Kebijakan Sejati
The Wisdom of No Escape and The Path of Loving-kindness
Kebijakan Sejati 1
Kebijakan Sejati 2
Kebijakan Sejati 3
Kebijakan Sejati 4
Food For Thought
The Key of Immediate Enlightenment
Sun Tzu The Art Of War
Encouraging Quotes And Excerpts
Encouraging Stories
Jokes
 A Page to Rest - 
Breathing Space
TABLE OF CONTENTS
Complete list of articles on
this site
 Free Downloads
     


BAB XVII 
KETIDAKNYAMANAN (1) 
Hari ini saya akan berbicara tentang ketidaknyamanan. Tatkala 
anda mendengar 
beberapa ajaran yang menggetarkan anda, dan anda merasakan 
keyakinan akan 
berlatih dengan cara itu dan keyakinan bahwa itu merupakan cara 
hidup yang 
berharga, maka anda telah masuk ke dalam banyak kesulitan. Dari 
sudut 
pandang sehari-hari, kelihatannya baik untuk melakukan hal-hal 
yang 
menyenangkan; tidak ada masalah dengan hal itu. Hanya saja, 
etika Anda 
benar-benar mulai menempuh jalan ksatria --yang maksudnya, jika 
anda mulai 
mau hidup dengan sepenuhnya daripada memilih kematian, jika 
anda mulai 
merasakan gairah hidup untuk tumbuh, jika penggalian, penemuan, 
rasa ingin 
tahu menjadi jalan pilihan anda-- maka pada dasarnya, jika anda 
mengikuti 
hati anda, anda akan menemukan bahwa hidup itu seringkali 
sangat tidak enak. 
Tatkala anda menyatakan berlindung dan menjadi seorang umat 
Buddha, anda 
menjadi seorang pengungsi, berarti anda meninggalkan rumah dan 
menjadi 
seorang tunawisma sepenuhnya. Tentu saja, anda masih bisa 
tinggal di suatu 
tempat yang menyenangkan, dikelilingi oleh keluarga dan 
orang-orang yang 
menyayangi, atau paling tidak oleh anjing, kucing, tupai, atau 
kuda. 
Walaupun begitu, dalam hati kecil anda, sekali anda memulai 
perjalanan ini, 
ada suatu perasaan meninggalkan rumah dan menjadi tunawisma. 
Suatu citra 
lain untuk itu adalah bardo (suatu keadaan antara, istilah ini 
biasanya 
mengacu kepada periode antara kematian dan kelahiran kembali 
yang 
berikutnya). Anda telah meninggalkan pantai, tetapi belum 
sampai di mana 
pun. Anda tidak tahu hendak ke mana anda pergi, dan anda telah 
berada cukup 
jauh di tengah samudera sehingga anda cuma mempunyai ingatan 
yang kabur 
tentang dari mana anda berasal. Anda telah meninggalkan rumah, 
anda telah 
menjadi seorang tunawisma, anda rindu pulang, tetapi tidak ada 
jalan 
kembali. Itulah yang disebut bardo antara. Dalam arti tertentu, 
saya pikir, 
di sanalah kita bersama-sama berada melalui dathun ini. 
Walaupun kita masih 
berada di sini, orang-orang berpikir untuk pergi dan itulah 
bardo, tidak 
persis di sini, tidak persis di sana, cuma terombang-ambing di 
ruang yang 
tidak mudah dan harus duduk bermeditasi di sini sejam demi 
sejam. Pikiran 
anda terus bergerak maju dan mundur, tetapi pada dasarnya 
instruksinya 
adalah tinggalkan rumah, menamakannya "berpikir", tinggalkan 
rumah dan 
menjadi tunawisma dengan perasaan mengambang, "Di sini begitu 
nyaman 
sejenak. Nanti akan nyaman lagi saat saya kembali, saya pikir, 
Bukankah 
begitu? Akankah begitu?" 
Sejak kemarin lusa, saya sendiri telah merasakan bardo ini. 
Kita masih 
melakukan dathun, dan masih ada kegiatan lain yang akan segera 
muncul. Saya 
merasa gelisah, gugup, dan mengira saya terkena flu serta heran 
mengapa saya 
merasa pusing dan gugup. Itu cuma bardo. Kita masih berada di 
sini, tetapi 
di manakah kita? Begitu tidak enak. Lebih enak kalau berada di 
rumah. Perahu 
yang berlayar ini tidak mewah. Perahu ini lebih seperti perahu 
yang dipakai 
orang perahu dari Vietnam --pembajak bisa datang kapan saja, 
dan anda tidak 
tahu apakah akan sampai di pantai seberang ataukah makanan dan 
minuman akan 
habis. Situasinya tidak harus seram, tetapi pasti ada rasa, 
"Inikah tempat 
saya berada atau ke manakah saya sedang menuju? Di manakah 
ini?" Jika anda 
melakukan shamatha dengan benar --saya tidak tahu apa artinya 
melakukannya 
dengan benar, tetapi katakanlah jika anda melakukannya 
sejenak-- kadangkala 
anda merasakan telah meninggalkan rumah sama sekali dan tidak 
berumah lagi. 
Nafas keluar dan di manakah anda? Atau, kadang-kadang realita 
yang manis, 
nyaman, atau mungkin tidak menyenangkan, tetapi realita ada 
dalam pikiran 
anda, dan mengisi seluruh ruang dengan baik, lalu anda 
terbangun dari mimpi 
itu dan berkata, "Berfikir", dan anda mungkin heran di mana 
anda berada dan 
siapa anda serta hari apakah itu? Saya tidak bisa ingat, ini 
tahun 1978 
atau --saya tahu belum tahun 2000, tetapi tahun berapakah ini? 
Dengan cuaca 
seperti ini, bulan apakah ini, bulan Junikah? Rasanya seperti 
sedang bulan 
November --mungkin Agustus. Apa, di mana, bilamana? Pengungsi, 
anda disebut 
seorang pengungsi. 
BAB XVII 
KETIDAKNYAMANAN (2) 
Dalam "Born in Tibet" (Lahir di Tibet), Trungpa Rinpoche 
mengisahkan 
bagaimana ia meninggalkan Tibet di masa invasi Cina. Kisahnya 
merupakan 
cerita yang persis menggambarkan keadaan orang yang mencari 
perlindungan, 
pengungsi. Kelompok besar orang Tibet ini, mungkin berjumlah 
tiga ratus, 
termasuk orang tua dan bayi, meninggalkan Tibet Timur --Kham-- 
berikut para 
pemandu jalan mereka. Ketika telah sampai di Tibet tengah, 
pemandu jalan itu 
tidak mengenal jalan lagi karena mereka hanya mengenal Tibet 
Timur. 
Akibatnya, tidak ada pemandu jalan yang bisa memandu mereka ke 
India. 
Bahkan, salju begitu lebat sehingga mencapai ketiak mereka, 
jadi 
bhikshu-bhikshu ketua berjalan di depan, bersujud dengan 
seluruh tubuh 
mereka di dalam salju, lalu bangkit dan bersujud lagi, untuk 
membuka jalan. 
