|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |
BAB XVII
KETIDAKNYAMANAN (1) Hari ini saya akan berbicara tentang ketidaknyamanan. Tatkala anda mendengar beberapa ajaran yang menggetarkan anda, dan anda merasakan keyakinan akan berlatih dengan cara itu dan keyakinan bahwa itu merupakan cara hidup yang berharga, maka anda telah masuk ke dalam banyak kesulitan. Dari sudut pandang sehari-hari, kelihatannya baik untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan; tidak ada masalah dengan hal itu. Hanya saja, etika Anda benar-benar mulai menempuh jalan ksatria --yang maksudnya, jika anda mulai mau hidup dengan sepenuhnya daripada memilih kematian, jika anda mulai merasakan gairah hidup untuk tumbuh, jika penggalian, penemuan, rasa ingin tahu menjadi jalan pilihan anda-- maka pada dasarnya, jika anda mengikuti hati anda, anda akan menemukan bahwa hidup itu seringkali sangat tidak enak. Tatkala anda menyatakan berlindung dan menjadi seorang umat Buddha, anda menjadi seorang pengungsi, berarti anda meninggalkan rumah dan menjadi seorang tunawisma sepenuhnya. Tentu saja, anda masih bisa tinggal di suatu tempat yang menyenangkan, dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang menyayangi, atau paling tidak oleh anjing, kucing, tupai, atau kuda. Walaupun begitu, dalam hati kecil anda, sekali anda memulai perjalanan ini, ada suatu perasaan meninggalkan rumah dan menjadi tunawisma. Suatu citra lain untuk itu adalah bardo (suatu keadaan antara, istilah ini biasanya mengacu kepada periode antara kematian dan kelahiran kembali yang berikutnya). Anda telah meninggalkan pantai, tetapi belum sampai di mana pun. Anda tidak tahu hendak ke mana anda pergi, dan anda telah berada cukup jauh di tengah samudera sehingga anda cuma mempunyai ingatan yang kabur tentang dari mana anda berasal. Anda telah meninggalkan rumah, anda telah menjadi seorang tunawisma, anda rindu pulang, tetapi tidak ada jalan kembali. Itulah yang disebut bardo antara. Dalam arti tertentu, saya pikir, di sanalah kita bersama-sama berada melalui dathun ini. Walaupun kita masih berada di sini, orang-orang berpikir untuk pergi dan itulah bardo, tidak persis di sini, tidak persis di sana, cuma terombang-ambing di ruang yang tidak mudah dan harus duduk bermeditasi di sini sejam demi sejam. Pikiran anda terus bergerak maju dan mundur, tetapi pada dasarnya instruksinya adalah tinggalkan rumah, menamakannya "berpikir", tinggalkan rumah dan menjadi tunawisma dengan perasaan mengambang, "Di sini begitu nyaman sejenak. Nanti akan nyaman lagi saat saya kembali, saya pikir, Bukankah begitu? Akankah begitu?" Sejak kemarin lusa, saya sendiri telah merasakan bardo ini. Kita masih melakukan dathun, dan masih ada kegiatan lain yang akan segera muncul. Saya merasa gelisah, gugup, dan mengira saya terkena flu serta heran mengapa saya merasa pusing dan gugup. Itu cuma bardo. Kita masih berada di sini, tetapi di manakah kita? Begitu tidak enak. Lebih enak kalau berada di rumah. Perahu yang berlayar ini tidak mewah. Perahu ini lebih seperti perahu yang dipakai orang perahu dari Vietnam --pembajak bisa datang kapan saja, dan anda tidak tahu apakah akan sampai di pantai seberang ataukah makanan dan minuman akan habis. Situasinya tidak harus seram, tetapi pasti ada rasa, "Inikah tempat saya berada atau ke manakah saya sedang menuju? Di manakah ini?" Jika anda melakukan shamatha dengan benar --saya tidak tahu apa artinya melakukannya dengan benar, tetapi katakanlah jika anda melakukannya sejenak-- kadangkala anda merasakan telah meninggalkan rumah sama sekali dan tidak berumah lagi. Nafas keluar dan di manakah anda? Atau, kadang-kadang realita yang manis, nyaman, atau mungkin tidak menyenangkan, tetapi realita ada dalam pikiran anda, dan mengisi seluruh ruang dengan baik, lalu anda terbangun dari mimpi itu dan berkata, "Berfikir", dan anda mungkin heran di mana anda berada dan siapa anda serta hari apakah itu? Saya tidak bisa ingat, ini tahun 1978 atau --saya tahu belum tahun 2000, tetapi tahun berapakah ini? Dengan cuaca seperti ini, bulan apakah ini, bulan Junikah? Rasanya seperti sedang bulan November --mungkin Agustus. Apa, di mana, bilamana? Pengungsi, anda disebut seorang pengungsi. |
BAB XVII
KETIDAKNYAMANAN (2) Dalam "Born in Tibet" (Lahir di Tibet), Trungpa Rinpoche mengisahkan bagaimana ia meninggalkan Tibet di masa invasi Cina. Kisahnya merupakan cerita yang persis menggambarkan keadaan orang yang mencari perlindungan, pengungsi. Kelompok besar orang Tibet ini, mungkin berjumlah tiga ratus, termasuk orang tua dan bayi, meninggalkan Tibet Timur --Kham-- berikut para pemandu jalan mereka. Ketika telah sampai di Tibet tengah, pemandu jalan itu tidak mengenal jalan lagi karena mereka hanya mengenal Tibet Timur. Akibatnya, tidak ada pemandu jalan yang bisa memandu mereka ke India. Bahkan, salju begitu lebat sehingga mencapai ketiak mereka, jadi bhikshu-bhikshu ketua berjalan di depan, bersujud dengan seluruh tubuh mereka di dalam salju, lalu bangkit dan bersujud lagi, untuk membuka jalan. Pada waktu-waktu tertentu, mereka akan mendaki sampai ke puncak gunung-gunung, hanya untuk melihat apakah mereka telah salah jalan dan terpaksa turun kembali. Mereka tidak mempunyai banyak persediaan makanan, dan tidak