Kebijakan Sejati
The Wisdom of No Escape and The Path of
Loving-kindness
Kebijakan Sejati 1
Kebijakan Sejati 2
Kebijakan Sejati 3
Kebijakan Sejati 4
Food For Thought
The Key of Immediate Enlightenment
Sun Tzu The Art Of War
Encouraging Quotes And Excerpts
Encouraging Stories
Jokes
 A Page to Rest - 
Breathing Space
TABLE OF CONTENTS
Complete list of articles on
this site
 Free Downloads
     


XIII 
PERNYATAAN BERLINDUNG (3) 
Berlindung kepada Buddha artinya anda berkemauan untuk 
menjalankan hidup 
anda dengan mengenali atau menghubungkan diri dengan kesadaran 
anda, belajar 
bahwa setiap kali anda bertemu dengan naga, anda menanggalkan 
lebih banyak 
pakaian perang, khususnya yang menutupi hati anda. Itulah yang 
kita lakukan 
selama di dathun ini, melepaskan baju perang, menanggalkan 
pelindung kita, 
melepaskan semua yang menutupi kebijaksanaan dan kelembutan 
serta sifat 
bangkit kita. Kita tidak sedang berusaha menjadi seseorang yang 
bukan diri 
kita; sebaliknya, kita menemukan kembali, berhubungan kembali 
dengan siapa 
diri kita. Jadi, saat kita berkata, "Saya berlindung pada 
Buddha," itu 
artinya saya berlindung pada keberanian dan potensi tanpa takut 
yang 
membuang semua baju besi yang menutupi kelemahan saya. Saya 
sadar; saya akan 
menjalani masa hidup saya untuk menanggalkan baju besi ini. 
Tidak ada orang 
lain yang dapat menanggalkannya untukku karena tidak ada orang 
lain yang 
tahu di mana letak semua kunci-kuncinya, tidak ada orang lain 
yang tahu 
titik mana yang terkunci rapat, di mana diperlukan tenaga kuat 
untuk 
melepaskan ikatan besi yang sangat kokoh itu. Saya mungkin 
menghadapi 
ritsleting yang dipenuhi gembok sepanjang jalurnya. Setiap kali 
bertemu 
dengan naga, saya membuka sebanyak mungkin gembok yang bisa 
saya buka; 
akhirnya, saya akan mampu membuka ritsleting itu. Saya boleh 
berkata kepada 
anda, "Sederhana saja. Kalau anda bertemu dengan naga, anda 
hanya perlu 
membuka gembok, lalu ritsleting anda akan terlepas." Dan anda 
berkata, "Apa 
yang ia bicarakan?" karena anda telah menjahit tangan kiri anda 
dengan 
benang besi. Setiap kali bertemu dengan naga, anda harus 
mengeluarkan 
senjata khusus, yang telah anda sembunyikan di dalam sebuah 
kotak berikut 
semua barang berharga yang anda miliki, untuk memutuskan ikatan 
benang-benang itu, sebanyak yang anda mampu, hingga anda mulai 
muak dengan 
merasa takut serta berkata, "Sekarang cukuplah." Lalu, anda 
mulai menjadi 
lebih sadar dan lebih dekat dengan hakekat Buddha anda, bersama 
dengan 
Buddha -anda mengerti maksud berlindung pada Buddha. Kepada 
orang yang 
kemudian anda temui, anda katakan, "Mudah sekali. Yang perlu 
anda lakukan 
hanyalah mengeluarkan senjata dari kotak berharga anda dan 
kemudian 
mulailah." Lalu, mereka melihat ke arah anda dan berkata, "Apa 
yang ia 
katakan?" karena mereka mempunyai sepatu boot besar yang 
menutupi tubuh dan 
kepala mereka. Satu-satunya cara untuk mulai melepaskan alas 
kaki itu adalah 
menanggalkan solnya, dan mereka akan tahu bahwa setiap kali 
mereka bertemu 
naga, mereka harus mulai mengupas. Jadi, anda harus 
melakukannya sendiri. 
Instruksi dasarnya sederhana: mulailah menanggalkan baju besi. 
Itulah yang 
bisa dikatakan setiap orang untukmu. Tidak ada yang bisa 
memberitahu anda 
bagaimana melakukannya karena anda adalah satu-satunya orang 
yang tahu 
bagaimana awal mula anda mengunci diri dan dari sanalah anda 
memulai usaha 
ini. 
Berlindung kepada Dharma adalah, secara tradisional, berlindung 
kepada 
ajaran-ajaran Sang Buddha. Yah, ajaran-ajaran Sang Buddha 
adalah: 
lepaskanlah dan terbukalah pada dunia anda. Sadari bahwa 
mencoba melindungi 
wilayah kekuasaan anda, mencoba menjaga wilayah kekuasaan anda 
agar tetap 
tertutup dan aman, adalah penuh dengan kesengsaraan dan 
penderitaan. Usaha 
ini mengunci anda di dalam sebuah dunia yang kecil, dangkal, 
bau, dan 
tertutup, yang membuat anda menjadi semakin takut terhadap yang 
tidak bisa 
dilakukan dan semakin membawa penderitaan seiring dengan 
semakin menuanya 
anda. Dengan bertambah tua usia anda, semakin sukarlah 
menemukan pintu 
keluar. Tatkala berumur dua belas tahun, saya membaca dalam 
majalah "Life" 
artikel yang berjudul, "Agama-agama Dunia". Artikel mengenai 
Konghucu 
berbunyi kira-kira seperti ini, "Saat anda mencapai umur lima 
puluh tahun, 
jika selama itu anda telah menanggalkan pakaian besimu 
(Konghucu 
menyatakannya dengan kata-katanya sendiri), maka anda telah 
memantapkan 
suatu pola pikiran bagi sisa hidup anda untuk tidak akan bisa 
berhenti. Anda 
akan terus menanggalkan baju besi itu. Namun, pada usia lima 
puluh tahun 
itu, jika anda mengenakan baju perang itu dengan baik, menjaga 
ritsleting 
anda tetap tertutup rapat, menjaga sepatu boot itu tetap 
dipakai dengan cara 
apa pun, maka tidak peduli apa pun yang terjadi, sukarlah bagi 
anda untuk 
berubah lagi." Apakah benar atau tidak, hal ini membuat saya 
ketakutan 
setengah mati tatkala berumur dua belas tahun. Ini  menjadi 
motivasi utama 
dalam hidup saya. Saya bertekad bagaimanapun juga untuk tumbuh 
berkembang 
dan tidak terpaku. 