Pada waktu-waktu tertentu, mereka akan mendaki sampai ke puncak 
gunung-gunung, hanya untuk melihat apakah mereka telah salah 
jalan dan 
terpaksa turun kembali. Mereka tidak mempunyai banyak 
persediaan makanan, 
dan tidak hanya itu, jika mereka ditemukan tentara Cina, mereka 
akan 
ditembak. Di suatu tempat, mereka harus menyeberangi sungai, 
dan baju mereka 
membeku. Rinpoche mengatakan bahwa jika mereka mencoba untuk 
duduk, chuba 
(pakaian) dan jubah mereka akan melukai kulit mereka karena es 
itu begitu 
tajam. Sungguh tidak menyenangkan. Rinpoche mengatakan bahwa 
ketika mereka 
melanjutkan perjalanan, mereka menghasilkan semacam suara 
dentingan. Ia 
berseloroh, "Oh, mudah-mudahan tentara Cina tidak mendengar 
suara kita, 
mereka bisa mengira itu semacam kode: Kling, kling, kling." Ia 
mengatakan 
bahwa tidak ada orang yang menganggapnya lucu. (Ia 
terus-menerus 
menceritakan kisah lucu, membuat lelucon di sana sini, dan 
kemudian ia 
selalu berkata, "Tetapi tidak ada orang yang menganggapnya 
lucu.") 
Ketika perjalanan ini berakhir, para pengungsi sadar bahwa 
mereka berada di 
India, tidak mempunyai tempat tinggal, dalam suasana yang sama 
sekali asing. 
Banyak di antara mereka langsung mengidap TBC karena berpindah 
dari tempat 
yang tinggi, dingin, dan cerah ke tempat yang rendah, panas, 
kering, dan 
kotor. Akhirnya, pemerintah Nehru sangat ramah terhadap orang 
Tibet, tetapi 
saat pertama mereka datang dan walaupun orang-orang itu ramah, 
para 
pengungsi itu masih merasa tidak berumah. Tidak ada orang yang 
tahu siapa 
mereka. Tidak ada perbedaan antara seorang tulku atau kepala 
biara dengan 
orang biasa. Identitas setiap orang sama. 
Pengungsi: Itulah yang dirasakan dengan menjadi seorang umat 
Buddha, itulah 
rasanya menjadi seorang yang dengan sepenuh hati menggunakan 
hidupnya untuk 
bangkit dan bukan untuk tidur. Sangat tidak menyenangkan. 
Trungpa Rinpoche 
adalah orang yang menghargai pelajaran penderitaan; ia juga 
seorang yang 
hidup dengan sepenuh hati. Tidak menjadi masalah, apakah 
sesuatu itu 
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Ada jiwa berjuang sepenuh 
hati dalam 
hidupnya. Sekali anda tahu bahwa tujuan hidup hanyalah bergerak 
maju dan 
terus menggunakan hidup anda untuk bangkit daripada untuk tidur 
pulas, maka 
ada rasa penuh hati akan ketidaknyamanan, penuh hati akan 
kebahagiaan. 
Rinpoche menekankan ketidaknyamanan. Misalnya saja, ia selalu 
membuat setiap 
orang menunggu dalam ceramahnya, saya tidak mengira bahwa itu 
ia rencanakan, 
tetapi sekedar karena ia adalah ia apa adanya. Ada suatu 
abhisheka (upacara 
pemberian kuasa) di mana ia membuat orang menunggu selama tiga 
hari. Sering 
terjadi, tatkala ia akhirnya melakukan sesuatu, anda telah 
menyerah sama 
sekali sehingga anda tidak pernah terpikir bahwa itu akan 
benar-benar 
terjadi. Tatkala ia menghendaki setiap orang pindah ke Nova 
Scotia, ia 
selalu menggoda mereka tentang orientasi mereka pada 
kesenangan. Ia katakan, 
"Wah, anda mungkin tidak akan mau melakukannya karena itu 
berarti anda 
meninggalkan rumah yang nyaman maupun pekerjaan  yang 
menyenangkan. Anda 
mungkin tidak akan gampang mendapatkan pekerjaan di Nova 
Scotia." 
Kadang-kadang, saya pikir ia menginginkan orang pindah ke Nova 
Scotia hanya 
karena hal itu tidak menyenangkan. Orientasi pada kesenangan 
akan membunuh 
semangat --itulah pesan umumnya. Memilih kenyamanan, 
menganggapnya sebagai 
alasan utama anda untuk hidup, akan senantiasa menjadi suatu 
rintangan untuk 
melakukan sebuah lompatan dan berbuat sesuatu yang baru, 
melakukan sesuatu 
yang tidak umum, seperti pergi sebagai seorang asing ke tempat 
yang tidak 
dikenal. 
Putra sulung Rinpoche, Sawang Osel Mukpo, memberitahu saya 
bahwa Rinpoche 
mengatakan padanya bahwa ia suka mengatur perabotan dalam 
rumahnya 
sedemikian sehingga untuk mengambil gelas pun agak sulit. Ia 
tidak 
meletakkan meja di tempat yang dekat agar segalanya terasa 
mudah, melainkan 
suka meletakkannya setengah inci lebih jauh sehingga anda harus 
berusaha 
meraih. Rinpoche juga sering mengatakan bahwa baik adanya 
memakai baju yang 
agak ketat. Ia sendiri biasanya memakai sebuah obi, tali 
pinggang lebar yang 
biasa dipakai bersama kimono, di balik bajunya, sedemikian 
ketat sehingga 
jika ia bersandar, ia akan merasa tidak enak - ia harus menjaga 
"kepala dan 
bahunya". Ia merancang seragam. Saya ingat pakaian yang ia 
rancang untuk 
dipakai dalam upacara tertentu: seragam itu dibuat dengan bulu 
wol dan kerah 
yang tinggi; tempatur di luar kira-kira sembilan puluh derajat 
dengan 
kelembaban yang tinggi pula. Ia puas bahwa ketidaknyamanan 
seperti itu 
benar-benar membangkitkan kita, membuat kita terus sadar, 
memberi jarak pada
kenyamanan anda, realita pahit dalam usaha berpusat pada diri 
sendiri. 
BAB XVII 
KETIDAKNYAMANAN (3) 
Tatkala saya merasa agak malas beberapa hari belakangan ini, 
ada dorongan 
untuk berkata, "Apa yang akan saya lakukan, berkubang di dalam 
gua saja? 