hanya itu, jika mereka ditemukan tentara Cina, mereka akan ditembak. Di suatu tempat, mereka harus menyeberangi sungai, dan baju mereka membeku. Rinpoche mengatakan bahwa jika mereka mencoba untuk duduk, chuba (pakaian) dan jubah mereka akan melukai kulit mereka karena es itu begitu tajam. Sungguh tidak menyenangkan. Rinpoche mengatakan bahwa ketika mereka melanjutkan perjalanan, mereka menghasilkan semacam suara dentingan. Ia berseloroh, "Oh, mudah-mudahan tentara Cina tidak mendengar suara kita, mereka bisa mengira itu semacam kode: Kling, kling, kling." Ia mengatakan bahwa tidak ada orang yang menganggapnya lucu. (Ia terus-menerus menceritakan kisah lucu, membuat lelucon di sana sini, dan kemudian ia selalu berkata, "Tetapi tidak ada orang yang menganggapnya lucu.") Ketika perjalanan ini berakhir, para pengungsi sadar bahwa mereka berada di India, tidak mempunyai tempat tinggal, dalam suasana yang sama sekali asing. Banyak di antara mereka langsung mengidap TBC karena berpindah dari tempat yang tinggi, dingin, dan cerah ke tempat yang rendah, panas, kering, dan kotor. Akhirnya, pemerintah Nehru sangat ramah terhadap orang Tibet, tetapi saat pertama mereka datang dan walaupun orang-orang itu ramah, para pengungsi itu masih merasa tidak berumah. Tidak ada orang yang tahu siapa mereka. Tidak ada perbedaan antara seorang tulku atau kepala biara dengan orang biasa. Identitas setiap orang sama. Pengungsi: Itulah yang dirasakan dengan menjadi seorang umat Buddha, itulah rasanya menjadi seorang yang dengan sepenuh hati menggunakan hidupnya untuk bangkit dan bukan untuk tidur. Sangat tidak menyenangkan. Trungpa Rinpoche adalah orang yang menghargai pelajaran penderitaan; ia juga seorang yang hidup dengan sepenuh hati. Tidak menjadi masalah, apakah sesuatu itu menyenangkan atau tidak menyenangkan. Ada jiwa berjuang sepenuh hati dalam hidupnya. Sekali anda tahu bahwa tujuan hidup hanyalah bergerak maju dan terus menggunakan hidup anda untuk bangkit daripada untuk tidur pulas, maka ada rasa penuh hati akan ketidaknyamanan, penuh hati akan kebahagiaan. Rinpoche menekankan ketidaknyamanan. Misalnya saja, ia selalu membuat setiap orang menunggu dalam ceramahnya, saya tidak mengira bahwa itu ia rencanakan, tetapi sekedar karena ia adalah ia apa adanya. Ada suatu abhisheka (upacara pemberian kuasa) di mana ia membuat orang menunggu selama tiga hari. Sering terjadi, tatkala ia akhirnya melakukan sesuatu, anda telah menyerah sama sekali sehingga anda tidak pernah terpikir bahwa itu akan benar-benar terjadi. Tatkala ia menghendaki setiap orang pindah ke Nova Scotia, ia selalu menggoda mereka tentang orientasi mereka pada kesenangan. Ia katakan, "Wah, anda mungkin tidak akan mau melakukannya karena itu berarti anda meninggalkan rumah yang nyaman maupun pekerjaan yang menyenangkan. Anda mungkin tidak akan gampang mendapatkan pekerjaan di Nova Scotia." Kadang-kadang, saya pikir ia menginginkan orang pindah ke Nova Scotia hanya karena hal itu tidak menyenangkan. Orientasi pada kesenangan akan membunuh semangat --itulah pesan umumnya. Memilih kenyamanan, menganggapnya sebagai alasan utama anda untuk hidup, akan senantiasa menjadi suatu rintangan untuk melakukan sebuah lompatan dan berbuat sesuatu yang baru, melakukan sesuatu yang tidak umum, seperti pergi sebagai seorang asing ke tempat yang tidak dikenal. Putra sulung Rinpoche, Sawang Osel Mukpo, memberitahu saya bahwa Rinpoche mengatakan padanya bahwa ia suka mengatur perabotan dalam rumahnya sedemikian sehingga untuk mengambil gelas pun agak sulit. Ia tidak meletakkan meja di tempat yang dekat agar segalanya terasa mudah, melainkan suka meletakkannya setengah inci lebih jauh sehingga anda harus berusaha meraih. Rinpoche juga sering mengatakan bahwa baik adanya memakai baju yang agak ketat. Ia sendiri biasanya memakai sebuah obi, tali pinggang lebar yang biasa dipakai bersama kimono, di balik bajunya, sedemikian ketat sehingga jika ia bersandar, ia akan merasa tidak enak - ia harus menjaga "kepala dan bahunya". Ia merancang seragam. Saya ingat pakaian yang ia rancang untuk dipakai dalam upacara tertentu: seragam itu dibuat dengan bulu wol dan kerah yang tinggi; tempatur di luar kira-kira sembilan puluh derajat dengan kelembaban yang tinggi pula. Ia puas bahwa ketidaknyamanan seperti itu benar-benar membangkitkan kita, membuat kita terus sadar, memberi jarak pada kenyamanan anda, realita pahit dalam usaha berpusat pada diri sendiri. |
BAB XVII
KETIDAKNYAMANAN (3) Tatkala saya merasa agak malas beberapa hari belakangan ini, ada dorongan untuk berkata, "Apa yang akan saya lakukan, berkubang di dalam gua saja? Yah, saya akan tinggal diam di dalam gua saja. Siapa yang peduli?" Lalu, saya perhatikan bahwa orang lain mulai merasa tidak tenang karena saya telah mengabaikan mereka. Mereka tidak berbuat salah apa-apa; Saya cuma merasa terganggu. Anda sadar bahwa perasaan anda mempengaruhi orang lain, dan juga bahwa anda tidak mau berpura-pura merasa senang ketika anda memang sedang terusik. Bagaikan sebuah koan, dan anda dihadapi olehnya. Jika anda benar-benar berbesar hati, anda terus-menerus dihadapi koan yang tidak nyaman ini. Sangatlah tidak menyenangkan melihat anda terusik, atau sakit kepala. Sangat tidak menyenangkan kalau