Jadi, berlindung pada Dharma --ajaran-ajaran Sang Buddha-- 
adalah mengenai 
hal-hal ini. Dari sudut pandang yang lebih luas, Dharma juga 
berarti 
keseluruhan hidup anda. Ajaran-ajaran Sang Buddha adalah 
mengenai usaha 
untuk  melepaskan dan menjadi terbuka: anda menerapkannya pada 
saat 
berhubungan dengan orang lain, berhubungan dalam berbagai 
situasi, 
berhubungan dengan pikiran anda, berhubungan dengan emosi-emosi 
anda. Tujuan 
hidup anda bukanlah menghasilkan uang sebanyak mungkin, 
bukanlah menikmati 
perkawinan yang sempurna, bukanlah mendirikan Vihara Gampo. Ini 
semua tidak 
ada hubungannya. Anda menjalani kehidupan tertentu, dan dalam 
kehidupan apa 
pun yang anda jalani, terdapat suatu wahana untuk bangkit. 
Hidup sebagai 
seorang ibu yang mengasuh anak, itulah wahana untuk bangkit. 
Hidup sebagai 
seorang artis, itulah wahana untuk bangkit. Hidup sebagai 
seorang pekerja 
bangunan, itulah wahana untuk bangkit. Hidup sebagai seorang 
pensiunan yang 
sedang menjalani hari-hari tua, itulah wahana untuk bangkit. 
Hidup seorang 
diri dan kesepian serta berharap untuk mempunyai teman hidup, 
itulah wahana 
untuk bangkit. Hidup dalam keluarga besar dan berharap 
mempunyai lebih 
banyak waktu luang, itulah wahana untuk bangun. Apa pun yang 
anda miliki, 
itulah dia. Tidak ada situasi yang lebih baik daripada yang 
sedang anda 
hadapi. Situasi itu tercipta untuk anda. Situasi itu akan 
menunjukkan pada 
anda segala sesuatu yang perlu anda ketahui mengenai tempat 
ritsleting anda 
tersangkut dan tempat anda bisa melakukan lompatan. Jadi, 
itulah makna 
berlindung pada Dharma. Ini berkaitan dengan menemukan ruang 
terbuka, tidak 
tertutup oleh baju perang besi. 
XIII 
PERNYATAAN BERLINDUNG (4) 
Berlindung pada Sangha juga sama halnya. Ini tidak berarti 
bahwa kita 
bergabung dalam sebuah kelompok dan berteman baik, membahas 
agama Buddha 
bersama-sama, memahami dengan penuh kebijakan, dan mengkritik 
orang-orang 
yang tidak sepaham dengan kita. Berlindung pada Sangha berarti 
berlindung 
pada persamuan orang-orang yang telah mengabdikan hidup mereka 
untuk 
menanggalkan baju perang. Jika kita hidup dalam keluarga yang 
semua 
anggotanya menanggalkan baju perang, maka salah satu cara 
paling efektif 
untuk mempelajari cara melakukannya ialah saling memberikan 
saran dan 
berbagi pengalaman, serta hidup dalam kasih sayang satu dengan 
yang lain. 
Pada saat seseorang sedih dan mulai terhanyut dalam perasaannya 
itu, 
orang-orang akan menegurnya, "Oh, anda sungguh kasihan," atau, 
"Demi Peter, 
tinggalkanlah itu." Akan tetapi, jika anda sedang menanggalkan 
baju besi 
anda dan anda tahu bahwa orang lain juga sedang melakukannya, 
ada suatu cara 
bagi anda untuk memberinya hadiah Dharma. Dengan penuh rasa 
simpati dan 
kasih sayang, atas dasar pengalaman anda tentang hal-hal yang 
mungkin 
dikerjakan, anda memberikan kepada mereka kebijaksanaan yang 
mungkin telah 
diberikan orang lain kepada anda saat anda hidup dalam 
kesengsaraan. Anda 
memberikan semangat untuk tidak tenggelam dalam kesedihan, 
tetapi 
menyadarinya sebagai kesempatan untuk tumbuh, dan bahwa semua 
orang juga 
menjalani usaha ini. Dengan perkataan lain, Sangha adalah 
orang-orang yang 
melibatkan diri dalam usaha menolong semua orang untuk 
menanggalkan baju 
besi mereka, tanpa mendorong mereka untuk tenggalam dalam 
kelemahan 
masing-masing dan untuk cenderung mengenakan baju besi itu. 
Apabila kita 
melihat seseorang gagal atau dengan keras kepala berkata, 
"Tidak, saya suka 
baju besi ini," ada kesempatan untuk mengatakan sesuatu tentang 
kenyataan 
bahwa di dalam baju besi itu terdapat banyak luka bernanah, dan 
secercah 
sinar matahari tidak akan melukainya sedikit pun. Itulah yang 
perlu 
diperhatikan dalam pernyataan berlindung pada Sangha. 
Menyatakan berlindung pada Tiga Mestika sama sekali bukanlah 
mencari 
perlindungan dari sudut pandang konvensional. Sama halnya 
dengan mencari 
pulau gersang di tengah samudera setelah kapal karam --"Wah! 
Itu pulau!"-- 
dan kemudian berdiri di sana menyaksikan pulau itu lambat laun, 
hari demi 
hari,  tertutup oleh air laut. Berlindung pada Buddha, Dharma, 
dan Sangha 
adalah seperti ini. 
Pada saat kita menyadari kebutuhan untuk menanggalkan baju 
besi, kita bisa 
berlindung dalam kesadaran dan tekad kita untuk tidak 
memakainya lagi 
melalui perlindungan pada Buddha. Kita bisa berlindung pada 
ajaran Sang 
Buddha dan kita bisa berlindung pada Sangha, keluarga kita, 
orang-orang yang 
mengabdikan hidupnya untuk mengikuti ajaran Sang Buddha, yang 
padanya kita 
bisa minta dukungan dan saran. 
Trungpa Rinpoche memberikan sebuah definisi terhadap pernyataan 
berlindung 
yang kemudian dituliskan di majalah dinding kita. Definisi itu 
dimulai 
dengan pernyataan umum, "Karena segala sesuatu adalah 
telanjang, bebas dari 
ketertutupan, tidak ada yang dicapai atau disadari." Akan 
tetapi, Rinpoche 
melanjutkannya dan membuatnya menjadi lebih jelas. "Latihan 
setiap hari 
bertujuan mengembangkan sikap penerimaan dan keterbukaan 
sepenuhnya pada 
semua situasi, emosi, dan masyarakat. Penerimaan dan 
keterbukaan sepenuhnya 
pada semua situasi, emosi, dan masyarakat, mengalami segala 
sesuatu 
sepenuhnya tanpa pembatasan atau pengurungan, sehingga 
seseorang tidak lepas 
atau berpusat pada dirinya sendiri." Itulah sebabnya kita 
berlatih. 