Yah, saya akan tinggal diam di dalam gua saja. Siapa yang 
peduli?" Lalu, 
saya perhatikan bahwa orang lain mulai merasa tidak tenang 
karena saya telah 
mengabaikan mereka. Mereka tidak berbuat salah apa-apa; Saya 
cuma merasa 
terganggu. Anda sadar bahwa perasaan anda mempengaruhi orang 
lain, dan juga 
bahwa anda tidak mau berpura-pura merasa senang ketika anda 
memang sedang 
terusik. Bagaikan sebuah koan, dan anda dihadapi olehnya. Jika 
anda 
benar-benar berbesar hati, anda terus-menerus dihadapi koan 
yang tidak 
nyaman ini. Sangatlah tidak menyenangkan melihat anda terusik, 
atau sakit 
kepala. Sangat tidak menyenangkan kalau sakit, begitu tidak 
menyenangkan 
jika kehilangan penampilan anda yang begitu cerah dan cuma 
menjadi seorang 
yang biasa-biasa saja. Sangat tidak menyenangkan melihat orang 
lain tidak 
menganggap anda luar biasa, sangat tidak menyenangkan melihat 
ada orang yang 
memperhatikan penampilan anda yang tidak rapi, bahwa di tengah 
upacara 
oryoki ada odol gigi yang melekat di dasar kaki anda. Sangat 
tidak 
menyenangkan jika anda dipermalukan, begitu juga tidak 
menyenangkan melihat 
diri anda tidak mampu bersaing. 
Ajaran pertama sekali yang pernah saya dapatkan yang bisa saya 
ingat adalah 
ketika berada di sebuah dharmadhatu, salah satu pusat keagamaan 
yang
didirikan Rinpoche. Salah seorang murid sedang memberikan 
ceramah, dan ia 
memulainya dengan mengatakan, "Jika anda tertarik dengan ajaran 
ini, anda 
harus menerima kenyataan bahwa anda tidak akan pernah 
mendapatkan semua 
ajaran itu secara lengkap." Ini merupakan pernyataan yang 
mengejutkan saya. 
Ia bicara dengan sangat jelas. "Anda tidak akan pernah 
mendapatkan semuanya, 
anda tidak akan pernah melakukan tindakan yang semuanya sesuai 
dengan ajaran 
ini, secara lengkap. Anda tidak akan pernah mendapatkan solusi 
dari semua 
masalah anda." 
Hidup begitu tidak menyenangkan. Begitu tidak menyenangkan pula 
mengurus 
biara ini, saya bisa katakan pada anda. Anda baru selesai 
membereskan dapur, 
dan penjaga perpustakaan pergi, anda baru saja membereskan 
buku-buku 
perpustakaan, dan pembantu biara pergi. Anda baru berhasil 
mendapatkan 
seorang pembantu yang baik, dapur yang rapi, penjaga 
perpustakaan yang 
rajin, dan tiba-tiba saja tidak ada seorang pun bhikksu atau 
bhikshuni di 
dalam biara. Lalu, mungkin semuanya berjalan dengan baik, dan 
sekonyong-konyong air berhenti mengalir selama seminggu, tidak 
ada listrik, 
makanan mulai membasi. Sangat tidak menyenangkan. 
Sikap sepenuh hati adalah berkah, tetapi tidak ada orang yang 
benar-benar 
bisa memberikannya pada anda. Anda harus menemukan jalan untuk 
menuju itu, 
lalu menempuhnya dengan tabah. Selama menjalaninya, anda akan 
terus-menerus 
menghadapi permasalahan, sakit kepala, terpeleset. Namun, 
dengan berlatih 
dan mengikuti jalan itu sepenuh hati, ketidaknyamanan ini tidak 
lagi menjadi 
rintangan. Ini cuma liku-liku kehidupan, suatu energi 
kehidupan. Tidak itu 
saja, kadang-kadang ketika anda baru mulai paham dan semuanya 
terasa begitu 
wajar, anda berpikir, "Inilah dia, inilah jalan yang penuh 
perhatian," anda 
tiba-tiba terjatuh dan muka anda menghantam tanah. Semua orang 
melihat anda. 
Anda berkata pada diri sendiri, "Apa yang terjadi dengan jalan 
yang penuh 
perhatian ini? Di dalam pandangan saya, ini bagaikan jalan yang 
penuh 
lumpur." Karena anda dengan sepenuh hati terlibat terhadap 
perjalanan sang 
ksatria, jalan itu mempermainkan anda, mengejek anda. Seperti 
seseorang yang 
tertawa di telinga anda, menantang anda untuk mencari cara yang 
harus 
dilakukan ketika anda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini 
membuat anda 
menjadi rendah hati. Jalan itu membuka hati anda. 
BAB XVIII 
EMPAT INGATAN (1) 
Empat Ingatan tradisional merupakan ingatan dasar mengapa 
seseorang harus 
terus berusaha kembali ke saat sekarang. Yang pertama 
mengingatkan kita akan 
kemuliaan kelahiran kita sebagai manusia; yang kedua, ingatan 
pada 
ketidakkekalan; yang ketiga, hukum karma; dan keempat, pada 
ketidakkokohan 
alam samsara. Hari ini saya akan membicarakan  empat cara untuk 
terus-menerus membangunkan diri anda dan ingat mengapa anda 
berlatih, 
mengapa setelah pulang ke rumah anda mungkin mencoba membuat 
sebuah ruangan 
tempat anda bisa bermeditasi setiap hari dan sepenuhnya 
menyelami diri 
sendiri seperti yang telah anda lakukan selama satu bulan di 
sini. Mengapa 
menyibukkan diri untuk bangkit dan bukan untuk tidur? Mengapa 
menghabiskan 
seluruh hidup anda untuk menabur benih kebangkitan, 
bercita-cita melakukan 
lompatan,  bersikap lebih terbuka, dan menjadi ksatria? 
Mengapa? Jika muncul 
masalah keuangan, masalah perkawinan, masalah dengan sahabat, 
masalah dalam 
komunikasi, segala macam masalah, dan anda merasa terperangkap, 
kemudian 
mengapa sibuk mencari tempat untuk duduk berdiam diri? Mengapa 
terus-menerus 
melihat ke langit dan mencoba mencari udara di antara kesesakan 
dari semua 
kesemrawutan ini? Kita mengajukan pertanyaan dasar ini 
terus-menerus. 
Ajaran tentang empat ingatan menampilan pertanyaan-pertanyaan 
ini. Anda 
dapat merenungkannya kapan saja, apakah anda tinggal di Biara 
Gampo, di 
Vancouver, di Minnesota, di Chicago, di New York, di Lubang 
Hitam Kalkuta, 
di puncak Gunung Everest, atau di dasar lautan. Apakah anda 
seekor naga 
(makhluk air), hantu, manusia, makhluk neraka, atau dewa --apa 
pun wujud 
anda-- anda dapat merenungkan empat ingatan tentang mengapa 
anda berlatih. 
