Menu Utama
Daftar Isi
|
|
Serba-Serbi: Pergumulan ibu pada waktu "ketakutan"
Tanganku terlalu pendek untuk melindungi anakku
|
Saya seorang ibu yang paling takut meninggalkan anak. Saya berhenti bekerja, karena saya ingin selalu berada dekat anak saya untuk melindunginya. Pada saat kejadian 14 Mei, kebetulan saya sedang meninggalkan anak saya di rumah karena keperluan yang sangat penting. Oleh karena kerusuhan, saya terpaksa tidak bisa pulang. Saya terus-menerus menangis dan khawatir sekali, apalagi ketika mendengar massa mengarahkan sasaran ke arah rumah saya. Ketika semua berakhir, anak saya selamat, dan kami bisa bertemu lagi, saya mendapatkan suatu kebenaran penting : "Tangan saya terlalu pendek untuk melindungi anak saya. Selama ini saya merasa sayalah yang paling dibutuhkan oleh anak saya. Ternyata, kehadiran Tuhan jauh lebih penting bagiNya."
- N.
Liburan yang tidak menyenangkan
|
Pergi ke Bali dengan membawa anak berusia 2 tahun bukanlah suatu liburan yang indah kalau tujuannya adalah untuk melarikan diri dari kerusuhan di Jakarta baru-baru ini. Rencana melarikan diri untuk sementara waktu diambil secara terburu-buru dan didahului oleh adu mulut dengan suami. Bagi suami saya mengungsi adalah yang terbaik tapi saya sebagai istri dan ibu, berpendapat bahwa rumah adalah tempat yang paling aman. Saat-saat kritis seperti ini seharusnya membuat kami datang kepada Tuhan untuk menanyakan rencanaNya terhadap kami sekeluarga, tapi saat itu keinginan kami masing-masinglah yang kami ingin capai. Sesungguhnya hanya dengan datang kepada Tuhan Yesus kami bisa peroleh kedamaian di tengah dunia yang gonjang-ganjing ini. Menghadapi keadaan takut cemas bercampur kalut kami boleh belajar untuk di lain waktu menghadap hadiratnya terlebih dulu sebelum suatu keputusan diambil
- M R.
Tujuan hidup lebih penting daripada jaminan hidup yang aman
|
Dilema antara mengungsi dan tidak mengungsi saya selesaikan dengan mengingat prinsip-prinsip iman saya. Bagi saya, yang terpenting adalah tujuan hidup untuk memuliakan Tuhan. Saya berpikir jika saya mengambil keputusan untuk tidak mengungsi karena saya ingin mempermuliakan nama Tuhan dengan tidak melarikan diri dari kesulitan, saya yakin Tuhan juga tidak akan mempermalukan saya. Saya yakin keputusan iman saya justru dapat menjadi kesaksian bagi orang banyak. Saya percaya bahwa jika saya lari kemana pun juga, saya akan tetap bisa mati dengan cara yang memang Tuhan sudah tentukan.
Pada saat kerusuhan itu, saya tidak cemas. Yang membuat saya cemas adalah karena beras di rumah tinggal satu kaleng. Pergi ke pasar pada saat itu memang membutuhkan iman. Selain karena banyaknya preman mengelilingi wilayah tempat saya tinggal, juga karena kemungkinan adanya beras sangat kecil. Saya bersyukur, karena ketika saya berani keluar dari kecemasan, Tuhan memberkati. Ternyata, di hari yang menegangkan itu saya bisa mendapatkan beras untuk suami dan anak-anak saya. Saya bersyukur karena Tuhan menyediakan kebutuhan keluarga saya.
- Ibu T
Saya bangga punya mama seperti mama
|
Waktu itu suami saya baru saja berangkat ke Denpasar untuk tugas pelayanan, ketika para bapak diminta keluar dengan membawa senjata seadanya untuk ikut serta dalam siskamling lingkungan perumahan kami.Hati saya geli bercampur takut ketika melihat para bapak keluar dengan membawa berbagai senjata aneh, termasuk garpu tanah, linggis, tongkat, dan lain-lain.Tidak ada bapak bagi anak-anak saya saat ini, sehingga saya harus berperan sebagai kepala keluarga.Saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memimpin kedua putra saya berlutut dan berdoa. Mengingat Mazmur 34:8 dan II Raja-raja 6:15-19a, saya memohon perlindungan Tuhan yang sanggup mengirimkan bala tentaraNya dan yang sanggup menghalau para perusuh menjauhi tempat di mana saya tinggal.