XIV 
TIDAK MEMILIH SAMSARA MAUPUN NIRVANA (1) 
Pagi ini, saya akan membicarakan kondisi untuk tidak memilih 
samsara atau 
pun nirvana. Samsara adalah lingkaran berbisa kehidupan; 
nirvana adalah 
lenyapnya kebodohan dan emosi-emosi yang bersengketa, dan 
karenanya 
kemerdekaan dari kelahiran kembali di alam samsara. Banyak 
ajaran-ajaran 
mahamudra (suatu keadaan di mana semua pengalaman di 
transformasikan ke 
dalam pengetahuan transendental dan cara-cara trampil) tentang 
hakekat 
pikiran membahas keheningan dan keterlibatan. Jika anda hendak 
mengupas 
habis fenomena, yang akan diperoleh adalah keheningan dan 
keterlibatan: 
ruang, dan semua yang terus-menerus lahir dari ruang, dan 
kembali ke 
ruang --keheningan dan keterlibatan. Kadang-kadang, itu disebut 
latar 
belakang dan latar depan. Dalam hal mana pun, yang akan saya 
bicarakan 
adalah tidak memilih keheningan maupun keterlibatan, atau anda 
boleh 
katakan, tidak lebih menyukai kesibukan samsara ataupun 
keheningan nirvana. 
Biasanya ada semacam prasangka. Ada dua macam penyakit jiwa 
manusia. Yang 
satu ialah terlalu penuh dengan kecemasan, ketakutan, dan 
harapan, menyukai 
dan tidak menyukai, dan semacamnya: pekerjaan, keluarga, 
asmara, rumah, 
mobil, uang, liburan, hiburan, gunung, gurun, Eropa, Meksiko, 
Jamaika, 
Lubang Hitam Kalkuta, penjara, perang atau damai, dan 
sebagainya. Begitu 
banyak di antara kita yang terikat dengan segala sesuatu yang 
terjadi, 
terjerat oleh peristiwa seolah-olah terperangkap dalam pusaran 
air. Di dalam 
samsara, kita terus berusaha menghindari rasa sakit dengan cara 
mengejar 
kenikmatan, dan dalam melakukan hal itu, kita cuma terus 
berputar dan 
berputar. Saya begitu panas sehingga membuka semua jendela, 
kemudian saya 
kedinginan dan memakai sweater. Lalu, terasa gatal sehingga 
saya oleskan 
krim, kemudian terasa lengket, jadi saya mandi. Lalu, saya 
kedinginan 
sehingga saya tutupi jendela, dan seterusnya, dan seterusnya. 
Saya kesepian, 
lalu saya menikah, kemudian saya selalu bertengkar dengan suami 
atau isteri 
saya, karena itu saya mulai terlibat skandal cinta dengan orang 
lain, lalu 
suami atau isteri saya mengancam untuk meninggalkan saya dan 
saya terangkap 
dalam kebingungan untuk harus berbuat apa, dan seterusnya, dan 
seterusnya. 
Kita mencoba keluar dari kuali mendidih untuk masuk ke dalam 
bahan yang 
sejuk, selalu mencoba melarikan diri, dan karenanya tidak 
pernah benar-benar 
sepenuhnya tenang dan menghargai kehidupan. Itulah yang disebut 
samsara. 
Dengan kata lain, bagaimana juga kita memiliki apriopri 
terhadap suatu 
peristiwa, jadi kita selalu bergerak dalam kerangka kerja untuk 
mencoba 
mendapatkan kenikmatan melalui keyakinan-keyakinan politis, 
filosofi, agama, 
dan segala macam hal, mencoba mendapatkan kesenangan di dalam 
semua yang 
ada. 
Penyakit jiwa yang lain lagi --yang juga sama umumnya-- adalah 
terikat pada 
kedamaian dan ketenangan, atau kebebasan, atau kemerdekaan. 
Ketika saya 
sedang berjalan-jalan, saya menjumpai  beberapa orang yang 
membentuk suatu 
kelompok berdasarkan pada kepercayaan bahwa suatu piring 
terbang akan segera 
datang dan membawa mereka pergi dari semua ini. Mereka menunggu 
kedatangan 
piring terbang itu untuk membebaskan mereka dari kesemrawutan 
bumi ini. 
Mereka berbicara tentang bagaimana melampaui dunia yang 
mengerikan ini, 
mencapai ruang angkasa, kejernihan, dan kebahagiaan keadaan 
tanpa rintangan, 
yang benar-benar bebas. Ketika kapal ruang angkasa itu membawa 
mereka pergi, 
mereka akan menuju ke suatu tempat di mana tidak terdapat 
masalah apapun. 
Inilah yang juga kita lakukan dengan cara yang tidak kita 
sadari. Jika kita 
sedang mengalami peristiwa yang membahagiakan, kita 
menginginkannya untuk 
terus berlangsung. Itulah kecanduan, ingin merasa enak 
selamanya, tetapi 
biasanya berakhir tidak seperti yang diharapkan. Namun, itu 
adalah penyakit 
jiwa yang sangat umum, terjerat oleh keinginan untuk seperti 
itu selamanya, 
ingin tinggal di ruang bebas, seperti beberapa teman saya di 
tahun tujuh 
puluhan yang memutuskan untuk menelan LSD setiap hari agar bisa 
berada di 
alam luar sana untuk selamanya. Kadang-kadang, keinginan itu 
diekspresikan 
dengan cara mengatur hidup anda dengan cara sedemikian rupa 
sehingga tenang, 
sangat lembut, sangat sederhana; anda menjadi begitu terikat 
padanya 
sehingga terus menginginkan kondisinya tetap seperti itu. Anda 
menolak 
segala macam suasana yang berisik, seperti banyak anak-anak 
atau anjing yang 
berkeliaran ke dalam rumah dan mengacak segala macam benda. Ada 
beberapa 
orang yang memiliki pandangan atau pengertian bahwa hakekat 
realita itu luas 
dan indah --apa yang kadang-kadang disebut pandangan luhur-- 
tetapi kemudian 
mereka menjadi tidak puas sama sekali pada kehidupan biasa. 
Pandangan luhur 
itu bukan memperkaya hidup mereka, melainkan pandangan membuat 
mereka merasa 
lebih miskin sepanjang waktu. Seringkali penyebab orang-orang 
berubah dari 
penyakit syaraf menjadi penyakit jiwa adalah mereka melihat 
situasi lapang 
dan harmonis serta betapa luasnya segala sesuatu, dan bagaimana 
dunia ini 
bekerja, tetapi kemudian mereka bergantung pada pemahaman itu 
sea 
bisa belajar berhenti di kala matahari terbenam dan kala 
matahari terbit. 
Kita bisa belajar mendengar angin, kita bisa belajar 
memperhatikan bahwa 
sedang turun hujan, salju, es batu, atau sedang cerah. Kita 
bisa 
menghubungkan diri dengan cuaca, yaitu diri kita sendiri, dan 
kita dapat 
menyadari itu sedih adanya. Semakin sedih suatu peristiwa, akan 
semakin 
banyaklah pelajarannya; semakin banyak pelajarannya, akan 
semakin terbukalah 
hati kita. Kita bisa berhenti berpikir bahwa peristiwa yang 
berjalan mulus 
dan tenang adalah baik, dan bahwa peristiwa yang berlangsung 
kasar dan gelap 
tidaklah baik. Jika kita mampu memahaminya dalam hati kita, 
kita akan dapat 
membuat secangkir teh yang tepat. 