Ingatan pertama adalah kelahiran kita yang berharga ini. Semua 
di antara 
kita yang duduk di sini memiliki apa yang secara tradisional 
disebut 
kelahiran yang baik, kelahiran yang langka dan hebat. Yang 
perlu anda 
lakukan hanyalah mengambil sebuah majalah Time dan bandingkan 
diri anda 
dengan hampir siapa saja di dalam majalah itu untuk menyadari 
bahwa, 
walaupun anda mempunyai kesulitan, masalah psikologis, perasaan 
yang sedang 
terperangkap, dan sebagainya, semua ini tidak ada apa-apanya 
apabila 
dibandingkan dengan keadaan digilas tank, mati kelaparan, 
dibom, berada di 
penjara, kecanduan alkohol dan obat-obatan, atau dilanda 
kegiatan apa pun 
yang bersifat merusak diri sendiri. Pada hari yang lain, saya 
membaca cerita 
tentang seorang gadis berumur sembilan belas tahun yang 
kecanduan ganja, 
hamil sembilan bulan, yang hidupnya penuh dengan hura-hura, dan 
lalu 
melacurkan diri  untuk dapat berhura-hura lagi. Ia sedang 
menunggu untuk 
melahirkan  bayi yang juga akan kecanduan ganja. Itulah 
hidupnya; ia akan 
terus melakukan hal itu hingga mati. Sebaliknya, hidup dalam 
keluarga kaya 
yang dikelilingi segala sesuatu yang mewah juga tidak membantu 
sama sekali. 
Anda tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pemahaman 
akan kondisi 
orang menderita atau terbuka hatinya. Anda terjerat dalam 
perasaan nyaman 
dengan memiliki dua ratus atau tiga ratus pasang sepatu di 
lemari, seperti 
Imelda Marcos, atau sebuah rumah yang menyenangkan dengan kolam 
renangnya, 
atau apa pun yang anda punyai. 
Yang paling mendasar adalah menyadari bahwa kita memiliki 
segalanya. Kita 
tidak dihadapkan dengan rasa sakit ekstrim yang tidak bisa 
dihindarkan. Kita 
tidak memiliki kemewahan total yang membuai kita menjadi bodoh. 
Tatkala kita 
mulai merasa tertekan, akan sangat bermanfaat jika kita 
merenungkannya. 
Mungkin itulah waktu yang baik untuk membaca koran dan 
mengingat betapa 
hidup ini bisa sangat mengerikan. Kita selalu berada dalam 
posisi di mana 
segala sesuatu bisa terjadi pada kita. Kita tidak tahu. Kita 
ini bagaikan 
orang Yahudi yang hidup di Perancis, atau Jerman, atau Belanda, 
di tahun 
1936; kita hanya menjalani hidup kita, bangun di pagi hari, 
makan dua atau 
tiga kali sehari, menjalani kegiatan rutin, dan suatu hari 
Gestapo datang 
dan membawa kita pergi. Atau mungkin kita tinggal di Pompeii 
dan mendadak 
sebuah gunung berapi meletus, lalu kita berada di bawah lahar. 
Segalanya 
bisa terjadi. Saat ini adalah masa yang sangat tidak menentu. 
Kita tidak 
pernah tahu. Bahkan pada tingkat diri sendiri sekali pun, 
besok, salah satu 
dari kita bisa mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan, 
atau orang 
yang kita kasihi mengidapnya. 
Dengan kata lain, hidup ini bisa berjungkir balik. Segalanya 
bisa saja 
terjadi. Betapa berharganya, betapa manis dan mulianya hidup 
kita. Kita 
berada di tengah-tengah keindahan, kita sehat, cerdas, 
berpendidikan, dan 
mempunyai cukup uang, dan sebagainya; walaupun begitu, setiap 
orang di 
antara  kita mempunyai depresinya sendiri selama dathun ini, 
setiap orang 
bisa mempunyai perasaan tidak enak di perutnya. Itu pasti 
terjadi. Suatu hal 
yang diajarkan Rinpoche dan juga terjadi pada kita semua yang 
mengenalnya --walaupun tidak mudah bagi kita untuk menolaknya-- 
adalah 
bahwa rasa tertekan tidaklah berarti anda harus melupakan 
betapa berharganya 
keseluruhan hidup ini. Depresi hanya seperti cuaca --datang dan 
pergi. 
Banyak sekali perasaan, emosi, dan gagasan yang berbeda-beda, 
semuanya 
datang dan pergi terus-menerus, tetapi tidak ada alasan untuk 
melupakan 
betapa berharganya hidup ini. 
Mulai menyadari betapa berharganya hidup ini merupakan salah 
satu senjata 
anda yang paling ampuh. Bagaikan rasa terima kasih. Jika anda 
berterima 
kasih atas hidup anda, maka biarpun truk-truk Nazi datang dan 
membawa anda 
pergi, anda tidak akan kehilangan rasa terima kasih itu. Ada 
sebuah slogan 
Mahayana yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepada setiap 
orang." Pada 
dasarnya, tidak menjadi masalah betapa buruk pun situasi yang 
anda hadapi, 
sekali anda memiliki perasaan berterima kasih akan hidup anda 
dan kemuliaan 
kelahiran sebagai manusia ini, maka anda bisa berada di alam 
mana pun. Yang 
saya maksudkan adalah bahwa saat ini mudah. Jika anda pikir 
anda dapat mulai 
merasa berterima kasih apabila sedang berada di alam neraka, 
jika anda pikir 
anda dapat tiba-tiba segar, anda akan merasa lebih sukar lima 
ratus persen 
daripada situasi saat ini; Anda akan menemui kesukaran untuk 
melakukannya. 
Kita sesungguhnyalah sedang berada dalam keadaan yang paling 
baik dan paling 
mudah. Sungguh baik untuk mengingat hal itu. Adalah baik untuk 
mengingat 
semua ceramah yang pernah anda dengar mengenai kebajikan, 
keceriaan, dan 
rasa terima kasih yang mendasar. 
BAB XVIII 
EMPAT INGATAN (2) 
Di dalam Vajrayana, terdapat banyak penekanan pada rasa bakti, 
yang bisa 
berupa suatu bentuk rasa terima kasih yang mendalam yang 
mengandung banyak 
wawasan di dalamnya. Rasa bakti berarti mengingat semua yang 
telah bekerja 
begitu keras, yang memiliki penyakit jiwa yang sama, rasa sakit 
yang sama 
seperti kita, depresi yang sama, sakit gigi yang sama, hubungan 
sulit yang 
sama, rekening yang sama --sama segala-galanya-- yang tidak 
pernah menyerah. 
Karena tidak pernah menyerah, mereka memberikan semangat bagi 
kita. Mereka 
adalah pahlawan kita, anda bisa katakan begitu karena tatkala 
membahas 
kisahnya (kala kita baca kisah Milarepa, misalnya), daripada 
merasa 
ditakut-takuti, kita sebaliknya  mencari persamaan diri 
dengannya. Kita 
melihat diri kita dalam setiap episode, kita sadar bahwa adalah 
mungkin 
untuk terus maju dan tidak menyerah. Kita berbakti pada 
leluhur-leluhur yang 
telah bekerja begitu keras untuk membuatnya menjadi mudah bagi 
kita. 