sakit, begitu tidak menyenangkan jika kehilangan penampilan anda yang begitu cerah dan cuma menjadi seorang yang biasa-biasa saja. Sangat tidak menyenangkan melihat orang lain tidak menganggap anda luar biasa, sangat tidak menyenangkan melihat ada orang yang memperhatikan penampilan anda yang tidak rapi, bahwa di tengah upacara oryoki ada odol gigi yang melekat di dasar kaki anda. Sangat tidak menyenangkan jika anda dipermalukan, begitu juga tidak menyenangkan melihat diri anda tidak mampu bersaing. Ajaran pertama sekali yang pernah saya dapatkan yang bisa saya ingat adalah ketika berada di sebuah dharmadhatu, salah satu pusat keagamaan yang didirikan Rinpoche. Salah seorang murid sedang memberikan ceramah, dan ia memulainya dengan mengatakan, "Jika anda tertarik dengan ajaran ini, anda harus menerima kenyataan bahwa anda tidak akan pernah mendapatkan semua ajaran itu secara lengkap." Ini merupakan pernyataan yang mengejutkan saya. Ia bicara dengan sangat jelas. "Anda tidak akan pernah mendapatkan semuanya, anda tidak akan pernah melakukan tindakan yang semuanya sesuai dengan ajaran ini, secara lengkap. Anda tidak akan pernah mendapatkan solusi dari semua masalah anda." Hidup begitu tidak menyenangkan. Begitu tidak menyenangkan pula mengurus biara ini, saya bisa katakan pada anda. Anda baru selesai membereskan dapur, dan penjaga perpustakaan pergi, anda baru saja membereskan buku-buku perpustakaan, dan pembantu biara pergi. Anda baru berhasil mendapatkan seorang pembantu yang baik, dapur yang rapi, penjaga perpustakaan yang rajin, dan tiba-tiba saja tidak ada seorang pun bhikksu atau bhikshuni di dalam biara. Lalu, mungkin semuanya berjalan dengan baik, dan sekonyong-konyong air berhenti mengalir selama seminggu, tidak ada listrik, makanan mulai membasi. Sangat tidak menyenangkan. Sikap sepenuh hati adalah berkah, tetapi tidak ada orang yang benar-benar bisa memberikannya pada anda. Anda harus menemukan jalan untuk menuju itu, lalu menempuhnya dengan tabah. Selama menjalaninya, anda akan terus-menerus menghadapi permasalahan, sakit kepala, terpeleset. Namun, dengan berlatih dan mengikuti jalan itu sepenuh hati, ketidaknyamanan ini tidak lagi menjadi rintangan. Ini cuma liku-liku kehidupan, suatu energi kehidupan. Tidak itu saja, kadang-kadang ketika anda baru mulai paham dan semuanya terasa begitu wajar, anda berpikir, "Inilah dia, inilah jalan yang penuh perhatian," anda tiba-tiba terjatuh dan muka anda menghantam tanah. Semua orang melihat anda. Anda berkata pada diri sendiri, "Apa yang terjadi dengan jalan yang penuh perhatian ini? Di dalam pandangan saya, ini bagaikan jalan yang penuh lumpur." Karena anda dengan sepenuh hati terlibat terhadap perjalanan sang ksatria, jalan itu mempermainkan anda, mengejek anda. Seperti seseorang yang tertawa di telinga anda, menantang anda untuk mencari cara yang harus dilakukan ketika anda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini membuat anda menjadi rendah hati. Jalan itu membuka hati anda. |
BAB XVIII
EMPAT INGATAN (1) Empat Ingatan tradisional merupakan ingatan dasar mengapa seseorang harus terus berusaha kembali ke saat sekarang. Yang pertama mengingatkan kita akan kemuliaan kelahiran kita sebagai manusia; yang kedua, ingatan pada ketidakkekalan; yang ketiga, hukum karma; dan keempat, pada ketidakkokohan alam samsara. Hari ini saya akan membicarakan empat cara untuk terus-menerus membangunkan diri anda dan ingat mengapa anda berlatih, mengapa setelah pulang ke rumah anda mungkin mencoba membuat sebuah ruangan tempat anda bisa bermeditasi setiap hari dan sepenuhnya menyelami diri sendiri seperti yang telah anda lakukan selama satu bulan di sini. Mengapa menyibukkan diri untuk bangkit dan bukan untuk tidur? Mengapa menghabiskan seluruh hidup anda untuk menabur benih kebangkitan, bercita-cita melakukan lompatan, bersikap lebih terbuka, dan menjadi ksatria? Mengapa? Jika muncul masalah keuangan, masalah perkawinan, masalah dengan sahabat, masalah dalam komunikasi, segala macam masalah, dan anda merasa terperangkap, kemudian mengapa sibuk mencari tempat untuk duduk berdiam diri? Mengapa terus-menerus melihat ke langit dan mencoba mencari udara di antara kesesakan dari semua kesemrawutan ini? Kita mengajukan pertanyaan dasar ini terus-menerus. Ajaran tentang empat ingatan menampilan pertanyaan-pertanyaan ini. Anda dapat merenungkannya kapan saja, apakah anda tinggal di Biara Gampo, di Vancouver, di Minnesota, di Chicago, di New York, di Lubang Hitam Kalkuta, di puncak Gunung Everest, atau di dasar lautan. Apakah anda seekor naga (makhluk air), hantu, manusia, makhluk neraka, atau dewa --apa pun wujud anda-- anda dapat merenungkan empat ingatan tentang mengapa anda berlatih. Ingatan pertama adalah kelahiran kita yang berharga ini. Semua di antara kita yang duduk di sini memiliki apa yang secara tradisional disebut kelahiran yang baik, kelahiran yang langka dan hebat. Yang perlu anda lakukan hanyalah mengambil sebuah majalah Time dan bandingkan diri anda dengan hampir siapa saja di dalam majalah itu untuk menyadari bahwa, walaupun anda mempunyai kesulitan, masalah psikologis, perasaan yang sedang terperangkap, dan sebagainya, semua ini tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan keadaan digilas