XIV 
TIDAK MEMILIH SAMSARA MAUPUN NIRVANA (3) 
Chogyam Trungpa Rinpoche menyukai ritual. Ia mengambil dari 
semua 
aliran --termasuk Tibet, Jepang, dan Inggris-- untuk 
menciptakan ritual, 
salah satu di antaranya ialah cara memasuki di dalam ruang 
altar. Anda duduk 
di dalam ruang sembahyang dan lalu tiba-tiba anda dengar 
derakan tongkat 
upacara (gandi), dan bunyi "ping" dari gong kecil, dan dentang 
genderang 
besar: "krak", "ping", "boom", "krak", "ping", "boom". Dengan 
semakin 
dekatnya bunyi itu, anda tahu bahwa Rinpoche sedang memasuki 
ruangan. Lalu, 
muncullah dia, dengan pengiring prosesinya. Ia baru saja 
memasuki ruang 
altar untuk memberikan ceramah, tetapi bagaimana pun, ritual 
itu menciptakan 
suatu lingkungan di mana ruangan akan terbuka luas. Anda merasa 
seperti 
berada di dalam sebuah ruang tanpa batas waktu. Waktu itu bukan 
22 Juni 
1989; bukan siang atau malam, atau suatu tanggal tertentu dalam 
kalender, 
yang ada hanya ruang. Ia tahu bahwa jika ia menciptakan semua 
suara dan 
ritual ini, kita semua akan menarik manfaat dari pengalaman 
tanpa batas 
waktu itu. 
Nenek moyang kita telah memahami iklim, bahwa matahari terbit 
dan terbenam, 
dan tentang bumi, dan mereka menyelenggarakan upacara untuk 
merayakan semua 
itu. Dengan demikian, tidak seorang pun yang bisa melupakan 
fakta bahwa kita 
semua berhubungan, ritual pubertas, dan semua perayaan yang 
lain dirancang 
dengan baik, seperti sebuah tarian yang indah. Leluhur kita 
tahu bagaimana 
melakukan semua ini dan mereka menurunkan pengetahuan tentang 
ini, dan 
itulah yang disebut dengan silsilah. Rusa Hitam adalah seorang 
suci suku 
Indian Sioux di tahun 1880-an, suatu masa di mana suku tersebut 
sedang 
berkecil hati, kehilangan semangat, sebagai akibat cara hidup 
mereka, yang 
telah menerapkan suatu ikatan rasa saling berhubungan, sedang 
terancam 
punah. Namun, kondisinya masih cukup dini sehingga mereka belum 
kehilangan 
total. Pada waktu berusia sembilan tahun, ia melihat kuda-kuda 
berdatangan 
dari empat penjuru. Di satu arah kuda-kuda itu berwarna putih, 
di arah yang 
lain berwarna merah bata, di arah yang lain lagi berwarna 
kuning, dan 
satunya lagi berwarna hitam. Bersama kuda-kuda itu, datang 
gadis-gadis yang 
membawa barang suci, dan kakek-kakek yang menyanyikan ramalan. 
Masing-masing 
arah memiliki simbol ritualnya sendiri. Ia tidak menceritakan 
penglihatannya 
pada siapa pun karena ia yakin tidak akan ada orang yang 
mempercayainya 
nanti. Akan tetapi, ketika ia berumur tujuh belas tahun, ia 
merasa ia agak 
gila, jadi akhirnya ia mengungkapkannya pada dukun, yang segera 
mengerti dan 
berkata, "Kita harus melakukan sesuatu." Mereka melakukan 
semuanya, mencat 
tubuh mereka seperti yang tampak dalam penglihatannya itu. 
Ketika menginjak unur dua puluh tahun, segalanya telah 
bercerai-berai. Ia 
akhirnya bergabung dengan kelompok Pertunjukan Barat Liar 
Buffalo Bill, 
dengan orang-orang Indian yang lain. Mereka dibawa dengan 
"kapal api" ke 
Eropa untuk mengadakan sebuah pertunjukan di London bersama 
semua kuda dan 
pakaian Indian mereka. Satu malam, Ratu Victoria datang 
menyaksikan 
pertunjukan itu. Nah, anda tentu tidak mengira ada persamaan 
antara Rusa 
Hitam, seorang Oglala Sioux dari benua Amerika di tahun 1886, 
dengan Ratu 
Victoria, tetapi di malam itu tidak ada orang lain yang datang 
--cuma Ratu 
Victoria dengan kendaraan dan pengiringnya yang 
berkilau-kilauan. Tatkala 
pertunjukan usai, ia bangkit dan berjabat tangan dengan semua 
pemain. Rusa 
Hitam benar-benar menyukainya. Lalu ia menghormat pada mereka, 
dan mereka 
begitu terkesan padanya dan pada pembawaannya, sehingga para 
perempuan 
melakukan apa yang disebut tremolo dan para lelaki 
bersorak-sorai, lalu 
mereka semua memberi hormat padanya. Rusa Hitam menjulukinya 
sebagai "Nenek 
Inggris". Ia begitu agung dan ramah. "Ia kecil dan gemuk, dan 
ia baik 
terhadap kita." Sebulan kemudian, ia mengundang mereka ke pesta 
ulang tahun 
pernikahannya yang ke dua puluh lima. Seperti yang ia 
ceritakan, ketika ia 
dan orang-orang Indian lainnya tiba di bangunan yang besar itu, 
setiap orang 
berteriak, "Jubilee! Jubilee! Jubilee!" Rusa Hitam mengatakan 
ia masih belum 
tahu apa artinya itu, tetapi kemudian ia mampu memahami apa 
yang dilihatnya. 
Pertama-tama, dalam kereta kuda emasnya, datang Ratu Victoria, 
semua kudanya 
diselimuti dengan emas dan pakaiannya menyala-nyala keemasan. 
Lalu, dalam 
kereta hitam dengan kuda hitam, datang cucu-cucu Ratu, dan 
dalam kereta 
hitam dengan kuda abu-abu, datang sanak keluarganya. Ia 
menggambarkan semua 
kereta dan semua kuda itu, lalu semua orang tiba dalam pakaian 
yang indah, 
datang dengan menunggang kuda hitam berjambul. Keseluruhan 
perayaan itu 
memberi kesan pada mereka. Ia mengatakan bahwa sebelum perayaan 
itu, ia 
merasa seperti seseorang yang belum pernah memiliki suatu 
penglihatan, namun 
dengan melihat semua kemegahan dan keindahan itu, ia 
berhubungan kembali 
dengan hatinya. Tatkala Ratu Victoria dengan kereta kuda 
emasnya melewati 
orang-orang Indian, ia meminta keretanya berhenti dan ia 
berdiri serta 
memberi hormat lagi pada mereka. Sekali lagi, mereka 
melemparkan semua 
peralatan ke udara, bersorak-sorai, dan bergembira ria 
melakukan tremolo, 
dan lalu mereka beryanyi untuk Nenek Inggris. Hal itu 
menggembirakan hati 
mereka. 