Kadang-kadang, anda bertemu dengan seorang guru tertentu yang 
kelihatannya 
disediakan untuk anda, dan kemudian anda juga akan menemukan 
seorang guru 
tempat anda mencurahkan rasa bakti anda. Seolah-olah, mereka 
ini mewariskan 
sebuah silsilah rasa berterima kasih, rasa tanpa takut, 
keceriaan, dan 
wawasan. Dan mereka juga persis seperti kita, kecuali bahwa 
kita 
kadang-kadang bisa berkecil hati. Kenyataan bahwa contoh-contoh 
ini membuat 
kita sangat bersyukur dan menghormati orang-orang ini. Ini 
memberikan kita 
sejenis semangat bahwa kita juga mampu mengikuti silsilah 
tersebut. Lalu, 
perbuatan yang kita lakukan untuk mengenali kemuliaan kelahiran 
sebagai 
manusia bisa menjadi inspirasi bagi setiap orang. 
Di awal tahun tujuh puluhan, seorang teman saya selalu 
mengatakan kepada 
saya, "Apa pun yang sedang anda lakukan, jangan coba mengusir 
perasaan-perasaan itu." Nasihatnya berlanjut, "Apa pun yang 
dapat anda 
pelajari dari pergelutan dengan rasa kecil hati, rasa takut, 
keheranan, rasa 
rendah diri, atau kegelisahan --apa pun yang dapat anda lakukan
untuk 
menghadapi semua ini-- lakukanlah, karena ini akan menjadi 
inspirasi bagi 
orang lain." Ini sungguh merupakan nasihat yang baik. Jadi, 
ketika saya 
mulai merasa tertekan, saya akan ingat, "Tunggu sebentar, 
mungkin saya perlu 
mengetahui bagaimana mengatasi diri ini karena banyak orang 
yang mengalami 
penderitaan yang sama, dan jika saya mampu melakukannya, mereka 
akan dapat 
melakukannya juga." Saya merasakan semacam hubungan ikatan. 
"Jika orang 
tolol seperti saya dapat melakukannya, setiap orang juga dapat 
akan 
melakukannya." Itulah yang suka saya katakan, bahwa jika 
seorang yang 
sengsara seperti saya --yang terjerat sepenuhnya oleh 
kemarahan, depresi, 
dan penghianatan-- jika saya dapat melakukannya, maka siapa pun 
akan dapat 
melakukannya. Jadi, saya akan mencoba. Itu adalah nasihat yang 
baik yang 
membantu saya menyadari kemuliaan kelahiran sebagai manusia. 
Ingatan kedua adalah ketidakkekalan. Hidup ini sangat singkat. 
Walaupun kita 
hidup hingga seratus tahun, hidup ini tetap terasa singkat. Di 
samping itu, 
usia kita juga tidak bisa diramalkan. Hidup kita bersifat 
sementara. Saya 
sendiri paling lama, hanya bisa bertahan tiga puluh tahun lagi, 
mungkin tiga 
puluh lima, tetapi ini tentunya yang paling lama. Barangkali, 
saya bahkan 
cuma mempunyai waktu  satu hari lagi. Saya menjadi sadar saat 
berpikir bahwa 
saya tidak punya waktu sepanjang itu lagi. Hal itu membuat saya 
mau 
melaluinya dengan baik. Jika anda sadar bahwa anda tidak 
mempunyai banyak 
waktu lagi untuk hidup dan jika anda mengalami hidup anda 
seolah-olah anda 
cuma mempunyai waktu satu hari lagi untuk hidup, maka rasa 
ketidakkekalan 
itu meningkatkan perasaan akan betapa mulianya hidup dan sikap 
berterima 
kasih itu. Secara tradisional, dikatakan bahwa begitu anda 
dilahirkan, anda 
mulai sedang menuju kematian. Saya ingat sewaktu di Boulder, 
setiap tahun 
pengikut-pengikut Hare Krishna menampilkan suatu gambar besar 
yang 
melukiskan kehidupan, mulai dari bayi yang baru dilahirkan, 
melewati setiap 
tingkatan kehidupan. Anda akan melihat gambar itu yang 
menunjukkan tubuh 
yang semakin besar dan semakin kuat, dalam masa-masa awal, 
hingga semuanya 
mulai merosot dan gambar menunjukkan keadaan yang semakin tua, 
dan berakhir 
pada sebuah mayat. Anda bahkan tidak tahu apakah anda mempunyai 
kesempatan 
untuk melewati seluruh tahapan itu. Sekalipun anda merasakan 
kesempatan itu, 
ketidakkekalan akan menjadi nyata. 
Ketika anda sedang tertekan, anda akan mengatakan, "Untuk apa 
susah-susah 
bermeditasi? Untuk apa sibuk-sibuk mencari tahu, demi diriku 
dan demi orang 
lain, apa artinya depresi ini? Mengapa depresi  ini membuat 
saya tertekan? 
Bagaimana bisa langit begitu cerah kemarin, dan sekarang begitu 
kelabu? 
Bagaimana mungkin orang-orang tersenyum pada saya kemarin, dan 
sekarang 
mereka begitu sinis? Mengapa kemarin saya merasa melakukan 
semuanya dengan 
benar, dan sekarang sepertinya semuanya salah? Bagaimana bisa? 
Bagaimana 
mungkin?" Jika anda sendiri melakukan penyunyian, anda tetap 
merasa 
tertekan. Tidak ada yang harus disalahkan; cuma perasaan itu 
saja yang 
muncul. Anda bertanya pada diri sendiri, apa itu? Apa itu? Apa 
itu? Saya 
ingin tahu. Bagaimana saya bisa membangkitkan diri saya? Adakah 
yang bisa 
saya lakukan, yang bukan merupakan kebiasaan? Bagaimana saya 
membebaskan 
diri dari keruwetan ini? 
Bagaimana anda menghentikan proses yang sudah menjadi kebiasaan 
itu? 
Diajarkan bahwa, "Ya, itulah alasan kita untuk duduk 
bermeditasi. Itulah 
gunanya kewaspadaan. Lihatlah dengan cermat. Pusatkan perhatian 
pada hal-hal 
rinci." Mengingat ketidakkekalan mendorong anda untuk kembali 
dan berpaling 
pada ajaran, untuk memahami apa yang mereka katakan pada anda 
tentang 
bagaimana berurusan dengan hidup anda, bagaimana membangkitkan 
diri anda, 
bagaimana menjadi riang, bagaimana berurusan dengan emosi. 
Demikian pula, 
kadang-kadang anda akan membaca dan membaca, tetapi tetap tidak 
akan 
menemukan jawabannya di mana pun. Lalu, seseorang yang berada 
di dalam bus 
akan memberi tahu anda, atau anda akan menemukannya di dalam 
film, dalam 
siaran iklan di televisi. Jika anda benar-benar memiliki 
pertanyaan-pertanyaan ini, anda akan menemukan jawabannya di 
mana-mana. Akan 
tetapi, jika anda tidak mempunyai pertanyaan apa pun, pasti 
tidak akan ada 
jawabannya. 