tank, mati kelaparan, dibom, berada di penjara, kecanduan alkohol dan obat-obatan, atau dilanda kegiatan apa pun yang bersifat merusak diri sendiri. Pada hari yang lain, saya membaca cerita tentang seorang gadis berumur sembilan belas tahun yang kecanduan ganja, hamil sembilan bulan, yang hidupnya penuh dengan hura-hura, dan lalu melacurkan diri untuk dapat berhura-hura lagi. Ia sedang menunggu untuk melahirkan bayi yang juga akan kecanduan ganja. Itulah hidupnya; ia akan terus melakukan hal itu hingga mati. Sebaliknya, hidup dalam keluarga kaya yang dikelilingi segala sesuatu yang mewah juga tidak membantu sama sekali. Anda tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pemahaman akan kondisi orang menderita atau terbuka hatinya. Anda terjerat dalam perasaan nyaman dengan memiliki dua ratus atau tiga ratus pasang sepatu di lemari, seperti Imelda Marcos, atau sebuah rumah yang menyenangkan dengan kolam renangnya, atau apa pun yang anda punyai. Yang paling mendasar adalah menyadari bahwa kita memiliki segalanya. Kita tidak dihadapkan dengan rasa sakit ekstrim yang tidak bisa dihindarkan. Kita tidak memiliki kemewahan total yang membuai kita menjadi bodoh. Tatkala kita mulai merasa tertekan, akan sangat bermanfaat jika kita merenungkannya. Mungkin itulah waktu yang baik untuk membaca koran dan mengingat betapa hidup ini bisa sangat mengerikan. Kita selalu berada dalam posisi di mana segala sesuatu bisa terjadi pada kita. Kita tidak tahu. Kita ini bagaikan orang Yahudi yang hidup di Perancis, atau Jerman, atau Belanda, di tahun 1936; kita hanya menjalani hidup kita, bangun di pagi hari, makan dua atau tiga kali sehari, menjalani kegiatan rutin, dan suatu hari Gestapo datang dan membawa kita pergi. Atau mungkin kita tinggal di Pompeii dan mendadak sebuah gunung berapi meletus, lalu kita berada di bawah lahar. Segalanya bisa terjadi. Saat ini adalah masa yang sangat tidak menentu. Kita tidak pernah tahu. Bahkan pada tingkat diri sendiri sekali pun, besok, salah satu dari kita bisa mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau orang yang kita kasihi mengidapnya. Dengan kata lain, hidup ini bisa berjungkir balik. Segalanya bisa saja terjadi. Betapa berharganya, betapa manis dan mulianya hidup kita. Kita berada di tengah-tengah keindahan, kita sehat, cerdas, berpendidikan, dan mempunyai cukup uang, dan sebagainya; walaupun begitu, setiap orang di antara kita mempunyai depresinya sendiri selama dathun ini, setiap orang bisa mempunyai perasaan tidak enak di perutnya. Itu pasti terjadi. Suatu hal yang diajarkan Rinpoche dan juga terjadi pada kita semua yang mengenalnya --walaupun tidak mudah bagi kita untuk menolaknya-- adalah bahwa rasa tertekan tidaklah berarti anda harus melupakan betapa berharganya keseluruhan hidup ini. Depresi hanya seperti cuaca --datang dan pergi. Banyak sekali perasaan, emosi, dan gagasan yang berbeda-beda, semuanya datang dan pergi terus-menerus, tetapi tidak ada alasan untuk melupakan betapa berharganya hidup ini. Mulai menyadari betapa berharganya hidup ini merupakan salah satu senjata anda yang paling ampuh. Bagaikan rasa terima kasih. Jika anda berterima kasih atas hidup anda, maka biarpun truk-truk Nazi datang dan membawa anda pergi, anda tidak akan kehilangan rasa terima kasih itu. Ada sebuah slogan Mahayana yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepada setiap orang." Pada dasarnya, tidak menjadi masalah betapa buruk pun situasi yang anda hadapi, sekali anda memiliki perasaan berterima kasih akan hidup anda dan kemuliaan kelahiran sebagai manusia ini, maka anda bisa berada di alam mana pun. Yang saya maksudkan adalah bahwa saat ini mudah. Jika anda pikir anda dapat mulai merasa berterima kasih apabila sedang berada di alam neraka, jika anda pikir anda dapat tiba-tiba segar, anda akan merasa lebih sukar lima ratus persen daripada situasi saat ini; Anda akan menemui kesukaran untuk melakukannya. Kita sesungguhnyalah sedang berada dalam keadaan yang paling baik dan paling mudah. Sungguh baik untuk mengingat hal itu. Adalah baik untuk mengingat semua ceramah yang pernah anda dengar mengenai kebajikan, keceriaan, dan rasa terima kasih yang mendasar. |
BAB XVIII
EMPAT INGATAN (2) Di dalam Vajrayana, terdapat banyak penekanan pada rasa bakti, yang bisa berupa suatu bentuk rasa terima kasih yang mendalam yang mengandung banyak wawasan di dalamnya. Rasa bakti berarti mengingat semua yang telah bekerja begitu keras, yang memiliki penyakit jiwa yang sama, rasa sakit yang sama seperti kita, depresi yang sama, sakit gigi yang sama, hubungan sulit yang sama, rekening yang sama --sama segala-galanya-- yang tidak pernah menyerah. Karena tidak pernah menyerah, mereka memberikan semangat bagi kita. Mereka adalah pahlawan kita, anda bisa katakan begitu karena tatkala membahas kisahnya (kala kita baca kisah Milarepa, misalnya), daripada merasa ditakut-takuti, kita sebaliknya mencari persamaan diri dengannya. Kita melihat diri kita dalam setiap episode, kita sadar bahwa adalah mungkin untuk terus maju dan tidak menyerah. Kita berbakti pada leluhur-leluhur yang telah bekerja begitu keras untuk membuatnya menjadi mudah bagi kita. Kadang-kadang, anda bertemu dengan seorang guru tertentu yang kelihatannya disediakan untuk anda, dan