bisa minta dukungan dan saran. Trungpa Rinpoche memberikan sebuah definisi terhadap pernyataan berlindung yang kemudian dituliskan di majalah dinding kita. Definisi itu dimulai dengan pernyataan umum, "Karena segala sesuatu adalah telanjang, bebas dari ketertutupan, tidak ada yang dicapai atau disadari." Akan tetapi, Rinpoche melanjutkannya dan membuatnya menjadi lebih jelas. "Latihan setiap hari bertujuan mengembangkan sikap penerimaan dan keterbukaan sepenuhnya pada semua situasi, emosi, dan masyarakat. Penerimaan dan keterbukaan sepenuhnya pada semua situasi, emosi, dan masyarakat, mengalami segala sesuatu sepenuhnya tanpa pembatasan atau pengurungan, sehingga seseorang tidak lepas atau berpusat pada dirinya sendiri." Itulah sebabnya kita berlatih. |
XIV
TIDAK MEMILIH SAMSARA MAUPUN NIRVANA (1) Pagi ini, saya akan membicarakan kondisi untuk tidak memilih samsara atau pun nirvana. Samsara adalah lingkaran berbisa kehidupan; nirvana adalah lenyapnya kebodohan dan emosi-emosi yang bersengketa, dan karenanya kemerdekaan dari kelahiran kembali di alam samsara. Banyak ajaran-ajaran mahamudra (suatu keadaan di mana semua pengalaman di transformasikan ke dalam pengetahuan transendental dan cara-cara trampil) tentang hakekat pikiran membahas keheningan dan keterlibatan. Jika anda hendak mengupas habis fenomena, yang akan diperoleh adalah keheningan dan keterlibatan: ruang, dan semua yang terus-menerus lahir dari ruang, dan kembali ke ruang --keheningan dan keterlibatan. Kadang-kadang, itu disebut latar belakang dan latar depan. Dalam hal mana pun, yang akan saya bicarakan adalah tidak memilih keheningan maupun keterlibatan, atau anda boleh katakan, tidak lebih menyukai kesibukan samsara ataupun keheningan nirvana. Biasanya ada semacam prasangka. Ada dua macam penyakit jiwa manusia. Yang satu ialah terlalu penuh dengan kecemasan, ketakutan, dan harapan, menyukai dan tidak menyukai, dan semacamnya: pekerjaan, keluarga, asmara, rumah, mobil, uang, liburan, hiburan, gunung, gurun, Eropa, Meksiko, Jamaika, Lubang Hitam Kalkuta, penjara, perang atau damai, dan sebagainya. Begitu banyak di antara kita yang terikat dengan segala sesuatu yang terjadi, terjerat oleh peristiwa seolah-olah terperangkap dalam pusaran air. Di dalam samsara, kita terus berusaha menghindari rasa sakit dengan cara mengejar kenikmatan, dan dalam melakukan hal itu, kita cuma terus berputar dan berputar. Saya begitu panas sehingga membuka semua jendela, kemudian saya kedinginan dan memakai sweater. Lalu, terasa gatal sehingga saya oleskan krim, kemudian terasa lengket, jadi saya mandi. Lalu, saya kedinginan sehingga saya tutupi jendela, dan seterusnya, dan seterusnya. Saya kesepian, lalu saya menikah, kemudian saya selalu bertengkar dengan suami atau isteri saya, karena itu saya mulai terlibat skandal cinta dengan orang lain, lalu suami atau isteri saya mengancam untuk meninggalkan saya dan saya terangkap dalam kebingungan untuk harus berbuat apa, dan seterusnya, dan seterusnya. Kita mencoba keluar dari kuali mendidih untuk masuk ke dalam bahan yang sejuk, selalu mencoba melarikan diri, dan karenanya tidak pernah benar-benar sepenuhnya tenang dan menghargai kehidupan. Itulah yang disebut samsara. Dengan kata lain, bagaimana juga kita memiliki apriopri terhadap suatu peristiwa, jadi kita selalu bergerak dalam kerangka kerja untuk mencoba mendapatkan kenikmatan melalui keyakinan-keyakinan politis, filosofi, agama, dan segala macam hal, mencoba mendapatkan kesenangan di dalam semua yang ada. Penyakit jiwa yang lain lagi --yang juga sama umumnya-- adalah terikat pada kedamaian dan ketenangan, atau kebebasan, atau kemerdekaan. Ketika saya sedang berjalan-jalan, saya menjumpai beberapa orang yang membentuk suatu kelompok