EMPAT INGATAN (3) 
Ketidakkekalan berarti bahwa intisari hidup ini dengan cepat 
sekali berubah. 
Beberapa orang begitu trampil menjalankan latihan perhatian 
sehingga mereka 
dapat melihat dengan sebenarnya setiap dan masing-masing 
pergerakan kecil 
pikiran --berubah, berubah, berubah. Mereka juga mampu 
merasakan tubuh 
berubah, berubah, berubah. Ini sungguh menakjubkan. Jantung 
memompa darah 
sepanjang masa, darah terus-menerus mengalir, dan makanan 
menjalani proses 
pencernaan, segalanya berlangsung dengan sangat menakjubkan dan 
bersifat 
tidak kekal. Setiap kali anda berjalan-jalan dengan mobil, anda 
selalu 
berada pada posisi terakhir. Jika anda gila, ketidakkekalan 
dapat membuat 
anda menjadi benar-benar gila karena anda takut untuk melangkah 
keluar dari 
pagar pelindung, anda takut keluar dari rumah. Anda sadar 
betapa 
berbahayanya hidup ini. Alangkah baik untuk menyadari betapa 
berbahayanya 
hidup ini karena akan memberikan kesan nyata terhadap 
ketidakkekalan. Adalah 
baik untuk menyadari bahwa anda akan mati, kematian itu ada di 
dekat anda 
sepanjang waktu. Banyak agama memiliki metode meditasi atas 
kematian untuk 
menembusi kekerasan tulang kita bahwa hidup tidak berlangsung 
selamanya. Ini 
mungkin saja terjadi sedetik lagi! Kadangkala dikatakan bahwa 
akhir dari 
nafas keluar kita sebenarnya adalah sebuah akhir; kesempatan 
mati berada di 
depan anda. Suzuki Roshi memberikan petunjuk, "Duduk diam. 
Jangan bereaksi. 
Selalu bersiaplah untuk mati." Biarkan ini menjadi suatu 
ingatan. Sikap 
untuk senantiasa bersedia mati akan meningkatkan ingatan 
pertama, rasa 
terima kasih dan penghargaan akan hidup. Ketidakkekalan dapat 
banyak 
mengajar anda tentang berceria. Kadang-kadang, biarkan pikiran 
itu membuat 
anda merasa takut. Disebutkan, "Berlatihlah seolah-olah rambut 
anda sedang 
kebakaran." Tidak apa-apa kalau ini membuat anda takut. Rasa 
takut dapat 
membuat anda mulai mengajukan banyak pertanyaan. Jika ini tidak 
membuat anda 
berkecil hati, anda akan mulai bertanya-tanya, "Apakah rasa 
takut itu? Dari 
manakah datangnya? Apakah yang saya takutkan?" Barangkali, 
anda takut pada 
hal paling menarik yang masih harus anda pelajari. 
Ketidakkekalan adalah 
ingatan yang agung. 
Ingatan ketiga adalah karma: setiap perbuatan membawa akibat. 
Anda bisa 
mendapatkan banyak penjelasan tentang karma. Akan tetapi, pada 
dasarnya, 
dalam kehidupan kita sehari-hari, ini merupakan ingatan betapa 
pentingnya 
apa yang kita perbuat dalam hidup. Hal ini terutama penting 
dalam hal 
pikiran. Setiap kali anda mau mengenali pikiran-pikiran anda, 
membiarkannya 
berlalu, dan kembali kepada kesegaran saat itu, anda sedang 
menabur benih 
kewaspadaan di bawah sadar anda. Anda sedang mengarahkan 
pikiran anda pada 
keterbukaan dan bukan pada tidur. Anda mungkin menemukan diri 
anda sedang 
terperangkap, tetapi anda bisa melepaskan diri dengan 
memanfaatkan pikiran 
anda, dengan bertekad kembali ke saat itu, segera pada waktu 
itu juga. 
Setiap kali anda bertekad untuk melakukannya, anda sedang 
menabur benih masa 
depan anda sendiri, sedang mengembangkan kewaspadaan dasar 
bawaan ini dengan 
cara bertekad untuk melepaskan kebiasaan anda dan untuk 
melakukan sesuatu 
yang baru. Pada dasarnya, ini adalah melepaskan pemikiran, 
melepaskan 
perputaran pikiran, dan kembali ke saat sekarang. 
Dalam salah satu doa kita, kita bacakan, "Apa pun yang muncul 
adalah segar 
adanya, saripati dari realisasi. Limpahkanlah berkahmu agar 
meditasi saya 
bebas dari konsepsi." Kesegaran di sini artinya kemauan untuk 
duduk tegak 
jika anda merasa malas. Dalam hal anda ingin bermalas-malas di 
atas ranjang 
sepanjang hari dengan menutupi kepala anda dengan selimut, itu 
artinya tekad 
untuk bangun dan mandi sehingga menjadi segar dengan sabun yang 
baik, pergi 
ke toko dan membeli sesuatu yang berbau harum, menyetrika 
pakaian, menyemir 
sepatu anda, apa pun yang diperlukan untuk  menjadi segar. Itu 
artinya 
melakukan apa pun agar bisa mengatasi nafsu untuk mencampakkan 
segala 
sesuatu ke lantai, menyelipkannya di bawah ranjang, tidak 
membersihkannya, 
sekedar untuk menghilang dalam kegelapan ini. Ketika 
perasaan-perasaan ini 
terus-menerus datang, benar-benar terasa seluruh dunia 
bersahabat dengan 
keadaan pikiranmu, bertindak sebagai cermin. Kegelapan 
membayang di 
mana-mana. Semua orang mengusik anda, semuanya menutup diri. 
Mencoba membuat 
diri anda ceria tidaklah gampang, dan kadangkala terasa 
munafik, seperti 
bergerak menentang watak. Akan tetapi, ingatan itu adalah bahwa 
jika anda 
hendak mengubah kemampatan anda yang telah menjadi kebiasaan, 
andalah 
satu-satunya yang dapat melakukannya. 