Ritual bisa berupa Ratu Inggris atau orang Indian itu. Ini, 
bagaimana pun, 
telah melampaui batasan waktu dan ruang. Dalam segala kasus, 
saya pikir 
selalu ada hubungan antara bercokolnya kesedihan dan keperihan 
samsara di 
dalam hati anda, dan pada waktu yang bersamaan, merasakan 
perwujudan dan 
kekuatan Matahari Timur Agung. Seluruh hidup kita bisa menjadi 
ritual. Kita 
bisa belajar berhenti di kala matahari terbenam dan kala 
matahari terbit. 
Kita bisa belajar mendengar angin, kita bisa belajar 
memperhatikan bahwa 
sedang turun hujan, salju, es batu, atau sedang cerah. Kita 
bisa 
menghubungkan diri dengan cuaca, yaitu diri kita sendiri, dan 
kita dapat 
menyadari itu sedih adanya. Semakin sedih suatu peristiwa, akan 
semakin 
banyaklah pelajarannya; semakin banyak pelajarannya, akan 
semakin terbukalah 
hati kita. Kita bisa berhenti berpikir bahwa peristiwa yang 
berjalan mulus 
dan tenang adalah baik, dan bahwa peristiwa yang berlangsung 
kasar dan gelap 
tidaklah baik. Jika kita mampu memahaminya dalam hati kita, 
kita akan dapat 
membuat secangkir teh yang tepat. 
BAB XV 
DHARMA YANG DIAJARKAN DAN DHARMA YANG DIALAMI (1) 
Secara tradisional, ada dua cara mengungkapkan ajaran-ajaran 
Sang Buddha: 
dharma yang diajarkan dan dharma yang dialami. Dharma yang 
diajarkan telah 
ditampilkan secara terus-menerus dalam buku-buku dan 
ceramah-ceramah dengan 
cara yang murni dan segar sejak jaman Sang Buddha. Walaupun 
semuanya berasal 
dari India, dalam masa, ruang, dan kebudayaan yang sangat 
berbeda dari yang 
kita alami sekarang, saripati ajaran itu mampu menyebar hingga 
ke Asia 
Tenggara, Jepang, Cina, Korea, Vietnam dan Tibet --ke semua 
tempat di mana 
agama Buddha telah berkembang-- oleh orang-orang yang dapat 
mengekspresikan 
segala yang telah diajarkan kepada mereka. Hingga saat ini, 
terdapat begitu 
banyak buku-buku yang menguraikan tentang ajaran-ajaran dasar; 
anda bisa 
membaca buku karangan Joseph Goldstein, Ayya Khema, Suzuki 
Roshi, Chogyam 
Trungpa, Tarthang Tulku, atau hasil-hasil  terjemahan Herbert 
Guenther. 
Dengan begitu banyak cara, anda bisa membaca dan mendengarkan 
ajaran, dan 
kesemuanya mempunyai ciri khas yang berbeda-beda. Namun, anda 
akan menemukan 
bahwa jika anda memilih salah satu tema dari buku-buku itu, 
seperti Empat 
Kebenaran Mulia, kesunyian, atau welas asih, semuanya akan 
berisi hal-hal 
yang sama, berdasarkan gaya dan latar belakang mereka 
masing-masing. 
Ajaran-ajaran itu sama dan intisarinya juga. 
Dharma yang diajarkan itu seperti permata-permata yang 
berharga. Bagaikan 
bodhicitta, permata itu dapat ditutupi debu, namun tidak 
berubah oleh karena 
debu. Ketika ada orang yang mengeluarkan permata itu di tempat 
yang terang 
dan menunjukkannya pada semua orang, permata itu akan 
membangkitkan getaran 
dalam hati dan batin orang-orang yang melihatnya. Ajaran-ajaran 
itu juga 
seperti lonceng emas indah yang tersembunyi dalam sebuah gua 
yang dalam dan 
gelap; jika ada orang yang membawanya ke luar dan 
membunyikannya, 
orang-orang akan dapat mendengar bunyinya. Itulah dharma yang 
diajarkan. 
Secara tradisional, disebutkan bahwa dharma dapat diajarkan, 
tetapi 
seseorang harus mempunyai telinga untuk bisa mendengarnya. Di 
sini, 
diberikan perumpamaan tiga pot. Jika anda seperti pot dengan 
lubang besar di 
bawahnya, maka dharma yang masuk hanya akan mengalir ke luar 
dengan segera. 
Jika anda seperti pot dengan ada racun di dalamnya, dharma 
menjadi 
terkontaminasi dan akan menjadi racun pula. Dengan kata lain, 
jika anda 
penuh dengan keresahan dan kepahitan, anda bisa mengkajinya 
agar sesuai 
dengan kepahitan dan kegelisahan anda. Jika pot itu dibalikkan, 
tidak ada 
yang bisa dimasukkan ke dalam pot itu. Anda harus sadar dan 
terbuka untuk 
mendengarkan dharma yang diajarkan. 
Dharma yang dialami bukanlah dharma yang berbeda, walaupun 
kadang-kadang 
terasa cukup berlainan. Pengalaman yang umum adalah tatkala 
anda 
mendengarkan ajaran, ajaran itu menjalar ke dalam hati dan 
batin anda, dan 
anda merasa terilhami olehnya, tetapi anda tidak bisa 
mengetahui kaitannya 
dengan kehidupan anda sehari-hari. Ketika tekanan muncul, anda 
kehilangan 
pekerjaan,  atau orang yang anda kasihi meninggalkan anda, atau 
sesuatu yang 
lain terjadi dan emosi anda menjadi liar dan tidak 
terkendalikan, anda tidak 
dapat mengetahui apa kaitannya dengan Empat Kebenaran Mulia. 
Rasa sakit 
begitu hebat sehingga Empat Kebenaran Mulia tampak sebagai 
sesuatu yang 
menyedihkan. Trungpa Rinpoche suatu kali pernah berkata bahwa 
dharma harus 
dialami karena ketika sifat sejati hidup kita, termasuk di 
dalamnya 
rintangan, masalah, dan pengalaman-pengalaman yang membuat kita 
mulai 
bertanya-tanya, muncul semakin jelas, sekedar kepercayaan 
filosofis tidak 
akan mampu menjelaskan realita atas apa yang sedang kita alami.
BAB XV 
DHARMA YANG DIAJARKAN DAN DHARMA YANG DIALAMI (2) 
Apa yang akan anda temukan jika senantiasa mempelajari dharma 
dan 
mempraktekkan meditasi adalah bahwa tidak ada sesuatu pun yang 
telah pernah 
anda dengar tetapi terpisah dari hidup anda. Dharma adalah 
studi tentang 
kenyataan segala sesuatu, dan satu-satunya cara untuk dapat 
menemukan 
keadaan yang sebenarnya adalah dengan mempelajari diri anda. 
Guru Zen, 
Dogen, berkata, "Mengenali diri anda berarti melupakan diri 
anda, dan jika 
anda telah melupakan diri Anda, maka anda menjadi cerah oleh 
segalanya." 