berdasarkan pada kepercayaan bahwa suatu piring terbang akan segera datang dan membawa mereka pergi dari semua ini. Mereka menunggu kedatangan piring terbang itu untuk membebaskan mereka dari kesemrawutan bumi ini. Mereka berbicara tentang bagaimana melampaui dunia yang mengerikan ini, mencapai ruang angkasa, kejernihan, dan kebahagiaan keadaan tanpa rintangan, yang benar-benar bebas. Ketika kapal ruang angkasa itu membawa mereka pergi, mereka akan menuju ke suatu tempat di mana tidak terdapat masalah apapun. Inilah yang juga kita lakukan dengan cara yang tidak kita sadari. Jika kita sedang mengalami peristiwa yang membahagiakan, kita menginginkannya untuk terus berlangsung. Itulah kecanduan, ingin merasa enak selamanya, tetapi biasanya berakhir tidak seperti yang diharapkan. Namun, itu adalah penyakit jiwa yang sangat umum, terjerat oleh keinginan untuk seperti itu selamanya, ingin tinggal di ruang bebas, seperti beberapa teman saya di tahun tujuh puluhan yang memutuskan untuk menelan LSD setiap hari agar bisa berada di alam luar sana untuk selamanya. Kadang-kadang, keinginan itu diekspresikan dengan cara mengatur hidup anda dengan cara sedemikian rupa sehingga tenang, sangat lembut, sangat sederhana; anda menjadi begitu terikat padanya sehingga terus menginginkan kondisinya tetap seperti itu. Anda menolak segala macam suasana yang berisik, seperti banyak anak-anak atau anjing yang berkeliaran ke dalam rumah dan mengacak segala macam benda. Ada beberapa orang yang memiliki pandangan atau pengertian bahwa hakekat realita itu luas dan indah --apa yang kadang-kadang disebut pandangan luhur-- tetapi kemudian mereka menjadi tidak puas sama sekali pada kehidupan biasa. Pandangan luhur itu bukan memperkaya hidup mereka, melainkan pandangan membuat mereka merasa lebih miskin sepanjang waktu. Seringkali penyebab orang-orang berubah dari penyakit syaraf menjadi penyakit jiwa adalah mereka melihat situasi lapang dan harmonis serta betapa luasnya segala sesuatu, dan bagaimana dunia ini bekerja, tetapi kemudian mereka bergantung pada pemahaman itu sea bisa belajar berhenti di kala matahari terbenam dan kala matahari terbit. Kita bisa belajar mendengar angin, kita bisa belajar memperhatikan bahwa sedang turun hujan, salju, es batu, atau sedang cerah. Kita bisa menghubungkan diri dengan cuaca, yaitu diri kita sendiri, dan kita dapat menyadari itu sedih adanya. Semakin sedih suatu peristiwa, akan semakin banyaklah pelajarannya; semakin banyak pelajarannya, akan semakin terbukalah hati kita. Kita bisa berhenti berpikir bahwa peristiwa yang berjalan mulus dan tenang adalah baik, dan bahwa peristiwa yang berlangsung kasar dan gelap tidaklah baik. Jika kita mampu memahaminya dalam hati kita, kita akan dapat membuat secangkir teh yang tepat. |
XIV
TIDAK MEMILIH SAMSARA MAUPUN NIRVANA (3) Chogyam Trungpa Rinpoche menyukai ritual. Ia mengambil dari semua aliran --termasuk Tibet, Jepang, dan Inggris-- untuk menciptakan ritual, salah satu di antaranya ialah cara memasuki di dalam ruang altar. Anda duduk di dalam ruang sembahyang dan lalu tiba-tiba anda dengar derakan tongkat upacara (gandi), dan bunyi "ping" dari gong kecil, dan dentang genderang besar: "krak", "ping", "boom", "krak", "ping", "boom". Dengan semakin dekatnya bunyi itu, anda tahu bahwa Rinpoche sedang memasuki ruangan. Lalu, muncullah dia, dengan pengiring prosesinya. Ia baru saja memasuki ruang altar untuk memberikan ceramah, tetapi bagaimana pun, ritual itu menciptakan suatu lingkungan di mana ruangan akan terbuka luas. Anda merasa seperti berada di dalam sebuah ruang tanpa batas waktu. Waktu itu bukan 22 Juni 1989; bukan siang atau malam, atau suatu tanggal tertentu dalam kalender, yang ada hanya ruang. Ia tahu bahwa jika ia menciptakan