kemudian anda juga akan menemukan seorang guru tempat anda mencurahkan rasa bakti anda. Seolah-olah, mereka ini mewariskan sebuah silsilah rasa berterima kasih, rasa tanpa takut, keceriaan, dan wawasan. Dan mereka juga persis seperti kita, kecuali bahwa kita kadang-kadang bisa berkecil hati. Kenyataan bahwa contoh-contoh ini membuat kita sangat bersyukur dan menghormati orang-orang ini. Ini memberikan kita sejenis semangat bahwa kita juga mampu mengikuti silsilah tersebut. Lalu, perbuatan yang kita lakukan untuk mengenali kemuliaan kelahiran sebagai manusia bisa menjadi inspirasi bagi setiap orang. Di awal tahun tujuh puluhan, seorang teman saya selalu mengatakan kepada saya, "Apa pun yang sedang anda lakukan, jangan coba mengusir perasaan-perasaan itu." Nasihatnya berlanjut, "Apa pun yang dapat anda pelajari dari pergelutan dengan rasa kecil hati, rasa takut, keheranan, rasa rendah diri, atau kegelisahan --apa pun yang dapat anda lakukan untuk menghadapi semua ini-- lakukanlah, karena ini akan menjadi inspirasi bagi orang lain." Ini sungguh merupakan nasihat yang baik. Jadi, ketika saya mulai merasa tertekan, saya akan ingat, "Tunggu sebentar, mungkin saya perlu mengetahui bagaimana mengatasi diri ini karena banyak orang yang mengalami penderitaan yang sama, dan jika saya mampu melakukannya, mereka akan dapat melakukannya juga." Saya merasakan semacam hubungan ikatan. "Jika orang tolol seperti saya dapat melakukannya, setiap orang juga dapat akan melakukannya." Itulah yang suka saya katakan, bahwa jika seorang yang sengsara seperti saya --yang terjerat sepenuhnya oleh kemarahan, depresi, dan penghianatan-- jika saya dapat melakukannya, maka siapa pun akan dapat melakukannya. Jadi, saya akan mencoba. Itu adalah nasihat yang baik yang membantu saya menyadari kemuliaan kelahiran sebagai manusia. Ingatan kedua adalah ketidakkekalan. Hidup ini sangat singkat. Walaupun kita hidup hingga seratus tahun, hidup ini tetap terasa singkat. Di samping itu, usia kita juga tidak bisa diramalkan. Hidup kita bersifat sementara. Saya sendiri paling lama, hanya bisa bertahan tiga puluh tahun lagi, mungkin tiga puluh lima, tetapi ini tentunya yang paling lama. Barangkali, saya bahkan cuma mempunyai waktu satu hari lagi. Saya menjadi sadar saat berpikir bahwa saya tidak punya waktu sepanjang itu lagi. Hal itu membuat saya mau melaluinya dengan baik. Jika anda sadar bahwa anda tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk hidup dan jika anda mengalami hidup anda seolah-olah anda cuma mempunyai waktu satu hari lagi untuk hidup, maka rasa ketidakkekalan itu meningkatkan perasaan akan betapa mulianya hidup dan sikap berterima kasih itu. Secara tradisional, dikatakan bahwa begitu anda dilahirkan, anda mulai sedang menuju kematian. Saya ingat sewaktu di Boulder, setiap tahun pengikut-pengikut Hare Krishna menampilkan suatu gambar besar yang melukiskan kehidupan, mulai dari bayi yang baru dilahirkan, melewati setiap tingkatan kehidupan. Anda akan melihat gambar itu yang menunjukkan tubuh yang semakin besar dan semakin kuat, dalam masa-masa awal, hingga semuanya mulai merosot dan gambar menunjukkan keadaan yang semakin tua, dan berakhir pada sebuah mayat. Anda bahkan tidak tahu apakah anda mempunyai kesempatan untuk melewati seluruh tahapan itu. Sekalipun anda merasakan kesempatan itu, ketidakkekalan akan menjadi nyata. Ketika anda sedang tertekan, anda akan mengatakan, "Untuk apa susah-susah bermeditasi? Untuk apa sibuk-sibuk mencari tahu, demi diriku dan demi orang lain, apa artinya depresi ini? Mengapa depresi ini membuat saya tertekan? Bagaimana bisa langit begitu cerah kemarin, dan sekarang begitu kelabu? Bagaimana mungkin orang-orang tersenyum pada saya kemarin, dan sekarang mereka begitu sinis? Mengapa kemarin saya merasa melakukan semuanya dengan benar, dan sekarang sepertinya semuanya salah? Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin?" Jika anda sendiri melakukan penyunyian, anda tetap merasa tertekan. Tidak ada yang harus disalahkan; cuma perasaan itu saja yang muncul. Anda bertanya pada diri sendiri, apa itu? Apa itu? Apa itu? Saya ingin tahu. Bagaimana saya bisa membangkitkan diri saya? Adakah yang bisa saya lakukan, yang bukan merupakan kebiasaan? Bagaimana saya membebaskan diri dari keruwetan ini? Bagaimana anda menghentikan proses yang sudah menjadi kebiasaan itu? Diajarkan bahwa, "Ya, itulah alasan kita untuk duduk bermeditasi. Itulah gunanya kewaspadaan. Lihatlah dengan cermat. Pusatkan perhatian pada hal-hal rinci." Mengingat ketidakkekalan mendorong anda untuk kembali dan berpaling pada ajaran, untuk memahami apa yang mereka katakan pada anda tentang bagaimana berurusan dengan hidup anda, bagaimana membangkitkan diri anda, bagaimana menjadi riang, bagaimana berurusan dengan emosi. Demikian pula, kadang-kadang anda akan membaca dan membaca, tetapi tetap tidak akan menemukan jawabannya di mana pun. Lalu, seseorang yang berada di dalam bus akan memberi tahu anda, atau anda akan menemukannya di dalam film, dalam siaran iklan di televisi. Jika anda benar-benar memiliki pertanyaan-pertanyaan ini, anda akan menemukan jawabannya di mana-mana. Akan tetapi, jika anda tidak mempunyai pertanyaan apa pun, pasti tidak akan ada jawabannya. |
EMPAT INGATAN (3)