Saya tidak mengatakan pada anda apa yang harus dilakukan, saya 
cuma 
berbicara mengenai pemahaman bahwa anda selalu melakukan 
kebiasaan yang sama 
tatkala perasaan-perasaan buruk --kegelisahan, depresi, rasa 
takut-- mulai 
muncul. Anda selalu melakukan hal yang sama;  anda menutup diri 
dengan 
kebiasaan tertentu, cara yang sangat kuno. Menurut hukum karma, 
setiap 
perbuatan mempunyai akibat. Jika anda tetap berada di atas 
ranjang dengan 
selimut menutupi kepala anda sepanjang hari, jika anda makan 
berlebihan 
selama hidup anda, jika anda mabuk, jika anda terpesona, anda 
akan tahu itu 
semua akan membuat anda menjadi semakin kecil hati jika hanya 
kebiasaan-kebiasaan ini yang anda sangka bisa membuat anda 
merasa lebih 
baik. Semakin tua, anda akan semakin tahu bahwa ini semua hanya 
membuat anda 
semakin merasa retak. Hukum Karma mengatakan, "Ya, kehidupan 
bagaimana yang 
anda inginkan hari esok, minggu depan, tahun depan, lima tahun 
lagi dari 
sekarang, sepuluh tahun dari sekarang?" Semuanya terserah pada 
anda, 
bagaimana hendak menggunakan hidup anda. Ini tidak berarti anda 
harus 
menjadi yang terbaik dalam hal menceriakan diri, atau 
kecenderungan bahwa 
anda tidak pernah akan lebih baik dari sekarang. Ini cuma untuk 
mengingatkan 
diri ada sendiri. Kadang-kadang ada bisa mengatakan, "Sudah 
cukup," namun 
setelah hari keempat, anda berbaring dengan baju dan dengan 
kaos kaki kotor, 
dengan botol kosong di pinggir ranjang --apa pun skenarionya-- 
anda katakan, 
"Mungkin saya harus keluar dan membeli sepotong baju baru, 
mandi dan pergi 
berjalan-jalan ke pinggir laut atau gunung, atau makan enak, 
atau berbuat 
sesuatu untuk mengangkat kondisi hidup saya ini, untuk 
menceriakan diri 
 ini." Walaupun kita bisa merasa sangat berat hati, daripada 
minum racun, 
kita bisa pergi ke luar dan membeli makanan enak atau apa pun 
--dalam 
pikiran saya, buah pir yang terbaik. 
BAB XVIII 
EMPAT INGATAN (4) 
Hukum Karma menyatakan bahwa kita menaburkan benih dan kita 
akan memetik 
buahnya. Mengingat hal itu akan sangat membantu. Jadi, tatkala 
anda temukan 
diri anda dalam sebuah tempat gelap yang sangat sering anda 
kunjungi, anda 
bisa berpikir, "Mungkin sudah waktunya untuk mengambil sebuah 
sekop emas 
kecil dan menggali agar bisa keluar dari sini." Saya ingat 
wawancara pertama 
dengan guru saya, Chogyam Trungpa Rinpoche, karena saya sangat 
segan 
membicarakan masalah utama dalam hidup saya. Sebaliknya, saya 
menghabiskan 
seluruh waktu itu hanya untuk mengobrol. Sekali-sekali, ia 
bertanya, 
"Bagaimana meditasi anda?" Dan saya katakan, "Oh, baik," dan 
lalu terus 
berbincang-bincang. Setelah berakhir, saya mengeluh, "Saya 
mengalami masa 
yang mengerikan, dan saya dipenuhi kemarahan, dan blah, blah, 
blah," pada 
saat setengah detik terakhir. Rinpoche mengantar saya ke pintu 
dan berkata, 
"Ya, itu rasanya seperti gelombang besar yang datang merobohkan 
anda. Anda 
terjatuh ke dasar laut dengan wajah anda di dalam pasir, dan 
walaupun 
pasir-pasir itu menutupi hidung, mulut, mata, dan telinga anda, 
anda bangkit 
dan mulai berjalan lagi. Lalu, gelombang berikutnya datang dan 
menjatuhkan 
anda lagi. Gelombang terus berdatangan, namun setiap kali anda 
dijatuhkan, 
anda bangkit dan terus berjalan lagi. Setelah selang waktu 
tertentu, anda 
akan merasa bahwa gelombang itu menjadi semakin kecil." 
Itulah cara karma bekerja. Jika anda terus-menerus tiarap, anda 
akan hanyut, 
namun anda bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mati. Anda 
cuma hidup 
dengan suatu perasaan hanyut sepanjang masa. Jadi, jangan 
berkecil hati dan 
berpikir, "Baiklah, saya bangun dari ranjang, mandi. Mengapa 
saya tidak 
sedang bermain di film Walt Disney saat ini? Saya pikir saya 
akan berubah 
menjadi Putri Salju. Saya pikir saya akan hidup bahagia 
selamanya. Sang 
Pangeran mencium saya; saya bangun. Mengapa saya tidak hidup 
bahagia?" 
Gelombang demi gelombang akan terus datang dan menjatuhkan 
anda, tetapi anda 
bangkit lagi. Dengan memompa semangat, anda bangkit. Seperti 
dikatakan 
Rinpoche, "Setelah waktu tertentu, anda akan merasakan bahwa 
gelombang itu 
menjadi semakin kecil." Itulah yang sebenarnya terjadi. Itulah 
cara karma 
bekerja. Jadi, biarkanlah itu menjadi ingatan. Ia berharga, 
ringkas, dan 
dapat anda gunakan dengan baik. 
Ini adalah suatu cerita tentang Rinpoche yang mengunjungi 
gurunya, Jamgon 
Kongtrul, dari Sechen. Rinpoche mengatakan bahwa pada pagi itu, 
kala dia 
melangkah masuk, Jamgon Kongtrul memegang sebuah obyek yang 
terbuat dari 
baja perak putih yang sangat indah dan berkilau di bawah sinar 
mentari, 
dengan sebuah genggaman panjang dan sesuatu yang menyerupai 
gigi garpu di 
atasnya. Jamgon Kongtrul berkata bahwa benda itu dikirimkan 
dari Inggris 
untuknya. Rinpoche datang mendekat, duduk, dan memperhatikan 
benda itu. 
Jamgon Kontrul berkata, "Itu peralatan makan," dan ketika 
pembantunya 
membawakan makanan, ia mengambil keempat gigi garpu itu, 
menusukkan ke dalam 
makanan, mengangkatnya dan memasukkan makanan itu ke dalam 
mulut, dan 
berkata, "Inilah cara menggunakannya untuk makan. Mereka 
menusukkannya ke 
dalam makanan dan makanan itu menempel pada keempat gigi ini, 
lalu mereka 
memasukkan makanan itu ke dalam mulut." Rinpoche memandangi 
benda itu dan 
berpikir benda itu sungguh asli. Lalu, Jamgon Kontrul berkata 
padanya,
"Suatu hari, anda akan bertemu dengan orang yang membuat benda 
ini, dan anda 
akan bekerja dengan mereka. Itu tidak akan mudah karena anda 
akan melihat 
bahwa mereka lebih tertarik untuk tidur daripada bangun." 
Itulah yang ia 
katakan tentang kita. Jadi, ketika anda sadar hal itu benar 
mengenai diri 
anda, ingatkan diri anda bahwa semuanya tergantung pada anda, 
apakah anda 
benar-benar merasa berterima kasih dan merasakan kemuliaan 
hidup, 
ketidakkekalan dan kelangkaannya, atau apakah anda menjadi 
lebih gelisah dan 
kasar, merasa lebih sakit hati lebih dikhianati. Cara hukum 
Karma bekerja 
bergantung pada anda. 
Pada akhirnya, ingatan keempat adalah kerapuhan untuk selalu 
berputar di 
mesin tenun yang secara tradisional disebut samsara ini. 