semua suara dan ritual ini, kita semua akan menarik manfaat dari pengalaman tanpa batas waktu itu. Nenek moyang kita telah memahami iklim, bahwa matahari terbit dan terbenam, dan tentang bumi, dan mereka menyelenggarakan upacara untuk merayakan semua itu. Dengan demikian, tidak seorang pun yang bisa melupakan fakta bahwa kita semua berhubungan, ritual pubertas, dan semua perayaan yang lain dirancang dengan baik, seperti sebuah tarian yang indah. Leluhur kita tahu bagaimana melakukan semua ini dan mereka menurunkan pengetahuan tentang ini, dan itulah yang disebut dengan silsilah. Rusa Hitam adalah seorang suci suku Indian Sioux di tahun 1880-an, suatu masa di mana suku tersebut sedang berkecil hati, kehilangan semangat, sebagai akibat cara hidup mereka, yang telah menerapkan suatu ikatan rasa saling berhubungan, sedang terancam punah. Namun, kondisinya masih cukup dini sehingga mereka belum kehilangan total. Pada waktu berusia sembilan tahun, ia melihat kuda-kuda berdatangan dari empat penjuru. Di satu arah kuda-kuda itu berwarna putih, di arah yang lain berwarna merah bata, di arah yang lain lagi berwarna kuning, dan satunya lagi berwarna hitam. Bersama kuda-kuda itu, datang gadis-gadis yang membawa barang suci, dan kakek-kakek yang menyanyikan ramalan. Masing-masing arah memiliki simbol ritualnya sendiri. Ia tidak menceritakan penglihatannya pada siapa pun karena ia yakin tidak akan ada orang yang mempercayainya nanti. Akan tetapi, ketika ia berumur tujuh belas tahun, ia merasa ia agak gila, jadi akhirnya ia mengungkapkannya pada dukun, yang segera mengerti dan berkata, "Kita harus melakukan sesuatu." Mereka melakukan semuanya, mencat tubuh mereka seperti yang tampak dalam penglihatannya itu. Ketika menginjak unur dua puluh tahun, segalanya telah bercerai-berai. Ia akhirnya bergabung dengan kelompok Pertunjukan Barat Liar Buffalo Bill, dengan orang-orang Indian yang lain. Mereka dibawa dengan "kapal api" ke Eropa untuk mengadakan sebuah pertunjukan di London bersama semua kuda dan pakaian Indian mereka. Satu malam, Ratu Victoria datang menyaksikan pertunjukan itu. Nah, anda tentu tidak mengira ada persamaan antara Rusa Hitam, seorang Oglala Sioux dari benua Amerika di tahun 1886, dengan Ratu Victoria, tetapi di malam itu tidak ada orang lain yang datang --cuma Ratu Victoria dengan kendaraan dan pengiringnya yang berkilau-kilauan. Tatkala pertunjukan usai, ia bangkit dan berjabat tangan dengan semua pemain. Rusa Hitam benar-benar menyukainya. Lalu ia menghormat pada mereka, dan mereka begitu terkesan padanya dan pada pembawaannya, sehingga para perempuan melakukan apa yang disebut tremolo dan para lelaki bersorak-sorai, lalu mereka semua memberi hormat padanya. Rusa Hitam menjulukinya sebagai "Nenek Inggris". Ia begitu agung dan ramah. "Ia kecil dan gemuk, dan ia baik terhadap kita." Sebulan kemudian, ia mengundang mereka ke pesta ulang tahun pernikahannya yang ke dua puluh lima. Seperti yang ia ceritakan, ketika ia dan orang-orang Indian lainnya tiba di bangunan yang besar itu, setiap orang berteriak, "Jubilee! Jubilee! Jubilee!" Rusa Hitam mengatakan ia masih belum tahu apa artinya itu, tetapi kemudian ia mampu memahami apa yang dilihatnya. Pertama-tama, dalam kereta kuda emasnya, datang Ratu Victoria, semua kudanya diselimuti dengan emas dan pakaiannya menyala-nyala keemasan. Lalu, dalam kereta hitam dengan kuda hitam, datang cucu-cucu Ratu, dan dalam kereta hitam dengan kuda abu-abu, datang sanak keluarganya. Ia menggambarkan semua kereta dan semua kuda itu, lalu semua orang tiba dalam pakaian yang indah, datang dengan menunggang kuda hitam berjambul. Keseluruhan perayaan itu memberi kesan pada mereka. Ia mengatakan bahwa sebelum perayaan itu, ia merasa seperti seseorang