Menu Utama
Daftar Isi
|
|

Di mana aku ada, Tuhanku ada
|
"Waktu ku ada, Tuhanku ada ... dimana-mana Tuhanku ada, mengapa susah? Tak perlu takut, karena Tuhan besertaku" ... demikianlah anak-anak menyanyikan lagu yang dipimpin oleh seorang ibu . Kemudian ibu itu memberikan kesaksian bagaimana kehadiran Tuhan membuatnya tidak takut, dan mendorong anak untuk tidak takut pergi ke kamar mandi sendiri.
Beberapa hari kemudian, anak saya yang terbesar (usia 7 tahun) minta diantarkan ke kamar mandi karena takut. Saya dorong anak ini untuk tidak perlu takut, tapi tetap saja ia mengatakan bahwa 'si takut' tidak bisa diusir dari dalam hatinya. Dengan spontan, anak saya yang ikut dalam program "Sahabat Kristus" berkata: "Koko, tidak perlu takut karena dimana kita ada di situ Tuhan ada. Nih lihat, Dea pergi ke kamar mandi sendiri."
Wah anak saya, tambah bawel, sejak ikut Sahabat Kristus. Setiap kali pulang sekolah semua yang ia dengar diulang dan kakak-kakaknya harus mendengarkan. Kadang-kadang ia kumpulkan anak-anak tetangga, kemudian ia menjadi guru kecil. Papa dan mama juga harus mendengarkan, kalau dia cerita. Dan harus ikut menyanyikan lagu-lagu yang ia nyanyikan. Pada hari Paskah, ia pulang membawa kubur Tuhan Yesus yang terbuat dari tepung dan berkata: "Ma, Kuburan Tuhan Yesus kosong, sekarang Tuhan Yesus ada di hati."
Anak saya semakin berani berdoa. Suatu hari dalam persekutuan doa ia minta untuk memimpin doa. Setelah "Amin", ia terkejut, karena semua orang bertepuk tangan.
Salah satu hari yang istemewa adalah ketika kami belajar tentang "Keluargaku". Setelah kepada anak-anak dijelaskan tentang apa yang disebut "Keluarga", kami mengajak anak-anak bermain peranan. Setiap anak mengambil peran yang berbeda, ada yang menjadi ayah dengan mengenakan topi koboi yang besar, sepatu papa yang besar. Anak perempuan menjadi ibu dengan baju yang besar, menggendong bayi sambil membawa payung. Kami menyiapkan makanan untuk dibawa piknik. Dengan dipimpin oleh ayah sebagai supir, kami pergi ke ruangan lain. Di sana sudah disiapkan beberapa kemah-kemah kecil, dihiasi pohon-pohonan yang memberikan gambaran suasana piknik. Dengan spontan, anak-anak berubah peran menjadi dokter ketika melihat peralatan dokter; menjadi petugas pemadam kebakaran, ketika salah satu anak berteriak: "kebakaran" di salah satu kemah, dan lain-lain. Pada saat jam makan, salah satu guru menggelar tikar, membuka keranjang piknik. Dengan dibantu beberapa anak perempuan, maka makanan kecil dan minuman disiapkan, dan kami makan bersama. Tiba-tiba seorang ibu berseru, "hujan, ayo masuk ke dalam kemah". Maka dengan spontan, anak-anak masuk ke dalam kemah. Lampu dimatikan, seolah-olah malam hari dan anak-anak tidur di dalam kemah. Beberapa menit kemudian lampu dinyalakan lagi ... Waktu untuk pulang kembali ke dalam kelas. Perjalanan piknik 20 menit yang menyenangkan. Tiba di kelas kami beristirahat di atas karpet.
Gagasan acara "piknik" mempunyai tujuan untuk menyentuh aspek "affective" anak. "Sahabat Kristus" tidak hanya menyentuh "cognitive anak, melalui suasana yang bebas dan imaginatif, anak di ajak untuk mengekspresikan diri. Sifat dan karakter anak terlihat dengan jelas sehingga mempermudah guru untuk mengarahkan. Setiap hal unik dan menarik yang kami lihat dalam diri anak, langsung didiskusikan dengan orangtua yang juga dengan setia menunggu anak sambil mereka sendiri belajar bersama "bagaimana menjadi orangtua yang bijaksana".
|