Mengenali diri anda atau mempelajari diri anda sendiri hanyalah 
berarti 
bahwa hidup anda adalah suatu pengalaman gembira, pengalaman 
sedih, 
pengalaman sembuh dan segar, pengalaman sakit. Itulah yang kita 
punyai dan 
itulah yang kita perlukan untuk mendapatkan pengalaman yang 
hidup atas 
dharma --untuk menyadari bahwa dharma dan hidup kita adalah 
sama. 
Saya terperanjat membaca kutipan pada papan pengumuman kemarin, 
bunyinya, 
"Latihan sehari-hari hanyalah untuk mengembangkan sikap 
penerimaan dan 
keterbukaan sepenuhnya terhadap semua situasi, emosi, dan 
masyarakat." Anda 
membacanya, anda mendengarnya, dan mungkin saya bahkan telah 
membicarakannya, tetapi pada dasarnya, apakah maknanya? Tatkala 
membacanya, 
anda seperti mengetahui apa artinya, tetapi ketika anda mencoba 
melakukannya, usaha anda kelihatan bertentangan dengan 
pernyataan itu, maka 
pandangan awal anda atas makna tersebut akan buyar; anda 
menemukan sesuatu 
yang segar dan baru yang belum pernah anda sadari sebelumnya. 
Pengalaman 
pribadi akan dharma berarti hidup dengannya, mengujinya, 
berusaha menemukan 
apa arti sesungguhnya dalam hal anda kehilangan pekerjaan, 
ditinggal 
kekasih, sekarat karena penyakit kanker. "Terbukalah dan 
terimalah semua 
situasi dan masyarakat." Bagaimana anda melakukannya? 
Barangkali ini adalah 
nasihat terburuk yang pernah diberikan pada anda, tetapi anda 
harus 
menemukan caranya sendiri. 
Seringkali kita mendengar ajaran-ajaran itu dengan sikap 
subyektif sehingga 
kita berfikir bahwa kita sedang diberitahu sesuatu yang benar 
dan sesuatu 
yang salah. Akan tetapi, dharma tidak pernah mengatakan kepada 
anda mana 
yang benar dan mana yang salah. Dharma hanya mendorong anda 
untuk menemukan 
sendiri. Namun, karena kita harus menggunakan kata-kata, kita 
membuat 
pernyataan. Misalnya, kita katakan, "Latihan sehari-hari 
hanyalah untuk 
mengembangkan sikap penerimaan dan keterbukaan sepenuhnya atas 
semua 
situasi, emosi, dan masyarakat." Ini kedengaran seperti apa 
sesuatu yang 
benar dan jika tidak melakukannya, berarti kita salah. Akan 
tetapi, itu 
bukan maksudnya. Yang dimaksudkan di sini adalah mendorong anda 
menemukan 
sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Cobalah hidup 
dengan cara itu 
dan lihat apa yang terjadi. Anda akan berhadapan dengan semua 
keraguan, 
ketakutan, dan harapan, dan anda akan bergumul dengan itu 
semua. Tatkala 
anda mulai hidup dengan cara itu, dengan bertanya, "Apa makna 
peristiwa  ini 
yang sesungguhnya?", anda akan menemukan bahwa hidup cukup 
menarik. Tidak 
berapa lama kemudian, anda akan lupa bahwa anda sedang 
bertanya-tanya; anda 
cuma berlatih meditasi atau anda cuma menjalani hidup, dan 
kemudian anda 
memiliki suatu pemahaman, yang artinya anda mempunyai pandangan 
segar atas 
apa yang benar. Pemahaman itu datang dengan tiba-tiba, 
seolah-olah anda 
sedang berkeliaran di dalam kegelapan dan seseorang 
menghidupkan semua lampu 
dan menunjukkan sebuah istana. Anda katakan, "Wow! Ini sudah 
ada di sini 
sejak dulu juga." Akan tetapi, pemahaman itu sangat sederhana; 
tidak selalu 
"Wow!" Ini seolah-olah dalam sepanjang hidup anda, ada setumpuk 
bubuk putih 
di atas meja anda, namun anda tidak tahu apakah benda itu. Anda 
agak takut 
untuk menyelidiki. Mungkin itu LSD, kokain, atau racun tikus. 
Suatu hari, 
anda membasahi tangan anda. Anda menyentuh tumpukan putih itu 
dengan jari, 
lalu mengecapnya, dan astaga, rupanya garam. Tidak ada orang 
lain yang 
mengatakan pada anda apa sebenarnya benda itu --begitu jelas, 
begitu 
sederhana, begitu jernih. Jadi, kita semua mempunyai pemahaman. 
Saya kira 
semua pembicaraan ini adalah suatu kegiatan berbagi pengertian. 
Seolah-olah 
kita telah menemukan sesuatu yang belum pernah diketahui orang 
lain, 
walaupun begitu mudah dan sederhana. 
Anda tidak pernah bisa menyangkal dharma yang dialami karena 
dharma ini 
begitu mudah dan benar. Namun, menempuh jalan di antara dharma 
yang 
diajarkan dan dharma yang dialami menyangkut ijin pada diri 
anda dan 
mendorong diri anda untuk tidak selalu percaya atas apa yang 
sudah diajarkan 
pada anda, namun senantiasa mempertanyakannya. Yang perlu anda 
lakukan 
adalah hidup dengan demikian dan ini akan menjadi jalan anda. 
Kutipan di 
atas papan pengumuman itu berlanjut dengan pernyataan bahwa 
Jalan untuk 
melakukan ini adalah menjadi bersikap terbuka dan jangan 
sekali-kali menarik 
diri. Jangan berpusat pada diri anda. Ini bukan sebuah kata 
mutiara yang 
manis, tetapi ajaran paling mendalam yang diletakkan dengan 
cara yang 
seakan-akan sederhana. Anda boleh berpikir, "Oh ya, jangan 
menarik diri, 
baiklah, tetapi apa artinya." Tentu saja, ini tidak berarti 
bahwa apabila 
anda menarik diri, berarti anda jahat; anda telah diajarkan 
tentang maitri, 
kasih sayang, sikap tidak menghakimi, dan sikap untuk menerima 
diri sendiri, 
tidak takut menjadi diri anda. Anda mengerti apa yang saya 
maksudkan? Dalam 
"Zen Mind, Beginner's Mind", Suzuki Roshi berkata bahwa ia 
menerima sepucuk 
surat dari salah satu muridnya yang mengatakan, "Roshi 
terhormat, Anda 
mengirimkan kepada saya sebuah kalender dan setiap bulan ada 
pernyataannya 
yang bagus sekali, namun saya belum memahami pernyataan yang 
ada hingga 
bulan Februari, dan saya merasa bahwa saya tidak hidup sesuai 
dengan 
pernyataan-pernyataan itu". Suzuki Roshi tertawa atas kenyataan 
bahwa 
orang-orang menggunakan dharma untuk membuat diri mereka merasa 
bodoh. Atau 
orang yang mempunyai daya tangkap secara konsep yang baik akan 
dharma 
menggunakan kemampuannya untuk menjadikan dirinya angkuh dan 
sombong. Jika 
anda merasa diri anda salah paham terhadap ajaran, ajaran itu 
sendiri akan 
selalu menunjukkan pada anda di mana anda telah menyimpang. Ini 
berarti, 
dharma itu bagaikan jaring tanpa jahitan yang membuat kita 
tidak mampu 
melepaskan diri darinya. 