yang belum pernah memiliki suatu penglihatan, namun dengan melihat semua kemegahan dan keindahan itu, ia berhubungan kembali dengan hatinya. Tatkala Ratu Victoria dengan kereta kuda emasnya melewati orang-orang Indian, ia meminta keretanya berhenti dan ia berdiri serta memberi hormat lagi pada mereka. Sekali lagi, mereka melemparkan semua peralatan ke udara, bersorak-sorai, dan bergembira ria melakukan tremolo, dan lalu mereka beryanyi untuk Nenek Inggris. Hal itu menggembirakan hati mereka. Ritual bisa berupa Ratu Inggris atau orang Indian itu. Ini, bagaimana pun, telah melampaui batasan waktu dan ruang. Dalam segala kasus, saya pikir selalu ada hubungan antara bercokolnya kesedihan dan keperihan samsara di dalam hati anda, dan pada waktu yang bersamaan, merasakan perwujudan dan kekuatan Matahari Timur Agung. Seluruh hidup kita bisa menjadi ritual. Kita bisa belajar berhenti di kala matahari terbenam dan kala matahari terbit. Kita bisa belajar mendengar angin, kita bisa belajar memperhatikan bahwa sedang turun hujan, salju, es batu, atau sedang cerah. Kita bisa menghubungkan diri dengan cuaca, yaitu diri kita sendiri, dan kita dapat menyadari itu sedih adanya. Semakin sedih suatu peristiwa, akan semakin banyaklah pelajarannya; semakin banyak pelajarannya, akan semakin terbukalah hati kita. Kita bisa berhenti berpikir bahwa peristiwa yang berjalan mulus dan tenang adalah baik, dan bahwa peristiwa yang berlangsung kasar dan gelap tidaklah baik. Jika kita mampu memahaminya dalam hati kita, kita akan dapat membuat secangkir teh yang tepat. |
BAB XV
DHARMA YANG DIAJARKAN DAN DHARMA YANG DIALAMI (1) Secara tradisional, ada dua cara mengungkapkan ajaran-ajaran Sang Buddha: dharma yang diajarkan dan dharma yang dialami. Dharma yang diajarkan telah ditampilkan secara terus-menerus dalam buku-buku dan ceramah-ceramah dengan cara yang murni dan segar sejak jaman Sang Buddha. Walaupun semuanya berasal dari India, dalam masa, ruang, dan kebudayaan yang sangat berbeda dari yang kita alami sekarang, saripati ajaran itu mampu menyebar hingga ke Asia Tenggara, Jepang, Cina, Korea, Vietnam dan Tibet --ke semua tempat di mana agama Buddha telah berkembang-- oleh orang-orang yang dapat mengekspresikan segala yang telah diajarkan kepada mereka. Hingga saat ini, terdapat begitu banyak buku-buku yang menguraikan tentang ajaran-ajaran dasar; anda bisa membaca buku karangan Joseph Goldstein, Ayya Khema, Suzuki Roshi, Chogyam Trungpa, Tarthang Tulku, atau hasil-hasil terjemahan Herbert Guenther. Dengan begitu banyak cara, anda bisa membaca dan mendengarkan ajaran, dan kesemuanya mempunyai ciri khas yang berbeda-beda. Namun, anda akan menemukan bahwa jika anda memilih salah satu tema dari buku-buku itu, seperti Empat Kebenaran Mulia, kesunyian, atau welas asih, semuanya akan berisi hal-hal yang sama, berdasarkan gaya dan latar belakang mereka masing-masing. Ajaran-ajaran itu sama dan intisarinya juga. Dharma yang diajarkan itu seperti permata-permata yang berharga. Bagaikan bodhicitta, permata itu dapat ditutupi debu, namun tidak berubah oleh karena debu. Ketika ada orang yang mengeluarkan permata itu di tempat yang terang dan menunjukkannya pada semua orang, permata itu akan membangkitkan getaran dalam hati dan batin orang-orang yang melihatnya. Ajaran-ajaran itu juga seperti lonceng emas indah yang tersembunyi dalam sebuah gua yang dalam dan gelap; jika ada orang yang membawanya ke luar dan membunyikannya, orang-orang akan dapat mendengar bunyinya. Itulah dharma yang diajarkan. Secara tradisional, disebutkan bahwa dharma dapat diajarkan, tetapi seseorang harus mempunyai telinga untuk bisa mendengarnya. Di sini, diberikan perumpamaan tiga pot. Jika anda seperti pot dengan lubang besar di bawahnya, maka