Ketidakkekalan berarti bahwa intisari hidup ini dengan cepat sekali berubah. Beberapa orang begitu trampil menjalankan latihan perhatian sehingga mereka dapat melihat dengan sebenarnya setiap dan masing-masing pergerakan kecil pikiran --berubah, berubah, berubah. Mereka juga mampu merasakan tubuh berubah, berubah, berubah. Ini sungguh menakjubkan. Jantung memompa darah sepanjang masa, darah terus-menerus mengalir, dan makanan menjalani proses pencernaan, segalanya berlangsung dengan sangat menakjubkan dan bersifat tidak kekal. Setiap kali anda berjalan-jalan dengan mobil, anda selalu berada pada posisi terakhir. Jika anda gila, ketidakkekalan dapat membuat anda menjadi benar-benar gila karena anda takut untuk melangkah keluar dari pagar pelindung, anda takut keluar dari rumah. Anda sadar betapa berbahayanya hidup ini. Alangkah baik untuk menyadari betapa berbahayanya hidup ini karena akan memberikan kesan nyata terhadap ketidakkekalan. Adalah baik untuk menyadari bahwa anda akan mati, kematian itu ada di dekat anda sepanjang waktu. Banyak agama memiliki metode meditasi atas kematian untuk menembusi kekerasan tulang kita bahwa hidup tidak berlangsung selamanya. Ini mungkin saja terjadi sedetik lagi! Kadangkala dikatakan bahwa akhir dari nafas keluar kita sebenarnya adalah sebuah akhir; kesempatan mati berada di depan anda. Suzuki Roshi memberikan petunjuk, "Duduk diam. Jangan bereaksi. Selalu bersiaplah untuk mati." Biarkan ini menjadi suatu ingatan. Sikap untuk senantiasa bersedia mati akan meningkatkan ingatan pertama, rasa terima kasih dan penghargaan akan hidup. Ketidakkekalan dapat banyak mengajar anda tentang berceria. Kadang-kadang, biarkan pikiran itu membuat anda merasa takut. Disebutkan, "Berlatihlah seolah-olah rambut anda sedang kebakaran." Tidak apa-apa kalau ini membuat anda takut. Rasa takut dapat membuat anda mulai mengajukan banyak pertanyaan. Jika ini tidak membuat anda berkecil hati, anda akan mulai bertanya-tanya, "Apakah rasa takut itu? Dari manakah datangnya? Apakah yang saya takutkan?" Barangkali, anda takut pada hal paling menarik yang masih harus anda pelajari. Ketidakkekalan adalah ingatan yang agung. Ingatan ketiga adalah karma: setiap perbuatan membawa akibat. Anda bisa mendapatkan banyak penjelasan tentang karma. Akan tetapi, pada dasarnya, dalam kehidupan kita sehari-hari, ini merupakan ingatan betapa pentingnya apa yang kita perbuat dalam hidup. Hal ini terutama penting dalam hal pikiran. Setiap kali anda mau mengenali pikiran-pikiran anda, membiarkannya berlalu, dan kembali kepada kesegaran saat itu, anda sedang menabur benih kewaspadaan di bawah sadar anda. Anda sedang mengarahkan pikiran anda pada keterbukaan dan bukan pada tidur. Anda mungkin menemukan diri anda sedang terperangkap, tetapi anda bisa melepaskan diri dengan memanfaatkan pikiran anda, dengan bertekad kembali ke saat itu, segera pada waktu itu juga. Setiap kali anda bertekad untuk melakukannya, anda sedang menabur benih masa depan anda sendiri, sedang mengembangkan kewaspadaan dasar bawaan ini dengan cara bertekad untuk melepaskan kebiasaan anda dan untuk melakukan sesuatu yang baru. Pada dasarnya, ini adalah melepaskan pemikiran, melepaskan perputaran pikiran, dan kembali ke saat sekarang. Dalam salah satu doa kita, kita bacakan, "Apa pun yang muncul adalah segar adanya, saripati dari realisasi. Limpahkanlah berkahmu agar meditasi saya bebas dari konsepsi." Kesegaran di sini artinya kemauan untuk duduk tegak jika anda merasa malas. Dalam hal anda ingin bermalas-malas di atas ranjang sepanjang hari dengan menutupi kepala anda dengan selimut, itu artinya tekad untuk bangun dan mandi sehingga menjadi segar dengan sabun yang baik, pergi ke toko dan membeli sesuatu yang berbau harum, menyetrika pakaian, menyemir sepatu anda, apa pun yang diperlukan untuk menjadi segar. Itu artinya melakukan apa pun agar bisa mengatasi nafsu untuk mencampakkan segala sesuatu ke lantai, menyelipkannya di bawah ranjang, tidak membersihkannya, sekedar untuk menghilang dalam kegelapan ini. Ketika perasaan-perasaan ini terus-menerus datang, benar-benar terasa seluruh dunia bersahabat dengan keadaan pikiranmu, bertindak sebagai cermin. Kegelapan membayang di mana-mana. Semua orang mengusik anda, semuanya menutup diri. Mencoba membuat diri anda ceria tidaklah gampang, dan kadangkala terasa munafik, seperti bergerak menentang watak. Akan tetapi, ingatan itu adalah bahwa jika anda hendak mengubah kemampatan anda yang telah menjadi kebiasaan, andalah satu-satunya yang dapat melakukannya. Saya tidak mengatakan pada anda apa yang harus dilakukan, saya cuma berbicara mengenai pemahaman bahwa anda selalu melakukan kebiasaan yang sama tatkala perasaan-perasaan buruk --kegelisahan, depresi, rasa takut-- mulai muncul. Anda selalu melakukan hal yang sama; anda menutup diri dengan kebiasaan tertentu, cara yang sangat kuno. Menurut hukum karma, setiap perbuatan mempunyai akibat. Jika anda tetap berada di atas ranjang dengan selimut menutupi kepala anda sepanjang hari, jika anda makan berlebihan selama hidup anda, jika anda mabuk, jika anda terpesona, anda akan tahu itu semua akan membuat anda menjadi semakin kecil hati jika hanya kebiasaan-kebiasaan ini yang anda sangka bisa membuat anda merasa lebih