BAB XV 
DHARMA YANG DIAJARKAN DAN DHARMA YANG DIALAMI (3) 
Dharma harus benar-benar di bawa ke dalam hati, bukan cuma 
digunakan sebagai 
suatu cara untuk merasa nyaman dan aman atau untuk terus 
melanjutkan 
kebiasaan memuaskan diri atau kebiasaan berjuang untuk 
kesempurnaan. Pada 
awalnya, anda mungkin menggunakan dharma seperti cara anda 
menggunakan yang 
lain-lain, tetapi kemudian, karena itu adalah dharma, anda akan 
merasakan 
bahwa dharma itu sedang anda manfaatkan untuk memuaskan diri 
atau untuk 
menjadi seorang yang perfeksionis --"Astaga! Saya telah 
menggunakannya untuk 
mengubah dunia menjadi menyenangkan dan terang atau membuatnya 
menjadi 
tempat yang keras dan sengsara." 
Trungpa Rinpoche memberitahu kita bahwa seperti kebanyakan 
tulku (seseorang 
yang merupakan inkarnasi dari guru yang telah mencapai 
pencerahan) 
menunjukkan sifat kebatinan guru tersebut, ia dibesarkan dengan 
peraturan 
yang sangat ketat. Ia dipukul jika melakukan sesuatu yang tidak 
dianggap 
tepat untuk seorang tulku, dan ia harus belajar sangat keras. 
Ia katakan 
bahwa ia anak yang sengsara sehingga sering dihukum, tetapi ia 
pun cukup 
cerdas dan agak bangga atas dirinya sendiri. Gurunya tidak 
pernah memujinya; 
mereka selalu memarahinya dan menyuruhnya bekerja lebih keras 
lagi. Biarpun 
begitu, ia bisa mengatakan bahwa mereka cukup terkesan dengan 
kecemerlangannya. Ketika tiba waktunya bagi ia untuk 
mengunjungi guru-nya, 
Jamgon Kongtrul dari Sechen, untuk menguji pelajarannya, ia 
tidak bisa 
menunggu lagi untuk menunjukkan pengetahuan dan kecerdasannya. 
Waktu itu 
pagi hari dan cahaya masuk melalui jendela menyinari wajah 
Jamgon Kongtrul. 
Rinpoche duduk di sebelahnya. Jamgon Kongtrul sangat hening 
untuk sesaat, 
dan akhirnya ia berkata, "Sekarang, coba katakan padaku apa 
yang anda 
ketahui tentang enam paramita." (Enam paramita, atau 
"kesempurnaan" adalah 
kemurahan hati, disiplin, kesabaran, semangat, meditasi, dan 
pengetahuan) 
Rinpoche, dengan penuh percaya diri, menguraikan semuanya 
berikut segala 
referensinya dan semua penjelasan berbeda dari guru-guru yang 
berlainan. 
Setelah semuanya telah selesai disebutkan, Jamgon Kongtrul 
berdiam diri 
lagi, lalu berkata, "Tapi, apa yang kamu rasakan tentang semua 
itu?" Agak 
tertegun, Rinpoche berkata, "Apa masalahnya dengan apa yang 
saya rasakan 
mengenai itu? Inilah yang selalu diajarkan dan telah diajarkan 
seperti ini 
sejak pertama kali dibabarkan dan begitulah adanya." Jamgon 
Kongtrul 
katakan, "Baik sekali untuk mengetahuinya secara intelektual,
tetapi apa 
yang kamu rasakan mengenainya? Apa pengalaman anda atas semua 
ini?" Rinpoche 
berkata bahwa itulah cara Jamgon Kongtrul selalu mengajarnya. 
Ia selalu mau 
tahu pengalamannya mengenai disiplin, atau kemurahan hati, dan 
sebagainya. 
Itulah apa yang ditanamkan Jamgon Kongtrul di dalam diri 
Rinpoche. 
Dalam hal dharma yang diajarkan, Trungpa Rimpoche mendengarnya 
dengan sangat 
baik dan jelas. Hidupnya sendiri banyak dihabiskan untuk 
mempelajarinya, dan 
ia selalu menghendaki kita mempelajarinya. Akan tetapi, ia 
paling banyak 
menekankan agar orang-orang mencari makna sebenarnya dan tidak 
cuma menerima 
pendapat orang lain tanpa mempertanyakannya. Tatkala Rinpoche 
berbicara 
tentang sila, misalnya, ia menerangkannya dengan sangat baik, 
anda boleh 
menghafal dua ratus lima puluh atau tiga ratus sila di luar 
kepala berikut 
semua referensinya, tetapi yang terpenting adalah anda bisa 
mendapatkan 
makna sejati dari sila. Misalnya saja, anda tahu sila pertama 
adalah jangan 
membunuh, dan anda barangkali tahu bagaimana sila ini bisa ada, 
dan anda 
mungkin tahu  logika bahwa membunuh akan menambah keresahan ego 
dan bahwa 
menaati sila ini akan memotong rantai sebab dan akibat --anda 
mungkin 
mengetahui semuanya, tetapi pertanyaannya adalah, ketika nafsu 
untuk 
membunuh muncul, mengapa anda ingin membunuh? Apa yang 
sebenarnya terjadi? 
Dan apa manfaat jika tidak membunuh? Apa yang dilakukan 
pengendalian diri? 
Apa yang anda rasakan tatkala menahan diri? Apa yang 
diajarkannya? 
Demikianlah cara Rinpoche dilatih, dan dengan cara itu pulalah 
ia melatih 
kita. 
Dharma yang diajarkan dan dharma yang dialami adalah deskripsi
tentang 
bagaimana cara hidup, bagaimana menggunakan hidup anda untuk 
membangunkan 
diri anda, bukan meninabobokannya. Dan jika anda memilih untuk 
menghabiskan 
hidup anda dengan berusaha menemukan apa artinya bangun dan apa 
artinya 
tidur, saya pikir anda bisa mencapai pencerahan. 
BAB XVI 
BERPIJAK PADA SEBUAH PERAHU 
Kala berkeliling dan berjumpa dengan begitu banyak orang dari 
begitu banyak 
latar belakang budaya maupun non-budaya yang berbeda-beda, yang 
saya temukan 
adalah, bahwa untuk masuk lebih dalam, harus ada semacam usaha 
sepenuh hati 
pada kebenaran atau berusaha untuk mau mencari, mau mencari apa 
itu ngedon, 
atau makna sejati. Oleh karenanya, jika anda hendak 
mendengarkan Dharma, 
anda bisa mendengarnya dari banyak tempat yang berbeda, namun 
anda tidak 
berusaha aktif sebelum anda bisa menemukan suatu cara tertentu 
yang 
berdering di hati anda dan anda memutuskan untuk mengikutinya. 