dharma yang masuk hanya akan mengalir ke luar dengan segera. Jika anda seperti pot dengan ada racun di dalamnya, dharma menjadi terkontaminasi dan akan menjadi racun pula. Dengan kata lain, jika anda penuh dengan keresahan dan kepahitan, anda bisa mengkajinya agar sesuai dengan kepahitan dan kegelisahan anda. Jika pot itu dibalikkan, tidak ada yang bisa dimasukkan ke dalam pot itu. Anda harus sadar dan terbuka untuk mendengarkan dharma yang diajarkan. Dharma yang dialami bukanlah dharma yang berbeda, walaupun kadang-kadang terasa cukup berlainan. Pengalaman yang umum adalah tatkala anda mendengarkan ajaran, ajaran itu menjalar ke dalam hati dan batin anda, dan anda merasa terilhami olehnya, tetapi anda tidak bisa mengetahui kaitannya dengan kehidupan anda sehari-hari. Ketika tekanan muncul, anda kehilangan pekerjaan, atau orang yang anda kasihi meninggalkan anda, atau sesuatu yang lain terjadi dan emosi anda menjadi liar dan tidak terkendalikan, anda tidak dapat mengetahui apa kaitannya dengan Empat Kebenaran Mulia. Rasa sakit begitu hebat sehingga Empat Kebenaran Mulia tampak sebagai sesuatu yang menyedihkan. Trungpa Rinpoche suatu kali pernah berkata bahwa dharma harus dialami karena ketika sifat sejati hidup kita, termasuk di dalamnya rintangan, masalah, dan pengalaman-pengalaman yang membuat kita mulai bertanya-tanya, muncul semakin jelas, sekedar kepercayaan filosofis tidak akan mampu menjelaskan realita atas apa yang sedang kita alami. |
BAB XV
DHARMA YANG DIAJARKAN DAN DHARMA YANG DIALAMI (2) Apa yang akan anda temukan jika senantiasa mempelajari dharma dan mempraktekkan meditasi adalah bahwa tidak ada sesuatu pun yang telah pernah anda dengar tetapi terpisah dari hidup anda. Dharma adalah studi tentang kenyataan segala sesuatu, dan satu-satunya cara untuk dapat menemukan keadaan yang sebenarnya adalah dengan mempelajari diri anda. Guru Zen, Dogen, berkata, "Mengenali diri anda berarti melupakan diri anda, dan jika anda telah melupakan diri Anda, maka anda menjadi cerah oleh segalanya." Mengenali diri anda atau mempelajari diri anda sendiri hanyalah berarti bahwa hidup anda adalah suatu pengalaman gembira, pengalaman sedih, pengalaman sembuh dan segar, pengalaman sakit. Itulah yang kita punyai dan itulah yang kita perlukan untuk mendapatkan pengalaman yang hidup atas dharma --untuk menyadari bahwa dharma dan hidup kita adalah sama. Saya terperanjat membaca kutipan pada papan pengumuman kemarin, bunyinya, "Latihan sehari-hari hanyalah untuk mengembangkan sikap penerimaan dan keterbukaan sepenuhnya terhadap semua situasi, emosi, dan masyarakat." Anda membacanya, anda mendengarnya, dan mungkin saya bahkan telah membicarakannya, tetapi pada dasarnya, apakah maknanya? Tatkala membacanya, anda seperti mengetahui apa artinya, tetapi ketika anda mencoba melakukannya, usaha anda kelihatan bertentangan dengan pernyataan itu, maka pandangan awal anda atas makna tersebut akan buyar; anda menemukan sesuatu yang segar dan baru yang belum pernah anda sadari sebelumnya. Pengalaman pribadi akan dharma berarti hidup dengannya, mengujinya, berusaha menemukan apa arti sesungguhnya dalam hal anda kehilangan pekerjaan, ditinggal kekasih, sekarat karena penyakit kanker. "Terbukalah dan terimalah semua situasi dan masyarakat." Bagaimana anda melakukannya? Barangkali ini adalah nasihat terburuk yang pernah diberikan pada anda, tetapi anda harus menemukan caranya sendiri. Seringkali kita mendengar ajaran-ajaran itu dengan sikap subyektif sehingga kita berfikir bahwa kita sedang diberitahu sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah. Akan tetapi, dharma tidak pernah mengatakan kepada anda mana yang benar dan mana yang salah. Dharma hanya mendorong anda untuk menemukan