baik. Semakin tua, anda akan semakin tahu bahwa ini semua hanya membuat anda semakin merasa retak. Hukum Karma mengatakan, "Ya, kehidupan bagaimana yang anda inginkan hari esok, minggu depan, tahun depan, lima tahun lagi dari sekarang, sepuluh tahun dari sekarang?" Semuanya terserah pada anda, bagaimana hendak menggunakan hidup anda. Ini tidak berarti anda harus menjadi yang terbaik dalam hal menceriakan diri, atau kecenderungan bahwa anda tidak pernah akan lebih baik dari sekarang. Ini cuma untuk mengingatkan diri ada sendiri. Kadang-kadang ada bisa mengatakan, "Sudah cukup," namun setelah hari keempat, anda berbaring dengan baju dan dengan kaos kaki kotor, dengan botol kosong di pinggir ranjang --apa pun skenarionya-- anda katakan, "Mungkin saya harus keluar dan membeli sepotong baju baru, mandi dan pergi berjalan-jalan ke pinggir laut atau gunung, atau makan enak, atau berbuat sesuatu untuk mengangkat kondisi hidup saya ini, untuk menceriakan diri ini." Walaupun kita bisa merasa sangat berat hati, daripada minum racun, kita bisa pergi ke luar dan membeli makanan enak atau apa pun --dalam pikiran saya, buah pir yang terbaik. |
BAB XVIII
EMPAT INGATAN (4) Hukum Karma menyatakan bahwa kita menaburkan benih dan kita akan memetik buahnya. Mengingat hal itu akan sangat membantu. Jadi, tatkala anda temukan diri anda dalam sebuah tempat gelap yang sangat sering anda kunjungi, anda bisa berpikir, "Mungkin sudah waktunya untuk mengambil sebuah sekop emas kecil dan menggali agar bisa keluar dari sini." Saya ingat wawancara pertama dengan guru saya, Chogyam Trungpa Rinpoche, karena saya sangat segan membicarakan masalah utama dalam hidup saya. Sebaliknya, saya menghabiskan seluruh waktu itu hanya untuk mengobrol. Sekali-sekali, ia bertanya, "Bagaimana meditasi anda?" Dan saya katakan, "Oh, baik," dan lalu terus berbincang-bincang. Setelah berakhir, saya mengeluh, "Saya mengalami masa yang mengerikan, dan saya dipenuhi kemarahan, dan blah, blah, blah," pada saat setengah detik terakhir. Rinpoche mengantar saya ke pintu dan berkata, "Ya, itu rasanya seperti gelombang besar yang datang merobohkan anda. Anda terjatuh ke dasar laut dengan wajah anda di dalam pasir, dan walaupun pasir-pasir itu menutupi hidung, mulut, mata, dan telinga anda, anda bangkit dan mulai berjalan lagi. Lalu, gelombang berikutnya datang dan menjatuhkan anda lagi. Gelombang terus berdatangan, namun setiap kali anda dijatuhkan, anda bangkit dan terus berjalan lagi. Setelah selang waktu tertentu, anda akan merasa bahwa gelombang itu menjadi semakin kecil." Itulah cara karma bekerja. Jika anda terus-menerus tiarap, anda akan hanyut, namun anda bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mati. Anda cuma hidup dengan suatu perasaan hanyut sepanjang masa. Jadi, jangan berkecil hati dan berpikir, "Baiklah, saya bangun dari ranjang, mandi. Mengapa saya tidak sedang bermain di film Walt Disney saat ini? Saya pikir saya akan berubah menjadi Putri Salju. Saya pikir saya akan hidup bahagia selamanya. Sang Pangeran mencium saya; saya bangun. Mengapa saya tidak hidup bahagia?" Gelombang demi gelombang akan terus datang dan menjatuhkan anda, tetapi anda bangkit lagi. Dengan memompa semangat, anda bangkit. Seperti dikatakan Rinpoche, "Setelah waktu tertentu, anda akan merasakan bahwa gelombang itu menjadi semakin kecil." Itulah yang sebenarnya terjadi. Itulah cara karma bekerja. Jadi, biarkanlah itu menjadi ingatan. Ia berharga, ringkas, dan dapat anda gunakan dengan baik. Ini adalah suatu cerita tentang Rinpoche yang mengunjungi gurunya, Jamgon Kongtrul, dari Sechen. Rinpoche mengatakan bahwa pada pagi itu, kala dia melangkah masuk, Jamgon Kongtrul memegang sebuah obyek yang terbuat dari baja perak putih yang sangat indah dan berkilau di bawah sinar mentari, dengan sebuah genggaman panjang dan sesuatu yang menyerupai gigi garpu di atasnya. Jamgon Kongtrul berkata bahwa benda itu dikirimkan dari Inggris untuknya. Rinpoche datang mendekat, duduk, dan memperhatikan benda itu. Jamgon Kontrul berkata, "Itu peralatan makan," dan ketika pembantunya membawakan makanan, ia mengambil keempat gigi garpu itu, menusukkan ke dalam makanan, mengangkatnya dan memasukkan makanan itu ke dalam mulut, dan berkata, "Inilah cara menggunakannya untuk makan. Mereka menusukkannya ke dalam makanan dan makanan itu menempel pada keempat gigi ini, lalu mereka memasukkan makanan itu ke dalam mulut." Rinpoche memandangi benda itu dan berpikir benda itu sungguh asli. Lalu, Jamgon Kontrul berkata padanya, "Suatu hari, anda akan bertemu dengan orang yang membuat benda ini, dan anda akan bekerja dengan mereka. Itu tidak akan mudah karena anda akan melihat bahwa mereka lebih tertarik untuk tidur daripada bangun." Itulah yang ia katakan tentang kita. Jadi, ketika anda sadar hal itu benar mengenai diri anda, ingatkan diri anda bahwa semuanya tergantung pada anda, apakah anda benar-benar merasa berterima kasih dan merasakan kemuliaan hidup, ketidakkekalan dan kelangkaannya, atau apakah anda menjadi lebih gelisah dan kasar, merasa lebih sakit hati lebih dikhianati. Cara hukum Karma bekerja bergantung pada anda. Pada akhirnya, ingatan keempat adalah kerapuhan untuk selalu berputar di mesin tenun yang secara tradisional disebut samsara ini. Seseorang pernah berkata bahwa dia merasa seolah-olah sedang berada di dalam kaset yang terus diputar bolak-balik; ia terperangkap dalam alur ini, dan setiap kali berputar, alur bergerak semakin dalam. Saya juga mendengar orang berkata bahwa kadang-kadang, tatkala mereka mendengar diri mereka berbicara, mereka merasa seperti tape recorder yang terus-menerus memutar kaset yang sama lagi. Mereka merasa bosan, tetapi mereka terus membunyikannya karena mereka rasakan ada sebuah identitas kecil lucu yang memberikan mereka sejenis rasa aman, kendati menyakitkan. Inilah samsara. |