Setiap pagi setelah anak bangun dan menjelang mereka tidur malam hari, saya menaikkan doa yang sama agar mereka tenang dan yakin serta mensyukuri pemeliharaan Tuhan. Ternyata apa yang saya lakukan memberikan kesan tersendiri bagi Yonathan. Ia berkata, "saya bangga punya mama seperti mama." Saya termenung dan berdoa dalam hati, "Tuhan, hal apakah yang penting dalam hidup ini yang bisa saya wariskan kepada anak-anak saya, selain iman percaya yang kuat kepada Allah yang Maha Kuasa yang dapat kita kenali melalui pernyataan kasih Tuhan Yesus dan FirmanNya? Biarlah anak-anakku boleh mengenalMu, Tuhan, melalui teladan dan pergumulanku kepadaMu, Amin."
- Ibu Pdt.R R
Ada orang jahat...tapi ada Tuhan Yesus
|
Air mata saya mengalir deras sekali, ketika saya menelpon keponakan saya yang berusia 3 tahun. Saat itu saya ketakutan sekali memikirkan adik saya dan anak-anaknya yang masih kecil. Ketika saya mendengar suara keponakan saya ini, seolah saya mendengar suara malaikat yang menghibur: "Ii (tante), di sini ada orang jahat ... tapi ada Tuhan Yesus."
- C T
PHK yang membawa kebahagiaan
|
Ketika saya mengalami PHK, saya bertanya-tanya apa maksud Tuhan. Saya berpikir mungkin saya mempunyai kesalahan yang Tuhan ingin koreksi. Pertanyaan ini membuat saya mengasihani diri, merasa bersalah dan tidak bisa menikmati kehidupan keluarga di rumah. Sampai akhirnya saya mengubah cara berpikir saya bahwa Tuhan pasti mempunyai maksud yang baik melalui PHK ini. Sejak saya mengubah cara berpikir saya,mata saya mulai terbuka untuk melihat hal yang membahagiakan. Saya mulai bisa menikmati kehidupan dan peran saya sebagai ibu.
Kalau dulu saya berkomunikasi dengan anak sebagai kewajiban ibu, kini saya betul-betul menikmatinya. Demikian juga dengan anak saya. Ia lebih banyak bercerita dan tidak lagi melampiaskan kesepiannya dengan bermain di rumah tetangga atau nonton TV. Sebagai orang yang sudah sejak kecil harus bekerja, saya tetap harus mencari pekerjaan. Akan tetapi sekarang saya membutuhkan pekerjaan yang tidak merugikan anak saya. Pekerjaan yang tidak terlalu banyak menyita waktu saya, sehingga kedua anak saya tetap bisa menikmati lebih banyak waktu berkomunikasi dengan saya, selain saya juga tidak terlalu bergantung kepada suami untuk keperluan pribadi saya
- A C
Sebagai seorang wanita yang hidup sendiri, kejadian kerusuhan baru-baru ini memang menegangkan. Seorang jemaat yang mencintai saya, mengajak saya mengungsi ke rumahnya karena menurutnya di sana lebih aman. Saya menolak dengan prinsip :
|
1. Apa yang Tuhan ijinkan pasti terjadi.
2. Yang Tuhan tidak ijinkan pasti tidak terjadi sekali pun di depan mata
3. Kadangkala Tuhan mengijinkan sesuatu yang baik melalui kesulitan tapi kadangkala kita tidak mau karena iman kita lemah. Sehingga Tuhan ijinkan kita lolos. Kita tidak mengalami kesulitan itu, dan kita juga tidak mendapatkan hal yang lebih baik yang telah Tuhan
sediakan.
|
Sorenya, jemaat tadi menelpon lagi dan mengatakan, kalau daerahnya sekarang malah lebih tidak aman. Ia minta didoakan. Tuhan menunjukkan bukti pemeliharaan rumahnya tidak terbakar sekalipun menurut saksi mata, sudah disirami bensin dan dilempari api. Hal itu membuktikan bahwa tanpa "exit permit" dari Tuhan tidak ada seorang pun dapat keluar dari kesukaran, demikian juga sebaliknya.
- Ev. E L
|