sendiri. Namun, karena kita harus menggunakan kata-kata, kita membuat pernyataan. Misalnya, kita katakan, "Latihan sehari-hari hanyalah untuk mengembangkan sikap penerimaan dan keterbukaan sepenuhnya atas semua situasi, emosi, dan masyarakat." Ini kedengaran seperti apa sesuatu yang benar dan jika tidak melakukannya, berarti kita salah. Akan tetapi, itu bukan maksudnya. Yang dimaksudkan di sini adalah mendorong anda menemukan sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Cobalah hidup dengan cara itu dan lihat apa yang terjadi. Anda akan berhadapan dengan semua keraguan, ketakutan, dan harapan, dan anda akan bergumul dengan itu semua. Tatkala anda mulai hidup dengan cara itu, dengan bertanya, "Apa makna peristiwa ini yang sesungguhnya?", anda akan menemukan bahwa hidup cukup menarik. Tidak berapa lama kemudian, anda akan lupa bahwa anda sedang bertanya-tanya; anda cuma berlatih meditasi atau anda cuma menjalani hidup, dan kemudian anda memiliki suatu pemahaman, yang artinya anda mempunyai pandangan segar atas apa yang benar. Pemahaman itu datang dengan tiba-tiba, seolah-olah anda sedang berkeliaran di dalam kegelapan dan seseorang menghidupkan semua lampu dan menunjukkan sebuah istana. Anda katakan, "Wow! Ini sudah ada di sini sejak dulu juga." Akan tetapi, pemahaman itu sangat sederhana; tidak selalu "Wow!" Ini seolah-olah dalam sepanjang hidup anda, ada setumpuk bubuk putih di atas meja anda, namun anda tidak tahu apakah benda itu. Anda agak takut untuk menyelidiki. Mungkin itu LSD, kokain, atau racun tikus. Suatu hari, anda membasahi tangan anda. Anda menyentuh tumpukan putih itu dengan jari, lalu mengecapnya, dan astaga, rupanya garam. Tidak ada orang lain yang mengatakan pada anda apa sebenarnya benda itu --begitu jelas, begitu sederhana, begitu jernih. Jadi, kita semua mempunyai pemahaman. Saya kira semua pembicaraan ini adalah suatu kegiatan berbagi pengertian. Seolah-olah kita telah menemukan sesuatu yang belum pernah diketahui orang lain, walaupun begitu mudah dan sederhana. Anda tidak pernah bisa menyangkal dharma yang dialami karena dharma ini begitu mudah dan benar. Namun, menempuh jalan di antara dharma yang diajarkan dan dharma yang dialami menyangkut ijin pada diri anda dan mendorong diri anda untuk tidak selalu percaya atas apa yang sudah diajarkan pada anda, namun senantiasa mempertanyakannya. Yang perlu anda lakukan adalah hidup dengan demikian dan ini akan menjadi jalan anda. Kutipan di atas papan pengumuman itu berlanjut dengan pernyataan bahwa Jalan untuk melakukan ini adalah menjadi bersikap terbuka dan jangan sekali-kali menarik diri. Jangan berpusat pada diri anda. Ini bukan sebuah kata mutiara yang manis, tetapi ajaran paling mendalam yang diletakkan dengan cara yang seakan-akan sederhana. Anda boleh berpikir, "Oh ya, jangan menarik diri, baiklah, tetapi apa artinya." Tentu saja, ini tidak berarti bahwa apabila anda menarik diri, berarti anda jahat; anda telah diajarkan tentang maitri, kasih sayang, sikap tidak menghakimi, dan sikap untuk menerima diri sendiri, tidak takut menjadi diri anda. Anda mengerti apa yang saya maksudkan? Dalam "Zen Mind, Beginner's Mind", Suzuki Roshi berkata bahwa ia menerima sepucuk surat dari salah satu muridnya yang mengatakan, "Roshi terhormat, Anda mengirimkan kepada saya sebuah kalender dan setiap bulan ada pernyataannya yang bagus sekali, namun saya belum memahami pernyataan yang ada hingga bulan Februari, dan saya merasa bahwa saya tidak hidup sesuai dengan pernyataan-pernyataan itu". Suzuki Roshi tertawa atas kenyataan bahwa orang-orang menggunakan dharma untuk membuat diri mereka merasa bodoh. Atau orang yang mempunyai daya tangkap secara konsep yang baik akan dharma menggunakan kemampuannya untuk menjadikan dirinya angkuh dan sombong. Jika anda merasa diri anda salah paham terhadap ajaran, ajaran itu sendiri akan selalu menunjukkan pada anda di mana anda telah menyimpang. Ini berarti, dharma itu bagaikan jaring tanpa jahitan yang membuat kita tidak mampu melepaskan diri darinya. |