BAB XVIII
EMPAT INGATAN (5) Sari dari samsara adalah kecenderungan bahwa kita harus mencari kesenangan dan melarikan diri dari rasa sakit, mencari rasa aman dan menghindari kondisi tidak menentu, mencari kenyamanan dan menghindari ketidaknyamanan. Ajaran dasarnya adalah bahwa itulah cara kita membuat diri kita tetap sengsara, tidak bahagia, dan terpaku dalam wawasan realita yang sangat sempit dan terbatas. Itulah cara kita mempertahankan diri kita tetap berada di dalam kepompong. Di luar sana, terdapat banyak planet, galaksi, dan ruang luas, tetapi anda melekat di dalam kepompong, atau barangkali anda berada di dalam kapsul, bagaikan sebutir vitamin. Dari waktu ke waktu, anda memutuskan untuk lebih baik tinggal di dalam kapsul. Anda lebih memilih untuk berada di dalam pil vitamin daripada mengalami rasa sakit untuk melangkah keluar menuju ruang besar. Hidup dalam kapsul seperti itu nyaman dan aman rasanya. Kita telah mendapatkan semuanya. Aman, dan dapat diramalkan, aman dan dapat dipercaya. Kita tahu letak setiap perabot begitu kita melangkah masuk ke dalam rumah, dan itu yang kita sukai. Kita tahu kita mempunyai semua peralatan yang dibutuhkan dan kita memiliki semua pakaian yang kita sukai. Jika kita menganggap rasa sakit itu biasa, kita cuma mengisi kesenjangan yang ada. Pikiran kita selalu mencari wilayah yang aman. Kita berada dalam daerah selamat ini dan itulah yang kita maksudkan dengan hidup, mendapatkan segalanya, keamanan. Kematian berarti kehilangan itu semua. Itulah yang kita takutkan, itulah yang membuat kita tidak tenang. Anda bisa menyebut kematian sebagai sesuatu yang memalukan --merasa risih dan tidak diperbincangkan. Keadaan bingung total dan tidak tahu sama sekali jalan mana yang harus ditempuh juga dapat melukiskan kematian yang begitu kita takuti. Kita ingin tahu apa yang terjadi. Pikiran selalu mencari wilayah yang aman, dan wilayah yang aman ini terus menerus hancur berantakan. Lalu, kita berusaha mati-matian mendapatkan wilayah aman yang lain. Kita menghabiskan semua energi dan hidup kita untuk berusaha menciptakan kembali wilayah aman ini, yang selalu berantakan kembali. Itulah samsara. Lawan dari samsara adalah tatkala semua dinding itu runtuh, tatkala kepompong lenyap sama sekali dan kita secara total terbuka pada apa pun yang terjadi, tanpa menarik diri, tanpa berpusat pada diri sendiri. Itulah yang kita cita-citakan, perjalanan sang ksatria. Itulah yang mengarahkan dan mengilhami kita; melompat, dilempar ke luar dari sarang, melewati upacara inisiasi, menjadi dewasa, melangkah ke dalam sesuatu yang tidak pasti dan tidak diketahui. Dari sudut pandang itu, kematian menjadi rasa nyaman ini, rasa aman ini, kepompong ini, dan pil vitamin ini. Itulah kematian. Samsara berarti lebih memilih kematian daripada hidup. Ingatan keempat adalah untuk mengingat hal itu. Ketika anda memiliki perasaan tua yang akrab akan keresahan ini karena dunia anda sedang terpecah-pecah, anda tidak seperti citra anda atas diri anda, setiap orang mengganggu anda, tidak ada yang melakukan apa yang anda kehendaki, setiap orang merusak apa saja, anda merasa terpukul atas keadaan diri anda, anda tidak suka pada orang lain, seluruh hidup anda penuh dengan keperihan emosional dan kebingungan serta konflik, pada saat-saat itulah anda ingat bahwa anda sedang melalui semua pergolakan emosional ini karena kenyamanan anda baru saja diberikan. Pada dasarnya, anda sungguh lebih memilih kehidupan dan keksatrian daripada kematian. Mudah-mudahan, empat ingatan tradisional ini --kemuliaan dilahirkan sebagai manusia, kebenaran akan ketidakkekalan, hukum karma, yakni sebab dan akibat, dan kerapuhan untuk selalu memilih kematian daripada kebangkitan-- akan membantu anda dan saya selama hidup kita, apakah kita tinggal di sini, atau akan pergi dari sini, agar tetap sadar. Jadi, nikmatilah perjalanan pulang, dan ingatlah selalu --jangan pernah menyerah. BIBLIOGRAFI Hanh, Thich Nhat; A Guide to Walking Meditation; Berkeley, California; Parallax Press; 1985 Neihardt, John G.; Black Elk Speaks; Lincoln: University of Nebraska Press; 1988 Suzuki, Shunryu; Zen Mind, Beginner's Mind; New York and Tokyo; Weatherhill; 1970 Trungpa, Chogyam; Born in Tibet; Boston: Shambhala Publications; 1985 ---; Cutting Through Spiritual Materialism; Boston and London; Shambhala Publications; 1987 --- ;First Thought Best Thought: 108 Poems; Boulder and London: Shambhala Publications; 1983 --- ; Shambhala: The Sacred Path of the Warrior; Boston and London; Shambhala Publications; 1984, 1988 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
A
Page to Rest -
Breathing Space |
Complete list of articles on this site |
Free Downloads |