Kemudian anda 
menjalin hubungan dengan silsilah ajaran tertentu itu dan 
aliran kebijakan 
tertentu itu. Setiap agama, kepercayaan filosofis, atau 
kelompok keagamaan 
memiliki kebijakan tertentu yang dibawa serta digalinya. 
Pokoknya, sungguh 
baik untuk berpijak pada sebuah perahu, apapun jenis perahu 
itu, karena jika 
tidak, pada saat terluka sedikit saja anda sudah akan pergi dan 
mencari yang 
lain. 
Baru-baru ini saya diminta untuk mengisi acara program akhir 
pekan dalam 
suatu supermarket kebatinan suatu kelompok keagamaan. Tempatnya 
seperti 
sebuah mall, dengan sekitar tujuh puluh jenis barang yang 
dijajakan. Ada 
sebuah poster besar, semacam pengumuman di kampus, yang 
menyatakan, 
Kebijakan Dasar, kamar 606; Perjalanan Antar Bintang, kamar 
609; Kerendahan 
Hati, kamar 666; dan sebagainya. Saya termasuk salah satu yang 
ditawari di 
sana. Orang yang anda temui di tempat parkir, atau kala makan 
siang akan 
berkata, "Jadi, apa yang anda pilih minggu ini?" Sangat 
menarik, karena 
sudah lama saya tidak menemukan yang seperti ini. Dulu saya 
pernah 
mengikutinya; untuk berhenti dari kegiatan ini, saya harus 
mendengarkan 
Rinpoche yang mengatakan bahwa berbelanja pada dasarnya selalu 
untuk mencari 
rasa aman, selalu berusaha untuk merasakan diri anda baik. 
Ketika seseorang 
berpijak pada sebuah perahu, apapun jenis perahu itu, maka 
orang mulai 
menempuh perjalanan ksatria yang sesungguhnya. Jadi, itulah 
yang saya 
rekomendasikan. Saya khususnya hendak menyatakan bahwa karena 
seperti yang 
telah anda perhatikan, pada titik ini saya sendiri bersikap 
bebas dalam 
memilih referensi dan hal-hal yang mengilhami saya, yang 
memberi kesan pada 
anda bahwa anda boleh pergi mengikuti kelompok Tarian Matahari 
di suatu 
akhir pekan dan kemudian bergabung dengan kelompok Thich Nhat 
Hanh pada 
akhir pekan berikutnya, lalu ke Lokakarya Krishnamurti. Pada 
dasarnya, saya 
tidak mendorong anda untuk bersikap seperti itu. Yang terbaik 
adalah 
menekuni suatu bidang dan biarkan bidang itu membantu anda 
menjalani 
perubahan. Pada saat anda telah benar-benar berhubungan dengan 
saripatinya, 

dan anda sedang berada dalam perjalanan, segala sesuatu akan 
berbicara 
kepada anda dan segala sesuatu akan mengajari anda. Anda tidak 
merasa 
sebagai seorang yang berbangga diri lagi, namun anda juga 
mengetahui bahwa 
wahana anda itu adalah yang sesuai untuk anda. 
Cara yang digunakan Trungpa Rinpoche untuk melatih 
murid-muridnya merupakan 
gabungan antara aliran Kagyu dan Nyingma dari agama Buddha 
Tibet. Ketika 
pertama kali datang ke Amerika Utara dan mulai mengajar, ia 
benar-benar 
menyukai apa yang ia temukan di sana. Ia melihat bahwa 
murid-muridnya tidak 
mengetahui apa pun. Ia membandingkan mereka dengan sekumpulan 
kuda liar atau 
sebuah kandang yang penuh dengan anak anjing yang lucu-lucu. 
Mereka adalah 
anak-anak muda yang terbuka, energik dan polos, kebanyakan di 
antara mereka 
"drop out" dan berambut panjang serta berjenggot, tanpa baju, 
tanpa sepatu. 
Ia menyukainya karena itu adalah lahan yang sangat subur. Di 
Inggris, di 
mana ia bertemu dengan kaum terpelajar Barat, orang-orang yang 
tertarik pada 
agama Buddha adalah kaum terpelajar Buddhis yang tidak mampu 
mendengarkan 
dharma karena mereka tidak mampu melepaskan gagasan-gagasan 
mereka. Itulah 
rintangan mereka, yang ia, saya yakin menikmatinya. Rintangan 
di Amerika 
Utara adalah materialisme kebatinan. Ia memberikan banyak 
ceramah di 
waktu-waktu awal itu yang berhubungan dengan pertanyaan ini; 
beberapa bab 
pertama dari bukunya "Cutting Through Spiritual Materialism" 
(Memutuskan 
Materialisme Kebatinan) menyampaikannya dengan sangat jelas. 
Saya hendak 
mengatakan bahwa untuk empat atau lima tahun secara praktis 
ajaran yang 
diberikan Rinpoche dalam banyak bentuk yang berbeda-beda, 
dengan berbagai 
judul, adalah "Berhentilah berbelanja ke mana-mana dan 
menetaplah serta 
selamilah suatu aliran kebijakan." Ia mengajarkan bahwa 
berpindah ke 
mana-mana dalam hal kebatinan hanyalah bentuk lain dari 
materialisme. 
Mencoba mendapatkan kenyamanan, mencoba mendapatkan rasa aman, 
sementara 
jika anda berpijak pada satu perahu dan mulai mendalaminya, ia 
akan membawa 
anda melalui banyak perubahan. Anda akan bertemu dengan 
naga-naga anda; anda 
akan terus didorong untuk keluar dari sangkar. Aliran itu akan 
menjadi 
upacara inisiasi yang besar, dan kebijakan besar akan datang 
darinya, 
pertumbuhan dan perkembangan kebatinan yang asli. Hidup 
seseorang akan tidak 
akan sia-sia. Ia menekankan bahwa murid-muridnya harus berhenti 
berkeliaran 
dalam bidang kebatinan untuk menjadi kuat, tinggi, atau sakti. 
Ia sangat 
sinis dan menolak segala macam "perjalanan", beginilah ia 
menyebutnya, anda 
bisa membayangkan perjalanan di Amerika Utara di tahun 1970. 
Banyak di 
antara kita tidak perlu membayangkannya. Kita mengingat dengan 
baik --kita 
ini kelinci percobaan! 


Kebijakan Sejati 1
Kebijakan Sejati 2
Kebijakan Sejati 3
Kebijakan Sejati 4
Food For Thought
The Key of Immediate Enlightenment
Sun Tzu The Art Of War
Encouraging Quotes And Excerpts
Encouraging Stories
Jokes
 A Page to Rest - 
Breathing Space
TABLE OF CONTENTS
Complete list of articles on
this site
 Free Downloads