Seseorang pernah 
berkata bahwa dia merasa seolah-olah sedang berada di dalam 
kaset yang terus 
diputar bolak-balik; ia terperangkap dalam alur ini, dan setiap 
kali 
berputar, alur bergerak semakin dalam. Saya juga mendengar 
orang berkata 
bahwa kadang-kadang, tatkala mereka mendengar diri mereka 
berbicara, mereka 
merasa seperti tape recorder yang terus-menerus memutar kaset 
yang sama 
lagi. Mereka merasa bosan, tetapi mereka terus membunyikannya 
karena mereka 
rasakan ada sebuah identitas kecil lucu yang memberikan mereka 
sejenis rasa 
aman, kendati menyakitkan. Inilah samsara. 
BAB XVIII 
EMPAT INGATAN (5) 
Sari dari samsara adalah kecenderungan bahwa kita harus mencari 
kesenangan 
dan melarikan diri dari rasa sakit, mencari rasa aman dan 
menghindari 
kondisi tidak menentu, mencari kenyamanan dan menghindari 
ketidaknyamanan. 
Ajaran dasarnya adalah bahwa itulah cara kita membuat diri kita 
tetap 
sengsara, tidak bahagia, dan terpaku dalam wawasan realita yang 
sangat 
sempit dan terbatas. Itulah cara kita mempertahankan diri kita 
tetap berada 
di dalam kepompong. Di luar sana, terdapat banyak planet, 
galaksi, dan ruang 
luas, tetapi anda melekat di dalam kepompong, atau barangkali 
anda berada di 
dalam kapsul, bagaikan sebutir vitamin. Dari waktu ke waktu, 
anda memutuskan 
untuk lebih baik tinggal di dalam kapsul. Anda lebih memilih 
untuk berada di 
dalam pil vitamin daripada mengalami rasa sakit untuk melangkah 
keluar 
menuju ruang besar. Hidup dalam kapsul seperti itu nyaman dan 
aman rasanya. 
Kita telah mendapatkan semuanya. Aman, dan dapat diramalkan, 
aman dan dapat 
dipercaya. Kita tahu letak setiap perabot begitu kita melangkah 
masuk ke 
dalam rumah, dan itu yang kita sukai. Kita tahu kita mempunyai 
semua 
peralatan yang dibutuhkan dan kita memiliki semua pakaian yang 
kita sukai. 
Jika kita menganggap rasa sakit itu biasa, kita cuma mengisi 
kesenjangan 
yang ada. Pikiran kita selalu mencari wilayah yang aman. Kita 
berada dalam 
daerah selamat ini dan itulah yang kita maksudkan dengan hidup, 
mendapatkan 
segalanya, keamanan. Kematian berarti kehilangan itu semua. 
Itulah yang kita 
takutkan, itulah yang membuat kita tidak tenang. Anda bisa 
menyebut kematian 
sebagai sesuatu yang memalukan --merasa risih dan tidak 
diperbincangkan. 
Keadaan bingung total dan tidak tahu sama sekali jalan mana 
yang harus 
ditempuh juga dapat melukiskan kematian yang begitu kita 
takuti. Kita ingin 
tahu apa yang terjadi. Pikiran selalu mencari wilayah yang 
aman, dan wilayah 
yang aman ini terus menerus hancur berantakan. Lalu, kita 
berusaha 
mati-matian mendapatkan wilayah aman yang lain. Kita 
menghabiskan semua 
energi dan hidup kita untuk berusaha menciptakan kembali 
wilayah aman ini, 
yang selalu berantakan kembali. Itulah samsara. 
Lawan dari samsara adalah tatkala semua dinding itu runtuh, 
tatkala 
kepompong lenyap sama sekali dan kita secara total terbuka pada 
apa pun yang 
terjadi, tanpa menarik diri, tanpa berpusat pada diri sendiri. 
Itulah yang 
kita cita-citakan, perjalanan sang ksatria. Itulah yang 
mengarahkan dan 
mengilhami kita; melompat, dilempar ke luar dari sarang, 
melewati upacara 
inisiasi, menjadi dewasa, melangkah ke dalam sesuatu yang tidak 
pasti dan 
tidak diketahui. Dari sudut pandang itu, kematian menjadi rasa 
nyaman ini, 
rasa aman ini, kepompong ini, dan pil vitamin ini. Itulah 
kematian. Samsara 
berarti lebih memilih kematian daripada hidup. Ingatan keempat 
adalah untuk 
mengingat hal itu. Ketika anda memiliki perasaan tua yang akrab 
akan 
keresahan ini karena dunia anda sedang terpecah-pecah, anda 
tidak seperti 
citra anda atas diri anda, setiap orang mengganggu anda,  tidak 
ada yang 
melakukan apa yang anda kehendaki, setiap orang merusak apa 
saja, anda 
merasa terpukul atas keadaan diri anda, anda tidak suka pada 
orang lain, 
seluruh hidup anda penuh dengan keperihan emosional dan 
kebingungan serta 
konflik, pada saat-saat itulah anda ingat bahwa anda sedang 
melalui semua 
pergolakan emosional ini karena kenyamanan anda baru saja 
diberikan. Pada 
dasarnya, anda sungguh lebih memilih kehidupan dan keksatrian 
daripada 
kematian. 
Mudah-mudahan, empat ingatan tradisional ini --kemuliaan 
dilahirkan sebagai 
manusia, kebenaran akan ketidakkekalan, hukum karma, yakni 
sebab dan akibat, 
dan kerapuhan untuk selalu memilih kematian daripada 
kebangkitan-- akan 
membantu anda dan saya selama hidup kita, apakah kita tinggal 
di sini, atau 
akan pergi dari sini, agar tetap sadar. Jadi, nikmatilah 
perjalanan pulang, 
dan ingatlah selalu --jangan pernah menyerah. 
BIBLIOGRAFI 
Hanh, Thich Nhat; A Guide to Walking Meditation; Berkeley, 
California; 
Parallax Press; 1985 
Neihardt, John G.; Black Elk Speaks; Lincoln: University of 
Nebraska Press; 
1988 
Suzuki, Shunryu; Zen Mind, Beginner's Mind; New York and Tokyo; 
Weatherhill; 
1970 
Trungpa, Chogyam; Born in Tibet; Boston: Shambhala 
Publications; 1985 
---; Cutting Through Spiritual Materialism; Boston and London; 
Shambhala 
Publications; 1987 
--- ;First Thought Best Thought: 108 Poems; Boulder and London: 
Shambhala 
Publications; 1983 
--- ; Shambhala: The Sacred Path of the Warrior; Boston and 
London; 
Shambhala Publications; 1984, 1988 

Kebijakan Sejati 1
Kebijakan Sejati 2
Kebijakan Sejati 3
Kebijakan Sejati 4
Food For Thought
The Key of Immediate Enlightenment
Sun Tzu The Art Of War
Encouraging Quotes And Excerpts
Encouraging Stories
Jokes
 A Page to Rest - 
Breathing Space
TABLE OF CONTENTS
Complete list of articles on
this site
 Free Downloads