BAB XV
DHARMA YANG DIAJARKAN DAN DHARMA YANG DIALAMI (3) Dharma harus benar-benar di bawa ke dalam hati, bukan cuma digunakan sebagai suatu cara untuk merasa nyaman dan aman atau untuk terus melanjutkan kebiasaan memuaskan diri atau kebiasaan berjuang untuk kesempurnaan. Pada awalnya, anda mungkin menggunakan dharma seperti cara anda menggunakan yang lain-lain, tetapi kemudian, karena itu adalah dharma, anda akan merasakan bahwa dharma itu sedang anda manfaatkan untuk memuaskan diri atau untuk menjadi seorang yang perfeksionis --"Astaga! Saya telah menggunakannya untuk mengubah dunia menjadi menyenangkan dan terang atau membuatnya menjadi tempat yang keras dan sengsara." Trungpa Rinpoche memberitahu kita bahwa seperti kebanyakan tulku (seseorang yang merupakan inkarnasi dari guru yang telah mencapai pencerahan) menunjukkan sifat kebatinan guru tersebut, ia dibesarkan dengan peraturan yang sangat ketat. Ia dipukul jika melakukan sesuatu yang tidak dianggap tepat untuk seorang tulku, dan ia harus belajar sangat keras. Ia katakan bahwa ia anak yang sengsara sehingga sering dihukum, tetapi ia pun cukup cerdas dan agak bangga atas dirinya sendiri. Gurunya tidak pernah memujinya; mereka selalu memarahinya dan menyuruhnya bekerja lebih keras lagi. Biarpun begitu, ia bisa mengatakan bahwa mereka cukup terkesan dengan kecemerlangannya. Ketika tiba waktunya bagi ia untuk mengunjungi guru-nya, Jamgon Kongtrul dari Sechen, untuk menguji pelajarannya, ia tidak bisa menunggu lagi untuk menunjukkan pengetahuan dan kecerdasannya. Waktu itu pagi hari dan cahaya masuk melalui jendela menyinari wajah Jamgon Kongtrul. Rinpoche duduk di sebelahnya. Jamgon Kongtrul sangat hening untuk sesaat, dan akhirnya ia berkata, "Sekarang, coba katakan padaku apa yang anda ketahui tentang enam paramita." (Enam paramita, atau "kesempurnaan" adalah kemurahan hati, disiplin, kesabaran, semangat, meditasi, dan pengetahuan) Rinpoche, dengan penuh percaya diri, menguraikan semuanya berikut segala referensinya dan semua penjelasan berbeda dari guru-guru yang berlainan. Setelah semuanya telah selesai disebutkan, Jamgon Kongtrul berdiam diri lagi, lalu berkata, "Tapi, apa yang kamu rasakan tentang semua itu?" Agak tertegun, Rinpoche berkata, "Apa masalahnya dengan apa yang saya rasakan mengenai itu? Inilah yang selalu diajarkan dan telah diajarkan seperti ini sejak pertama kali dibabarkan dan begitulah adanya." Jamgon Kongtrul katakan, "Baik sekali untuk mengetahuinya secara intelektual, tetapi apa yang kamu rasakan mengenainya? Apa pengalaman anda atas semua ini?" Rinpoche berkata bahwa itulah cara Jamgon Kongtrul selalu mengajarnya. Ia selalu mau tahu pengalamannya mengenai disiplin, atau kemurahan hati, dan sebagainya. Itulah apa yang ditanamkan Jamgon Kongtrul di dalam diri Rinpoche. Dalam hal dharma yang diajarkan, Trungpa Rimpoche mendengarnya dengan sangat baik dan jelas. Hidupnya sendiri banyak dihabiskan untuk mempelajarinya, dan ia selalu menghendaki kita mempelajarinya. Akan tetapi, ia paling banyak menekankan agar orang-orang mencari makna sebenarnya dan tidak cuma menerima pendapat orang lain tanpa mempertanyakannya. Tatkala Rinpoche berbicara tentang sila, misalnya, ia menerangkannya dengan sangat baik, anda boleh menghafal dua ratus lima puluh atau tiga ratus sila di luar kepala berikut semua referensinya, tetapi yang terpenting adalah anda bisa mendapatkan makna sejati dari sila. Misalnya saja, anda tahu sila pertama adalah jangan membunuh, dan anda barangkali tahu bagaimana sila ini bisa ada, dan anda mungkin tahu logika bahwa membunuh akan menambah keresahan ego dan bahwa menaati sila ini akan memotong rantai sebab dan akibat --anda mungkin mengetahui semuanya, tetapi pertanyaannya adalah, ketika nafsu untuk membunuh muncul, mengapa anda ingin membunuh? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan apa manfaat jika tidak membunuh? Apa yang dilakukan pengendalian diri? Apa yang anda rasakan tatkala menahan diri? Apa yang diajarkannya? Demikianlah cara Rinpoche dilatih, dan dengan cara itu pulalah ia melatih kita. Dharma yang diajarkan dan dharma yang dialami adalah deskripsi tentang bagaimana cara hidup, bagaimana menggunakan hidup anda untuk membangunkan diri anda, bukan meninabobokannya. Dan jika anda memilih untuk menghabiskan hidup anda dengan berusaha menemukan apa artinya bangun dan apa artinya tidur, saya pikir anda bisa mencapai pencerahan. |
BAB XVI
BERPIJAK PADA SEBUAH PERAHU Kala berkeliling dan berjumpa dengan begitu banyak orang dari begitu banyak latar belakang budaya maupun non-budaya yang berbeda-beda, yang saya temukan adalah, bahwa untuk masuk lebih dalam, harus ada semacam usaha sepenuh hati pada kebenaran atau berusaha untuk mau mencari, mau mencari apa itu ngedon, atau makna sejati. Oleh karenanya, jika anda hendak mendengarkan Dharma, anda bisa mendengarnya dari banyak tempat yang berbeda, namun anda tidak berusaha aktif sebelum anda bisa menemukan suatu cara tertentu yang berdering di hati anda dan anda memutuskan untuk mengikutinya. Kemudian anda menjalin hubungan dengan silsilah ajaran tertentu itu dan aliran kebijakan tertentu itu. Setiap agama, kepercayaan filosofis, atau kelompok keagamaan memiliki kebijakan tertentu yang dibawa serta digalinya. Pokoknya, sungguh baik untuk berpijak pada sebuah perahu, apapun jenis perahu itu, karena jika tidak, pada saat terluka sedikit saja anda sudah akan pergi dan mencari yang lain. Baru-baru ini saya diminta untuk mengisi acara program akhir pekan dalam suatu supermarket kebatinan suatu kelompok keagamaan. Tempatnya seperti sebuah mall, dengan sekitar tujuh puluh jenis barang yang dijajakan. Ada sebuah poster besar, semacam pengumuman di kampus, yang menyatakan, Kebijakan Dasar, kamar 606; Perjalanan Antar Bintang, kamar 609; Kerendahan Hati, kamar 666; dan sebagainya. Saya termasuk salah satu yang ditawari di sana. Orang yang anda temui di tempat parkir, atau kala makan siang akan berkata, "Jadi, apa yang anda pilih minggu ini?" Sangat menarik, karena sudah lama saya tidak menemukan yang seperti ini. Dulu saya pernah mengikutinya; untuk berhenti dari kegiatan ini, saya harus mendengarkan Rinpoche yang mengatakan bahwa berbelanja pada dasarnya selalu untuk mencari rasa aman, selalu berusaha untuk merasakan diri anda baik. Ketika seseorang berpijak pada sebuah perahu, apapun jenis perahu itu, maka orang mulai menempuh perjalanan ksatria yang sesungguhnya. Jadi, itulah yang saya rekomendasikan. Saya khususnya hendak menyatakan bahwa karena seperti yang telah anda perhatikan, pada titik ini saya sendiri bersikap bebas dalam memilih referensi dan hal-hal yang mengilhami saya, yang memberi kesan pada anda bahwa anda boleh pergi mengikuti kelompok Tarian Matahari di suatu akhir pekan dan kemudian bergabung dengan kelompok Thich Nhat Hanh pada akhir pekan berikutnya, lalu ke Lokakarya Krishnamurti. Pada dasarnya, saya tidak mendorong anda untuk bersikap seperti itu. Yang terbaik adalah menekuni suatu bidang dan biarkan bidang itu membantu anda menjalani perubahan. Pada saat anda telah benar-benar berhubungan dengan saripatinya, dan anda sedang berada dalam perjalanan, segala sesuatu akan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |